You are on page 1of 19

ESSAY

BAGAIMANA ETOS KERJA MUSLIM UNTUK MENCAPAI PRESTASI YANG


OPTIMAL
Dosen pengampu : Safari Hasan, S.IP.,MMRS

Disusun oleh : Efi Wijayaning Tyas


NIM : 10323027

PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT


INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
TAHUN 2023/2024

1
ETOS KERJA MUSLIM UNTUK MENCAPAI PRESTASI YANG
OPTIMAL

Pengertian dan makna kata “etos” berasal dari bahasa Yunani (ethos)
yang bermakna watak atau karakter. Secara keseluruhan, pengertian etos
mencakup karakteristik dan sikap, kebiasaan serta keyakinan, yang menjadi ciri
khas seseorang atau sekelompok orang. Dari kata “etos” akan muncul kata
“etika” dan “etis” yang merujuk pada makna kata “akhlaq/perilaku” atau bersifat
“akhlaqi”, yaitu kualitas esensial seseorang atau suatu kelompok. Dikatakan juga
bahwa “etos” berarti jiwa yang khas seorang manusia, yang dari jiwa khas itu
akan berkembang menjadi pandangan bangsa mengenai yang baik dan yang
buruk, yakni etikanya. Istilah etika, secara teoritis dapat dibedakan ke dalam dua
pengertian. pengertian Pertama yaitu, etika berasal dari kata Yunani ethos yang
artinya kebiasaan (custom) atau karakter (character). Dalam pengertian ini, etika
berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun
pada suatu masyarakat atau kelompok masyarakat yang diwariskan dari satu
orang ke orang yang lain atau dari satu generasi ke generasi yang lain.
Pengertian yang Kedua, yaitu secara terminologis etika merupakan studi
sistematis tentang tabiat konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah dan lain
sebagainya dan prinsip-prinsip umum yang membenarkan kita untuk
mengaplikasikan atas apa saja. Di sini etika dapat dimaknai sebagai dasar
moralitas seseorang dan di saat bersamaan juga sebagai filsufnya dalam
berperilaku. Adapun definisi kerja, yang tertera dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia diartikan sebagai kegiatan melakukan sesuatu. El-Qussy seperti
dikutip oleh Ahmad Janan Asifuddin mengemukakan bahwa kegiatan atau
perbuatan manusia ada dua jenis. Pertama, perbuatan yang berhubungan
dengan kegiatan mental, dan yang kedua adalah Tindakan yang dilakukan
dengan secara tidak sengaja. Jenis pertama mempunyai ciri kepentingan, yaitu
untuk mencapai maksud atau untuk mewujudkan suatu tujuan tertentu.
Sedangkan jenis yang kedua adalah gerakan random (random movement) atau
grakan yang tidak beratutan gerakan refleksi dan gerakan-gerakan lain yang
terjadi tanpa dorongan kehendak atau proses pemikiran.

Dalam dunia kerja, etos kerja yang kuat seringkali menjadi salah satu
syarat lamaran pekerjaan. Istilah ini erat kaitannya dengan evaluasi kinerja
manusia. Karakter seseorang dapat dilihat secara tidak langsung melalui etos
kerjanya. Etika kerja dapat kita lihat dan diwujudkan dalam struktur dan norma
sosial. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian
kerja diartikan sebagai kegiatan melakukan sesuatu. Oleh karena itu, etos kerja
secara sederhana dapat diartikan sebagai cerminan produktivitas, semangat, dan
disiplin dalam diri. Orang dengan etos kerja yang baik juga lebih produktif. Orang
dengan etos kerja yang baik cenderung dianggap mampu memikul tanggung
jawab pekerjaan apa pun dan lebih dihargai. Hal ini juga membutuhkan tekad
dan dedikasi terhadap pekerjaan. Dampak dari etos kerja yang tinggi adalah kita
tampil lebih baik dari orang lain. Dengan cara ini, ini bisa menjadi cara untuk
meningkatkan kualitas seseorang dan bahkan dapat menjadi pintu kesuksesan
yang professional tiap seseorang.
2
Setiap individu harus mempunyai etos kerja masing-masing jika ingin atau
akan bekerja. Dengan etos kerja yang baik maka karir yang di rintis akan
berkembang pesat di masa depan. Oleh karena itu, tidak ada salahnya kita
menerapkan etos kerja dan mencontoh etika kerja yang baik. Hal Ini akan
membantu meningkatkan kinerja dalam lingkungan kerja dan akademik.

Bekerja sendiri sangat penting dalam Islam. Dalam beberapa hadis, Nabi
SAW, bersabda bahwa sebaik-baik manusia adalah yang memakan hasil jerih
payahnya dengan tangannya sendiri. Bahkan ada hadits Qudsi yang
menjelaskan bahwa ada dosa yang hanya bisa dihapus dengan mencari nafkah.
Tentu saja pekerjaan yang dimaksud adalah bekerja dengan kualitas kerja yang
prima dan etos kerja yang tinggi. Gunnar Myrdal dalam bukunya Asian Drama
menyebutkan ada 13 sikap yang menunjukkan seseorang atau sekelompok
orang memiliki etos kerja yang kuat. Adapun indikasi-indikasi orang atau
sekelompok masyarakat yang beretos kerja tinggi, menurut Gunnar Myrdal dalam
bukunya Asian Drama, ada tiga belas sikap yang menandai hal itu: 1. Efisien; 2.
Kerja keras; 3. Biasa saja; 4. Disiplin atau tepat waktu; 5. Menghemat uang; 6.
Jujur dan teliti; 7. Rasionalitas dalam mengambil keputusan dan bertindak; 8.
perubahan akan diterima dengan senang hati; 9. Tangkas dan manfaatkan
peluang; 10. Energik; 11. Kejujuran dan keyakinan; 12. Kemampuan
berkolaborasi. Dan 13. Memiliki visi dan jauh ke depan.

