You are on page 1of 18

1

MATERI UJIAN KOMPREHENSIF


MATA KULIAH DASAR NORMATIF

YUNI WIDODO

NIM. 21211017

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MANADO

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI

AHWAL AL-SYAKHSIYAH TAHUN 2021


1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Latar belakang dari makalah mata kuliah ini adalah adanya kebutuhan
untuk memahami konsep dan prinsip-prinsip normatif dalam Islam. Sebagai
sebuah lembaga pendidikan Islam yang memiliki peran penting dalam membentuk
pemahaman dan implementasi norma-norma Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, mata kuliah normatif menjadi salah satu mata kuliah yang wajib
diambil oleh mahasiswa IAIN.

Selain itu, pemahaman dan penerapan norma-norma Islam dalam


kehidupan sehari-hari juga penting bagi masyarakat umum, terutama dalam
membangun masyarakat yang bermoral dan beretika. Oleh karena itu, makalah ini
bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep
dan prinsip-prinsip normatif dalam Islam, serta penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari.

Dalam konteks yang lebih luas, makalah ini juga dapat menjadi
kontribusi dalam membangun pemahaman yang lebih baik tentang agama Islam
dan kaitannya dengan kehidupan bermasyarakat. Selain itu, makalah ini juga
dapat menjadi sumber referensi bagi para mahasiswa, akademisi, atau
masyarakat umum yang tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang normatif
dalam Islam

B. Rumusan Masalah

Berikut ini adalah rumusan masalah dari makalah mata kuliah normatif:

1. Apa pengertian dari normatif dalam Islam dan bagaimana hubungannya


dengan praktek kehidupan sehari-hari?
2

2. Apa prinsip-prinsip normatif dalam Islam yang harus diterapkan dalam


kehidupan sehari-hari?
3. Bagaimana penerapan prinsip-prinsip normatif dalam Islam dapat
membantu membangun masyarakat yang bermoral dan beretika?
4. Bagaimana peran dalam membentuk pemahaman dan implementasi
norma-norma Islam dalam kehidupan sehari-hari?

Dengan adanya rumusan masalah ini, maka pembahasan dalam makalah dapat
difokuskan pada aspek-aspek tersebut sehingga pembaca dapat memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang normatif dalam Islam dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

C. Tujuan

1. Memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep dan


prinsip-prinsip normatif dalam Islam.
2. Menjelaskan bagaimana penerapan prinsip-prinsip normatif dalam Islam
dapat membantu membangun masyarakat yang bermoral dan beretika.
3. Membahas peran IAIN dalam membentuk pemahaman dan implementasi
norma-norma Islam dalam kehidupan sehari-hari.
4. Menyajikan sumber referensi yang dapat menjadi acuan bagi para
mahasiswa, akademisi, atau masyarakat umum yang tertarik untuk
mempelajari lebih lanjut tentang normatif dalam Islam.
5. Menumbuhkan kesadaran dan kepedulian terhadap norma-norma Islam
dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan adanya tujuan penulisan tersebut, maka pembaca dapat


memperoleh manfaat dari makalah ini untuk meningkatkan pemahaman mereka
tentang normatif dalam Islam dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, pembaca juga dapat menggunakan makalah ini sebagai referensi dalam
pengembangan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang Islam.
3

BAB II
PEMBAHASAN

I. Konsep dan Prinsip-Prinsip Normatif dalam Islam


A. Pengertian Normatif dalam Islam

Istilah normatif dalam Islam merujuk pada aturan-aturan moral dan etika
yang diambil dari Al-Quran dan Hadis yang harus diikuti oleh umat Muslim
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan makna dari kata "normatif"
yang berasal dari kata "norma" yang berarti aturan atau pedoman.

Dalam Islam, norma-norma yang diatur dalam Al-Quran dan Hadis


bersifat universal dan memiliki nilai keabadian serta menjadi dasar dalam
pengambilan keputusan dan perilaku umat Muslim.

B. Prinsip-Prinsip Normatif dalam Islam

Tauhid Prinsip tauhid merupakan prinsip paling fundamental dalam Islam


yang mengajarkan bahwa hanya ada satu Tuhan yang berdaulat atas segala sesuatu
di alam semesta. Prinsip ini mengajarkan bahwa seluruh perbuatan manusia harus
dilakukan dengan kesadaran bahwa Allah senantiasa memperhatikan dan
mengawasi.

Keadilan Prinsip keadilan merupakan salah satu prinsip fundamental


dalam Islam yang mengajarkan agar segala perbuatan harus adil dan tidak
merugikan orang lain. Prinsip ini juga menekankan pentingnya menghargai hak
orang lain serta tidak diskriminatif terhadap siapa pun.

