You are on page 1of 9

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by E-Journal Universitas PGRI Madiun (Persatuan Guru Republik Indonesia)

Jurnal Florea Volume 4 No. 2, November 2017

KEMAMPUAN PEMBENTUKAN SLIME PADA Staphylococcus epidermidis,


Staphylococcus aureus, MRSA DAN Escherichia coli

Rini Purbowati, Emillia Devi Dwi Rianti, Fuad Ama


Bagian Biomedik Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
email: purbowatirini@gmail.com, mbak.devi@gmail.com, fuad.ama2010@gmail.com

Diterima 3 Mei 2017 disetujui 5 Juni 2017

ABSTRACT

Biofilms are an organized community of bacteria, accumulating in polymeric metrics


(EPS) or also called slimes, which are produced by the bacteria itself and are able to attach to
both life and non-living surfaces. Infections accompanied by biofilm formation are difficult to
treat. S. aureus and S. epidermidis is the causative agent of infection in medical implants and
nosocomial infections in worldwide. Congo Red Agar (CRA) method as a fairly cheap and easy
phenotypic method with evaluation criteria is based on visual analysis of colony color which
growing on agar medium. This study aims to identify and analyze the ability of slime formation
in S. epidermidis, S. aureus, MRSA and E. coli. The test was performed by planting S. epidermidis,
S. aureus (MSSA 1 and MSSA 2), MRSA 1 and E. coli (S4 and S55) which have been rejuvenated
to CRA medium in petri dish by streak 4 areas. Incubating for 24 hours at 37 °C under aerobic
conditions. Interpretation of the results according to the following provisions: strains produce
dark, black, and black colored colonies considered to produce slime, whereas red and reddish
colonies are classified as not producing slimes. The conclusions of this study were isolates of S.
epidermidis, S. aureus and MRSA known to be able to form slime while E. coli isolate showed
varied results.

Keywords : Slime, S.epidermidis, S.aureus, MRSA, and E. coli

PENDAHULUAN dan disekresikan oleh bakteri dan


Biofilm adalah komunitas bakteri mikroorganisme lainnya, dan berkontribusi
yang terorganisasi, terakumulasi dalam pada kemampuan adaptasi, ketahanan dan
metriks polimer yang diproduksi oleh fungsional sel pada lingkungan. Secara
bakteri itu sendiri dan mampu melekat definisi EPS bersinonim dengan kapsul,
pada permukaan hidup maupun tak hidup eksopolimer, sekresi mikroba dan Slime
(Moghadam, Pourmand and Aminharati, (Decho, 2011). Eksopolisakarida dihasilkan
2014). Dalam biofilm, sel tumbuh dalam oleh bakteri Gram negatif dan Gram positif.
bentuk gumpalan multiseluler yang Struktur fisik eksopolisakarida berupa
terbungkus matriks ekstraselular atau kapsul sampai dengan dinding sel slime
Extracellular Polymeric Substances masif yang terbentuk di luar membran sel
(EPS) yang dihasilkan oleh bakteri itu bakteri (Steinmetz et al.,1995)
sendiri (Daniel Lo´pez, Hera Vlamakis Semua biofilm mengandung matriks
and Roberto Kolter, 2010). EPS adalah ekstraselular yang melekatkan sel satu
molekul yang memiliki berbagai ukuran, dengan sel lainnya. Matriks ini sering kali
komposisi, dan sifat kimia yang dihasilkan terdiri dari biopolimer polisakarida bersama