Ciri-ciri etos kerja Islami dipandang berdasarkan konsep akhlak yang


benar, yang dilandasi dan dibangun di atas keimanan, serta dirumuskan
berdasarkan etos kerja dan prinsip-prinsip fundamentalnya. Tidak ada etos kerja
yang didasarkan pada pemahaman Al-Qur'an yang bisa menjadi Islami kecuali
jika didasarkan pada konsep keimanan dan perilaku yang benar. Sekalipun suatu
pekerjaan bermanfaat dan sekuler bagi banyak orang, namun tidak Islami jika
tidak memiliki landasan keimanan. Oleh karena itu, akan ada pahala di akhirat
nanti.
Islam sebagai agama dan ideology mendorong pada umatnya untuk
bekerja keras, tidak melupakan kerja setelah beribadah, beberapa hadist Nabi
menyatakan pentingnya umat yang kuat ketimbang yang lemah dan tidak boleh
menggantungkan diri kepada orang lain, serta beberapa ajaran islam yang
mendorong umatnya unyuk menjalankan kegiatan atau aktivitas ekoniminya
secara baik professional, sistematis, dan kontinyuitas. Misalnya ajaran islam
yang telah menjadikan kegiatan usaha perdagangan sebagai salah satu bidang
penghidupan yang sangat di anjurkan, dengan menggunakan cara-cara yang
halal, islam juga menempatkan prinsip kebebasan untuk mengejar tujuan
duniawi, namun juga mengharuskan umat islam bekerja secara etik menurut
norma yang secara garis besar telah disiratkan dalam al-Qur’an dan hadits. Dari
norma tersebut tampak bagian dan rangkaian system nilai yang mewajibkan
manusia untuk bekerja keras. Bekerja bagi manusia merupakan fitrah, dengan
demikian bekerja yang berdasarkan pada prinsip-prinsip tauhid tidak hanya
menunjukkan hakikat umat Islam yang sebenarnya, tetapi juga meningkatkan

3
harkat dan martabat mereka sebagai hamba Allah yang berperan sebagai
khalifah di muka bumi. dalam mengelola alam semesta sebagai wujud rasa
syukurnya atas nikmat Allah subhanahu wa ta'ala. Islam menempatkan kerja
pada tempat yang sangat mulia yaitu termasuk pada fisabilillah hal ini tercermin
dari sabda rasulullah yang artinya: Diriwayatkan dari Ka'bah bin umrah: ada
seseorang yang berjalan melalui tempat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
bahwa orang itu sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas. Para sahabat
lalu berkata bahwa; “YaRasulullah andaikata bekerja semacam orang itu dapat
digolongkan fisabilillah alangkah baiknya”. Maka Rasulullah bersabda: “kalau ia
bekerja itu hendak menghidupi anak-anaknya yang masih kecil ia adalah
fisabilillah kalau ia bekerja untuk membela kedua orang tuanya yang sudah
terlanjur usianya ia itu fisabilillah kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya
sendiri agar tidak awetan minta ia adalah fisabilillah (HR Thabrani).

Etos Kerja Yang Baik


Bekerja secara mandiri dan Jual beli yang mabrur

“Rifa’ah bin Rafi' berkata bahwa Nabi SAW, ditanya, “Apa mata pencaharian
yang paling baik? “Nabi menjawab: “Seseorang bekerja dengan tangannya dan
tiap-tiap jual beli yang bersih.”
(Diriwayatkan oleh Bazzar disahihkan oleh Hakim).

Hadits ini merupakan dalil (bukti) untuk menentukan apa yang diutamakan
hakikat akal manusia dalam ikhtiar manusia. Rasulullah baru saja melihatnya.
beliau ditanya tentang kesepakatan yang terbaik, kesepakatan yang paling halal
dan berkah. Mengusahakn usaha tangan dengan cara jual beli tanpa adanya tipu
daya menunjukkan bahwa usaha tangan itulah yang paling baik. Hal ini
diriwayatkan oleh al-Bukhari yang akan disebutkan kemudian, dan hadits
tersebut menunjukkan kebaikan berdagang tanpa tipu daya. Terlebih lagi,
terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai kesepakatan yang
paling baik itu. Bapak Al Mawardi mengatakan bahwa mata pencaharian utama
adalah pertanian, perdagangan dan industri. Menurutnya, pendapat Imam Syafi'i
paling sesuai dengan kenyataan bahwa bisnis yang terbaik adalah perdagangan.
Menurutnya, pendapat yang paling kuat adalah bertani karena lebih dekat
dengan tawakkal kepada Allah swt. Beliau melanjutkan (memperkuat
pendapatnya) dengan hadis riwayat: al-Bukhari dan al-Miqdam yang bersambung
sanadnya hingga Rasulullah saw bersabda:

“Seseorang tidak memakan suatu makananpun yang lebih baik daripada dia
memakan hasil usaha tangannya sendiri; Dan sesungguhnya Nabi Allah Daud
a.s. selalu memakan hasil usaha tangannya sendiri.”
(Diriwayatkan oleh Al Bukhari).

4
Menurut Imam Nawawi, usaha terbaik adalah usaha yang dilakukan
sendiri. Jika pekerjaan itu dilakukan dengan tangan adalah pertanian, maka itu
adalah usaha yang terbaik. Karena segala sesuatu memerlukan usaha dari diri
sendiri. Selain itu, pertanian juga merupakan ketaatan kepada Allah, karena
manfaatnya dapat dinikmati oleh masyarakat, baik bagi manusia maupun bagi
binatang melata dan burung. Menurut al-Hafiz Ibnu Hajar, ikhtiar tangan yang
paling besar adalah yang diperoleh dari harta orang-orang kafir melalui jihad,
yaitu ikhtiar Nabi Muhammad SAW. Ini merupakan ikhtiar yang utama karena
ikhtiar tersebut adalah untuk memelihara agama Allah.
Hikmah yang Terkandung dalam Hadits di atas Jika kita mencermati
hadis tersebut, terdapat beberapa hikmah penting yang perlu diketahui yaitu :.
1). Dalam mencari penghidupan, pilihan terbaik untuk usaha atau penghidupan
adalah yang halal yang banyak keberkahannya.
2). Bisnis terbaik ada dua, yaitu segala perbuatan baik yang dilakukan dengan
tangan sendiri dan segala perbuatan yang bebas dari tipu daya dan cara-cara
yang tercela lainnya
3). Hadits tersebut memuat anjuran kerja keras dan larangan bermalas-malasan.