Kasih Sayang dan Kebaikan Prinsip kasih sayang dan kebaikan merupakan
prinsip yang mengajarkan pentingnya sikap welas asih, kasih sayang, dan
kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip ini menekankan pentingnya
membantu sesama, memberikan perhatian, dan menjaga hubungan sosial dengan
baik.
4

Kemandirian Prinsip kemandirian merupakan prinsip yang mengajarkan


pentingnya mengambil tanggung jawab atas segala perbuatan dan keputusan yang
diambil. Prinsip ini juga mengajarkan agar manusia tidak menjadi pasif dan selalu
berusaha untuk mengembangkan kemampuan diri.

C. Iman
Kata Iman berasal dari bahasa arab yaitu “‫ ” امن‬yang artinya aman, damai,
tentram. Dalam 1 Kata iman tersusun dari tiga huruf (hamzahmim-nun), Kemudian
disebutkan dalam kitab Mu’jam Mufahros jumlah keseluruhan ayat di dalam Al-
Qur’an tempat dimana kata-kata berakar pada huruf a-m-n ada 387 2 Sedangkan
kata iman itu sendiri mempunyai arti membenarkan atau mempercayai. pengertian
lain adalah keyakinan atau kepercayaan Kata Iman berasal dari Bahasa Arab yaitu
bentuk masdar dari kata kerja “ ‫ يؤمن – ايمانا‬-‫“ امن‬, yang mengandung beberapa arti
yaitu percaya, tunduk, tentram dan tenang. Imam Al-Ghazali memaknakannya
dengan kata tashdiq ( ‫ ) التصديق‬yang berarti “pembenaran”. Pengertian Iman adalah
membenarkan dengan hati, diikrarkan dengan lisan dan dilakukan dengan
perbuatan. Iman secara bahasa berasal dari kata ‘aamana – yukminu - iimaanan
artinya meyakini atau mempercayai. Pembahasan pokok aqidah Islam berkisar
pada aqidah yang terumuskan dalam rukun Iman, yaitu:
1. Iman kepada Allah Iman
2. Kepada Malaikat-Nya
3. Iman kepada kitab-kitab-Nya
4. Iman kepada Rasul-rasul-Nya
5. Iman kepada hari akhir
6. Iman kepadaTakdir Allah3
D. Islam

Kata Islam berasal dari Bahasa Arab adalah bentuk masdar dari kata Yang.
‫الما‬NN‫ اس‬- ‫لم‬NN‫لم – يس‬NN‫ اس‬kerja secara etimologi mengandung makna “Sejahtera, tidak
cacat, selamat”. Seterusnya kata as-salmu dan as-silmu, mengandung arti :

1
Zaini, Syahminan, Kuliah Aqidah Islam, (Surabaya:Al-Ikhlas,1983), hlm.51
2
Muhammad Shidqi ‘Athori, al-Mu’jam al-Mufahros li Ahfadz Al-Qur’an al-Karim, (Beirut: Dar Fikr,
2010). Hlm 14-20
3
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6252538/rukun-iman-dan-rukun-islam-yang-wajib-
dipahami-muslim, rukun iman yang wajib di pahami muslim,di akses tanggal 10 maret 2023
5

Kedamaian, kepatuhan, dan penyerahan diri. Dari kata-kata ini, dibentuk kata
salam sebagai istilah dengan pengertian: Sejahtera, tidak tercela, selamat, damai,
patuh dan berserah diri. Dari uraian kata-kata itu pengertian Islam dapat
dirumuskan taat atau patuh dan berserah diri kepada Allah. Pengertian Islam
menurut istilah yaitu, sikap penyerahan diri (kepasrahan, ketundukan, kepatuhan)
seorang hamba kepada Tuhannya dengan senantiasa melaksanakan perintahNya
dan menjauhi laranganNya, demi mencapai kedamaian dan keselamatan hidup di
dunia maupun di akhirat. Islam sebagai agama, maka tidak dapat terlepas dari
adanya unsur-unsur pembentuknya yaitu berupa rukun Islam, yaitu:

1. Membaca dua kalimat syahadat


2. Mendirikan sholat lima waktu
3. Menunaikan zakat
4. Puasa Ramadhan
5. Haji Kebaitullah jika mampu.4

E. Ihsan

Kata ihsan berasal dari Bahasa Arab dari kata kerja (fi`il) yaitu : – ‫احسن‬
‫يحسن –احسان‬Artinya (Perbuatan baik). Para ulama menggolongkan Ihsan menjadi 4
bagian, yaitu:

