You are on page 1of 9

AKUNTANSIAKUNTANSI

DEWANTARA VOL. 6 NO 3VOL.


DEWANTARA BULAN
..... OKTOBER 202220XX
NO ..... BULAN

ANALISIS KASUS FRAUD KORUPSI BANTUAN SOSIAL


COVID-19
Natalis Christian1*
Shella2
Fransiska3
Julianti Cesilia4
Nindi Suci Rahmadani5
Sherly6

Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi


Universitas Internasional Batam
*email: natalis.christian@uib.ac.id

ABSTRACT INFO ARTIKEL


As a type of fraud, corruption is a widespread global problem that Diterima: 6 April 2022
adversely affects economic performance and community Direview: 14 Juni 2022
integration. Corruption during a pandemic is very fatal, especially Disetujui: 21 September 2022
that involves public society. This study aims to analyze the Terbit: 30 Oktober 2022
corruption case related to the social assistance fund in COVID-19, Keyword:
specifically the case of Juliari Batubara in 2020. This study uses a Corruption, COVID-19,
qualitative analysis method with a study case approach from Fraud, Detection
secondary data. The results showed that this case was a fraud
involving Juliari Batubara as the perpetrator and the community as
victims. This case meets three common red flags, such as
relationship between employees and authorized vendors,
confidential relationship between employees and third parties, and
lack of management's approval in third parties’ selection.
Corruption can be detected through the KPK's whistleblowing
system. The results of this study are to provide implications, both
theoretical and managerial. The theoretical implications of this
research are to increase understanding of types of fraud, victim
profiles, perpetrator profiles and motivations, impacts, and fraud
detection. The managerial implications of this research are to
analyze and identify elements related to fraud that occurred in
Indonesia, namely the COVID-19 social assistance corruption case,
as a reference for attention and improvement.

PENDAHULUAN
Dunia saat ini tengah menghadapi krisis yang sama di mana terjadinya penurunan di berbagai
sektor akibat munculnya wabah Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Banyak kebiasaan normal
masyarakat yang harus berubah demi mengecilkan angka penularan virus ini, salah satunya dengan
diterapkan pembatasan fisik atau hingga diterapkannya lockdown. Salah satu sektor yang paling
berdampak, yaitu sektor perekonomian. Banyak perekonomian negara yang hancur karena munculnya
wabah COVID-19 ini. Oleh karena itu, pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap warga sebagai
p-ISSN: 2550-0376 | e-ISSN: 2549-9637 32
AKUNTANSIAKUNTANSI
DEWANTARA VOL. 6 NO 3VOL.
DEWANTARA BULAN
..... OKTOBER 202220XX
NO ..... BULAN

konsekuensi dari kebijakan yang diberlakukan, yakni pembatasan kegiatan masyarakat. Hal ini tentunya
sangat berdampak dari sisi pemenuhan kehidupan masing-masing masyarakat (Marzuki, dkk, 2021).
Pemutusan hubungan kerja ini menyebabkan tingkat pengangguran melonjak tinggi.
Peningkatan pengangguran ini membuat pemerintah memutuskan untuk mengeluarkan bantuan sosial
kepada masyarakat, misalnya melalui pembagian sembako (Ruspiantoko, dkk, 2021). Pemerintah
Indonesia telah mempersiapkan dana sejumlah ratusan triliun demi memberikan bantuan kepada warga
yang terpengaruh oleh COVID-19, khususnya masyarakat menengah ke bawah (Marzuki, dkk, 2021).
Bantuan sosial ini dapat dinilai sebagai hal baik yang telah ditetapkan pemerintah, tetapi disertai dengan
problematika di mana bantuan tesebut sangat rawan terhadap korupsi (Jamal, dkk, 2021).
Terdapat banyak kabar yang mengatakan bahwa adanya unsur penyimpangan dalam penyaluran
dana bansos, dan hal tersebut dibuktikan ketika munculnya kasus korupsi yang membawa nama salah
satu Menteri Sosial Indonesia, Juliari Batubara. Selain itu, pemerintah daerah, baik kepala desa hingga
bupati, juga terbukti melakukan tindakan korupsi dana bantuan sosial (Jamal, dkk, 2021). Korupsi yang
dilakukan dapat berbentuk pengurangan jumlah dana yang sewajarnya diperoleh masyarakat, hal ini
sejalan dengan pernyataan Ketua Pusat Kajian Antikorupsi (PUKAT) UGM (Jamal, dkk, 2021). Setelah
kasus korupsi dana bantuan sosial yang menjerat Juliari Batubara terungkap dan menetapkannya sebagai
tersangka, Presiden Joko Widodo mengambil tindakan dengan menghimbau kabinetnya untuk tidak
melakukan hal yang serupa dalam penggunaan anggaran dana bencana, terutama di masa pandemi
(Marzuki, dkk, 2021).
Korupsi merupakan skema fraud yang paling umum di seluruh dunia (ACFE, 2020). Fraud
mencakup segala cara penipuan untuk memperoleh aset orang lain. Kasus korupsi di lembaga nonprofit
umumnya lebih tinggi karena kurangnya sumber daya untuk mencegah dan pulih dari kerugian yang
disebabkan oleh fraud (ACFE, 2020). Masalah korupsi merupakan sebuah permasalahan yang sangat
berpengaruh dan merugikan kinerja ekonomi, stabilitas politik, dan integritas masyarakat (Ruspiantoko,
dkk, 2021). Korupsi berpengaruh terhadap seluruh program pembangunan, kualitas pendidikan yang
rendah, kualitas pembangunan yang rendah, serta kemiskinan yang berujung pada kegagalan suatu
negara (Lemhannas RI, 2020).
Masyarakat yang terpengaruh COVID-19 sangat bergantung pada bantuan dari pemerintah.
Namun, dana bantuan yang seharusnya disalurkan ke masyarakat justru dikorupsi oleh pemerintah.
Fenomena ini bertolak belakang dengan konsep negara kesejahteraan. Konsep negara kesejahteraan
menunjukkan bahwa negara maupun pemerintah bertindak sebagai penjaga keamanan serta ketertiban
yang bertanggung jawab untuk mewujudkan keadilan sosial, kesejahteraan umum, dan sebesar-besarnya
untuk kemakmuran rakyat (Jamal, dkk, 2021).
Upaya pencegahan tindak korupsi perlu dilakukan dengan gencar menilai tingginya jenis
kerusakan yang ditimbulkan oleh korupsi (Suherman, 2020). Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
merupakan badan hukum yang berperan sebagai pemberantas korupsi besiaga dalam menjaga keamanan
distribusi anggaran penyaluran bantuan sosial COVID-19. Ketua KPK menyampaikan bahwa KPK akan
memberikan sanksi tegas kepada pelaku tindak pidana korupsi di tengah bencana pandemi COVID-19.
Ancaman hukuman mati dapat diberikan kepada pelaku tindak pidana dalam suasana bencana
(Yonimah, dkk, 2021).
Kasus yang diangkat dalam penelitian ini adalah kasus korupsi bantuan sosial COVID-19 yang
dilaksanakan oleh mantan Menteri Sosial Juliari Peter Batubara pada tahun 2020. Rumusan masalah
dalam penelitian ini, yaitu korupsi merupakan bentuk fraud yang menimbulkan kerugian besar dan
marak terjadi di Indonesia, terutama korupsi yang dilakukan oleh aparat negara, tetapi pengetahuan
masyarakat mengenai cara menganalisis kasus dan pendeteksian fraud masih minim. Berdasarkan
rumusan masalah tersebut, pertanyaan penelitian ini, yaitu (1) Apakah kasus yang menjerat Juliari
Batubara termasuk dalam kategori fraud?; (2) Siapa korban dan pelaku dalam kasus ini?; (3) Apa yang
menjadi motivasi pelaku melakukan tindakan korupsi bantuan sosial?; (4) Apa dampak yang
ditimbulkan oleh kasus korupsi bantuan sosial?; (5) Apa strategi dan metode yang dapat digunakan
untuk mendeteksi tindakan fraud dalam kasus ini?
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Paramastri, dkk (2013) menganalisis kasus korupsi
dengan membedah alur terjadinya kasus korupsi dan memberikan saran sebagai solusi atas
permasalahan korupsi. Namun, penelitian tersebut tidak menganalisis motivasi pelaku dan metode
p-ISSN: 2550-0376 | e-ISSN: 2549-9637 33
AKUNTANSIAKUNTANSI
DEWANTARA VOL. 6 NO 3VOL.
DEWANTARA BULAN
..... OKTOBER 202220XX
NO ..... BULAN