Etos Kerja Yang Tidak Baik

1. Larangan meminta-minta

“Umar r.a. berkata, “ Ketika Nabi SAW, bersabda di atas mimbar dan menyebut
sedekah dan meminta-minta beliau bersabda, “Tangan yang di atas lebih baik
dari pada tangan yang di bawah, tangan yang diatas memberi dan tangan yang
di bawah meminta.
(H,R. Bukhari dan Muslim).

“Hakim bin Hzam berkata, “Nabi SAW. Bersabda, “Tangan yang di atas lebih baik
dari pada tangan yang di bawah dandahulukan keluargamu (orangorang yang
wajib kamu beri pelajaran), dan sebaik-baiknya sedekah itu dari kekayaan (yang
berlebihan), dan siapa yang menjaga kehormatan diri (tidak meminta minta),
maka Allah akan mencukupinya, demikian pula siapa yang beriman merasa
sudah cukup maka Allah akan membantu memberinya kekayaan.”
(Hadits Bukhari dan Muslim).

Islam sangat mencela orang-orang mampu dan memiliki tubuh yang sehat,
namun tidak berusaha dan hanya bergantung pada orang lain dalam hidupnya.
Misalnya dengan mengemis atau meminta-minta. Situasi seperti ini
bertentangan dengan sifat mulia umat Islam dan memiliki kekuatan. Diketahui
5
bahwa setiap umat Islam wajib mencari nahfah dan mencukupi kebutuhan hidup
dengan cara yang halal, sehingga setiap umat Islam harus berhati-hati terhadap
bidang dan profesi yang dipilihnya. Faktanya, beberapa hal yang dilakukan
kelompok orang tersebut adalah pekerjaan haram dan merendahkan martabat
yang bertentangan dengan etos kerja Islam, seperti perjudian (maysir),
prostitusi, dan perdagangan minuman beralkohol.

2. Mu'min Yang Kuat Mendapat Pujian (AN: 88)

“Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda “ Orang mukmin
yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah dari pada mukmin yang lemah dan
dalam segala sesuatu, ia dipandang lebih baik, raihlah apa yang memberikan
manfaat bagimu, minta tolonglah kepada Allah, janganlah lemah! Kalau engkau
tertimpa sesuatu, janganlah berkata , kalau aku berbuat begini, pasti begini dan
begitu, tetapi katakanlah “Allah SWT telah menentukan dan Allah menghendaki
aku untuk berbuat karena (kata) “kalau” akan mendorong pada perbuatan setan.”
(H. R. Muslim).

Uraian Singkat: Hadits di atas memuat tiga perintah dan dua larangan sebagai
berikut:

1. Perintah memperkuat iman

Jika iman seseorang kuat maka akan membawa kepada kemuliaan dunia dan
akhirat. Dan selalu diikuti dengan amal shaleh, maka dia akan memperoleh
manisnya iman. Syaikh Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin Al-"Abbad Al Badr
dalam Asbab Ziyadati al-Imani wa nuqshanihi, yang diterjemahkan oleh Ahmad S
Marzuki mengemukakan bahwa perkara yang paling diinginkan dan disukai serta
saling bermanfaat adalah iman.,. Tuhan menunjukkan banyak cara untuk kita
jalani, Jika hamba hidup sesuai dengan itu, keyakinan dan imannya akan
bertambah dan semakin kuat. Semua itu telah dijelaskan oleh Allah dalam Kitab-
Nya dan oleh Rasul-Nya dalam Sunnah dan Sunnah.
Beberapa cara untuk memperkuat iman antara lain:
• Mempelajari ilmu yang bermanfaat dari Kitab Allah dan Sunnah
Rasulullah SAW.
• Membaca dan merenungkan Al-Quranul Karim.
• Mengetahui nama-nama Allah yang paling indah dan sifat-sifat-Nya yang
terbaik.
• Memperhatikan Sirah Nabi yang Mulia.
• Memperhatikan keindahan ajaran Islam.
• Membaca Sira Saraf (pendahulu) umat ini.
6
• Merenungkan ayat-ayat kauniyah.
• Ikhlas dalam beramal dengan sepenuh hati, memperbanyak dan menjaga
amal shalih
• Amalan pikiran.
• Amalan lisan.
• Amalan anggota badan

2. Perintah memanfaatkan waktu

Rasulullah SAW ingin agar umatnta bahagia dunia dan akhirat. Oleh karena
itu, beliau memerintahkan umatnya untuk memanfaatkan waktunya seefektif
mungkin dalam kegiatan yang bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat. Ada
banyak kegiatan yang memberikan dampak positif bagi kehidupan orang yang
beriman. Misalnya: Diantaranya mencari ilmu, membaca buku, mencari makanan
halal, berolahraga, memperbaiki kebiasaan sunnah, dan lain-lain. Oleh karena
itu, jangan sia-siakan waktu Anda dengan kegiatan yang tidak berguna seperti,
bersantai, melamun, terlalu banyak menonton TV, dan sebagainya. Berisi
program yang bermanfaat. Dalam kehidupan bermasyarakat, orang-orang yang
sukses dan sukses dalam hidup adalah mereka yang selalu memanfaatkan
waktunya untuk kegiatan yang bermanfaat, selalu bekerja keras dalam suatu hal,
dan yang menganggap waktu adalah uang. Sebaliknya, orang yang memilih
untuk tidak berguna mungkin tidak akan sukses dan bahkan kewalahan seiring
berjalannya waktu. Suatu Pepatah Arab menyatakan:

“Waktu itu bagaikan pedang, jika kamu tidak memanfaatkannya


(menggunakannya untuk memotong), ia akan memotongmu (mengilasmu).”

