Professional Documents
Culture Documents
Fitra Rizal
Institut Agama Islam Sunan Giri Ponorogo
email: fitrajal@gmail.com
PENDAHULUAN
Saat ini ekonomi Islam telah mengalami kemajuan yang pesat dan
berkesinambungan. Kemajuan tersebut meliputi berbagai dimensi
seperti kajian akademis di Perguruan Tinggi, maupun praktik
operasional pada lembaga-lembaga perekonomian. Keadaan tersebut
diharapkan terus berkembang dalam berbagai aspek, seperti kebijakan
ekonomi seperti kebijakan fiskal, kebijakan moneter, dan permasalahan
ekonomi lainnya, seperti halnya dalam produksi, konsumsi, distribusi,
upah, sumberdaya manusia, sumberdaya alam, perindustrian, teknologi
dan sebagainya. Dalam perkembangan tersebut, agar tetap mampu
bersaing dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, diperlukan regulasi
yang memadai, inovasi produk dan strategi pengembangan, inovasi
strategi marketing, serta merespon secara akomodatif terhadap
Fitra Rizal, Penerapan ‘Urf Sebagai Metode dan Sumber Hukum 157
kedua Imam tersebut memberikan catatan, apabila tidak ada nas} yang
menjelaskan hukum masalah tersebut.11 Dari-dalil diatas juga dapat
dipahami, apabila terjadi suatu perselisihan pandangan dalam jual-beli,
sewa-menyewa atau kerja sama antara pemilik sawah dan penggarapnya,
dan lain sebagainya. Maka penyelesaiannya dapat disesuaikan dengan
adat kebiasaan (‘urf) yang telah berlaku di masyarakat tesebut. Dan jika
adat tersebut bertentangan dengan nas} seperti praktek ribawi dan
kebiasaan suap-menyuap, maka hal tesebut tidak dibenarkan. Dalam
konteks hukum Islam, para Ulama berpendapat bahwa hanya ‘urf sahih
sajalah yang dapat dijadikan sebagai landasan hukum.12
Suatu hukum yang ditetapkan atas dasar ‘urf dapat berubah
karena kumungkinan adanya perubahan ‘urf itu sendiri atau perubahan
tempat, zaman dan sebagainya. Sebagian mendasarkan hal itu pada
kenyataan bahwa, Imam Syafi’i ketika di Irak mempunyai
pendapatpendapat yang berlainan dengan pendapat beliau sendiri
setelah pindah ke Mesir. Di kalangan Ulama, pendapat Imam Syafi’i ketika
di Irak disebut dengan qawl qadim, segangkan pendapat di Mesir disebut
qaw jaddid. Adapun alasan para Ulama yang memakai ‘urf dalam
menentukan hukum antara lain: Banyak hukum syariah yang ternyata
sebelumnya telah menjadi kebiasaan orang Arab. Seperti adanya wali
dalam pernikahan. Dan transaksi jual beli tanpa sighat (tanpa
menyebutkan akadnya) yang sudah sangat umum terjadi. 13
Sehingga kaidah pokok dalam ‘urf adalah اْلَعاَد ُة ُم حَك َم ٌتyang artinya, Adat
itu bisa dijadikan patokan hukum. Dan dalam kaidah lain dinyatakan
dengan, اْلُع ْر ُف ش ِرْيَع ٌت ُم ْح َك َم ٌت, اْلعْر ُف ِِفى الَّش اِرِع َل ُه اْع ِتَب اًًر اyang artinya, ‘urf
menurut shara’ itu memiliki suatu penghargaan (bernilai hujjah) dan
MACAM-MACAM ‘URF
Bila ditinjau dari jenis pekerjaannya,’urf dibagi menjadi’urf qawli
dan ‘urf fi’li. Dan jika ditinjau dari aspek kuantitas pelakunya, ‘urf terbilah
menjadi ‘urf ‘am dan ‘urf khas.16 ‘Urf qawli adalah sejenis kata, ungkapan,
atau istilah tertentu yang diberlakukan oleh sebuah komunitas untuk
menunjuk makna khusus, dan tidak ada kecenderungan makna lain di
luar apa yang mereka pahami. Artinya ketika kata itu diucapkan, maka
yang terbesit dalam hati mereka adalah makna yang khusus tersebut,
bukan antonim makna lainnya. Contohnya ketika orang Arab
mengucapkan walad (anak), maka mereka pasti mengartikannya sebagai
anak laki-laki, bukan anak perempuan.