pendeteksian red flag dari suatu kasus fraud. Berbekal dari research gap dan fenomena gap, penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis dan mengindentifikasi kasus dari segi kategori fraud, profil korban,
profil pelaku, motivasi yang mendorong pelaku untuk bertindak demikian, dampak, hingga strategi dan
metode pendeteksian fraud. Menilai dari banyaknya dampak buruk yang diakibatkan oleh kasus
kecurangan, penelitian ini penting untuk menganalisis kasus fraud yang melibatkan masyarakat luas di
masa pandemi untuk membuka wawasan dan meningkatkan kesadaran masyarakat. Penelitian ini
diharapkan dapat meningkatkan pemahaman mengenai cara mendeteksi kasus kecurangan korupsi dan
melaporkannya melalui sistem whistleblowing dari KPK. Penelitian ini diharapkan dapat membuka
wawasan lebih luas mengenai audit forensik, khususnya yang terjadi dalam kasus fraud jenis korupsi.

LANDASAN TEORI
Fraud
Fraud adalah tindakan yang secara sengaja dilakukan untuk mengelabuhi orang lain dengan
menyembunyikan, menghilangkan, hingga mengubah informasi yang dipandang mampu untuk
memengaruhi dan mengubah keputusan, sehingga dapat memberikan keuntungan bagi mereka yang
melakukannya (Utomo, 2018). Menurut Albrecht, dkk. (2014), ada dua cara untuk memperoleh sesuatu
dari orang lain secara ilegal, yaitu melalui paksaan atau penipuan. Fraud mencakup segala cara
penipuan untuk memperoleh aset orang lain. Menurut Hall (2011), fraud mengindikasikan representasi
palsu dari fakta yang bersifat material yang dibuat oleh satu pihak ke pihak lain. Aksi ini dilakukan
untuk menipu dan mendorong pihak lain untuk mengandalkan fakta yang bisa menyebabkan kerugian.
Fraud harus memenuhi lima kondisi, yaitu representasi palsu, fakta material, niat, ketergantungan yang
dibenarkan, dan kerugian.
Occupational fraud didefinisikan sebagai pemanfaatan pekerjaan seseorang untuk
meningkatkan kekayaan pribadi melalui penyalahgunaan sumber daya atau aset organisasi dengan
unsur kesengajaan (ACFE, 2020). Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) mengkategorikan
fraud ke dalam tiga kelompok utama yang dikenal dengan sebutan Fraud Tree. Tiga kategori utama
fraud, yaitu:
1. Penyalahgunaan aset, di mana seseorang mencuri atau menyalahgunakan sumber daya
organisasi tempatnya bekerja.
2. Kecurangan laporan keuangan, di mana seseorang menyebabkan salah saji atau
menghilangkan informasi material di laporan keuangan dengan sengaja.
3. Korupsi, di mana seseorang menyalahgunakan pengaruh mereka dalam transaksi dengan
cara yang pelanggaran kewajiban untuk memperoleh keuntungan langsung atau tidak
langsung.
Pihak yang Berkaitan dalam Fraud
Menurut Singleton dan Singleton, (2010), ada empat fakta yang harus dipenuhi untuk
menentukan apakah fraud telah terjadi, yaitu ada hukum yang mengatur, ada hukum yang dilanggar,
ada pelaku, dan ada korban. Identifikasi profil pelaku dan korban fraud dilakukan untuk memberikan
rekomendasi dalam pencegahan fraud. Menurut UU RI No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi
dan Korban, korban merupakan pihak yang menderita secara fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi
akibat suatu tindak pidana. Berdasarkan jumlah kerugiannya, korban dapat dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu korban berskala kecil dan tidak diketahui, korban berskala besar, dan korban kronis
(Button, dkk, 2009). Penelitian Hermanson, dkk. (2017) menunjukkan bahwa profil berupa posisi,
pendidikan, usia, dan perputaran dengan korban berpengaruh terhadap kemungkinan dan dampak
fraud.
Motivasi Fraud
Berdasarkan teori fraud triangle, terdapat tiga faktor yang menyebabkan seseorang melakukan
tindakan fraud. Yang pertama adalah adanya tekanan, baik dalam hal keuangan maupun nonkeuangan,
gaya hidup, dan tuntunan ekonomi di lingkungan sekitar. Yang kedua adalah adanya kesempatan,
kesempatan ini muncul ketika pengendalian internal sebuah organisasi lemah sehingga menimbulkan
pengawasan yang kurang dan penyalahgunaan wewenang. Yang terakhir adalah adanya rasionalisasi,
yaitu sikap, karakter, atau nilai etis yang membolehkan pihak tertentu untuk melakukan tindakan
kecurangan (Siddiq dan Hadinata, 2016).
p-ISSN: 2550-0376 | e-ISSN: 2549-9637 34
AKUNTANSIAKUNTANSI
DEWANTARA VOL. 6 NO 3VOL.
DEWANTARA BULAN
..... OKTOBER 202220XX
NO ..... BULAN

Motivasi paling besar dalam melakukan korupsi ialah adanya kesempatan (opportunitiy).