1. Ihsan Kepada Allah


2. Ihsan Kepada diri sendiri
3. Ihsan Kepada sesama manusia
4. Ihsan sesama makhluk

Dari penjelasan di aats, dapat disimpulkan bahwa Ihsan memiliki satu


rukun yaitu engkau beribadah kepada Allah swt seakan-akan engkau melihat-Nya,
jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu. Hal ini
berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Umar bin alKhaththab Radhiyallahu
‘anhu dalam kisah jawaban Nabi saw kepada Jibril ketika ia bertanya tentang
ihsan, maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab : Engkau beribadah
4
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6252538/rukun-iman-dan-rukun-islam-yang-wajib-
dipahami-muslim, rukun iman yang wajib di pahami muslim,di akses tanggal 10 maret 2023
6

kepada Allah seolaholah engkau melihat-Nya, maka bila engkau tidak melihat-
Nya, sesungguhnya Allah melihatmu.”
Secara teori iman, Islam, dan ihsan dapat dibedakan namun dari segi
prakteknya tidak dapat dipisahkan. Satu dan lainnya saling mengisi, iman
menyangkut aspek keyakinan dalam hati yaitu kepercayaan atau keyakinan,
sedangkan Islam artinya keselamatan, kesentosaan, patuh, dan tunduk dan ihsan
artinya selalu berbuat baik karena merasa diperhatikan oleh Allah. Beribadah agar
mendapatkan perhatian dari sang Khaliq, sehingga dapat diterima olehnya. Tidak
hanya asal menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya saja, melainkan
berusaha bagaimana amal perbuatan itu bisa bernilai plus dihadapan-Nya.
Sebagaimana yang telah disebutkan diatas kedudukan kita hanyalah sebagai
hamba, budak dari Tuhan, sebisa mungkin kita bekerja, menjalankan perintah-Nya
untuk mendapatkan perhatian dan ridhoNya. Inilah hakikat dari ihsan.

II. Definisi al-Quran, Fungsi al-Quran sebagai sumber ajaran islam


A. Definisi al-Quran
Al-Qur’an merupakan kitab suci umat islam yang diturunkan Allah kepada
rasulnya yang terakhir yaitu nabi Muhammad SAWsekaligus sebagai mukjizat
yang terbesar diantara mukjizat- mukjizat yang lain. Turunnya Al-Qur’an dalam
kurun waktu 23 tahun, dibagi menjadi dua fase. Pertama diturunkan di Mekkah
yang biasa disebut dengan ayat-ayat Makkiyah. Dan yang kedua diturunkan di
Madinah disebut dengan ayat-ayat Madaniyah5.
Al-Qur’an menurut bahasa berarti bacaan atau yang dibaca. Menurut
istilah, Al-Qur’an adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada nabi
Muhammad SAW melalui malaikat Jibril sebagai petunjuk bagi umat manusia.
Al-Qur’an diturunkan untuk menjadi pegangan bagi mereka yang ingin mencapai
kebahagian dunia dan akhirat. Al-Qur’an menggunakan bahasa Arab dan
merupakan mukjizat bagi rasul. Sebagian besar ayat-ayat Al- Qur’an diturunkan
di kota Mekah dan kota Madinah. Isi yang terkandung dalam Al-Qur’an terdapat
6.236 ayat 114 surat dan 30 juz.

5
Muhammad Roihan Daulay, 2014. Studi Pendekatan Al-Qur’an. http://docplayer.info/35916454-
Studi-pendekatan-alquran-oleh-muhammad-roihan-daulay-abstract.html diakses pada 25 Mei 2022
7