Oleh karena itu, sebagai manusia yang berpikir, hendaknya kita bijak dalam
memanfaatkan waktu yang diberikan Allah SWT kepada kita untuk perbuatan
yang bermanfaat dan efektif.mSebab jika kita bingung dengan waktu maka kita
akan tertinggal. Iqbal dari Asrar al-Quddi berkata: Berhenti tidak ada tempat
untuk jalan ini dan sikap lamban berarti mati, Mereka yang bergerak, akan maju
ke muka, sedangkan mereka yang menunggu sekalipun sejenak pasti tergilas.

3. Memohon pertolongan Allah SWT.

Manusia hanya wajib beramal shaleh, namun Allah SWT-lah yang


menentukan keberhasilan manusia. Orang mukmin diimbau memperbanyak
doanya kepada Allah SWT. Dengan berdoa kepada Allah, Allah berkenan
mengabulkan doa kita. Namun sekali lagi, kita harus selalu berusaha. selalu
berusaha, sesuai Firman Allah yang tercantum dalam Surat Ar-Ra'du ayat 11:

7
"….Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”

Di samping tetap berusaha jangan lupa berdo'a kepada Allah, sejalan dengan
Firman Allah dalam surat al-Fatihah ayat 5:

"Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan Hanya kepada Engkaulah


kami meminta pertolongan."

Dalam ayat tersebut, pernyataan ibadah dikaitkan dengan seruan


mpertolongan . Mereka yang hanya beribadah kepada Tuhan dan tidak pernah
meminta pertolongan dengan iman masih dipertanyakan. Hal ini karena ia dapat
dianggap sebagai orang yang tidak membutuhkan pertolongan Allah SWT.
Sebagai umat Islam salah satu hal yang wajib kita lakukan dalam hidup adalah
berdoa kepada Allah SWT.Doa tidak hanya menunjukkan bahwa kita rendah hati
di hadapan Tuhan, tetapi juga menunjukkan bahwa kita sangat membutuhkan
Tuhan dan bergantung kepada Tuhan, sedangkan Tuhan adalah segalanya,
sehingga kita mendapat pertolongan dan bantuan-Nya, dan sangat bergajtung
kepada-Nya menurut saya itu sangat perlu.

4. Larangan Membiarkan Kemalasan

Telah dijelaskan di atas bahwa Islam menghimbau umatnya untuk berusaha


menjadi kuat dalam berbagai aspek, termasuk iman, jiwa, tubuh, harta, dan lain-
lain Kelemahan manusia berasal dari kemalasan. Orang bodoh adalah orang
yang malas dalam menuntut ilmu, orang lemah karena tidak rajin berolahraga,
Orang miskin harta benda karena tidak mau bekerja, dan sebagainya. Dengan
karunia Allah SWT, hendaknya setiap orang berupaya mengubah segala
kelemahan yang ada pada dirinya. (Ar-Ra'du: 11)

5. Larangan menyebutkan “jika” (tentu saja jika maka).

Tidak ada jaminan bahwa suatu tantangan akan berhasil. Jika seseorang gagal
dalam menghadapi situasi seperti itu, Islam menganjurkan untuk mengikuti
kehendak Tuhan dan orang-orang mencobanya saja. Pernyataan “Kalau ini dan
itu” ini adalah godaan setan untuk harus mendahului kehendak Allah SWT.
Tidak menghendaki keberhasilannya.

8
Pengertian Al-Hadits : Mukmin yang kuat, yang baik imannya, badannya,
hartanya, dan lain-lain, lebih baik dari mukmin dan dicintai Allah. daripada
mukmin yang lemah. Hendaknya umat beriman berusaha mengisi waktunya
dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dan memanfaatkan setiap
kesempatan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat. Setelah berusaha
cukup, hendaknya orang beriman bertawakal dan berdoa kepada Allah SWT.
Dialah yang memutuskan segala sesuatunya sementara manusia hanya
berusaha. Ketika seorang mukmin menghadapi kegagalan, janganlah ia berkata,
"Kalau aku melakukan ini, maka ini pasti terjadi. " Namun hendaknya ia
mengatakan: “Allah SWT telah menetapkannya, dan Allah menghendakinya.”
“Karena pernyataan “jika” pada berarti mendahului kehendak Tuhan dan
merupakan salah satu perbuatan setan.

Delapan aspek etos kerja adalah:


1. Bekerja adalah sebuah berkah.
Apapun yang kita lakukan, baik kita seorang pebisnis, pekerja kantoran,
maupun pekerja, itu adalah anugerah dari Tuhan. Kita menerima
pemberian ini tanpa syarat apa pun, sama seperti kita menghirup oksigen
atau udara. Anda tidak akan dikenakan biaya sepeser pun.
2. Pekerjaan adalah amanah
Pekerjaan adalah anugerah berharga yang dipercayakan kepada kita,
sehingga kita harus bekerja secara etis dan bertanggung jawab.
Semangat ini membuat kami bisa bekerja dengan sepenuh hati dan
menjauhi berbagai bentuk korupsi dan perbuatan tercela lainnya.
3. Bekerja adalah sebuah panggilan.
Kita bisa bekerja dengan penuh integritas karena bekerja adalah dharma
yang selaras dengan panggilan jiwa. Jadi ketika kita menyadari bahwa
suatu pekerjaan atau panggilan adalah panggilan kita, kita dapat berkata
kepada diri kita sendiri: ``Saya melakukan yang terbaik! '' Seperti yang
Anda lihat, jika kualitas pekerjaan Anda tidak bagus, Anda tidak akan
puas.
4. Pekerjaan merupakan realisasi.
Bagi kami, bekerja adalah sarana untuk mencapai yang terbaik bagi umat
manusia, oleh karena itu kami bekerja keras dan penuh semangat.
Apapun pekerjaan kita, entah itu dokter, akuntan, atau profesional
hukum, itu semua adalah bentuk aktualisasi diri. Terkadang hal itu bisa
membuat kita lelah, namun bekerja tetap merupakan cara terbaik untuk
mewujudkan potensi kita dan membuat kita merasa dilibatkan. Tapi
kesibukan bekerja jauh lebih menyenangkan daripada duduk
5. Bekerja adalah ibadah.