Organisasi yang menjadi korban korupsi umumnya memberikan andil terjadinya korupsi karena
membuka kesempatan atau peluang untuk terjadinya korupsi. Ketika tidak ada pengawasan dan
kurang efektifnya pengendalian internal dalam perusahaan dapat membuka sebuah peluang untuk
melakukan kecurangan serta penyalahgunaan jabatan dan aturan akuntansi juga berpengaruh terhadap
kecurangan yang terjadi (Christian dan Visakha, 2021).
Selain itu, para pelaku memiliki kedudukan dan atau fungsi resmi dalam organisasi (Christian,
dkk, 2019). Pelaku merasa memiliki kekuasaan dalam suatu organisasi sehingga memiliki motivasi dan
keberanian untuk melakukan fraud karena merasa dirinya yang menjadi pimpinan. Keberanian tersebut
dapat mendorong pelaku melakukan kecurangan juga dikarenakan mereka merasakan penegakan
hukum yang lemah. Keyakinan bahwa pelaku tidak akan terdeteksi atau dapat keluar dengan mudah
kalau pun tertangkap (Christian, dkk, 2019).
Pengaruh kedudukan dalam melakukan fraud, berhubungan juga dengan individu yang memiliki
kemampuan. Individu yang memiliki jabatan CEO atau pemimpin bisa menjadi faktor penipuan dalam
peran tersebut bisa memanfaatkan jabatan mereka untuk memengaruhi suatu pihak untuk melaksanakan
penipuan (Christian dan Visakha, 2021). Pelaku dapat memanipulasi pengendalian internal,
memperbaharui strategi yang canggih untuk melakukan fraud demi memperoleh keuntungan.
Pelaku juga memiliki arogansi, Arogansi adalah sebuah perilaku yang mementingkan diri sendiri
atas hak yang dimiliki serta tidak memedulikan pengendalian internal, peraturan dan kebijakan pada
suatu perusahaan atau organisasi (Christian dan Visakha, 2021). Indikator dalam arogansi yaitu koneksi
politik. Koneksi politik merupakan koneksi yang menghubungkan politik atau pemerintah dengan
perusahaan yang dikontrol oleh pemegang saham serta manajemen puncak dan biasanya perusahaan
ini dapat memperoleh keuntungan dari koneksi politik (Christian dan Visakha, 2021).
Strategi Pendeteksian Fraud
Berdasarkan hasil survei fraud Indonesia yang dilakukan oleh ACFE pada tahun 2019, terdapat
beberapa media pengungkapan terjadinya fraud. Media terdiri dari media laporan, audit internal, audit
eksternal, pengamatan dan pemantauan, rekonsiliasi dari akun-akun, pemeriksaan dokumen,
pendeteksi secara kebetulan, reviu oleh manajemen, penegakan hukum, dan pengawasan IT. Tingkatan
pendeteksian paling tinggi adalah melalui media laporan di mana mencapai 38.9% (ACFE Indonesia
Chapter, 2020).
Untuk memeriksa apakah terjadinya tindakan korupsi, pihak pengawas yang berwajib perlu
menerapakan pendeteksian korupsi untuk memantau apakah terdapat tindakan korupsi. Kecurangan
yang dikategorikan korupsi dilakukan oleh pegawai terhadap sebuah organisasi untuk kepentingan
pribadi pegawai. Dalam melakukan tindakan korupsi, seseorang yang berada dalam sebuah organisasi
melakukan kerja sama dengan seorang yang berada di luar organisasi sehingga hubungan kedua
tersebut merugikan organisasi. Sebuah kecurangan akan menimbulkan jejak tindakan yang tertinggal
atau sering disebut sebagai red flags. Red flags dapat berbentuk seperti perubahan perilaku maupun
karakteristik suatu individu, transaksi yang tidak biasa, transaksi atau peristiwa yang tidak terjelaskan,
anomali akuntansi, dan sebagainya (Yanti, 2017).
Red flags yang biasanya terjadi dalam korupsi, yaitu:
1. Hubungan antara karyawan dengan vendor resmi,
2. Hubungan rahasia antara karyawan dengan pihak ketiga,
3. Tidak ada klarifikasi atas persetujuan manajemen atas pemilihan pihak ketiga,
4. Hal aneh dalam catatan akuntansi, dan
5. Anomali dalam pemilihan vendor.
Lima poin di atas dapat dikatakan sebagai cara-cara untuk mendeteksi apakah terjadinya
korupsi dalam organisasi. Apabila kelima hal tersebut terjadi dalam organisasi, tentu ini akan
menimbulkan kecurigaan yang meninggalkan red flags. Adanya hubungan erat karyawan dengan
vendor dan karyawan dengan pihak ketiga memungkinkan timbulnya kerja sama untuk melakukan
tindakan korupsi.
Alat dan Metode Pendeteksian Fraud
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, media pendeteksian korupsi adalah pelaporan.
Pelaporan terkait korupsi dapat disampaikan kepada KPK melalui datang langsung, telepon, SMS,
p-ISSN: 2550-0376 | e-ISSN: 2549-9637 35
AKUNTANSIAKUNTANSI
DEWANTARA VOL. 6 NO 3VOL.
DEWANTARA BULAN
..... OKTOBER 202220XX
NO ..... BULAN