1
Kemampuan Pembentukan Slime pada Staphylococcus epidermidis

dengan komponen lain seperti protein atau karena itu memiliki hubungan yang dekat
DNA. Sifat dari matriks eksopolisakarida dengan hospes, namun S. epidermidis
sangat bervariasi tergantung pada kondisi telah muncul sebagai strain patogen yang
pertumbuhan, media dan substrat (Daniel menyebabkan berbagai infeksi berbeda
Lo´pez, Hera Vlamakis, and Roberto (Daniela Chessa, Giulia Ganau, dan
Kolter, 2010). Produksi biofilm bergantung Vittorio Mazzarello, 2015). S. epidermidis
pada kemampuan bakteri untuk menempel merupakan Staphylococcus dengan
pada permukaan abiotik maupun biotik, sifat biokimia koagulase negatif yang
berproliferasi dan menghasilkan matriks paling umum atau Coagulase-Negative
ekstraselular, yang utamanya terbentuk Staphylococcus (CNS), yang dipisahkan
dari Polysaccharide Intercellular Adhesion dari Staphylococcus koagulase positif
(PIA) pada S. aureus (Klein et al., 2015). seperti S. aureus berdasarkan kurangnya
Pembentukan biofilm terjadi dalam enzim koagulase yang dimilikinya. S.
empat tahap antara lain adhesi atau epidermidis sering ditemukan pada infeksi
perlekatan, perkembangan awal struktur yang berkaitan dengan rumah sakit (infeksi
biofilm, pematangan dan dispersi sel nosokomial), terutama bakteremia yang
dari biofilm ke lingkungan sekitarnya berhubungan dengan penggunaan kateter
dan pada akhirnya kembali ke keadaan dan infeksi kardiovaskular. Patogenesis
planktonik. Untuk dapat membentuk infeksi ini tergantung pada kemampuan
biofilm diperlukan keterlibatan beberapa strain S. epidermidis untuk menempel di
faktor permukaan sel seperti flagella dan permukaan melalui produksi eksopolimer
motilitas, fimbriae, protein autotransporter, yang membentuk struktur multilayer yang
curli fimbrie, pilus konjugatif, dan produksi dikenal sebagai biofilm (Kaiser et al.,
eksopolisakarida. Motilitas (perpindahan) 2013)
pada E. coli secara umum karena adanya S. aureus merupakan bakteri Gram
disebabkan beberapa flagella peritrikus. positif, patogen utama pada manusia dan
Motilitas terlibat dalam proses kolonisasi hewan, menyebabkan berbagai macam
pada organisme atau organ target inang penyakit mulai dari infeksi kulit dan
dan memicu timbulnya kontak antara sel jaringan lunak hingga penyakit invasif
dengan permukaan (Tenke et al., 2011). yang mengancam jiwa (Daniela Chessa,
Staphylococcus aureus bersama Giulia Ganau, dan Vittorio Mazzarello,
dengan Staphylococcus epidermidis 2015). S. aureus merupakan bakteri
merupakan mikroorganisme komersal komensal sekaligus bakteri patogen
yang tidak berbahaya, namun sekarang ini pada manusia. Sekitar 30% dari populasi
secara global dipandang sebagai patogen manusia dapat dijadikan sarana untuk
oportunistik yang penting terkait dengan kolonisasi bakteri S. aureus. Oleh karena
infeksi yang berbeda. Mereka menempati itu S. aureus menjadi penyebab tersering
urutan pertama di antara agen penyebab pada bakteremia dan infeksi endokarditis
infeksi antara lain infeksi implan medis serta osteoartikular, infeksi kulit dan
dan infeksi nosokomial di seluruh dunia, jaringan lunak, pleuropulmonari, dan
dan terutama di negara-negara berkembang infeksi yang terkait penggunaan implan
(Daniela Chessa, Giulia Ganau, dan pada peralatan kesehatan (Tong et al.,
Vittorio Mazzarello, 2015). 2015). Patogenesis strain S. aureus
S.epidermidis pada umumnya dapat disebabkan oleh efek gabungan dari faktor
diisolasi dari epitel manusia dan berkoloni ekstraselular dan toksin, bersama dengan
pada bagian aksila, kepala dan rongga sifat invasif strain seperti perlekatan,
hidung. Bakteri ini merupakan bagian pembentukan biofilm, dan ketahanan
dari mikroflora epitel manusia dan oleh terhadap fagositosis. Beberapa puluh tahun