Sementara ‘urf fi’li adalah sejenis pekerjaan atau aktivitas
tertentu yang sudah biasa dilakukan secara terus menerus, sehingga
dipandang sebagai norma sosial. Dalam budaya masyarakat Arab, ‘urf fi’li
dapat disaksikan pada transaksi jual beli tanpa sighat (tanpa
menyebutkan akadnya) yang sudah sangat umum terjadi. Karena sudah
menjadi hal yang lumrah di masyarakat dan sudah menjadi kebiasaan
masyarakat yang sulit dihindari.
‘Urf ‘am adalah bentuk pekerjaan yang sudah berlaku menyeluruh
dan tidak mengenal batas waktu, pergantian generasi, atau letak
geografis. Tradisi jenis ini bersifat lintas batas, lintas cakupan, dan lintas
ada nashnya, maka adat itu tidak dapat dijadikan sebagai dalil hukum
Islam.
‘urf yang lama pada saat datangnya nas} yang bersangkutan. (3) Abdul
Wahab Khalaf berpendapat bahwa pada dasarnya ‘urf itu bukan dalil
shara’ yang berdiri sendiri, sebab ia termasuk memelihara maslahah
mursalah. Maka jika ‘urf dijadikan pertimbangan salah satu patokan
hukum, maka dipertimbangkan pula dalam menafsirkan nash. Bahkan
terkadang qiyas ditinggalkan lantaran ‘urf dianggap lebih sesuai,
misalnya sah hukum transaksi sengan sistem salam dan istisna’,
sekalipun menurut qiyas tidak sah karena barngnya belum atau tidak ada
pada saat bertransaksi.
21 Basiq Djalil, Ilmu Ushul Fiqh Satu dan Dua (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2010), 163.
22 Racmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqh (Bandung: Pustaka Setia, 2010),
131.
23 Muhammad Ma’sum Zainy al-Hasyimy, Pengantar Memahami Nadhom
alFaroidul Bahiyyah, 184.
Fitra Rizal, Penerapan ‘Urf Sebagai Metode dan Sumber Hukum 165
30 Zionis, 137.
Al-Manhaj, Vol. 1, No. 2 Juli 2019: 155-176 168
31 Zionis, 139.
32 Muhammad Ma’sum Zainy al-Hasyimy, Sistematika Teori Hukum Islam
(Qowa’id Fiqhiyyah) , 84.
Fitra Rizal, Penerapan ‘Urf Sebagai Metode dan Sumber Hukum 169
kedua belah pihak, untuk memindahkan hak milik kepada pihak kedua
melalui pihak pertama, misalnya dalam transaksi jual beli, sewamenyewa
dan lain sebagainya. Dalam hal tersebut selalu ada keterkaitan antara
aspek hukum dan ekonomi Islam. Sehingga kegiatan dalam ekonomi
Islam digali dari hukum Islam itu sendiri, di dalam Islam kegiatan
ekonomi dan hukum tidak dapat dipisahkan.
Sumber utama dalam hukum Islam adalah al-Qur’an, didalamnya
menegaskan bahwa Nabi Muhammad diberi kewenangan
untuk menjelaskan hukum-hukum yang ada dalam al-Qur’an dan
dalam beberapa hal memberikan ketentuan hukum baru. Dengan
demikian,
Sunnah Rasul merupakan sumber kedua hukum Islam setelah al-Qur’an.
Sunnah Rasul memberikan kesempatan kepada umat Islam untuk
menemukan ketentuan-ketentuan hukum yang tidak disebutkan dalam
al-Qur’an atau Sunnah Rasul secara jelas dengan jalan ijtihad. Dengan
demikian, ijtihad dapat dipandang sebagai sumber ketiga hukum Islam.
Hukum-hukum ijtihadiyah pada pokoknya bersumber kepada
qiyas dan pertimbangan kepentingan dan kemaslahatan masyarakat. Di
antata yang akan mendatangkan kebaikan dan memnuhi kepentingan
masyarakat adalah mengukuhkan berlakunya ‘urf yang tidak
bertentangan dengan nash al-Quran dan Sunnah Rasul.