B. Fungsi al-Quran sebagai Sumber Ajaran Islam


1. Sebagai sumber ajaran / hukum Islam yang utama
2. Sebagai konfirmasi dan informasi terhadap hal-hal yang tidak diketahui oleh
akal
3. Petunjuk hidup manusia ke jalan yang lurus tentang berbagai hal walaupun
petunjuk tersebut terkadang bersifat umum yang menghendaki penjabaran dan
perincian
4. Sebagai pengontrol dan pengoreksi terhadap ajaran-ajaran masa lalu yaitu, Injil,
Zabur, dan Taurat.
5. Menjadi hujjah atau bukti yang kuat atas kerasulan Nabi Muhammad SAW.
6. Al Furqan yakni Pembeda Benar dan Salah Fungsi Al Quran berikutnya yakni,
Al-Furqan yang memiliki arti pembeda benar dan salah. Nama ini ada dalam
QS Al-Furqan ayat 1 ‫ ِذيرًا‬Nَ‫الَ ِمينَ ن‬N‫ونَ لِ ْل َع‬N‫ ِد ِه لِيَ ُك‬Nْ‫ك الَّ ِذي نَ َّز َل ْالفُرْ قَانَ َعلَ ٰى َعب‬ َ َ‫ تَب‬Maha suci
َ ‫ار‬
Allah yang telah menurunkan Al-Furqan kepada hanba-Nya agar dia menjadi
pemberi peringatan kepada seluruh alam. (QS. Al-Furqan : 1).
7. Adz-Dzikir yakni pemberi peringatan Al Quran juga berfungsi sebagai Adz-
Dzikr artinya pemberi peringatan. hal ini bahkan secara tersirat juga disebutkan
pada ayat sebelumnya. َ‫ افِظُون‬N‫ ِإنَّا نَحْ نُ نَ َّز ْلنَا ال ِّذ ْك َر وَِإنَّا لَهُ لَ َح‬Sesungguhnya Kami-Lah
yang menurunkan Adz-Dzikr dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya.(QS. Al-Hijr : 9)
8. Al Mau’idhoh yakni pelajaran atau nasihat Fungsi Al Quran selanjutnya adalah
Al-Mau’idhoh berarti pelajaran atau nasihat. Nama ini keluar dalam ayat
Nَ ِ‫ُور َوهُدًى َو َرحْ َمةٌ لِ ْل ُمْؤ ِمن‬
‫ين‬ ِ ‫ يَا َأيُّهَا النَّاسُ قَ ْد َجا َء ْت ُك ْم َموْ ِعظَةٌ ِم ْن َربِّ ُك ْم َو ِشفَا ٌء لِ َما فِي الصُّ د‬Hai manusia
sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh
bagi penyakit-penyakit (yang ada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi
orang-orang yang beriman. (QS. Yunus : 57)
9. Asy-Syifa’ yakni penyembuh Fungsi Al Quran selanjutnya yakni, Asy-Syifa
yang berarti penyembuh. ‫َونُنَ ِّز ُل ِمنَ ْالقُرْ آ ِن َما هُ َو ِشفَا ٌء َو َرحْ َمةٌ لِ ْل ُمْؤ ِمنِينَ ۙ َواَل يَ ِزي ُد الظَّالِ ِمينَ ِإاَّل‬
‫ارًا‬N‫ َخ َس‬Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah
kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (QS. Al-Isra : 82) Al Quran
8

memang diturunkan oleh Allah kepada Rasulullah SAW untuk mengobati


penyakit hati manusia. Untuk itu saat kita merasa mempunyai penyakit yang
berkaitan dengan hati, misalnya saja iri, kecewa, sedih, dan sebagainya
dianjurkan untuk membaca Al-Quran. Membaca ayat suci Al-Quran Insya
Allah dapat meringankan bahkan menghilangkan penyakit-penyakit tersebut.
10. Al-Hukmu yakni peraturan Al Quran juga kadang disebut dengan Al-Hukmu
berarti juga hukum atau peraturan. Seperti diketahui sumber hukum Islam
memang harus didasarkan pada Al Quran. َ‫ا ۚ َولَِئ ِن اتَّبَعْت‬NNًّ‫ا َع َربِي‬NN‫اهُ ُح ْك ًم‬NNَ‫ك َأ ْن َز ْلن‬ َ ِ‫ ٰ َذل‬N‫َو َك‬
َ Nَ‫ك ِمنَ ْال ِع ْل ِم َما ل‬
ٍ ‫ك ِمنَ هَّللا ِ ِم ْن َولِ ٍّي َواَل َوا‬
‫ق‬ َ ‫ َأ ْه َوا َءهُ ْم بَ ْع َد َما َجا َء‬Dan demikianlah Kami telah
menurunkan Al-Quran itu sebagai peraturan (yang benar) dalam Bahasa
Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang
pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara
bagimu akan (siksa) Allah.(QS. Ar-Ra’d: 37).
11. Al-Hikmah Fungsi Al Quran selanjutnya yakni Al Hikmah yang berarti
َ ِ‫ٰ َذل‬
kebijaksanaan. Nama Al Hikmah disebutkan dalam Surat Al Isra: ‫ك ِم َّما َأوْ َح ٰى‬
‫ ْدحُورًا‬N‫ا َم‬NN‫ َر فَتُ ْلقَ ٰى فِي َجهَنَّ َم َملُو ًم‬N‫ا آ َخ‬NNً‫ك َربُّكَ ِمنَ ْال ِح ْك َم ِة ۗ َواَل تَجْ َعلْ َم َع هَّللا ِ ِإ ٰلَه‬
َ ‫ ِإلَ ْي‬Itulah sebagian
hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. Janganlah kamu mengadakan
Tuhan yang lain selain Allah yang (bisa) menyebabkan kamu dilemparkan ke
dalam neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah). (QS.
Al Isra’ : 39)
12. Al-Huda atau petunjuk Al Quran juga berfungsi sebagai Al-Huda yang
bermakna petunjuk. Nama AL Huda terdapat dalam Surat Al Jin. ‫َوَأنَّا لَ َّما َس ِم ْعنَا‬
‫ا َواَل َرهَقًا‬N‫ افُ بَ ْخ ًس‬N‫ْؤ ِم ْن بِ َربِّ ِه فَاَل يَ َخ‬Nُ‫ ْالهُد َٰى آ َمنَّا بِ ِه ۖ فَ َم ْن ي‬Dan sesungguhnya kami tatkala
mendengar petunjuk, kami beriman kepadanya (quran). Barang siapa beriman
kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak
pula akan penambahan dosa serta kesalahan. (QS. Al-Jin : 13)
13. Ar-Rahmat atau kasih sayang Ar Rahmat juga fungsi Al Quran yang memiliki
Nَ ِ‫ وَِإنَّهُ لَهُدًى َو َرحْ َمةٌ لِ ْل ُمْؤ ِمن‬Dan sesungguhnya Quran itu benar-benar
arti rahmat. ‫ين‬
menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. An-
Naml : 77).
14. Al-Bayan yakni penerang Fungsi Al Quran berikutnya sebagai Al Bayan yang
berarti penerangan juga merupakan salah satu nama lain Al Quran. ‫ان‬ٌ َ‫ٰهَ َذا بَي‬
9

