You are on page 1of 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/331556042

ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF KANDUNGAN KIMIA DARI


EKSTRAK HEKSAN, ASETON, ETANOL DAN AIR DARI UMBI BAWANG PUTIH
(Allium sativum Linn.)

Preprint · March 2019


DOI: 10.13140/RG.2.2.32405.37606

CITATIONS READS

0 806

3 authors, including:

Harrizul Rivai
Universitas Andalas
213 PUBLICATIONS   413 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Pharmaceutical Care View project

Analysis of drug using the under area curve method by ultraviolet spectrophotometry View project

All content following this page was uploaded by Harrizul Rivai on 06 March 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF KANDUNGAN KIMIA DARI EKSTRAK
HEKSAN, ASETON, ETANOL DAN AIR DARI UMBI BAWANG PUTIH (Allium sativum
Linn.)
Harrizul Rivai1), Wahdaniyah2), Rusdi 2)
1)
Fakultas Farmasi, Universitas Andalas (UNAND) Padang
2)
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang
Email: harrizul@phar.unand.ac.id; wahdaniyaah334@gmail.com

ABSTRACT

A research has been conducted to analyze the chemical compounds contained in each hexane, acetone,
ethanol and water extract from garlic (Allium sativum Linn.) and to determine the secondary metabolic
contained in each of the garlic extracts. Qualitative analysis includes test carbohydrates, fatty acids, phenols,
tannins, flavonoids, alkaloids, essential oils, saponins, tepenoids and steroids. The result showed that the
hexane extract of garlic contains essential oil and fatty acids. The aceton extract of garlic contains essential oil
and fatty acids. The ethanol extract of garlic contains fatty acids and alkaloid. The water extract of garlic
contains alkaloids. Alkaloid levels of ethanol extract and water from garlic were determine by the gravimetric
method. Alkaloid levels of garlic ethanol extract were obtained 0.375% and 0.390% for water extract. The
essential oil content of garlic was determined by the distillation method and the essential oil content was 0.333
% v/b.
Keywords : Garlic, Allium sativum Linn, gravimertry, distillation

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui senyawa kimia yang tekandung dalam masing-
masing ekstrak heksan, aseton, etanol dan air dari umbi bawang putih (Allium sativum Linn.) serta menentukan
kadar metabolit sekunder yang terkandung dalam masing-masing ekstrak umbi bawang putih tersebut. Analisis
kualitatif meliputi uji karbohidrat, asam lemak, fenol, tanin, flavonoid, alkaloid, minyak atsiri, saponin,
terpenoid dan steroid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak heksan bawang putih mengandung senyawa
minyak atsiri dan asam lemak. Ekstrak aseton bawang putih mengandung senyawa asam lemak dan minyak
atsiri. Ekstrak etanol bawang putih mengandung senyawa asam lemak dan alkaloid. Ekstrak air
bawang putih mengandung senyawa alkaloid. Penetapan kadar alkaloid total dari ekstrak etanol dan
air umbi bawang putih ditentukan dengan metode gravimetri. Kadar alkaloid ekstrak etanol bawang putih
diperoleh sebesar 0,375 % dan ekstrak air bawang putih sebesar 0.390 %. Kadar minyak atsiri umbi bawang
putih ditentukan dengan metode destilasi dan diperoleh kadar minyak atsiri yaitu 0,333 % v/b.
Kata kunci : Bawang putih, Allium sativum Linn, gravimetri, destilasi.

PENDAHULUAN flavonoid, keton, alkaloid, steroid dan


Umbi bawang putih dapat digunakan triterpen. Ekstrak aseton bawang putih
untuk pengobatan hiperlipidemia dan mengandung gula pereduksi, lemak,
aterosklerosis (Permenkes, 2016). Umbi flavonoid, keton, alkaloid, steroid dan
bawang putih mengandung berbagai jenis triterpen. Mikail (2010), menyebutkan
metabolit sekunder yang dimanfaatkan bahwa ekstrak air umbi bawang putih
dalam pengobatan. Untuk menganalisis mengandung saponin, steroid, tanin,
senyawa-senyawa metabolit sekunder karbohidrat dan glikosida jantung.
tersebut maka perlu dilakukan skrining Menurut Ameh et al., (2013), ekstrak
fitokimia. metanol bawang putih mengandung
Olusanmi dan Amadi (2009), karbohidrat, gula pereduksi, alkaloid,
menyatakan bahwa ekstrak air bawang glikosida, saponin, flavonoid, protein,
putih mengandung gula pereduksi, lemak, minyak, steroid dan senyawa asam.
flavonoid, keton, alkaloid, steroid dan Berdasarkan penelitian yang dilakukan
triterpen. Ekstrak etanol bawang putih oleh Garba et al., (2013), menyebutkan
mengandung gula pereduksi, lemak, bahwa skrining fitokimia ekstrak air