2
Purbowati, dkk

terakhir muncul strain dari S. aureus yang kemih bagian bawah hingga rongga ginjal
resisten terhadap antibiotik jenis tertentu dan jaringan ginjal (Tenke, et al., 2011).
yaitu Meticillin Resistant Staphylococcus. Infeksi yang disertai dengan
aureus (MRSA) (Daniela Chessa, Giulia pembentukan biofilm menjadi masalah
Ganau, dan Vittorio Mazzarello, 2015). yang besar, karena sulit ditangani secara
Escherichia coli merupakan bakteri efektif oleh sistem kekebalan tubuh inang
Gram-negatif, oksidase-negatif, berbentuk dan tahan terhadap pengobatan dengan
batang dari famili Enterobacteriaceae. antimikroba. Mekanisme perlindungan
Bakteri ini mampu tumbuh baik secara tersebut dianggap menghalangi penyerapan
aerobik dan anaerobik, hidup pada suhu dan penetrasi antibiotik melalui matriks
37 °C, dan bisa juga nonmotile atau motil, biofilm (Cavaliere, et al., 2014). Biofilm
dengan flagella peritrichous (Croxen et diketahui terlibat dalam berbegai macam
al., 2013). E. coli dikenal sebagai bakteri infeksi mikroba dalam tubuh, Diperkirakan
komensal, ditemukan pada mikroflora hampir 80% dari semua infeksi (Ghafourian
usus dari berbagai hewan termasuk et al., 2013).
manusia, tidak semua dari strain ini Karakterisasi biofilm secara in
tidak berbahaya, namun ada beberapa vitro yang sederhana berperan penting
strain dapat menyebabkan penyakit untuk menjawab pertanyaan dasar tentang
yang berbahaya dan kadang fatal pada pembentukan fisiologi dan arsitektur
manusia dan juga mamalia dan kelompok biofilm. Model biofilm secara in vitro
burung. Strain patogenik dibagi menjadi memiliki sejumlah keunggulan seperti
beberapa yaitu strain patogen pada biaya murah, kemudahan pengaturan
intestinal mampu menyebabkan diare kondisi eksperimental, dan kemampuan
serta E. coli ekstraintestinal (ExPEC) untuk menganalisis lapisan biofilm yang
mampu menyebabkan berbagai infeksi terbentuk juga lebih tinggi (Lebeaux, et
pada manusia dan hewan termasuk infeksi al., 2013). Salah satu metode in vitro yang
saluran kemih (ISK), meningitis dan digunakan untuk mendeteksi pembentukan
septikemia. Sistitis dan pylonefritis yang slime sebagai komponen dari biofilm
dapat menyebabkan urosepsis disebabkan adalah metode Congo Red Agar (CRA).
oleh Uropathogenic E. coli (UPEC) yang Metode ini dikembangkan oleh Freeman
merupakan penyebab sekitar 80% dari et al., 1989 sebagai metode fenotipik
130-175 juta ISK pada manusia (Jafari, menggunakan media BHIA (Brain Heart
MM Aslani dan S. Bouzari, 2012). Infusion Agar) yang disuplemen dengan
Patogen utama penyebab ISK pada sukrosa dan ditambahkan pewarna merah
wanita adalah E. coli, yang bertanggung Congo. Metode ini cukup murah dan
jawab terhadap sekitar 80% dari semua mudah dilakukan dan kriteria evaluasi
kejadian ISK (Echols et al., 1999). E. coli didasarkan pada analisis visual warna
yang mampu tumbuh dan berkolonisasi koloni yang tumbuh pada media agar
pada saluran urogenital dikenal sebagai (Kaiser et al., 2013).
UPEC (Uropathogenic Escherichia coli). Penelitian ini bertujuan untuk
UPEC memiliki beberapa faktor virulensi mengidentifikasi dan menganalisa
yang memungkinkan mereka untuk dapat kemampuan pembentukan slime pada
berkolonisasi pada mukosa uroepitelium isolat Staphylococcus epidermidis,
inang, melukai dan menyerang jaringan Staphylococcus aureus, MRSA dan E. coli,
inang, melumpuhkan mekanisme sehingga memberikan data awal tentang
pertahanan inang, memicu respons perbandingan kemampuan pembentukan
inflamasi inang dan akhirnya berlanjut slime sebagai komponen dalam biofilm
menyebabkan infeksi mulai dari saluran pada ketiga strain bakteri ini.