9
Bekerja merupakan salah satu bentuk pengabdian dan pengabdian
kepada Tuhan, dan melalui bekerja seseorang menyelaraskan diri
dengan tujuan agung dalam mengabdi kepada Sang Pencipta. Kesadaran
ini memungkinkan kita bekerja dengan integritas dan bukan sekadar
mencari uang atau status.
6. Pekerjaan adalah seni.
Jika Anda memiliki kesadaran ini, Anda akan bisa menikmati pekerjaan
Anda seolah-olah itu adalah hobi.
7. Bekerja adalah suatu kehormatan.
Sekecil apapun pekerjaan kita, itu adalah suatu kehormatan. Jika kita
berhasil mempertahankan kehormatan itu, penghargaan lebih besar
lainnya akan diberikan kepada kita. Sinamo menjadikan etos kerja
Pramoedya Ananta Toer sebagai teladan. Penulis berpengalaman
Indonesia ini terus berkarya (menulis) meski hidup terisolasi di Pulau
Buru yang terpencil. Baginya, menulis adalah suatu kehormatan. Alhasil,
semua novelnya menjadi karya sastra kelas dunia.
8. Kerja adalah pelayanan.
Orang bekerja bukan hanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri,
tetapi juga untuk melayani, sehingga harus bekerja dengan rendah hati
dan sempurna. Apapun pekerjaan kita, pedagang , polisi, atau bahkan
penjaga mercusuar, semua bisa diartikan sebagai pengabdian kepada
sesama.

Dalam dunia kerja, umat Islam harus memiliki etos kerja Islami yang
meliputi :
1. Kreativitas.
Orang yang hari ini sama dengan hari kemarin dianggap rugi, karena
tidak ada kemajuan dan tertinggal. Selain itu, mereka yang hari ini lebih
buruk dari kemarin dianggap kurang beruntung, karena berarti mereka
tertinggal jauh dan sulit mengejar ketertinggalan. Satu-satunya orang
yang beruntung adalah mereka yang hari ini lebih baik dibandingkan
kemarin, artinya selalu ada perbaikan dan peningkatan . Inilah sikap yang
diharapkan terhadap perubahan yang selalu terjadi pada seluruh umat
Islam, agar umat Islam tidak pernah tertinggal, selalu aktif dalam
perubahan, dan selalu siap menyikapi perubahan.
2. Bersikap gigih.
Umat Islam menghargai bukan sekedar bekerja, tapi bekerja keras, atau
mampu melakukan suatu pekerjaan dengan sempurna. Karena ini adalah
kewajiban setiap muslim.
3. Amanah

10
Amanah dalam bekerja dan percaya diri terhadap pekerjaan adalah suatu
perbuatan yang sangat mulia dan penting
4. Secara profesional,
setiap pekerjaan yang dilakukan seorang muslim harus ditanggapi
dengan sungguh-sungguh untuk mencapai hasil yang terbaik.
Pencapaian profesionalisme tentunya harus didukung dengan peralatan
yang ilmiah, modern, dan canggih.
5. Kejujuran
Kejujuran di tempat kerja bukan hanya sekedar syarat, namun juga
merupakan sikap hormat dan norma yang wajib dilakukan. Umat Islam
yang dekat dengan Allah akan berbuat baik di dunia dan di akhirat.

Seseorang dikatakan memiliki etos kerja yang tinggi apabila menunjukkan


tanda-tanda sebagai berikut:
1. menilai hasil kerja manusia sangat positif,
2. memandang kerja sebagai hal yang sangat mulia bagi keberadaan
manusia,
3. kerja dipandang sebagai kegiatan yang bermakna adalah manusia
dianggap penting bagi kehidupan seseorang,
4. Kerja dialami sebagai sebuah proses yang membutuhkan kesabaran dan
dipandang sebagai sarana penting untuk mewujudkan impian seseorang
5. Pekerjaan dilakukan sebagai bentuk ibadah.

Sedangkan, bagi seseorang yang memiliki etos kerja yang rendah, maka
akan ditunjukkan ciri-ciri yang sebaliknya yaitu :
1. Pekerjaan dianggap membebani diri sendiri.
2. Kurang atau tidak adanya penghargaan terhadap pekerjaan. hasil
pekerjaan manusia,
3. Pekerjaan dianggap sebagai hambatan untuk mencapai kesenangan
4. Pekerjaan yang dilakukan sebagai bentuk paksaan
5. Pekerjaan dialami hanya sebagai bentuk kehidupan sehari-hari.
Dari berbagai aspek yang telah disebutkan di atas, manusia yang memiliki
Etos Kerja yang tinggi ditentukan oleh beberapa faktor yaitu agama, budaya,
kebijakan sosial, kondisi lingkungan (geografis), pendidikan, dan motivasi
intrinsik.