surat, faksimile, atau KPK Whistleblower's System atau KWS (KPK, 2017). Dilansir dari
Web.balikpapan.go.id, whistleblower merupakan sebagai pelapor tindak pidana yang mengetahui dan
melaporkan tindak pidana tertentu dan bukan bagian dari pelaku kejahatan yang dilaporkannya.
KWS bisa diakses melalui http://kws.kpk.go.id. Selain itu, KPK juga membuat sebuah sistem
whistleblowing bernama Jaringan Pencegahan Korupsi (JAGA) KPK yang bisa diakses pada situs
jaga.id (Yonimah, dkk, 2021). JAGA merupakan aplikasi pencegahan korupsi yang mendorong
transaparasi penyelenggaran pelayanan publik dan pengelolaan aset negara. Aplikasi JAGA telah
berkembang hingga ke sektor pendidikan, anggaran, kesehatan, dan perizinan. Fasilitas ini menjamin
kerahasiaan pihak yang melapor dari kemungkinan terungkapnya identitas kepada publik. Pelapor bisa
berperan aktif memonitor perkembangan laporan yang telah disampaikan dan tidak perlu
mengkhawatirkan identitasnya diketahui.

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Metode
penelitian kualitatif merupakan penelitian untuk menjabarkan dan menganalisis fenomena, kejadian,
kegiatan sosial, sikap kepercayaan, pandangan, serta pemikiran orang, baik secara individu maupun
kelompok (Sukmadinata, 2005). Pendekatan penelitian kualitatif menurut Creswell (2015) meliputi
studi etnografis, studi fenomenologi, studi grounded theory, studi naratif, dan studi kasus. Studi kasus
merupakan pendekatan kualitatif yang mengkaji kasus tertentu dalam konteks kehidupan nyata
kontemporer (Creswell, 2015).
Penelitian ini merupakan studi kasus instrumental tunggal mengenai kasus korupsi bansos
COVID-19 yang dilakukan oleh mantan Menteri Sosial Juliari Peter Batubara pada tahun 2020. Hasil
studi kasus ini tidak dimaksudkan untuk digeneralisasikan karena ruang lingkupnya berupa kasus
tunggal. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2015). Data
diperoleh dari sumber sekunder, yaitu hasil pengumpulan dari orang lain (Sugiyono, 2015). Sumber
pustaka berupa buku, jurnal, dan artikel dari internet.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Fraud
Korupsi tergolong dalam fraud yang disebut sebagai kejahatan luar biasa, terutama korupsi
terhadap dana bantuan sosial akan menyebabkan kerugian bagi berbagai pihak (Yonimah, dkk, 2021).
Kasus korupsi bantuan sosial COVID-19 yang dilaksanakan oleh mantan Menteri Sosial Juliari Peter
Batubara tergolong dalam kategori korupsi. Awal mula kasus ini adalah adanya pengadaan program
bantuan sosial COVID-19 dalam bentuk pemberian paket sembako di Kementerian Sosial tahun 2020.
Program ini dibiayain dengan dana sebesar Rp5,9 trilliun dengan 272 kontrak dan dijalankan selama 2
periode. Juliara Batubara selaku Menteri Sosial menunjuk Matheus dan Adi sebagai Penjabat Pembuat
Komitmen (PPK) dalam pelaksanaan proyek tersebut dengan cara penunjukan langsung para rekanan
(Sahara, 2021). Menurut KPK, Juliari diduga menyetujui pemungutan fee dari setiap paket bansos yang
seharusnya disalurkan ke warga (BBC News Indonesia, 2021).
Investigasi fraud merupakan suatu keharusan dari faktor hukum. Menurut Singleton dan
Singleton, (2010), ada empat fakta yang harus dipenuhi untuk menentukan apakah fraud telah terjadi,
yaitu ada hukum yang mengatur, ada hukum yang dilanggar, ada pelaku, dan ada korban. Juliari
terbukti melanggar Pasal 12 huruf b juncto Pasal 18 UU RI Nomor 31 Tahun 1999 juncto Pasal 55
ayat (1) ke-1 KUHP juncto Pasal 64 ayat (1) KUHP (Sonia, 2021a). Pelaku dijatuhi pidana penjara
selama 12 tahun, denda senilai Rp500 juta, dan pencabutan hak politik untuk dipilih selama empat
tahun setelah menjalani pidana pokok (Rizki, 2021a).
Profil Korban
Korban dari kasus ini adalah para warga yang seharusnya memperoleh bantuan sosial (bansos)
COVID-19. Beberapa contoh dari korban korupsi ini, yaitu Sri Manah, Muhariyati, dan lainnya (BBC
News Indonesia, 2021). Laporan koalisi masyarakat sipil mendapatkan pengaduan 17 orang, yaitu 2
warga Jakarta Barat, 11 warga Jakarta Utara, dan 5 warga Kepulauan Seribu.
Sri Manah adalah warga yang bertempat tinggal di kawasan Kampung Walang, Kelurahan
Ancol, Jakarta Utara. Sri berusia 53 tahun, memiliki empat anak, dan mencari nafkah dengan menjual
p-ISSN: 2550-0376 | e-ISSN: 2549-9637 36
AKUNTANSIAKUNTANSI
DEWANTARA VOL. 6 NO 3VOL.
DEWANTARA BULAN
..... OKTOBER 202220XX
NO ..... BULAN