3
Kemampuan Pembentukan Slime pada Staphylococcus epidermidis

METODE telah diremajakan diinokulasi ke media


Bahan penelitian antara lain: Isolat CRA dalam cawan petri dengan metode
bakteri klinik yaitu S. epidermidis, streak 4 area. Menginkubasi selama 24
S. aureus atau Meticillin Sensitive jam pada suhu 37° C pada kondisi aerobik.
Staphylococcus. aureus (MSSA) yaitu Produksi slime secara kualitatif diukur
MSSA 1 dan MSSA 2, MRSA 1 dan E. berdasarkan warna koloni bakteri yang
coli, media NA (Nutrient Agar), media tumbuh pada media CRA . Interpretasi hasil
LB, sukrosa, bubuk agar dan pewarna menurut ketentuan sebagai berikut: Strain
merah Congo. Alat dalam penelitian ini: menghasilkan koloni warna hitam pekat,
Erlenmeyer 500 mL, tabung reaksi, cawan hitam, dan hitam kemerahan dianggap
petri, jarum ose dan api bunsen. memproduksi slime, sedangkan koloni
Tahapan-Tahapan Penelitian ini merah dan kemerahan diklasifikasikan
antara lain. sebagai tidak memproduksi slime.
Pembuatan Media Congo Red HASIL DAN PEMBAHASAN
Media CRA (Congo Red Agar) Penelitian ini dilakukan di
dibuat dengan komposisi media sebagai Laboratorium Gastroentritis dan
berikut: media LB (30 g/L), sukrosa (36 Salmonellosis, Institute of Tropical
g/L), bubuk agar (18 g/L) dan pewarna Disease (ITD) Universitas Airlangga
merah Congo (0,8 g/L). Media LB, Surabaya untuk mengetahui kemampuan
sukrosa dan bubuk agar dilarutkan dengan pembentukan biofilm isolat bakteri S.
akuades dan dididihkan dengan oven epidermidis, S. aureus (MSSA 1 dan
hingga terlarut sempurna. Pewarna merah MSSA 2), MRSA 1 dan E. coli (S4 dan
Congo ditempatkan pada wadah tersendiri S55) dengan metode CRA.
dan diautoklaf secara terpisah dengan
larutan media agar. Pewarna merah Congo
akan dicampurkan dengan media agar
setelah selesai diautoklaf dan suhu larutan
media agar ± 80ºC. Setelah tercampur
dengan pewarna merah Congo, media
agar sebanyak 15 mL dituangkan ke dalam
cawan petri steril.
Peremajaan bakteri uji
Meremajakan isolat bakteri S.
epidermidis, S. aureus (MSSA 1 dan
MSSA 2), MRSA 1 dan E. coli (S4 dan Gambar 1. Perbedaan warna koloni bakteri
S. aureus (MSSA 1 dan 2), MRSA dan S.
S55) pada media NA (Nutrient Agar) epidermidis yang menghasilkan slime dengan
dengan cara memindahkan koloni bakteri koloni bakteri yang tidak menghasilkan slime
tersebut pada media NA miring yang baru
kemudian diinkubasi selama 24 jam pada
inkubator dengan suhu 37ºC
Uji pembentukan slime bakteri dengan
Metode Congo Red Agar (CRA)
Menanam isolat bakteri S.
epidermidis, S. aureus (MSSA 1 dan MSSA
2), MRSA 1 dan E. coli (S4 dan S55) yang

4
Purbowati, dkk

Penentuan kemampuan pembentukan


biofilm dilakukan melalui analisis secara
kualitatif dengan mengamati karakteristik
morfologi koloni yaitu warna koloni
bakteri yang ditumbuhkan pada media
CRA. Perbedaan warna koloni bakteri
S. aureus (MSSA 1 dan 2), MRSA
dan S. epidermidis yang menghasilkan
slime dengan koloni bakteri yang tidak
Gambar 2. Warna koloni bakteri menghasilkan slime ditunjukkan pada
E.coli yang menghasilkan slime
Gambar 1 di bawah ini.
Perbedaan warna koloni bakteri E.
coli yang menghasilkan slime (Gambar
2) dan yang tidak menghasilkan slime
(Gambar 3). Karakteristik morfologi
koloni pada bakteri S. epidermidis, MSSA
1, MSSA 2, MRSA 1 dan E. coli pada
metode CRA ditunjukkan pada Tabel 1.

Gambar 3. Warna koloni bakteri E.coli


yang tidak menghasilkan slime

Tabel 1. Hasil uji pembentukan slime pada bakteri S. epidermidis, S. aureus dan E. coli dengan metode
CRA
Karakteristik morfologi koloni
Isolat bakteri Merah Hasil
Merah Hitam Sangat hitam
kehitaman
MSSA 1 x Positif (+)
MSSA 2 x Positif (+)
MRSA 1 x Positif (+)
S. epidermidis x Positif (+)
E. coli (S4) x Negatif (-)
E. coli (S55) x Positif (+)