1
bawang putih mengandung antrakuinon, bismuth iodide, asam pikrat, natrium
saponin, triterpen, flavonoid, tanin dan borohidrat, tembaga asetat, kloroform,
glikosida. Ekstrak metanol bawang putih metanol, asam nitrat pekat, natriumm
mengandung antrakuinon, saponin, tanin fosfat dan natrium dihidrogen fosfat.
dan alkaloid.
Berdasarkan penelitian yang Prosedur
dilakukan oleh Huzaifaet al.,(2015), Penyiapan simplisia
menyebutkan bahwa skrining fitokimia Sampel umbi Bawang putih (Allium
kualitatif ekstrak air bawang putih sativum Linn) di beli di Pasar Alai kota
mengandung senyawa tanin, saponin, Padang, Provinsi Sumatra Barat.
glikosida jantung, alkaloid, dan flavonoid. Standarisasi simplisia umbi bawang
Skrining fitokimia kuantitatif ekstrak air putih
bawang putih diperoleh persentase Dilakukan berdasarkan Farmakope
komposisi saponin (0,24 ± 0,04 g/100g), Herbal Indonesia sebagai berikut
glikosida jantung (1,88 ± 0,26 g/100g), (Departemen Kesehatan Republik
alkaloid (0,12 ± 0,02 g/100g), flavonoid Indonesia, 2008):
(0,04 ±0,03 g/100g), dan tanin (2,52 ± 0,12 Parameter spesifik
g/100g).
1. Pemeriksaan pemerian
Berdasarkan uraian diatas, ternyata
Simplisia diuji secara makroskopik.
belum pernah dilakukan penelitian tentang
2. Pemeriksaan mikroskopik
analisis kualitatif dan kuantitatif dari
3. Penetapan kadar sari larut air
ekstrak heksan, aseton, etanol dan air dari
umbi bawang putih (Allium sativumL.). 4. Penetapan kadar sari larut etanol
Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan Parameter non spesifik
penelitian tentang analisis kualitatif dan 1. Susut pengeringan
kuantitatif dari ekstrak heksan, aseton, 2. Penetapan kadar abu total
etanol dan air dari umbi bawang putih 3. Abu tidak larut asam
tersebut. Pemeriksaan kandungan kimia
.
simplisia
METODE PENELITIAN
Pembuatan Ekstrak
Alat dan Bahan Dibuat ekstrak dari umbi bawang
Alat yang digunakan antara lain: putih sebanyak 50 gram dengan cara
Timbangan analitik (Precisa), kertas saring maserasi menggunakan pelarut heksan
Wathman No 42. dan alat-alat gelas sebanyak 500 mL. Direndam selama 6 jam
lainnya yang menunjang penelitian. pertama sambil sesekali diaduk, kemudian
Bahan yang digunakan pada diamkan selama 18 jam. Maserat
penelitian ini adalah Bawang putih dipisahkan dengan cara filtrasi, proses
(Allium sativum L.), dan seluruh pelarut penyarian ini diulangi 2 kali, dengan
serta pereaksi di beli dari Merck yaitu menggunakan jenis dan jumlah pelarut
heksan, aseton, etanol, aquadest, asam yang sama. Semua maserat dikumpulkan,
sulfat pekat, ferri (III) klorida, kalium kemudian di uapkan dengan alat penguap
bromida, timbal asetat, natrium hidroksida, putar (“rotary evaporator”)pada suhu
serbuk magnesium, asam klorida, asam dibawah ± 50ºC sehingga diperoleh
asetat anhidrat, kalium permanganat, ekstrak. Lakukan hal yang sama terhadap
amonia, asam galat, natrium karbonat, seluruh pelarut yaitu aseton dan etanol
natrium fosfat, ninhidrin, tembaga sulfat hingga diperoleh ekstrak.
anhidrat, kalium bromida, serbuk zink, Ekstrak air bawang putih diperoleh
raksa (II) klorida, kalium iodida, asam dengan metode dekok yang dibuat dengan
sitrat, asam salisilat, iodium, pottasium mengekstraksi simplisia dengan air pada