makanan, tetapi sempat berhenti berjualan karena sakit. Sri dianggap sebagai pengurus di kampungnya
sehingga para tetangga mengadu masalah tidak memperoleh bansos kepadanya. Isi paket bansos yang
sebelumnya cukup untuk empat orang selama dua pekan mengalami penurunan. Perangkat desa
menjelaskan bahwa paket bansos tidak cukup untuk dibagi ke semua warga sehingga satu paket dibagi
menjadi dua bagian.
Muhariyati adalah warga DKI Jakarta dan perwakilan dari Himpunan Wanita Disabilitas
Indonesia (HWDI) Jakarta. Para wanita disabilitas berprofesi sebagai pemijat, penjahit, penjual, dan
lainnya mengalami kesulitan karena PSBB. Muhariyati menjelaskan bahwa awalnya kualitas bantuan
masih bagus, tetapi jumlah dan kualitas paket bansos semakin memburuk di tahap selanjutnya. Eny
Rochayati adalah warga Kampung Marlina, Jakarta Utara. Eny mengajukan gugatan ganti rugi dengan
harapan bisa memberikan efek jera kepada pelaku korupsi (BBC News Indonesia, 2021).
Profil Pelaku dan Motivasi Pelaku
Pelaku dari kasus ini adalah Juliara Batubara. Dilansir dari Kompas (2019), Juliari Peter
Batubara lahir pada 22 Juli 1972 yang kini telah berumur 49 tahun, menjabat sebagai Menteri Sosial
Kabinet Indonesia Maju sejak 23 Oktober 2019 hingga 6 Desember 2020.
Juliari merupakan anggota Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Selama dua periode beliau
mewakili Jawa Tengah I di DPR sebagai anggota Komisi VI yang menangani Perdagangan,
Perindustrian, Penanaman Modal, Koperasi, UKM, dan BUMN, serta Standardisasi Nasional. Beliau
juga menjabat sebagai Bendahara Umum PDI-Deputi P periode 2019-2024.
Juliari menempuh pendidikan di Amerika Serikat di Riverside City College dan Chapman
University. Juliari bekerja sebagai eksekutif puncak di PT Wiraswasta Gemilang Indonesia, PT Arlinto
Perkasa Buana, PT Bwana Energy, dan PT Tridaya Mandiri sebelum terjun ke dunia politik. Selain itu,
dari 2007 hingga 2014, beliau adalah Ketua Harian Asosiasi Produsen Pelumas Indonesia (Aspelindo).
Juliari juga pernah menjadi Wakil Ketua Komite Tetap Kadin Bidang Akses Informasi Peluang Usaha
UMKM 2009-2010. Beliau merupakan salah satu orang yang diajak sebagai bagian dari pembentukan
Kabinet Indonesia Maju oleh Presiden Joko Widodo.
Ahmad Alamsyah Saragih selaku anggota Ombudsman RI mengatakan kasus ini terjadi karena
lemahnya pengawasan internal (Fuad, 2020). Kelemahan pengawasan internal menciptakan
kesempatan untuk melakukan fraud. Juliari seolah tidak puas dengan kekayaannya yang secara
keseluruhan sebesar Rp47,18 miliar. Juliari masih tergoda dengan uang suap walaupun gaji, tunjangan,
dan fasilitasnya terjamin dengan baik (Anzari dan Fariza, 2021). Uang korupsi ini digunakan untuk
membiayai kegiatan operasional di Kemensos, misalnya untuk membayar biaya konsumsi, biaya tes
"swab", membeli ponsel dan sepeda Brompton, membayar honor artis, membayar hewan kurban
hingga menyewa pesawat pribadi (Rizki, 2021b).
Dampak
Kasus korupsi dana bantuan sosial COVID-19 yang dilakukan oleh para pihak yang tidak
bertanggung jawab, seperti Juliari, memberikan banyak dampak kerugian bagi warga dan juga
kerugian bagi negara. Dampak yang paling besar dari kasus korupsi bansos COVID-19 adalah
membuat perekonomian negara menjadi rusak dan tidak stabil. Negara mengalami kerugian sebesar
Rp32,48 miliar yang telah diterima oleh mantan Mensos (Sonia, 2021b). Kasus korupsi dana bansos
berakibat pada kekecewaan dan ketidaksejahteraan para warga yang membutuhkan. Praktik suap yang
dilakukan di masa pandemi ini berdampak sangat besar bagi korban, baik dari segi kesehatan maupun
perekonomian (Kamil, 2021). Ada warga yang tidak memperoleh bansos sama sekali, ada pula yang
mendapat paket bansos dengan jumlah sedikit atau kualitas buruk, bahkan mendekati kadaluarsa.
Namun, warga terpaksa mengolah bahan makanan seadanya demi bertahan hidup.
Pendeteksian Korupsi
Berdasarkan kasus yang diangkat, peneliti menganalisis adanya red flags pada kasus ini.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya terdapat lima hal umum red flags pada korupsi, yakni
hubungan antara karyawan dan vendor resmi, hubungan rahasia antara karyawan dengan pihak ketiga,
tidak ada klarifikasi atas persetujuan manajemen atas pemilihan pihak ketiga, hal aneh dalam
pencatatan akuntansi, dan anomali dalam penemilihan vendor. Implementasi red flags pada penelitian
ini digunakan untuk mendeteksi kecurangan yang terjadi pada kasus korupsi bansos COVID-19.
Pembahasan red flags pertama adalah hubungan antara karyawan dengan vendor resmi. Pada
p-ISSN: 2550-0376 | e-ISSN: 2549-9637 37
AKUNTANSIAKUNTANSI
DEWANTARA VOL. 6 NO 3VOL.
DEWANTARA BULAN
..... OKTOBER 202220XX
NO ..... BULAN