َ‫ةٌ لِ ْل ُمتَّقِين‬NNَ‫دًى َو َموْ ِعظ‬NNُ‫اس َوه‬


ِ َّ‫ لِلن‬Ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan
petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran:
138)
15. Al-Busyra yakni sebagai Kabar Gembira Al Busyra artinya kabar gembira
juga satu dari sekian nama lain Al Quran. َ‫ق لِيُثَبِّت‬ ِّ ‫ُس ِم ْن َربِّكَ بِ ْال َح‬
ِ ‫قُلْ نَ َّزلَهُ رُو ُح ْالقُد‬
َ‫لِ ِمين‬N‫ َر ٰى لِ ْل ُم ْس‬N‫دًى َوب ُْش‬Nُ‫ الَّ ِذينَ آ َمنُوا َوه‬Katakanlah! Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan
(AlQuran) itu dari Tuhanmu dengan benar untuk meneguhkan (hati) orang-
orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi
orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” (QS. An Nahl: 102)
16. An-Nur sebagai cahaya Kebenaran An Nur yang berarti cahaya juga nama lain
Al Quran. ‫ورًا ُمبِينًا‬NNُ‫ا ِإلَ ْي ُك ْم ن‬Nَ‫ان ِم ْن َربِّ ُك ْم َوَأ ْن َز ْلن‬Nَ
ٌ ‫ ا َء ُك ْم بُرْ ه‬N‫ ْد َج‬Nَ‫ا النَّاسُ ق‬NNَ‫ا َأيُّه‬NNَ‫“ ي‬Hai manusia,
sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu dan
telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang.” (QS. AN
Nisa: 174). 17. Al-Basha’ir atau pedoman Al Basha'ir yang memiliki arti
pedoman juga merupakan nama lain Al Quran. ‫اس َوهُدًى َو َرحْ َمةٌ لِقَوْ ٍم‬ َ َ‫ٰهَ َذا ب‬
ِ َّ‫صاِئ ُر لِلن‬
َ‫ون‬NNُ‫ يُوقِن‬Ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk, dan rahmat bagi kaum
yang meyakini.” (QS. Al-Jatsiyah: 20)
18. Al-Balagh Fungsi lain Al Quran selanjutnya yakni Al Balagh yang berarti
kabar sempurna. ‫اس َولِيُ ْن َذرُوا بِ ِه‬ ٌ ‫ ٰهَ َذا بَاَل‬Dan ini adalah kabar yang sempurna
ِ َّ‫غ لِلن‬
bagi manusia dan supaya mereka diberi peringatan dengannya agar mereka
mengetahui bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang yang
berakal mengambil pelajaran.”(QS. Ibrahim: 52)
19. Al ‘Ilmu atau sumber ilmu pengetahuan Dinamakan dengan sebutan “al-’Ilm”
karena Al-Qur’an menjadi sumber ilmu dalam Islam. Sumber pengambilan
َ ‫ ۤا َء‬N‫ ِد َما َج‬N‫ِّم ۢ ْن بَ ْع‬
nama tersebut adalah Q.S. al-Baqarah [2] ayat 145: ‫ك ِمنَ ْال ِع ْل ِم‬
“setelah sampai ilmu kepadamu”
20. Al Haqq yakni kebenaran Dikatakan sebagai “al-Haqq” karena semua ajaran
Al-Qur’an mengandung kebenaran. Sebagaimana dalam Q.S. Ali ‘Imran [3]
ُّ ‫صصُ ْال َح‬
ayat 62: ‫ق‬ َ َ‫“ اِ َّن ٰه َذا لَهُ َو ْالق‬Sungguh, ini adalah kisah yang benar”
21. Tadzkirah yakni sumber pelajaran Dinamakan dengan nama “al-Tadzkirah”
dikarenakan Al-Qur’an merupakan sumber pelajaran bagi mereka yang ingin
10