Biofilm merupakan komunitas (Cavaliere, et al., 2014). S. epidermidis dan


terstruktur dari sel bakteri yang tertutup S. aureus merupakan penyebab yang paling
dalam matriks polimer yang diproduksi sering dari infeksi nosokomial dan infeksi
sendiri dan melekat pada permukaan inert pada peralatan kedokteran yang ditanam
atau permukaan hidup (Pihl, M. 2011). dalam tubuh, yang memiliki karakterisrik
Infeksi yang disertai dengan pembentukan khas seperti mampu membentuk biofilm
biofilm menjadi masalah yang besar, (Otto, M., 2009).
karena sulit ditangani secara efektif oleh Sejumlah infeksi yang diakibatkan
sistem kekebalan tubuh inang dan tahan oleh bakteri gram positif, termasuk yang
terhadap pengobatan dengan antimikroba. disebabkan oleh S. epidermidis, S. aureus

5
Kemampuan Pembentukan Slime pada Staphylococcus epidermidis

dan Enterococci terbukti sangat sulit untuk 2013 menunjukkan bahwa hanya sekitar
diobati dengan dengan terapi antibiotik 41% atau 18/44 dari isolat Staphylococcus
yang ada sebagian karena tingkat sp. yang mampu membentuk slime pada
resistensi alami mereka yang sangat tinggi media CRA.
dan sebagian karena mereka membentuk Beberapa penelitian tentang
biofilm. (O’Toole et al., 2000). kemampuan S. epidermidis dalam
Produksi slime dikarakterisasi membentuk slime juga telah dipublikasikan
melalui munculnya pigmen hitam diantaranya oleh Los et al., 2010, dari total
pada media CRA. Strain bakteri yang 146 strain S. epidermidis yang diisolasi
menghasilkan koloni warna hitam pekat, dari bagian nasofaring pada pasien
hitam, dan hitam kemerahan dengan kanker paru-paru terdapat 58,9% isolat
konsistensi kasar, kering, dan kristal menunjukkan fenotipe positif membentuk
dianggap menghasilkan slime, sedangkan melalui uji CRA. Produksi slime
koloni merah dan Bordeaux merah dengan tampaknya menjadi mekanisme adhesi
konsistensi koloni halus diklasifikasikan yang sangat penting terhadap biomaterial.
sebagai tidak menghasilkan slime. Hasil Penelitian terbaru saat ini menunjukkan
penelitian ini menunjukkan bahwa bahwa S. epidermidis diketahui sebagai
melalui metode CRA diketahui bahwa penyebab utama infeksi pemakaian kateter.
semua Staphylococcus sp. yang di uji Penelitian terkait pembentukan biofilm
(isolat MSSA 1, MSSA 2 dan MRSA menunjukkan bahwa akumulasi slime
1) mampu membentuk slime yang dimediasi oleh gen ica, yang terdiri dari
merupakan komponen dari biofilm. empat gen adhesi interselular (ica A, ica B,
Namun pada isolat E. coli, terdapat isolat ica C dan ica D) dan satu gen regulator (ica
yang mampu membentuk biofilm dan R). Selain itu, hasil penelitian Zhou et al.,
ada isolat yang tidak mampu membentuk 2013 menunjukkan hal yang serupa dengan
biofilm. Produksi slime menggambarkan literatur sebelumnya, di mana persentase
kemampuan bakteri untuk melekat strain penghasil slime S. epidermidis
secara spesifik pada jaringan host, yang berkisar antara 31% sampai 89%. Diantara
kemudian dilanjutkan dengan produksi strain S. aureus dan S. epidermidis yang
mikrokoloni yang invasif. Namun, bila didapatkan dari 50 pasien penderita
ada beberapa strain bakteri yang tidak tukak kaki akibat diabetes, didapatkan 55
mampu membentuk slime dalam suatu strain S. aureus, 69% memproduksi slime
jenis bakteri pembentuk slime, hal tersebut sementara, dari 20 strain S. epidermidis,
menunjukkan bahwa ada variasi ekspresi 75% yang positif membentuk slime dengan
fenotip dari biofilm atau produksi slime metode CRA (Podbielska et al., 2010).
dari suatu jenis bakteri (Dadawala, 2010). Tidak berbeda dengan S. aureus,
Hasil penelitian ini senada pada S. epidermidis beberapa penelitian
dengan penelitian yang dilakukan oleh juga menunjukkan hal yang sama bahwa
Moghadam, Pourmand dan Aminharati, S. epidermidis mampu membentuk slime
2014 menunjukkan bahwa sekitar 97,5% melalui metode CRA. Seperti yang
MRSA mampu membentuk slime dan ditunjukkan pada penelitian Nachammai,
60% MSSA mampu membentuk slime Karthika Jayakumar, dan Aravazhi, 2016,
pada media CRA. Gowrishhanker et al., dari total 100 isolat E. coli yang didapatkan
2016 dalam penelitiannya menunjukkan dari 400 sampel, terdapat sekitar 70%
bahwa dari total 63 isolat MRSA yang diuji isolat yang positif membentuk biofilm
terdapat 49 (77,8%) isolat yang diketahui melalui metode CRA. Pada penelitian
positif membentuk slime pada media Dadawala, 2010, dari total 14 E. coli
CRA. Namun pada penelitian Terki et al., isolates yang diuji kemampuannya untuk