2
suhu 90 ⁰C selama 30 menit panaskan dalam air suling, kemudian
diatas tangas air sambil sekali-sekali larutkan garam tatrat dan encerkan
diaduk. Serkai selagi panas melalui kain larutan sampai volume 500 mL
flanel, tambahkan air panas secukupnya (Mulyono, 2006).
melalui ampas sehingga diperoleh volume 4. Pereaksi Folin
dekok yang dikehendaki (Departemen Amonium sulfat 250 g + air suling
Kesehatan Republik Indonesia, 2000). 325 mL + asam asetat glasial 3 g +
uranium asetat 2,5 g. Larutkan garam
Pembuatan Pereaksi
amonium sulfat ke dalam air suling
1. Pereaksi Hager (asam pikrat) didalam gelas kimia 600 mL,
Sebanyak 2,5 g asam pikrat dilarutkan tuangkan asam asetat glasial ke dalam
dalam 250 mL air suling dalam labu larutan ini sambil diaduk dan
ukur 250 mL (mulyono, 2006). tambahkan uranium asetat aduk agar
2. Pereaksi Benedict melarut, encerkan dengan air suling
a. Natrium sitrat 86,5 g + Natrium sampai volume larutan 500 mL
karbonat 50 g + air suling 400 mL. (Mulyono, 2006).
Larutkan garam-garam tersebut ke 5. Pereaksi Wagner (iodo-kalium iodida)
dalam air (bantu dengan Kalium Iodida 6 g + iodida 2 g + air
pemanasan) saring jika perlu dan suling 10 mL. Larutkan padatan ke
encerkan dengan air suling sampai dalam air suling sesuai dengan urutan
volume 425 mL (Mulyono, 2006). (Mulyono, 2006).
b. Tembaga sulfat 8,65 g + air suling 6. Pereksi Mayer
50 mL. Campurkan garam ke a. Raksa klorida 1,358 g
dalam air suling sampai melarut. Air suling 60 mL
Tuangkan larutan B ke dalam b. Kalium iodida 5g
larutan A sampai diaduk konstan, Air suling 10 mL
kemudian encerkan campuran Tuangkan larutan A ke dalam
dengan air suling sampai volume larutan B, encerkan dengan air suling
campuran menjadi 500 mL sampai volume 100 mL (Mulyono, 2006).
(Mulyono, 2006). 7. Pereaksi Molish (α- naftol 15%)
3. Pereaksi Fehling α- Naftol 15 g + alkohol atau
a. Fehling A kloroform 100 mL. Setelah
Asam sulfat anhidrat 34,66 g + dicampurkan, lalu dikocok, diamkan
asam sulfat pekat 5 mL. Alirkan beberapa lama dan kemudian saring
perlahanasam sulfat pekat ke dalam (Mulyono, 2006).
gelas kimia berisi 100 ml air suling
sambil sesekali diaduk, kemudian Analisis Kualitatif Bawang Putih
masukkan garam tembaga ke Analisis kualitatif ekstrak heksan,
dalamnya. Setelah melarut aseton, etanol dan air dari umbi bawang
encerkan dengan air suling sampai putih dilakukan sebagai berikut:
volume larutan menjadi 500 ml dan 1. Uji karbohidrat
pindahkan pereaksi ke dalam botol Identifikasi karbohidrat sebagai
reagen (Mulyono, 2006). berikut:
a. Tes Molish: 2 mL ekstrak
b. Fehling B ditambahkan dua tetes larutan
Natrium kalium tartrat 173 g + alkohol α – naftol, lalu campuran
natrium hidroksida murni 50 g. dikocok dengan baik dan
Siapkan 250 ml air suling di dalam tambahkan beberapa tetes asam
gelas kimia 600 mL, natrium sulfat pekat perlahan sepanjang
hidroksida segera dilarutkan ke sisi tabung reaksi. Cincin ungu

