Professional Documents
Culture Documents
PENILITIAN
Dolfie Mokoagouw
Abstract. In industrial activity, the heavy metals are highly used to develop and
increase their products. Utilization of heavy metals as catalyst, product and by-product
produced pollutant of the heavy metals around Bitung Municipality coastal areas. The
objective of this study was to evaluate the impact of the heavy metal industrial activity
indicated by biological method on farmer’s social economic and community around
Bitung Municipality coastal areas. This research was conducted from May 1999 to
January 2000 using eleven samples of locations around Bitung Municipality coastal
areas. Samples were taken once every two weeks at each location and analyzed at the
laboratory. Survey of the farmer’s social economic was conducted after defining the
laboratory data of heavy metal contents. The results of this study showed that diversity
indexes of the benthic fauna were 0.33 to 2.79. Main parts of the locations from St. 2 to
St. 11 showed diversity indexes of plankton of 1.12 to 3.14. During observation, there
were about 48 planktons. Diversity index of shells ranged from 0 to 1.79; similarly,
those of fish ranged from 0 to 2.43. Many of those index laid at the above of 2. The
results of this study can be concluded that industrial activities around Bitung
municipality coastal areas have contaminated the heavy metal pollutants in the bodies
of marine animal organisms such as, benthic fauna, plankton, fish and shells varied
among eleven locations.
air, sedimen, bentos, plankton, ikan aquades, pembesar, “cool bor”, corong pemisah,
formalin 4 %, asam asetat glasial, metil pompa vakum, labu Erlenmeyer, gelas ukur,
alkohol 70 %, kantong plas-tik, label, gelas piala, pipet, corong gelas, mikroskop
H2SO4 pekat, KMnO4, NH2OHCl, binokuler, alat pemanas (hot plate), oven
K2Cr2O7, SnCl dan kertas saring. Alat yang pendingin (freezer).
digunakan adalah jala, Eckman Grab, Analisis Sampel
plankton net, saringan bertingkat, kaca Keanekaragaman jenis plankton,
bentos, kerang dan ikan di setiap pabrik seng (0,33). Hal ini diduga
pengamatan dihitung dengan menggunakan disebabkan oleh semakin buruknya kualitas
rumus indeks keragaman jenis Shannon- air di lokasi tersebut dan nilainya COD-nya
Wiener (Sielou 1966 dalam Andersin et al. juga sudah berada di atas baku mutu yang
1976) sebagai berikut: ditetapkan dalam KEPMEN 02/MENKLH/
S 1988.
H’ = pi ln pi
i 1
Secara keseluruhan selama
pengamatan dijumpai sebanyak 42 jenis
ni bentos (Tabel 3).
pi =
N
di mana N: jumlah individu dalam Indeks Keanekaragaman Plankton
komunitas, ni: jumlah individu masing- Hasil penelitian keanekaragaman jenis
masing jenis (i = 1,2,3, ... n), S: jumlah plankton di pantai Bitung dapat dilihat pada
jenis, dan H’: indeks keragaman jenis Tabel 4. Berdasarkan hasil pemeriksaan
labo-ratorium di lokasi penelitian yaitu pada
antara 2,17 dan 3,14. Secara umum terlihat terendah dijumpai pada stasiun 4 (Pelabuhan
bahwa keanekaragaman jenis plankton Semen Tonasa), Aertembaga (St.2) dan
Pelabuhan Samudera (St. 5) 1,28. (Tabel 5). Keragaman spesies ini mendapat
Rendahnya keanekaragaman jenis ba-nyak perhatian dan dinilai penting karena
plankton pada stasiun 2, 3 dan 4 diduga keragaman ini terancam oleh berbagai krisis
disebabkan rendahnya kandungan bahan lingkungan (Pielou 1975).
organik dilokasi tersebut. Sedangkan Keragaman spesies adalah sifat
rendahnya keanekaragaman jenis plankton komunitas yang memperlihatkan tingkat
pada stasiun 2 (Aertembaga) disebabkan keanekaragaman organisme yang ada di
banyaknya ikan (predator) yang memangsa dalamnya.
plankton.