KESIMPULAN
‘Urf merupakan suatu hal yang dikenal dan sudah menjadi
kebiasaan masyarkat, baik berupa ucapan ataupun perbuatan. ‘Urf
terbagi menjadi dua, yaitu ‘urf shahih dan ’urf fasid. ‘Urf shahih
merupakan kebiasaan masyarakat yang tidak bertentangan dengan
ajaran Islam, sedangkan ‘urf fasid adalah kebiasaan masyarakat yang
bertentangan dengan ajaran Islam. Hanya ‘urf shahih yang bisa dijadikan
sebagai landasan sumber hukum Islam. Jadi dapat disimpulkan ‘urf dapat
dijadikan landasan hukum untuk melakukan transaksi ekonomi. Karena
perkembangan industri yang semakin maju akan berdampak pada
perkembangan transaksi dalam ekonomi yang semakin komplek
sehingga banyak kegiatan transaksi yang membutuhkan ijtihad untuk
mencari solusinya dari permasalan yang mungkin muncul.
Contoh penerapan ‘urf dalam transaksi ekonomi Islam haru ini
adalah seperti dalam jual beli yang dilakukan masyarkat tanpa
mengucapkan shighat ijab qabul (saya jual-saya beli). Di supermarket
atau pusat perbelanjaan modern pembeli tinggal mengambil barang yang
diinginkan sendiri kemudian langsung membayar dikasir. Apalagi uang
yang digunakan sebagai alat pembayaran transaksi juga sudah nontunai.
Dan masih banyak lagi kegiatan trasaksi ekonomi modern saat ini yang
berbasis elektronik dan internet. Walaupun tidak seperti shighat yang
dijelaskan di literature klasik, namun karena mengandung arti yang
Fitra Rizal, Penerapan ‘Urf Sebagai Metode dan Sumber Hukum 175
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Ahmad Sufyan Che. “Aplikasi Doktrin al-’Urf dalam Istrumen
Pasaran Kewangan Islam di Malaysia”, Universitas Malaya Kuala
Lumpur, (2002).
Abdullah, Sulaiman. Sumber Hukum Islam Permasalahan dan
Fleksibilitinya. Jakarta: Sinar Grafika, 2007.
Al-Hasyimy, Muhammad Ma’sum Zainy. Pengantar Memahami Nadhom
Al-Faroidul Bahiyyah. Jombang: Darul Hikmah Jombang, 2010.
Al-Hasyimy, Muhammad ma’sum Zainy. Sistematika Teori Hukum Islam
(Qowa’id Fiqhiyyah). Jombang: Darul Hikmah Jombang dan
Maktabah Al-Syarifah Al-Khodijah, 2008.
Andiko, Toha. Ilmu Qowa’id Fiqhiyyah Panduan Praktis dalam Memproses
Problematika Hukum Islam Kontemporer. Yogyakarta: Teras,
2011.
An-Nabhani, Taqiyuddin. Sistem Ekonomi Islam, terj. Muhadi Zainuddin.
Yogyakarta: UII Pres, 2000.
Djalil, Basiq. Ilmu Ushul Fiqh Satu dan Dua. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010
Hakim, Abdul. “Kearifan Lokal dalam Ekonomi Islam (Studi Atas Aplikasi
al-Urf Sebagai Dasar Adopsi)”, Jurnal Akademika, Volume 8,
Nomor 1, (Juni 2014).
Nasution, Lahmuddin. Pembaharuan Hukum Islam dalam Mazhab Syafi’i.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001.
Ramli, Mohd Anuar. “Instrumen ‘Urf dan Adat Melayu Sebagai Asas
Penetapan Hukum Semasa di Malaysia”. Jurnal Pengajian
Melayu, Jilid 17,( 2006).
Rivai, Veithzal dan Arifin, Arviyan. Islamic Banking. Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2010.
Rivai, Veitzal. “Keistimewaan Ekonomi Islam dalam Mempercepat
Pertumbuhan Ekonomi Umat,” Journal Analytica Islamica vol 1
no 2, (2012).
Rosyadi, Imron. “Kedudukan al-‘Adah wa al-’urf dalam Bangunan Hukum
Islam”. Jurnal Suhuf Vol. Xvii, No. 01, 2005.
Saleh, Abdul Mun’im. Hubungan kerja Usul al-Fiqh dan al-Qawaid
alFiqhiyah Sebagai Metode Hukum Islam. Yogyakarta: Nadi
Pustaka, 2012.
Syafe’i, Racmat. Ilmu Ushul Fiqh. Bandung: Pustaka Setia, 2010.
Al-Manhaj, Vol. 1, No. 2 Juli 2019: 155-176 176