Professional Documents
Culture Documents
Evaluasi Lahan Pertanian Untuk Pencegahan Degradasi Dan Kekritisan Lahan Kota Singkawang
Evaluasi Lahan Pertanian Untuk Pencegahan Degradasi Dan Kekritisan Lahan Kota Singkawang
Ari Krisnohadi1)
1)
Dosen Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Univ. Tanjungpura
Email : ari. krisnohadi @faperta.untan.ac.id
ABSTRACT
Key word: Spatial Analysis, Land Evaluation, Land Critical, Soil Damage, Singkawang
ABSTRAK
Kota Singkawang berdasarkan letak geografis memiliki fungsi strategis untuk mencegah
degradasi lahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi lahan melalui identifikasi kelas,
sebaran dan luasan kekritisan lahan pertanian di Kota Singkawang, dan mengetahui tingkat
kerusakan tanah pada tiap Land Mapping Unit kekritisan lahan Kota Singkawang. Penelitian
ini menggunakan metode survey tanah, analisis sampel tanah, klasifikasi kekritisan lahan dan
klasifikasi kerusakan tanah serta analisis spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
kekritisan lahan terdiri dari tidak kritis, potensial kritis, agak kritis, dan kritis. Sebaran kelas
kerusakan tanah tidak linear dengan land unit kekritisan lahan, sehingga pada kelas Tidak Rusak
(N), Rusak Ringan (R.I) dan Rusak Sedang (R.II) terdapat pada seluruh area lahan tidak kritis,
potensial kritis, agak kritis, dan kritis. Kelas Lahan Tidak Rusak (N) memiliki luas terbesar
8.371 ha, Kelas Lahan Rusak Ringan (R.I-a) dengan faktor pembatas pH tanah masam memiliki
luas 7.520 ha, R.I-d dengan faktor pembatas bobot isi memiliki luas 2.630 ha, R.I-f dengan
faktor pembatas tekstur tanah berpasir memiliki luas 7.924 ha, R.I-p dengan faktor pembatas
permeabilitas tanah cepat memiliki luas 757 ha. Kelas Lahan Rusak Sedang (R.II d) memiliki
faktor pembatas bobot isi tanah >1,5 gr/cm3 (286 ha), R.II-a,p,d memiliki faktor pembatas pH
57
Jurnal Pedon Tropika Edisi 1 Vol 3 (57-68)
tanah sangat masam, permeabilitas tanah cepat, dan bobot isi tanah (71 ha), dan R-II a,r
memiliki faktor pembatas pH tanah dan potensial redoks >400 dengan luas 153 ha.
Kata kunci: Analisis Spasial, Evaluasi Lahan, Kekritisan Lahan, Kerusakan Tanah, Singkawang
58
Jurnal Pedon Tropika Edisi 1 Vol 3 (57-68)
59
Jurnal Pedon Tropika Edisi 1 Vol 3 (57-68)
Tabel 2. Skor Total Tiap Parameter Kerusakan Tanahdiukur. Dari penjumlahan nilai skor
Simbol Status kerusakan Tanah tersebut dilakukan pengkategorian
Nilai Akumulasi Skor status
kerusakan tanah. Berdasarkan status
Lahan Kering Lahan Basah
N Tidak Rusak 0 0
R.I Rusak Ringan 1 – 14 1–8
R.II Rusak Sedang 15 – 24 9 – 14
R.III Rusak Berat 25 – 34 15 – 20
R.IV Rusak Sangat Berat >35 >21
Sumber: PP no 150/2000.
60
Jurnal Pedon Tropika Edisi 1 Vol 3 (57-68)
61
Jurnal Pedon Tropika Edisi 1 Vol 3 (57-68)
62
Jurnal Pedon Tropika Edisi 1 Vol 3 (57-68)
63
Jurnal Pedon Tropika Edisi 1 Vol 3 (57-68)
4000
3500
3000
Tidak Kritis
2500
Luas (ha)
0
N R.I-a R.I-d R.I-f R.II-a,p,d R.II-a,r R.II-d R.I-p
Tidak Kritis 1945.51 1737.01 463.11 2288 28.25 48 105.54
Potensial Kritis 1007.83 2063.87 275.05 858.29 0.61 4.81 3.51 59.5
Agak Kritis 3323.55 1536.97 348.01 1352.93 59.13 29.83 45.09 404.81
Kritis 2094.97 2182.53 1544.68 3424.89 11.41 90.62 189.87 187.53
Sumber: Analisis Data Survey dan Sampel Tanah, 2016
Gambar 3. Grafik Luas Sebaran Kelas Kerusakan Tanah tiap Land Unit Kekritisan Lahan Kota
Singkawang
melalui kerusakan tanah pada land unit Sebaran kelas kerusakan tanah tidak
lahan kritis. Sebaran kerusakan tanah pada hanya disebabkan oleh degradasi lahan
tiap kekritisan lahan dan Kota Singkawang pada land unit lahan kritis, akan tetapi juga
dijelaskan melalui Gambar 3. faktor lainnya. Faktor penyebab degradasi
dan kekritisan lahan diverifikasi melalui
64
Jurnal Pedon Tropika Edisi 1 Vol 3 (57-68)
Tabel 7. Luas Perubahan Tutupan Lahan Hutan Kota Singkawang Tahun 2007 sampai 2015.