6
Purbowati, dkk

memproduksi biofilm melalui produksi aureus with a focus on developing


slime pada CRA menunjukkan bahwa 12 countries. J Infect Dev Ctries 2015;
isolat mampu memproduksi slime dengan 9(6):547-550. doi:10.3855/jidc.6923
indikasi warna koloni hitam. Observasi Daniel Lo´pez, Hera Vlamakis, and
produksi slime pada E. coli hampir sama Roberto Kolter. 2010. Biofilms.
seperti penemuan-penemuan sebelumnya Additional Perspectives on Cell
sehingga metode ini dapat digunakan Biology of Bacteria. Cold Spring
sebagai penilaian secara kualitatif terhadap Harbor Laboratory Press. available
kemampuan produksi biofilm. at www.cshperspectives.org
Decho, A.W., 2011. Extracellular
SIMPULAN Polymeric Substances (EPS)
Berdasarkan penelitian yang Encyclopedia of Geobiology. Part
dilakukan dapat disimpulkan bahwa of the series Encyclopedia of Earth
isolat bakteri S. epidermidis, S. aureus Sciences Series pp 359-362
dan MRSA dengan metode CRA (Congo Echols RM, Tosiello RL, Haverstock
Red Agar) diketahui mampu membentuk DC, Tice AD. 1999. Demographic,
slime sedangkan isolat bakteri E. coli clinical and treatment parameters
menunjukkan hasil yang bervariasi. influencing the outcome of acute
cystitis. Clin Infect Dis 1999;29:113–
9.
DAFTAR PUSTAKA
Freeman DJ, Falkiner FR, Keane CT.
Cavaliere, R., Ball, J.L., Turnbull, L. and New method for detecting slime
Whitchurch, C.B. 2014. The biofilm production by coagulase negative
matrix destabilizers, EDTA and staphylococci. J Clin Pathol.
DNaseI, enhance the susceptibility of 1989;42:872–874. [PMC free
nontypeable Hemophilus influenza article]
biofilms to treatment with ampicillin Ghafourian, S., Mohebi, R. , Rezaei, M.,
and ciprofloxacin. Microbiology Raftari, M., Sekawi, Z., Kazemian,
Open. 2014; 3(4): 557–567 H., Mohseni, A.,Karimi, S. and
Croxen, MA., Robyn J. Law, Roland Nourkhoda Sadeghifard1. 2013.
Scholz, Kristie M. Keeney, Marta Comparative Analysis of Biofilm
Wlodarska, B. Brett Finlay. 2013. Development Among MRSA
Recent Advances in Understanding and MSSA Strains. Roumanian
Enteric Pathogenic Escherichia Archives of Microbiology and
coli. Clinical Microbiology Reviews Immunology·June 2013.
p. 822–880 October 2013 Volume https://www.researchgate.net/
26 Number 4 publication/237146300
Dadawala, A.I., Chauhan H.C., Chandel, Gowrishanka, S., Arumugam Kamaladevi,
B.S., Ranaware, P., Patel Sandip S, Krishnaswamy Balamurugan, and
Khushboo Singh, Rathod P.H., Shah Shunmugiah Karutha Pandian.
N.M. and Kher, H.N. Assessment 2016. In Vitro and In Vivo Biofilm
of Escherichia coli isolates for In Characterization of Methicillin-
vitro biofilm production.Veterinary Resistant Staphylococcus aureus
World, Vol.3 No.8 August 2010 from Patients Associated with
Daniela Chessa, Giulia Ganau, Vittorio Pharyngitis Infection Hindawi
Mazzarello. 2015. Review:An Publishing Corporation BioMed
overview of Staphylococcus Research International Volume
epidermidis and Staphylococcus 2016,