bertakwa. Sebagaimana dalam Q.S. al-Haqqah [69] ayat 48: – ‫ْن‬Nَ ‫َواِنَّهٗ لَت َْذ ِك َرةٌلِّ ْل ُمتَّقِي‬
٤٨ “Dan sungguh, (Al-Qur’an) itu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa”
22. Al-’Urwah al-Wutsqa atau tali penguat Al-Qur’an disebut dengan nama
“al-’Urwah al-Wutsqa” karena ia bagaikan tali yang sangat kuat, dan
barangsiapa yang berpegang pada tali tersebut maka ia akan selamat.
َ ِ‫ك بِ ْالعُرْ َو ِة ْال ُو ْث ٰقى اَل ا ْنف‬
Sebagaimana dalam Q.S. al-Baqarah [2] ayat 256: ‫صا َم‬ َ ‫ا ْستَ ْم َس‬
‫“ لَهَا‬dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan
putus”
23. Al Shidq atau ajaran kebenaran Dinamakan “al-Shidq” karena semua isi dari
Al-Qur’an adalah ajaran kebenaran. Sebagaimana dalam Q.S. al-Zumar [39]
ٰۤ ُ
ayat 33: ٣٣ – َ‫ول ِٕى َكهُ ُم ْال ُمتَّقُوْ ن‬ َ ‫ص َّد‬
‫ق بِ ٖ ٓها‬ َ ‫ق َو‬ ِّ ‫“ َوالَّ ِذيْ َج ۤا َء بِال‬Dan orang yang membawa
ِ ‫ص ْد‬
kebenaran (Muhammad) dan orang yang membenarkannya, mereka itulah
orang yang bertakwa”
24. Al ‘Adl atau keputusan yang adil Al-Qur’an juga dikenal dengan nama
“al-’Adl” karena semua keputusan yang tercantum dalam Al-Qur’an adalah
pasti adil. Sebagaimana dalam Q.S. al-An’am [6] ayat 115: ‫ص ْدقًا‬ ْ ‫َوتَ َّم‬
ُ ‫ت َكلِ َم‬
ِ َ‫ت َربِّك‬
ۗ ‫“ َّو َع ْداًل‬Dan telah sempurna firman Tuhanmu (Al-Qur’an) dengan benar dan
adil”.
25. Munadiy yakni penyeru kebenaran Al-Qur’an memiliki nama lain “al-
Munadiy”. Alasan penamaan ini karena ia menyerukan kepada umat manusia
agar beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana dalam Q.S. Ali
‘Imran [3] ayat 193: ‫ا ِن‬NNN‫ا ِديْ لِاْل ِ ْي َم‬NNNَ‫ا يُّن‬NNNً‫ ِم ْعنَا ُمنَا ِدي‬NNN‫ا َس‬NNNَ‫ٓا اِنَّن‬NNNَ‫“ َربَّن‬Ya Tuhan kami,
sesungguhnya kami mendengar orang yang menyeru kepada iman”

III. Definisi Hadits


A. Menurut Ulama Hadits
Ulama ahli hadits ada yang memberikan pengertian hadis secara terbatas (sempit)
dan ada yang memberikan pengertian secara luas. Pengertian hadis secara terbatas
diantaranya sebagaimana yang diberikan oleh Mahmud Tahhan adalah:
11

“Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi baik berupa perkataan atau perbuatan
atau persetujuan atau sifat”6.4 Ulama hadis yang lain memberikan pengertian
hadis sebagai berikut :
“Segala ucapan Nabi SAW, segala perbuatan dan segala keadaanya.”

Sedangkan pengertian hadis secara luas sebagaimana yang diberikan oleh


sebagian ulama seperti Ath Thiby berpendapat bahwa hadits itu tidak hanya
meliputi sabda Nabi, perbuatan dan taqrir beliau (hadis marfu’), juga meliputi
sabda, perbuatan dan taqrir para sahabat (hadis mauquf), serta dari tabi’in (hadis
maqthu’).

B. Definisi Hadits Menurut Ulama Fiqh


‫كل ما ثبت عن النبي ّ صم وال من باب الفرض وال الواجب‬
“Segala ketetapan dari nabi yang tidak bersifat fardu ataupun wajib”(M.Ajaj al-

Khuthaby,1989:26-27)

C. Fungsi Hadits terhadap al-Qur’an


Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai sumber ajaran Islam, satu sama lain tidak bisa
dipisahkan. Al-Qur’an memuat ajaranajaran yang bersifat umum dan global, yang
perlu dijelaskan dan diperinci lebih lanjut. Dalam hal ini haditslah yang berfungsi
sebagai penjelas dari Al-Qur’an. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat
An-Nahl 44 yang berbunyi:

“Dan Kami turunkan kepadamu, Al-Qur’an agar kamu menerangkan kepada umat
manusia......”