Tujuan dari etika kerja adalah untuk:


11
1) Mencari Keridhaan Tuhan
Semua aktivitas umat Islam, baik sekuler maupun spiritual, sebenarnya
ditujukan semata-mata untuk mencari keridhaan Tuhan. Pekerja keras dalam
Islam berbuat lebih dari sekedar memenuhi kebutuhan hidup. Islam
memberikan tuntunan dan petunjuk untuk mengupayakan kemaslahatan
umat menuju tujuan yang luhur, mulia, sempurna dan ideal yaitu menjadi
Ta'abd dalam mengejar keridhaan Allah (Swiss).
2) Untuk ibadah.
Bekerja dengan hati yang jujur akan membantu kelancaran ibadah. Kalau
ditujukan hanya kepada Allah SWT maka bisa disebut ibadah. Misalnya saja
untuk bisa mengeluarkan zakat meskipun untuk pertanian, peternakan, dan
lain-lain. Zakat dibayarkan ketika seseorang melakukan atau bekerja
sebagai petani, pemelihara hewan, dan lain-lain. Semua itu bisa tercapai jika
kita berusaha bekerja dengan baik untuk tujuan yang baik dan bukan hanya
untuk kesenangan belaka, namun semua itu harus dipadukan dalam proses
ibadah.
3) Memberi makan keluargamu.
Suami merupakan kepala rumah tangga dan bertanggung jawab memenuhi
segala kebutuhan keluarga serta menjamin keluarga dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Kewajiban ini juga berdampak pada suami, karena ia
harus bertanggung jawab atas segala kebutuhan anak dan istrinya. Tugas-
tugas ini memerlukan semangat dan usahanya. Jika hal ini tidak dilakukan,
maka akan timbul kesusahan (kemiskinan) bagi dirinya dan keluarganya,
karena ia mengabaikan tugas dan tanggung jawabnya sebagai kepala
keluarga.
4) Untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Manusia yang hidup di dunia ini mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda.
Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan
kebutuhan tersier. Untuk mencapai semua kebutuhan tersebut diperlukan
upaya serius dan kerja keras. Prinsip dasarnya adalah apabila seseorang
bekerja keras dan tekun, maka segala kebutuhannya akan tercukupi secara
memadai tanpa ada kekurangan.
5) Dalam arti sedekah sosial
Manusia adalah makhluk sosial yang saling bergantung satu sama lain
untuk memenuhi 11 kebutuhan hidup. Karena pada dasarnya setiap orang
saling membutuhkan secara individu. Orang yang dibantu orang lain untuk
menghadapi masalah pribadinya pasti akan berbuat sebaliknya terhadap
orang lain yang membutuhkan pertolongan. Bantuan bisa datang dalam
berbagai bentuk, baik bantuan tenaga, pikiran, maupun materi kepada
mereka yang membutuhkan.
6) Menolak kejahatan.

12
Bekerja merupakan suatu tindakan yang menghilangkan sifat dan sikap
malas dan menganggur. Karena pekerjaan mencakup kemiskinan,
pengangguran, dan kesengsaraan. Tujuan usaha dan usaha yang sungguh-
sungguh adalah untuk mengusir keburukan yang mungkin menimpa para
penganggur. Ketika kondisi sosial menjadi lebih makmur, banyak kejahatan
seperti pencurian, perampokan, perjudian, dan kecurangan dapat dikurangi
dan dihilangkan. Perbuatan buruk tersebut sering terjadi dalam situasi dan
situasi sosial yang bercirikan kemiskinan dan kurangnya kesempatan kerja

Di tempat kerja, perlu memiliki etos kerja yang kuat. Untuk memenuhi
kebutuhan hidup khususnya kebutuhan materi, manusia harus bekerja keras
tanpa henti dalam beribadah.
Peranan etos kerja bagi manusia adalah sebagai berikut:
1) Dengan berpegang teguh pada etos kerja dan menggunakan akal budi,
manusia dapat mencapai keberhasilan yang sebesar-besarnya sekaligus
mengurangi usaha manusia yang terbatas.
2) Etos kerja yang tinggi memungkinkan manusia menjadi lebih produktif dan
termotivasi untuk mencapai kesuksesan dan kemajuan yang lebih baik di masa
depan.

Etos kerja menurut al-qur’an


Ayat-ayat yang menjelaskan tentang etos kerja yaitu :

1. Qs. ar-Ra’du ayat 11

Artinya: “Baginya (manusia) ada (malaikat-malaikat) yang menyertainya secara


bergiliran dari depan dan belakangnya yang menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka
mengubah apa yang ada pada diri mereka. Apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap suatu kaum, tidak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-
kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (Q.s ar-Ra’du: 11).

Penafsiran ayat :
Dalam tafsir al-Maraghi menjelaskan bahwa Allah SWT tidak akan mengubah
sesuatu, apa yang ada pada suatu kaum, berupa nikmat dan kesehatan, kecuali
mereka mengubah keadaan dirinya sendiri dari yang baik diganti dengan yang
buruk dan satu sama lain dari mereka saling menganiaya. Jika mereka telah
meninggalkan kebajikan dari amalan shaleh yang diridhai Allah dan Rasul-Nya,
maka keadaan mereka pun diubah dari keadaan mereka menjadi terjajah.
Apabila Allah SWT menghendaki bala atau bencana atas suatu kaum, maka
13
tidak ada yang bisa menghindar dari ketetapannya dan hanya Allah SWT yang
bisa mengendalikan segala urusan hamba-hambanya.17
Sedangkan dalam tafsir Quraish Shihab menjelaskan bahwa Allah SWT
menjadikan para mu’aqqibat (malaikat) untuk melakukan tugasnya dalam
memelihara manusia. Allah juga tidak akan mengubah keadaan suatu kaum
kecuali mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka, yakni kondisi
kejiwaan atau sisi dalam mereka. Seperti mengubah kesyukuran menjadi
kekufuran, ketaatan menjadi kedurhakaan, iman menjadi penyekutuan Allah dan
ketika itu Allah akan mengubah ni’mat (nikmat) menjadi niqmat (bencana),
hidayah menjadi kesesatan, kebahagiaan menjadi kesengsaraan.18
Dari penafsiran Qs. ar-Ra’du ayat 11 di atas dapat disimpulkan bahwa Allah tidak
akan mengubah suatu kaum, sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka
sendiri. Artinya seseorang diharuskan untuk istiqamah dalam melakukan
sesuatu, karena dalam melakukan hal tersebut malaikat dan Allah selalu
mengawasinya. Jika memiliki sikap terhadap pekerjaan yang teguh (istiqamah),
maka barulah akan memperoleh kebahagiaan hidup. Ketika seseorang memiliki
sikap istiqamah terhadap pekerjaan, maka orang lain akan menyegani dan
menaruh rasa hormat kepadanya. Jadi, untuk meraih kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat selain beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, yaitu dengan
memiliki sikap terhadap pekerjaan yang teguh pendirian. Karena hal tersebut
telah ditegaskan dalam tafsir ayat ini, bahwa Allah akan membalas semua amal
perbuatan manusia, yang baik maupun yang buruk.