3
menunjukkan adanya karbohidrat 4. Uji tanin
(Banu & cathrine, 2015). Cara identifikasi tanin sebagai berikut:
b. Tes Fehling: penambahan pereaksi Ekstrak ditambahkan dengan 2 tetes
fehling 1 dan 2 dalam jumlah yang larutan feri klorida menunjukkan hijau
sama banyak kedalam larutan uji, hingga biru kehitaman(Hanani, 2015).
lalu akan terjadi reduksi (kadang- 5. Uji minyak atsiri
kadang diperlukan pemanasan) Cara identifikasi minyak atsiri
menghasilkan endapan kupro menggunakan pereaksi sebagai berikut
oksida berwarna merah bata (Hanani, 2015):
(Hanani, 2015). a. Ekstrak ditambahkan larutan
2. Uji alkaloid
kalium permanganat,warna akan
Cara identifikasi alkaloid sebagai menjadi pucat atau hilang.
berikut: b. Ekstrak ditambahkan larutan asam
a. Tes Mayer: 1 ml ekstrak kemudian asetat anhidrida, kemudian dengan
tambahkan dua tetes reagen hati-hati tambahkan 1 ml asam sulfat
Mayer disepanjang sisi tabung pekat sehingga timbul warna biru.
reaksi. Endapan krem putih 6. Uji saponin
menunjukkan adanya alkaloid Uji busa :
(Tiwari et al., 2011). Ekstrak dikocok dengan 2 ml air. Jika
b. Tes Wagner: 2 tetes reagen timbul busa selama sepuluh menit itu
Wagner ditambahkan ke 1 ml menunjukkan adanya saponin (Tiwari et
ekstrak disepanjang sisi tabung
al., 2011).
reaksi. Endapan coklat kemerahan 7. Uji fenol
mengkonfirmasikan tes tersebut Tes Ferri klorida
sebagai positif (Tiwari et al., Ekstrak ditambahkan 3-4 tetes besi
2011). (III) klorida. Senyawa fenol akan
3. Uji flavonoid memberikan warna hijau hingga biru hitam
a. Uji Timbal Asetat: 1 mL ekstrak dengan penambahan larutan garam besi
ditambahkan dengan 2 tetes (III) klorida (Tiwari et al., 2011).
larutan timbal asetat. Pembentukan 8. Uji asam lemak
endapan warna kuning Ekstrak ditambahkan asam sulfat,
menunjukkan adanya flavonoid pengamatan dilakukan dengan pemanasan,
(Tiwari et al., 2011).
dan terbentuk warna cokelat muda
b. Uji shinoda menunjukkan adanya asam lemak.
Larutan uji diuapkan hingga 9. Uji steroid
kering, ditambahkan 2-3 tetes Tambahkan kloroform dan lihat
etanol, kemudian ditambah dengan lapisan yang terbentuk, kemudian lapisan
serbuk Mg dan beberapa tetes kloroform dikeringkan.Lalu tambahkan 3
asam klorida 5M. Warna merah
tetes H₂SO₄ pekat. Maka akan terbentuk
hingga merah lembayungyang
warna biru. Terbentuknya warna biru dapat
timbul menandakan adanya
diamati pada bagian pinggir plat tetes
senyawa flavanon, flavonol,
(Hanani, 2015).
flavanolol, dan dihidroflavonol
10. Uji terpenoid
(Hanani, 2015).
a. 1 ml ekstrak ditambahkan 2 tetes
c. Penambahan larutan besi (III)
asam asetat anhidrat dan 1 tetes
klorida. Flavonoid yang memiliki
asam sulfat pekat perubahan warna
gugus hidroksil bebas pada cincin
ungu atau merah kemudian
A atau B akan menimbulkan
menjadi biru hijau menunjukkan
warna hijau setelah penambahan
adanya terpenoid.
larutan ini (Hanani, 2015).
b. Tes tembaga asetat