kasus ini ditemukan adanya hubungan spesial antara PPK dengan para vendor. Pada bulan Mei hingga
November 2020, Matheus dan Adi mengadakan kontrak pekerjaan dengan vendor, yaitu Ardian, Harry
Sidabuke, dan juga PT PRI yang diduga dimiliki oleh Matheus. Dalam praktiknya, Matheus dan Adi
mematok biaya seharga Rp10.000 untuk setiap sembako dengan harga satuan paket Rp300.000
(Sahara, 2021). Dapat dilihat bahwa adanya hubungan spesial antara PKK dengan para vendor, dimana
PKK melakukan perjanjian adanya fee untuk setiap paket sembako ditambah lagi salah satu vendor
merupakan miliki dari Matheus. Dengan adanya patokan fee dan kepemilikian vendor yang juga
merupakan anggota dari PKK sendiri, tentu menadakan adanya hubungan spesial antara kedua pihak
hingga timbulnya kesempatan untuk melakukan tindakan korupsi.
Red flags kedua adalah terdapat hubungan rahasia terhadap pihak ketiga. Pihak ketiga di sini
adalah vendor, PKK, dan juga orang kepercayaan Juliara Batubara. Vendor yang ditunjuk dalam
penyaluran sembako bansos ini adalah Ardian, Harry Sidabuke, dan PT PRI. Hubungan rahasia ini
terjadi antara PT PRI dengan anggota PKK. Menurut hasil temuan ICW, PT PRI ini merupakan milik
dari salah satu anggota PKK, yakni Matheus. Selain itu pihak ketiga yang terlibat dalam kasus ini
adalah orang kepercayaan Juliara, Eko dan Shely N. Mereka mengelola hasil korupsi tersebut untuk
membiayai kehidupan pribadi Juliara Batubara.
Pendeteksian korupsi yang ketiga adalah tidak adanya klarifikasi atas persetujuan manajemen
atas pemilihan pihak ketiga. Dalam menetapkan anggota PPK, Juliara Batubara menunjuk secara
langsung Matheus dan Adi tanpa melalui seleksi terlebih dahulu. Menurut peneliti, penunjukan secara
langsung ini memungkinkan adanya kolusi terlebih dahulu antara Juliara Batubara dengan Matheus
dan Adi.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPK) melakukan audit terhadap dugaan
korupsi bantuan sosial COVID-19 di Kementerian Sosial. Hasil yang ditemukan, yakni terdapat selisih
harga dari bansos sembako sebanyak Rp74 milliar. Selisih harga tersebut dibayarkan Kementerian
Sosial kepada vendor. Temuan yang kedua adalah terdapat kelebihan bayar kepada vendor dan
besarnya biaya pengadaan goodie bag yang dikerjakan oleh PT Sri Rejeki Isman, Tbk dan PT Khalifa
Rancang Rancak.
Untuk mengawasi kasus ini, KPK membuat whistleblowing system yang memudahkan
masyarakat untuk melakukan pelaporan adanya tindakan penyelewengan, khususnya tindak pidana
korupsi yang akan diteruskan dan ditindak tegas bersama Polri, Kejaksaan Agung, hingga Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Sistem ini dapat diakses melalui website KWS maupun
aplikasi JAGA.