Fungsi hadits sebagai penjelas terhadap Al-Qur’an tersebut, dapat diperinci


sebagai berikut:
1. Bayan Tasyri’

6
https://brainly.co.id/tugas/39321566, diakses tanggal 11 maret 2023
12

Hadits sebagai bayan tasyri’ artinya hadits sebagai sumber hukum tersendiri
yang mengatakan huklum yang tidak disebutkan dalam al-Qur’an. Dalam hal ini
sebenarnya Sunnah bukanlah sebagai penjelas tetapi sebagai pemuncul hukum
(munsyi al-hukm). Contoh Sunnah sebagai tasyri adalah Sunnah-Sunnah yang
menyatakan keharaman himar ashliyah, keharaman hewan-hewan yang buas,
keharaman menikahi seorang bibi dan yang lainya (Muhammad, Ajaj al-Hhuthabi:
46-49
2. Bayan Tafshil
Yang dimaksud dengan bayan tafshil artinya al-Sunnah sebagai perinci ayat-
ayat al-Qur’an yang bersifat mujmal, seperti tentang kewajiban melaksanakan
shalat lima waktu. Dalam al-Qur’an kewajiban shalat tersebut tidak disebutkan
dengan rinci seperti tata cara pelaksanaanya, waktu pelaksanaanya dan jumlah
rakaatnya
3. Bayan Takhshish
Bayan takhshsish artinya al-Sunnah sebagai pen-takhshish (pengkhusus) ayat-
ayat al-Qur’an yang bersifat umum seperti dalam masalah waris dalam Surat an-
Nisa ayat 11:
‫‌ي ُۡوصِ ۡي ُك ُم هّٰللا ُ ف ِۡۤى اَ ۡواَل ِد ُكمۡ‌ ۖ ل َِّلذ َك ِر م ِۡث ُل َح ِّظ ااۡل ُ ۡن َث َي ۡي ِن‬
“Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian harta pusaka untuk) anak-
anakmu yaitu bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua anak
perempuan”

4. Bayan al-Taqyid
Bayan Taqyid artinya al-Sunnah sebagai pembatas ayat al-Qur’an yang
bersifat Muthlak seperti terhadap firman Allah SWT Surat al-Maidah ayat 38:
‫َّار َق ُة َفٱ ْق َطع ُٓو ۟ا َأ ْي ِد َي ُه َما‬
ِ ‫َّار ُق َوٱلس‬
ِ ‫وٱلس‬......
َ
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri potonglah tangan
keduanya…”

5. Bayan Mutsbit
Bayan Mutsbit artinya hadits sebagai penetap dan penguat terhadap hukum
yang terdapat dalam al-Qur’an seperti Sunnah yang menyatakan melarang
13

melakukan jual beli buah-buahan yang belum terlihat manfa’atnya sebagai salah
satu penjelas dari firman Allah Surat al-Nisa ayat 29 berikut:
ۢ ٍ ‫ون ت ٰ َِج َر ًة َعن َت َر‬
‫اض مِّن ُك ْم‬ َ ٰ ‫وا اَل َتْأ ُكل ُ ٓو ۟ا َأ‬
َ ‫مْولَ ُكم َب ْي َن ُكم ِب ْٱل ٰ َبطِ ِل ِإٓاَّل َأن َت ُك‬ َ ‫ ٰ َٓيَأ ُّي َها ٱلَّذ‬.........
۟ ‫ِين َءا َم ُن‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dan
dengan jalan suka sama suka diantara kamu”

Dari uraian di atas biasanya para ulama menyimpulkan fungsi hadits terhadap
al-Qur’an kedalam tiga bagian,yaitu:
a. Sunnah sebagai penetap dan penguat terhadap hukum-hukum yang terdapat
dalamal-Qur’an seperti hadits tentang perintah shalat, zakat, keharaman riba, dan
yang lainnya.
b. Sunnah sebagai penjelas dan perinci terhadap ayat-ayat al-Qur’an terhadap ayat-
ayat yang bersifat mujmal seperti hadits tentang tata cara shalat, dan jumlah
bilangannya, tentang waris dan lainnya
c. Sunnah sebagai pemuncul hukum yang tidak disebutkan dalam al-Qur’an seperti
keharaman menikahi bibi dan lainnya.