Hasil pengamatan menunjukkan Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon-
bahwa selama pengamatan diperoleh 48 Wiener Kerang
jenis plankton di perairan pantai Bitung Hasil penelitian keanekaragaman jenis
didominasi oleh ikan-ikan setempat. Jenis Dalam penelitian ini, bentos, plankton,
ikan ini memang sudah lama dikenal di kerang dan ikan sebagai contoh yang
daerah (pantai) ini, dan mempunyai daya dianalisis. Indikator biologis dapat terjadi
adaptasi yang tinggi. Jika dibandingkan karena ada beberapa organisme yang dapat
dengan jumlah jenis ikan yang dijumpai berlaku sebagai biokonsentrasi logam atau
selama penelitian dengan data sekunder senyawa kimia tertentu (Wardhana 1995).
ikan-ikan yang hidup diperairan pantai ini Apabila pencemaran lingkungan
dapat dikatakan hanya 67 % dari jumlah diperkirakan melalui jalur air maka indikator
jenis ikan yang diketahui hidup diperairan biologisnya dapat ditentukan melalui hewan
ini. Dalam penelitian ini beberapa ikan yang atau tanaman yang hidup atau tumbuh di air
dikenal seperti cakalang (Katsuwonus baik air sungai, air danau, maupun air laut.
pelamis L), tuna dan julung-julung tidak Indikator biologis yang ada pada jalur air
tertangkap. Disadari bahwa alat tangkap dan dan mungkin akan sampai kepada manusia
cara penangkapan yang kurang profesional adalah :
sehingga ikan jenis tersebut tidak dijumpai. 1) Phytoplankton, jenis plankton
Demikian pula ikan-ikan langka yang hanya tumbuhan.
ada diperairan ini juga tidak ditemukan. Hal 2) Zooplankton, jenis plankton hewan
ini disebabkan selain karena langka, 3) Mollusca, jenis kerang-kerangan
populasinya sangat kurang dan tempatnya 4) Crustacea, jenis siput-siputan
(habitat) tertentu. 5) Ikan dan sejenisnya
Menurut Monintja (1997) terdpat 20 Beberapa unsur kimia atau jenis
spesies ikan penting dalam perkembangan logam yang pernah dijumpai sebagai
ikan-ikan produksi Sulawesi Utara. pencemar lingkungan perairan yang
Sebagian besar ikan-ikan tersebut terdapat terdeteksi, melalui indikator biologis antara
diperairan pantai Bitung. Berdasarkan data lain tembaga (Cu), kadmium (Cd), seng
laporan (Monintja 1997), kelompok ikan (Zn), air raksa (Hg) dan timbal (Pb) baik
pelagic produksinya (80%) dan ikan pada mollusca, plankton, crustacea dan ikan
demersal (14,6%), sisanya ikan coral dan (Wardhana 1995). Pengelompokan kondisi
squids. Jika pencemaran terus berlangsung keanekaragaman perairan yang lebih rinci
dan ikan sudah tercemar logam berat, (Krebs 1989) dibagi dalam empat kategori
dikhawatrikan akan ditolak oleh negara- yang disajikan pada Tabel 10.
negara konsumen. Tabel 10 menunjukkan
Indikator biologis dalam hal ini kecenderungan nilai indeks keanekaragaman
merupakan petunjuk ada tidaknya kenaikan yang tinggi berarti semakin rendah polusi
keadaan lingkungan dari keadaan garis pada perairannya atau kondisi perairan
dasar, melalui analisis kandungan logam semakin baik. Sebaliknya dengan nilai
berat atau kandungn senyawa kimia tertentu
yang terdapat didalam tanaman atau hewan.
Tabel 10. Kondisi Perairan Berdasarkan
Indikator biologis dapat ditentukan dari
Indeks Keanekaragaman
hewan atau tanaman yang terletak pada daur
pencemaran lingkungan sebelum sampai Indeks Kondisi Perairan
kepada manusia (Wardhana 1995). Keanekaragaman
Berdasarkan uraian diatas maka 3,0 - 4,5 Polusi sangat ringan
pengambilan contoh lingkungan, baik yang 2,0 - 3,0 Polusi ringan
1,0 - 2,0 Polusi sedang
berasal dari hewan maupun berasal dari 0,0 - 1,0 Polusi berat
tanaman haruslah yang terletak pada jalur
yang menuju dan berakhir pada manusia.