KESIMPULAN
Kasus korupsi dana bantuan sosial COVID-19 yang dilakukan oleh Juliari Batubara termasuk
dalam kasus fraud. Korupsi yang dilakukan oleh mantan Mensos yang tidak bertanggung jawab
memberikan dampak yang besar, bahkan berdampak pada perekonomian dan kesehatan masyarakat.
Pelakunya adalah Juliari Batubara selaku mantan Mensos dan korbannya adalah para warga yang
seharusnya memperoleh bansos. Dari hasil penelitian ini, pendeteksian korupsi bansos COVID-19
memenuhi tiga red flags yang umum. Pendeteksian korupsi ini dapat diketahui melalui pihak pelapor
melalui sistem whistleblowing dari KPK, yakni Jaringan Pencegahan (JAGA) dan KWS. Peran
preventif dan transparansi dari pemerintah, lembaga pemerintahan, dan masyarakat diharapkan dapat
mengatasi korupsi di Indonesia sehingga masyarakat dapat menerima haknya.
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan implikasi kepada pembaca, baik implikasi
teoretis maupun implikasi manajerial. Implikasi teoretis, yaitu meningkatkan pemahaman mulai dari
jenis fraud, profil korban, profil dan motivasi pelaku, dampak, hingga pendeteksian fraud. Implikasi
manajerial, yaitu penelitian ini mengidentifikasi unsur-unsur yang berkaitan dengan fraud yang terjadi
di Indonesia, yaitu kasus korupsi bansos COVID-19, dan dapat dijadikan sebagai acuan untuk
diperhatikan dan perbaikan cara kerja.
Penelitian ini memberikan kontribusi secara akademik terhadap pengetahuan mengenai cara
menganalisis sebuah kasus fraud yang terjadi. Kajian ini dapat dijadikan sebagai panduan untuk
penelitian lanjutan. Keterbatasan penelitian ini, yaitu hanya menganalisis kasus tunggal dari fraud
kategori korupsi. Penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan lebih detail, seperti
p-ISSN: 2550-0376 | e-ISSN: 2549-9637 38
AKUNTANSIAKUNTANSI
DEWANTARA VOL. 6 NO 3VOL.
DEWANTARA BULAN
..... OKTOBER 202220XX
NO ..... BULAN

perbedaan tata cara pendeteksian fraud untuk setiap kategorinya. Penelitian ini melakukan analisis
hanya terbatas dari data sekunder yang diperoleh dari internet. Penelitian selanjutnya dapat
mempertimbangkan metode wawancara untuk memperoleh informasi langsung dari pihak terkait.