2. Qs. at-Taubah ayat 105

Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Bekerjalah! Maka, Allah, rasul-Nya, dan


orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu. Kamu akan dikembalikan
kepada (Zat) yang mengetahui yang gaib dan yang nyata. Lalu, Dia akan
memberitakan kepada kamu apa yang selama ini kamu kerjakan” (Q.s at-
Taubah: 105).

Penafsiran ayat :
Menurut al-Maraghi pada ayat tersebut menjelaskan bahwa, Allah
memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW supaya menyampaikan kepada
orang-orang yang bertaubat agar bekerja untuk meraih kebahagiaan dunia dan
kebahagiaan akhirat, serta bekerja untuk dirimu dan bangsamu, karena kerja
merupakan kunci kebahagiaan, bukan sekedar alasan yang dikemukakan ketika
tidak mengerjakan sesuatu, atau hanya sekedar mengaku giat dan bekerja keras.
Serta Allah akan melihat pekerjaan yang dilakukan umat manusia, baik pekerjaan
buruk maupun pekerjaan buruk. Dan Allah mengetahui tentang tujuan dari
pekerjaan manusia serta niat-niat manusia, walaupun tidak diucapkan. Al-
Maraghi juga menyebutkan sabda Nabi Muhammad saw yang diriwayatkan oleh
Ahmad dan Baihaqi dalam kitabnya, “Andaikan salah seorang di antara kamu
beramal dalam sebuah batu besar yang tertutup rapat, tidak mempunyai pintu
atau jendela, niscaya Allah akan mengeluarkan amalnya itu kepada umat
14
manusia, apapun bentuk amal itu”. Manusia akan dikembalikan kepada Allah
yang Maha mengetahui semua isi hati, dan apa yang manusia utarakan besok
pada hari kiamat, dan Allah tidak samar atas segala urusan yang tersembunyi
atau yang nyata. Kemudian Allah memberitahukan hasil amal manusia kepada
manusia, serta memberi balasan atas amal manusia
sesuai dengan perbuatan yang dilakukannya di dunia, baik itu perbuatan baik
maupun perbuatan yang buruk.
Sedangkan menurut M. Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah menerangkan
bahwa ayat ini memerintahkan untuk beramal dengan aneka amalan yang shaleh
dan bermanfaat. Maka dari itu ayat ini mendorong manusia untuk senantiasa
mengawasi amal-amal mereka karena setiap amalan yang baik maupun buruk
memiliki hakikat yang tidak dapat disembunyikan dan ada saksi-saksi yang
mengetahui yakni Rasul dan para saksi amal-amal dari kaum mukminin. Kelak di
hari kiamat Allah akan membuka tabir hingga manusia mengetahui dan melihat
hakikat amalan mereka.
Dari penafsiran Qs. at-Taubah ayat 105 di atas dapat disimpulkan bahwasanya
Manusia diperintahkan oleh Allah untuk selalu melakukan pekerjaan yang baik
dan bermanfaat. Karena seluruh amal yang dikerjakan akan dilihat Allah. Jika
amal perbuatannya baik maka akan mendapat pahala, jika amal perbuatannya
buruk maka akan mendapat siksa. Pada hakikatnya Allah memerintahkan
kepada semua manusia untuk berusaha dan bekerja, karena pekerjaan
merupakan sesuatu yang penting untuk dilakukan.

3. Qs. al-Jumuah ayat 10

Artinya: “Apabila salat (Jumat) telah dilaksanakan, bertebaranlah kamu di bumi,


carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu
beruntung (Q.s al- Jumuah: 10).

Penafsiran ayat :
Menurut al-Maraghi menjelaskan bahwa apabila kamu telah menunaikan shalat
Jum’at, maka bertebaranlah untuk mengurus kepentingan-kepentingan duniamu
setelah kamu menunaikan apa yang bermanfaat bagimu untuk akhiratmu. Carilah
pahala dari Tuhanmu, ingatlah Allah dan sadari pengawasannya dalam segala
urusanmu, karena Dia-lah yang maha mengetahui segala rahasia dan bisikan.
Tidak ada sedikit pun yang tersembunyi baginya dari segala urusanmu. Mudah-
mudahan kamu bisa mendapatkan keberuntungan di dunia dan di akhiratmu.
Sedangkan menurut Quraish Shihab bahwa ayat ini memerintahkan untuk
bersegera dengan menguatkan tekad dan langkah untuk memenuhi seruan azan,
menghadiri khutbah dan shalat Jum’at. Nabi memerintahkan agar menuju masjid,
berjalan dengan tenang dan penuh wibawa. Selanjutnya, larangan jual beli di sini
Quraish Shihab mengambil pemahaman Imam Malik yang mengandung makna
batalnya serta keharusan membatalkan jual beli jika dilakukan pada saat imam
berkhutbah dan shalat. Sedang Imam Syafi’i tidak memahaminya demikian,
namun justru menegaskan keharamannya. Kemudian jika shalat telah selesai
15
dilaksanakan, dibolehkan untuk bertebaran di muka bumi mencari dengan
sungguh-sungguh karunia dari Allah yang mana sangat melimpah dengan selalu
mengingat Allah agar kesungguhan dalam mencari karunia-Nya tidak
melengahkan niat seseorang. Diperintahkan juga untuk selalu berzikir di mana
pun dan kapanpun dengan hati maupun lidah agar beruntung mendapatkan apa
yang menjadi tujuan.
Dari penafsiran Qs. al-Jumuah ayat 10 di atas dapat disimpulkan bahwa Allah
SWT memerintahkan manusia untuk bertebaan di muka bumi ini guna mencari
rezeki di manapun berada. Karena rezeki manusia sudah diatur, tinggal manusia
berusaha untuk mencari rezeki itu di permukaan bumi ini. Allah tidak
memerintahkan untuk bermewah-mewahan di dunia saja. Apabila setelah
menunaikan shalat jum’at Allah memerintahkan untuk mengingat-Nya kembali
yang telah memberi karunia kepada manusia dan Allah tidak tidur atau lelah
untuk mengawasi setiap pekerjaan manusia.