Perubahan Lansekap Hutan Singkawang Singkawang Singkawang Singkawang Jumlah
Selatan Tengah Timur Utara (ha)
Hutan Menjadi Lahan Terbuka 496 96 96 841 1.530
Hutan Menjadi Perkebunan 2.852 0 404 26 3.282
Hutan Menjadi Permukiman 6 3 0 10 19
Hutan Menjadi Pertanian 23 0 0 0 23
Lahan Basah
Hutan Menjadi Pertanian 364 60 6 53 482
Lahan Kering
Hutan Menjadi Tambang 213 0 0 0 213
Emas
Hutan Menjadi Tambang Pasir 28 22 12 13 76
Grand Total 3.983 182 518 944 5.627
Sumber: Analisis Spasial Peta Penggunaan Lahan 2007 dan 2015 (2016)
Di Kota Singkawang, kegiatan (c) Alih fungsi lahan, atau konversi lahan
penebangan hutan tidak sering terjadi, pertanian.
berdasarkan wawancara pengambilan Usaha pertanian dihadapkan pada
hasil hutan kayu dengan penebangan berbagai masalah yang sulit
kurang dari 0,5 ha per tahun. Akan diprediksi dan mahalnya biaya
65
Jurnal Pedon Tropika Edisi 1 Vol 3 (57-68)
pengendalian seperti cuaca, hama dan tingginya bobot isi tanahnya dan
penyakit, tidak tersedianya sarana permeabilitas tanah sangat cepat dengan
produksi dan pemasaran. Alih fungsi cara penambahan bahan organik tanah.
lahan banyak terjadi justru pada lahan Pada lahan yang mengalami degradasi
pertanian yang mempunyai karena konversi lahan, penerapan regulasi
produktivitas tinggi menjadi lahan lahan pertanian sangat penting. Untuk
non-pertanian. Alih guna lahan sawah mengendalikan alih fungsi lahan sawah
ke areal pemukiman dan industri diperlukan instrumen hukum yang
sangat berpengaruh pada ketersediaan merupakan kondisi derajat pertama, dan
lahan pertanian, dan ketersediaan instrumen ekonomi sebagai kondisi
pangan serta fungsi lainnya. derajat kedua. Selain itu, diperlukan pula
adanya rekayasa kelembagaan sosial atau
6. Pencegahan Degradasi lahan
penguatan kelembagaan lokal di tingkat
Sebaran degradasi lahan memerlukan
petani. Mengingat tingkat urgensi,
pengelolaan berdasarkan faktor
permasalahan, dan kendala yang dihadapi
penyebabnya. Secara umum, pengelolaan
antar daerah berbeda maka strategi dalam
daapat dilakukan melalui Penerapan
yang diperlukan dalam implementasi
Teknis Konservasi Tanah dan Air melalui
kebijakan membutuhkan adanya
Prinsip Konservasi Tanah secara Mekanis,
kategorisasi, terdiri dari tiga kategori
Pertanian Organik serta Penambahan
yaitu: (1) Kategori 1, yakni wilayah yang
Bahan Organik Tanah (Tabel 8 dan 9).
status ancaman konversi lahan sawah telah
Pengelolaan degradasi lahan yang
mencapai level yang sangat tinggi
disebabkan oleh erosi dapat dilakukan
sehingga urgensi pengendaliannya sangat
melalui pertanian organik dan penerapan
tinggi;
prinsip konservasi tanah secara mekanis.
Pengelolaan pada lokasi pasca tambang
dapat dilakukan melalui prinsip (2) Kategori 2, yakni wilayah yang status
agroforestry antara tanaman semusim dan ancaman konversi lahan sawah termasuk
tanaman perkebunan. Hal ini dilakukan tinggi sehingga urgensi pengendaliannya
dengan mengatur pemilihan jenis tanaman termasuk tingkat tinggi; dan (3) Kategori
dan mengatur jarak tanam pada tanaman 3, yakni wilayah dengan status ancaman
yang dipilih tersebut. Selain itu sangat konversi lahan sawah sedang - rendah
penting mengembalikan kondisi lahan sehingga urgensi pengendaliannya adalah
pasca tambang, yang memiliki ciri khas termasuk kategori sedang. Wilayah-
66
Jurnal Pedon Tropika Edisi 1 Vol 3 (57-68)
67
Jurnal Pedon Tropika Edisi 1 Vol 3 (57-68)
DAFTAR PUSTAKA
Andrews, S. S., D. L. Karlen, and C.A.
Cambardella. 2004. The Soil
Management Assessment
Framework: A Quantitative Soil
Quality Evaluation Method. Soil.
Sci. Soc. Am. J. 68 : 1945-1962.
BPS Singkawang. 2015. Kota Singkawang
Dalam Angka. Pontianak: Badan
Pusat Statistik.
Departemen Pertanian. 2007. Panduan
Penyusunan Cara Budi Daya
68