REFERENSI
ACFE (2020) Report to the Nations: Global Study on Occupational Fraud and Abuse. Tersedia pada:
https://acfepublic.s3-us-west-2.amazonaws.com/2020-Report-to-the-Nations.pdf.
ACFE Indonesia Chapter (2020) Survei Fraud Indonesia. Jakarta: Survei Fraud Indonesia 2019. Tersedia pada:
https://acfe-indonesia.or.id/wp-content/uploads/2021/02/SURVEI-FRAUD-INDONESIA-2019.pdf.
Albrecht, W. S. et al. (2014) Fraud Examination Edisi Kelima. Kanada: Cengage Learning.
Anzari, P. P. dan Fariza, N. P. (2021) “Analisis framing pemberitaan penangkapan juliari batubara dalam korupsi
dana bansos covid-19 pada kompas.com,” Jurnal Kajian Media, 5(1), hal. 39–49. doi:
10.25139/jkm.v5i1.3618.
BBC News Indonesia (2021) Juliari Batubara divonis 12 tahun penjara, korban masak bantuan tak layak -
'Terpaksa kami olah, karena itu yang kami dapatkan’, BBC News Indonesia. Tersedia pada:
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-58301733 (Diakses: 24 Maret 2022).
Button, M., Lewis, C. dan Tapley, J. (2009) Fraud typologies and the victims of fraud: literature review. London:
National Fraud Authority. Tersedia pada: https://researchportal.port.ac.uk/en/publications/fraud-
typologies-and-the-victims-of-fraud-literature-review.
Christian, N., Basri, Y. Z. dan Arafah, W. (2019) “Analysis of Fraud Triangle, Fraud Diamond and Fraud
Pentagon Theory to Detecting Corporate Fraud in Indonesia,” The International Journal of Business
Management and Technology, 3(4), hal. 73–78. Tersedia pada:
https://www.theijbmt.com/archive/0928/608343945.pdf.
Christian, N. dan Visakha, B. (2021) “Analisis Teori Fraud Pentagon dalam Mendeteksi Fraud pada Laporan
Keuangan Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia,” CoMBInES-Conference on Management,
Business, Innovation, Education and Social Sciences, 1(1), hal. 1325–1342. Tersedia pada:
https://journal.uib.ac.id/index.php/combines/article/view/4564.
Creswell, J. W. (2015) Penelitian Kualitatif & Desain Riset: Memilih di antara Lima Pendekatan (Edisi Ketiga).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fuad, H. (2020) Terungkap, Ini Alasan Mensos Juliari Batubara Bisa Korupsi Bansos Covid-19, Oke Zone.
Tersedia pada: https://economy.okezone.com/read/2020/12/08/320/2323885/terungkap-ini-alasan-
mensos-juliari-batubara-bisa-korupsi-bansos-covid-19?page=1 (Diakses: 24 Maret 2022).
Hall, J. A. (2011) Accounting Information System Edisi Ketujuh. Mason: Cengage Learning.
Hermanson, D. R. et al. (2017) “Unique Characteristics of Predator Frauds,” Journal of Forensic Accounting
Research, 2(1), hal. A31–A48. doi: 10.2308/jfar-51747.
Jamal, S. P. A., Sahrana dan Fitriyani, D. (2021) “E-Complaints For SG (Social Grants): Upaya Preventif dalam
Penanggulangan Tindak Pidana Korupsi di Tengah Pandemi,” Jurnal Legislatif, 4(2), hal. 124–132. doi:
10.20956/jl.vi.14594.
Kamil, I. (2021) Juliari Divonis 12 Tahun Penjara, ICW: Lukai Hati Korban Korupsi Bansos, Lebih Tepat
Seumur Hidup, Kompas. Tersedia pada: https://nasional.kompas.com/read/2021/08/23/17094901/juliari-
divonis-12-tahun-penjara-icw-lukai-hati-korban-korupsi-bansos-lebih?page=all (Diakses: 24 Maret 2022).
Kompas (2019) Juliari Batubara, Calon Menteri Pertama PDI-P yang Dipanggil Jokowi, Kompas. Tersedia
pada: https://nasional.kompas.com/read/2019/10/22/11215511/juliari-batubara-calon-menteri-pertama-
pdi-p-yang-dipanggil-jokowi?page=1 (Diakses: 24 Maret 2022).
KPK (2017) Mengenal Pengaduan Masyarakat, KPK. Tersedia pada: https://www.kpk.go.id/id/layanan-
publik/pengaduan-masyarakat/mengenal-pengaduan-masyarakat (Diakses: 24 Maret 2022).
Lemhannas RI (2020) Ketua KPK: Korupsi Adalah Kejahatan Luar Biasa, Lemhannas RI.
Marzuki, C. V. S., Pasalbessy, J. D. dan Patty, J. M. (2021) “Aspek Melawan Hukum Pidana Terhadap Perbuatan
Penyalahgunaan Wewenang Dalam Penyaluran Bantuan Sosial di Masa PSBB,” TATOHI: Jurnal Ilmu
Hukum, 1(7), hal. 672–678. Tersedia pada: https://fhukum.unpatti.ac.id/jurnal/tatohi/article/view/662.
Paramastri, I., Setiyono, B. dan Martini, R. (2013) “Analisis Kasus Korupsi Proyek Pembangunan Jalan Lingkar
Kota Slawi (Jalingkos) di Kabupaten Tegal,” Journal of Politic and Government Studies, hal. 288–293.
Tersedia pada: https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jpgs/article/view/2348.
Rizki, M. J. (2021a) Eks Mensos Juliari Divonis 12 Tahun Penjara dalam Perkara Bansos, Hukum Online.
Tersedia pada: https://www.hukumonline.com/berita/a/eks-mensos-juliari-divonis-12-tahun-penjara-
dalam-perkara-bansos-lt61235675ad26b (Diakses: 24 Maret 2022).
Rizki, M. J. (2021b) Eks Mensos Juliari Divonis 12 Tahun Penjara dalam Perkara Bansos, Hukum Online.
p-ISSN: 2550-0376 | e-ISSN: 2549-9637 39
AKUNTANSIAKUNTANSI
DEWANTARA VOL. 6 NO 3VOL.
DEWANTARA BULAN
..... OKTOBER 202220XX
NO ..... BULAN
Ruspiantoko, D., Fitriyani, L. dan Kholidah, A. (2021) “Analisis Framing Tentang Kasus Tersangka Korupsi
Dana Bansos Covid-19 Juliari Peter Batubara di Tempo,” Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
(JPIPS), 13(1), hal. 1–7.
Sahara, W. (2021) Awal Mula Kasus Korupsi Bansos COVID-19 yang Menjerat Juliari hingga Divonis 12 Tahun
Penjara, Kompas. Tersedia pada: https://nasional.kompas.com/read/2021/08/23/18010551/awal-mula-
kasus-korupsi-bansos-covid-19-yang-menjerat-juliari-hingga-divonis?page=all (Diakses: 24 Februari
2022).
Siddiq, F. R. dan Hadinata, S. (2016) “Fraud Diamond dalam Financial Statement Fraud,” BISNIS : Jurnal Bisnis
dan Manajemen Islam, 4(2), hal. 98–114. doi: 10.21043/bisnis.v4i2.2692.
Singleton, T. W. dan Singleton, A. J. (2010) Fraud Auditing and Forensic Accounting Edisi Keempat. United
States of America: John Willey & Sons, Inc.
Sonia, G. (2021a) KPK Usut Kerugian Negara Akibat Korupsi Bansos Covid-19 Mantan Mensos Juliari
Batubara, Galamedia News. Tersedia pada: https://galamedia.pikiran-rakyat.com/news/pr-
352352903/kpk-usut-kerugian-negara-akibat-korupsi-bansos-covid-19-mantan-mensos-juliari-
batubara?page=2 (Diakses: 24 Maret 2022).
Sonia, G. (2021b) KPK Usut Kerugian Negara Akibat Korupsi Bansos Covid-19 Mantan Mensos Juliari
Batubara, Galamedia News.
Sugiyono (2015) Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung:
Alfabeta.
Suherman, H. (2020) “Tindak Pidana Korupsi Di Era Pandemic Global,” Aktualita (Jurnal Hukum), 3(1), hal.
657–672. doi: 10.29313/aktualita.v0i0.6761.
Sukmadinata, N. S. (2005) Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban (2006).
Utomo, L. P. (2018) “Kecurangan dalam Laporan Keuangan ‘Menguji Teori Fraud Triangle,’” Jurnal Akuntansi
dan Pajak, 19(1), hal. 77. doi: 10.29040/jap.v19i1.241.
Web.balikpapan.go.id (tanpa tanggal) Whistleblower, web.balikpapan.go.id. Tersedia pada:
http://web.balikpapan.go.id/whistleblower (Diakses: 24 Maret 2022).
Yanti, H. B. (2017) “Pemahaman Auditor tentang Skema Kecurangan, Red Flags, Mekanisme Deteksi dan
Mekanisme Preventif Kecurangan,” Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, 13(3), hal. 31–48. doi:
10.25105/mraai.v13i3.1748.
Yonimah, N. H., Lailiyah, K. dan Kurniawan, D. D. (2021) “Regulasi Pemerintah dan Upaya KPK Mencegah
Korupsi dalam Perspektif Akuntansi Forensik (Studi Kasus Bencana COVID-19),” Jurnal Ekonomika dan
Bisnis, 8(1), hal. 79–88. doi: 10.51792/jeb.Vol8.Jeb01.56.

p-ISSN: 2550-0376 | e-ISSN: 2549-9637 40

You might also like