Dari penjelasan yang di atas dapat disimpulkan bahwa Islam sebagai


agama dan ideologi mendorong pemeluknya untuk bekerja keras namun tidak
melupakan ibadah. Islam sebagai agama yang suci dan damai, juga memberikan
pedoman etos kerja, dimana bekerja bukan sekedar mencari nafkah, namun
sekaligus menjadi jati diri manusia. Etos kerja dapat dipahami sebagai sikap dan
pandangan seseorang terhadap pekerjaan berdasarkan nilai-nilai yang
diyakininya.Nilai-nilai tersebut bisa saja berasal dari agama, adat istiadat, budaya
tertentu, serta peraturan perundang-undangan tertentu yang berlaku di negara
tersebut. Tidak semua aktivitas manusia dapat digolongkan sebagai pekerjaan.
Suatu pekerjaan melibatkan dua aspek yang perlu diselesaikan secara rasional.
yaitu, (1) kegiatan dilakukan karena adanya dorongan untuk mencapai sesuatu,
sehingga timbul rasa tanggung jawab yang besar untuk menghasilkan karya
yang berkualitas atau produk yang dihasilkan. (2) Apa yang dilakukan itu
disengaja dan terencana. Oleh karena itu, bekerja merupakan suatu kegiatan
yang dinamis, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan
rohani), dan untuk mencapai tujuan tersebut ia bekerja secara maksimal sebagai
bukti pengabdiannya kepada Allah SWT. Sebagai seorang Muslim, sudah
seharusnya harus taat dan memegang teguh agama yang telah dipeluk, agama
ini memberikan pedoman mengenai prinsip kerja Islam. yaitu, kerja harus
dipelihara atas dasar ketakwaan, kerja menentukan keberhargaan seseorang,
kerja ditentukan kualitasnya, bukan kuantitasnya, dan kerja itu harus
dilaksanakan. Jika ada pengetahuan, maka kerja menghasilkan pengetahuan.
Kerja harus dilakukan dengan ilmu, dan kerja melahirkan ilmu.

Pada sisi lain, sebagai seorang muslim hendaknya selalu bekerja


berdasarkan etos kerja Islami yang dilandasi oleh tiga tanggung jawab yaitu
tanggung jawab kepada Tuhan (Allah SWT), tanggung jawab terhadap diri
sendiri, dan tanggung jawab terhadap orang lain. Mengenai tanggung jawab
kepada Allah, antara lain landasan kerja adalah keimanan (bekerja adalah wujud

16
keimanan) dan rasa syukur yang tiada henti. Sedangkan mengenai tanggung
jawab pribadi terhadap diri sendiri, khususnya: Pekerjaan adalah suatu
kewajiban, pekerjaan harus Halal dan Tayyib. Jalan yang lurus (silat al-
mustakim), sabar, sederhana, tidak mubazir, jujur, percaya diri, optimis,
mengupayakan peningkatan kualitas secara terus-menerus, berilmu dan berhati-
hati, tidak menunda-nunda pekerjaan, menjaga kehormatan dan bersih. Adapun
tanggung jawab pribadi terhadap orang lain antara lain berzakat dan sedekah,
berkata benar, menjauhi keserakahan, tidak tamak, amanah, toleran dan adil.
Dalam kehidupan bermasyarakat, orang-orang yang sukses dan berhasil
dalam hidup adalah mereka yang selalu meluangkan waktunya untuk kegiatan
yang bermanfaat, selalu bekerja keras dalam suatu hal, namun disisi lain mereka
berpandangan bahwa waktu adalah uang (time is money). Sebaliknya, orang
yang suka melakukan hal sia-sia tidak akan sukses dan mungkin merasa
terbebani oleh waktu. Menurut pedoman Islam , usaha terbaik adalah bekerja
dengan tangan dan setiap jual beli akan berhasil.

17
DAFTAR PUSTAKA

Cihwanul Kirom. (2018). Etos Kerja dalam Islam. Tawazun: Journal of Sharia
Economic Law, Vol.1(No.1), 59.
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/tawazun/index

NOVI. (2021). Pengertian Etos Kerja : Karakteristik, Manfaat, dan, Tips


Meningkatkannya. Www.Gramedia.Com.
https://www.gramedia.com/literasi/etos-kerja/

Sohari, S. (2013). Etos kerja dalam perspektif Islam. Islamiconomic: Jurnal


Ekonomi Islam, 4(2).

Sunardi, D. (2014). Etos Kerja Islami. JISI: Jurnal Integrasi Sistem Industri, 1(1),
82–94. https://jurnal.umj.ac.id/index.php/jisi/article/view/928

Ii, B. A. B., Teori, A. D., & Moderasi, K. (2017). BAB II Kajian Teori ◌ِ.
Repository.Iainkudus.Ac.Id, 12(1), 13–36.
http://repository.iainkudus.ac.id/2822/5/5. BAB II.pdf

Kholis, N. (2004). Etika Kerja dalam Perspektif Islam. Al-Mawarid: Jurnal Hukum
Islam, 11.

18
LAMPIRAN

http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/tawazun/index

https://www.gramedia.com/literasi/etos-kerja/

https://journal.islamiconomic.or.id/index.php/ijei/article/view/16

https://jurnal.umj.ac.id/index.php/jisi/article/view/928

http://repository.iainkudus.ac.id/2822/5/5. BAB II.pdf

https://journal.uii.ac.id/JHI/article/view/2790/2541

19

You might also like