IV. Macam Macam Hadits


a. Klasifikasi Hadits Dilihat dari Segi Kuantitas Perawi yang
Meriwayatkannya.:
1. Hadits Mutawātir
Hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang yang menurut adat
mereka mustahil berdusta, dari sekolompok orang yang sama (yang mustahil
berdusta) dari awal sanad sampai akhir sanadnya, dengan gambaran bahwa setiap
tingkatan sanadnya jumlah perawi tersebut selalu banyak”.
2. Hadits Ahad
Hadits yang didalamnya tidak dipenuhi syarat-sayarat hadits mutawatir

b. Pembagian Hadits Dilihat Dari Segi Kualitas Perawi


1. Hadits Maqbul
14

Hadits Maqbul adalah hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang dianggap benar
(jujur)
2. Hadits Shahih
Hadits yang sanadnya bersambung yang diriwayatkan oleh rawi yang adil dan
dhabith dari rawi yang sama (adil dan dhabith) dari awal sanad sampai akhirnya.
Serta tidak syad dan tidak ada illat
3. Hadits Hasan Lidzatihi
Hadits yang diketahui orang yang meriwayatkannya serta terkenal, banyak
beredar dikalangan ahli hadits, diterima oleh mayoritas ulama dan disepakati oleh
seluruh fuqaha.
4. Hadits Shahih LiGhairihi
Hadits shahih LiGhairihi adalah hadits hasan yang naik derajatnya
disebabkan banyaknya rawi yang meriwayatkan
5. Hadits Hasan LiGhairihi
Hadits Dhai’if yang memiliki riwayat yang banyak dan kedha’ifannya bukan
disebabklan karena fasiknya rawi atau karena kedustaannya.
15

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa mata kuliah normatif


IAIN memiliki peran penting dalam pembentukan karakter mahasiswa. Melalui
mata kuliah ini, mahasiswa dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik
tentang nilai-nilai moral dan etika yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Selain
itu, mata kuliah normatif juga dapat membantu mahasiswa untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dan analitis dalam memahami persoalan-persoalan
sosial.

Namun, masih terdapat beberapa tantangan yang perlu diatasi dalam pengajaran
mata kuliah normatif. Salah satunya adalah kurangnya minat mahasiswa dalam
mengikuti mata kuliah ini karena dianggap kurang relevan dengan jurusan atau
program studi yang diambil. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk
meningkatkan kualitas pengajaran dan relevansi materi yang disampaikan agar
mahasiswa dapat merasakan manfaat dari mata kuliah ini.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, penulis memberikan beberapa


saran yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pengajaran mata kuliah
normatif IAIN, yaitu:

1. Pengembangan Materi: Perlu dilakukan pengembangan materi yang lebih


relevan dengan program studi yang diambil oleh mahasiswa.
Pengembangan materi tersebut dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan konteks sosial budaya dan kebutuhan mahasiswa.
2. Metode Pengajaran: Perlu dilakukan penggunaan metode pengajaran yang
inovatif dan efektif agar mahasiswa dapat merasakan manfaat dari mata
kuliah normatif. Penggunaan metode pengajaran yang aktif, partisipatif,
16

dan interaktif dapat meningkatkan minat dan motivasi mahasiswa dalam


mengikuti mata kuliah ini.
3. Penilaian Pembelajaran: Perlu dilakukan penilaian pembelajaran yang
berkualitas dan relevan dengan tujuan pengajaran. Penilaian yang baik
dapat membantu mahasiswa untuk memperoleh umpan balik yang positif
dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
17

Daftar Pustaka

Abdullah, M. A. (2018). Pembelajaran Normatif Di Perguruan Tinggi Keagamaan


Islam: Tantangan dan Prospek. Jurnal Ilmiah Syi’ar, 18(1),

Al-Ghazali, A. H. (2019). Keutamaan dan Hakikat Pengetahuan Normatif Dalam


Perspektif Islam. Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, 10(2),

https://brainly.co.id/tugas/39321566, diakses tanggal 11 maret 2023


https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6252538/rukun-iman-dan-rukun-
islam-yang-wajib-dipahami-muslim, rukun iman yang wajib di pahami muslim,
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6252538/rukun-iman-dan-rukun-
islam-yang-wajib-dipahami-muslim, rukun iman yang wajib di pahami muslim,
Muhammad Roihan Daulay, 2014. Studi Pendekatan Al-Qur’an.
http://docplayer.info/35916454-Studi-pendekatan-alquran-oleh-muhammad-
roihan-daulay-abstract.html diakses pada 25 Mei 2022
Muhammad Shidqi ‘Athori, al-Mu’jam al-Mufahros li Ahfadz Al-Qur’an al-Karim,

Mulyasa, E. (2017). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Suparlan, P. (2019). Strategi Pendidikan Normatif Berbasis Kearifan Lokal Di Era


Digital. Jurnal Ilmiah Al-Qalb,

Zaini, Syahminan, Kuliah Aqidah Islam, (Surabaya:Al-Ikhlas,1983), hlm.51

You might also like