7
Kemampuan Pembentukan Slime pada Staphylococcus epidermidis

Jafari A., MM Aslani, dan S Bouzari. uropathogen- Escherichia coli and


2012. Escherichia coli: a brief its biofilm assay by phenotypic
review of diarrheagenic pathotypes methods . Int J Res Med Sci. 2016
and their role in diarrheal diseases Nov;4(11):4820-4828
in Iran. Iran J Microbiol. 2012 Sep;
O’Toole, G., Heidi, B., Kaplan, H.B., and
4(3): 102–117
Kolter, R. 2000. Biofilm Formation
Kaiser TDL, Pereira EM, Santos KRN, As Microbial as Microbial
Maciel ELN , Schuenck RP, Development. Annu. Rev. Microbiol.
Nunes APF. 2013. Modification 2000. 54:49–79.
of the Congo red agar method
Otto, M. 2008. Staphylococcal Biofilms.
to detect biofilm production by
Curr Top Microbiol Immunol. 2008
Staphylococcus epidermidis.
; 322: 207–228
Diagnostic Microbiology and
Infectious Disease 75 (2013) 235– Pihl, M. 2011. Microbial Biofilms on
239 Peritoneal Dialysis Catheters.
Doctoral Dissertation in Odontology.
Klein, MHF., Mário Junior Caizer Santos,
Malmo University
Raphael Contelli Klein, Guilherme
Nunes de Souza, and Andrea de Podbielska A1, Galkowska H, Stelmach
Oliveira Barros Ribon. 2015. An E, Mlynarczyk G, Olszewski
association between milk and slime WL. 2010. Slime production
increases biofilm production by by Staphylococcus aureus and
bovine Staphylococcus aureus. Staphylococcus epidermidis strains
BMC Vet Res. 2015; 11: 3. isolated from patients with diabetic
foot ulcers. Arch Immunol Ther Exp
Los, R., Rafal Sawicki, Marek Juda,
(Warsz). 2010 Aug;58(4):321-4. doi:
Magdalena Stankevic, Pawel
10.1007/s00005-010-0079-9. Epub
Rybojad, Marek Sawicki, Anna Malm
2010 May 26.
& Grazyna Ginalska. 2010. Research
Lettre:Acomparative analysis of Steinmetz I, Rohde M, Brenneke B. 1995.
phenotypic and genotypicmethods Purification and characterization of
for the determination of the bio¢lm- exopolysaccharide of Burkholderia
forming abilities of Staphylococcus (Pseudomonas) pseudomallei.
epidermidis Infection Immunity. 63(10): 3959-
3965
Lebeaux, D., Chauhan A., Rendueles
O., and Beloin C. 2013. Review Terki, K., Hassaine, H., Oufrid, S., Bellifa,
From in vitro to in vivo Models of S., Mhamedi, I., Lachachi, M. and
Bacterial Biofilm-Related Infections Timinouni M. 2013. Detection of
Pathogens 2013, 2, 288-356; ica A and ica D genes and biofilm
doi:10.3390/pathogens2020288 formation in Staphylococcus spp.
pathogens isolated from urinary catheters at
the University Hospital of Tlemcen
Moghadam, S.O., Pourmand, M.R.,
(Algeria). African Journal of
and Aminharati, F. 2014. Biofilm
Microbiology Research Vol. 7(47),
formation and antimicrobial
pp. 5350- 5357-5357. http://www.
resistance in methicillin-resistant
academicjournals.org/AJMR
Staphylococcus aureus isolated from
burn patients, Iran. Tenke P, Koves B, Nagy K, Uehara S,
Kumon H, J Hultgren SJ , Hung C
Nachammai S. M., K. Jayakumar, Anbu
and Mendling W. 2011. Biofilm and
N. Aravazhi1. 2016. Original
Urogenital Infections. Chapter 9.
Research Article: The effectiveness
Open Access.
of antibiotics against a major

8
Purbowati, dkk

Tong SYC, Joshua S. Davis, Emily Zhou S., Chao, X., Fei,M. Dai, Y. and Bao
Eichenberger, Thomas L. Holland, Liu 2013. Analysis of S. Epidermidis
Vance G. Fowler, Jr.. 2015. icaA and icaD genes by polymerase
Staphylococcus aureus Infections: chain reaction and slime production:
Epidemiology, Pathophysiology, a case control study. BMC Infect
Clinical Manifestations, and Dis. 2013; 13: 242.
Management. Clinical Microbiology
Reviews July 2015 Volume 28
Number 3

You might also like