40 D. MOKOAGOUW
indeks keanekaragaman yang rendah kondisi Krebs, C.J. 1978. Ecology. The
perairannya semakin buruk. Hal ini sejalan Experimental Analysis of Distribution
dengan pernyataan Krebs (1989) bahwa nilai and Abudance. Harper & RowPubl.
keanekaragaman di alam tertinggi adalah 5. New York. p. 449.
Indeks keanekaragaman perairan pantai Law, E.A. 1981. Aquatic Pollution. A.
Bitung secara rata-rata dihitung dari Willey-Inter Science Publication. John
indikator biologi yaitu bentos, plankton, Willey & Sons. New York. p.301-365.
kerang dan ikan rata-rata berkisar<1-2,54 Monintja, D.R. 1997. Fisheries Resources
tergolong relatif sedang. Namun sudah ada Evaluation for Bitung Fishing Port
lokasi yang tercemar berat. Development Project. Jakarta. p.16.
Newel, G.E. and R.E. Newel. 1977. Marine
KESIMPULAN & SARAN Plankton. A Practical Guide.
Indikator biologis pencemaran logam berat Hutchinson and Co. Publ. Ltd. London .
ditunjukkan oleh indeks keanekaragaman p. 244.
bentos dari 0,33-2,79 dan sebagian besar St. Prescott, G.W. 1980. Freshwater Algae. The
2-St.11 indeks keanekaragaman 0,33-3,14. Picture Key Nature Series Brown
Indeks keaneka-ragaman kerang 0-1,79 dan Company Publishing, Iowa. p.78.
ikan dari 0-2,43. Sebagian besar masih Saeni, M.S. dan H.R. Wuryanduri. 1995.
diatas 2. Pengaruh Pencemaran Pb, Cd, dan Cu
Untuk mewujudkan pesisir pantai dalam Kangkung, Bayam dan Air
yang bebas polusi (pencemaran) logam Terhadap Pencemaran dalam Rambut di
berat, perlu dilakukan pengolahan limbah Kotamadya Bogor. Buletin Kimia IPB.
pada setiap kegiatan industri. No.12:55-78.
SAS Institute Inc. 1985. SAS User’s Guide :
DAFTAR PUSTAKA Statistics, Version 5 Edition. SAS
Andersin, A.B., J. Lossy and H. Sandler. Institute Inc. 1985. Box 8000, Garry,
1976. Community Structure of Soft North Caroline.
Bottom Macrofauna in Different Parts Swaileh, K.M. and D. Adelung. 1994.
of the Baltic. Institute of Marine Levels of Trace Metals and Effect of
Research, P.O. Box 136, SE-00121 Body Size on Metal Content and
Helsinki, Helsingfors 12 Finland. Concentration in Artica islandica L.
APHA, AWWA, and WCWP. (Mollusca : Bivalvia) from Kiel Bay,
1992.Standard Method for the Western Baltic. Marine Pollution
Examination of Water and Wastewater. Buletin Vol. 28 No.8:500-505.
Marry Ann H.F. (Ed) 14th Ed. APHA, Usinge, R.L. 1971. Aquatic Insects of
Washington, DC. California, With Key North American
Berntsse, M.H.G., K. Hylland, Sj. E.W. General and California Species.
Bonga and A. Maage. 1999. Toxic University of California Press, London.
Levels Dietary Copper in Atlantic p.10.
Salmon Salmo salar L. parz. Aquatic Wardhana, W.A. 1995. Dampak
Toxicolgy Vol. 46 No. 2 :87-99. Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi
Jeng, W.L. and B.C. Han. 1994. Offset Yogyakarta. Hal. 106-111; 146-
Sedimentary Coprostanol in Kaohsiung 151.
Harbour and the Tan-Shui Estuary,
Taiwan, Marine Pollution. Buletin Vol. ISSN 1412-3487
28 No.9:494-499.