4
Ekstrak dilarutkan dalam air dan 2. Pengujian mikroskopis
ditambahkan 3-4 tetes larutan 3. Pola kromatografi lapis tipis
tembaga asetat. Pembentukan 4. Rata-rata susut pengeringan dari umbi
warna hijau menunjukkan adanya bawang putih adalah 8,8359 % ± 0,0407
diterpen (Tiwari et al., 2011). %
Analisis Kuantitatif Bawang Putih 5. Rata-rata kadar abu total umbi bawang
putih adalah 2,7575 % ± 0,02407 %
Analisis kuantitatif digunakan untuk
6. Rata-rata kadar abu tidak larut asam
menghitung jumlah atau besaran suatu
komponen yang terkandung di dalam suatu umbi bawang putih adalah 0,6728 % ±
senyawa atau bahan tertentu. 0,0196 %
Analisis kuantitatif dari ekstrak heksan, 7. Rata-rata kadar sari larut air umbi
aseton, etanol dan air umbi bawang putih bawang putih adalah 6,8497 % ± 0,0749
sebagai berikut: %
1. Penetapan kadar minyak atsiri 8. Rata-rata kadar sari larut etanol umbi
Timbang 60 g sampel, kemudian bawang putih adalah 5,5189 % ± 0,0812
masukkan ke dalam labu alas bulat 1 L, %.
tambahkan 100 sampai 200 mL air suling Hasil analisis kualitatif ektrak heksan,
hubungkan labu dengan pendingin dan
aseton, etanol dan air dari umbi bawang
buret berskala. Panaskan diatas hot plate.
Setelah penyulingan selesai, biarkan putih
selama tidak kurang dari 15 menit, catat 1. Ekstrak heksan umbi bawang putih
volume minyak atsiri pada buret. Kadar mengandung senyawa asam lemak dan
minyak atsiri dihitung dalam % v/b. minyak atsiri (Tabel I).
2. Penetapan kadar alkaloid 2. Ekstrak aseton umbi bawang putih
Pipet 20 mL ekstrak, sari mengandung senyawa asam lemak dan
menggunakan 100 mL metanol dan 10 mL
amoniak, panaskan diatas tangas air miyak atsiri (Tabel I).
selama 30 menit, saring. Ulangi 2 kali 3. Ekstrak etanol umbi bawang putih
penyarian menggunkan jenis dan jumlah mengandung senyawa alkaloid dan asam
pelarut yang sama. Tambahkan 50 mL lemak (Tabel I).
asam klorida 1 N pada kumpulan filtrat, 4. Ekstrak air umbi bawang putih
uapkan hingga volume kurang lebih 25 mengandung senyawa alkaloid (Tabel I).
mL, saring ke dalam corong pisah.
Basakan filtrat dengan amoniak sampai pH Hasil analisis kuantitatif ekstrak
± 10, sari 3 kali dengan 25 mL, kloroform. heksan, aseton, etanol dan air dari umbi
Kumpulkan dan uapkan fasekloroform bawang putih
pada suhu 50⁰, kemudian keringkan pada 1. Kadar alkaloid total ekstrak etanol dan
suhu 100⁰ hingga bobot tetap. Hitung sisa air adalah 0,375 % dan 0,390 % (Tabel II).
pengeringan sebagai alkaloid total.
2. Kadar minyak atsiri umbi bawang putih
adalah 0,333 %.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil standarisasi simplisia umbi
bawang putih:
1. Pengujian makroskopis

5
Tabel I. Data Hasil Uji Kualitatif Dari Ekstrak Heksan, Aseton, Etanol dan Air umbi
Bawang Putih

Hasil Ekstrak
Kandungan
Pereaksi
kimia
Heksan Aseton Etanol Air
1 2 3 4 5 6
Wagner (-) (-) (-) (-)
Alkaloid
Mayer (-) (-) (+) (+)

Serbuk Mg + 1 mL
(-) (-) (-) (-)
asam klorida (p)
Flavonoid
Timbal Asetat (-) (-) (-) (-)

0,5 mL Kloroform
+asam asetat
Steroid (-) (-) (-) (-)
anhidrat+asam sulfat
(p)
Saponin Uji busa (2 ml air) (-) (-) (-) (-)

Minyak atsiri Kalium permanganat (+) (+) (-) (-)

Tanin FeCl3 (-) (-) (-) (-)

Asam Lemak Asam sulfat (+) (+) (+) (-)

Fehling (A dan B) (-) (-) (-) (-)


Karbohidrat
Molish (-) (-) (-) (-)

Fenol FeCl₃ (-) (-) (-) (-)

Terpenoid Asam asetat anhidrat (-) (-) (-) (-)

Tabel II. Kadar alkaloid total umbi bawang putih


Berat cawan kosong (W0) Berat cawan + hasil Berat % Kadar
pengeringan (W1) sampel

Ekstrak etanol (51,6910 g) 51,6985 g 2g 0,375 %

Ekstrak air (51,6996 g) 51,7074 g 2g 0,390 %

6
Pembahasan Ekstrak air dari umbi bawang putih
Pada penelitian ini dilakukan analisis diperoleh dengan metode dekok yang
kualitatif dan kuantitatif dari ekstrak dibuat dengan mengekstraksi simplisia
heksan, aseton, etanol dan air dari umbi dengan air pada suhu 90 ⁰C selama
bawang putih yang dibeli di pasar Alai 30menit panaskan diatas penangas air
kota Padang Provinsi Sumatra Barat. sambil sekali-sekali diaduk. Serkai selagi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui panas melalui kain flanel, tambahkan air
jenis kandungan senyawa kimia dan panas secukupnya melalui ampas sehingga
menentukan kadar senyawa kimia dari diperoleh volume dekokta yang
masing-masing ekstrak heksan, aseton, dikehendaki (Departemen Kesehatan
etanol dan air dari umbi bawang putih Republik Indonesia, 2000).
tersebut. Setelah diperoleh ekstrak dari masing-
Sebelum dilakukan proses ekstraksi, masing pelarut, kemudian dilakukan
dilakukan standarisasi simplisia yang analisa kandungan senyawa kimia pada
bertujuan untuk mendapatkan simplisia masing-masing ekstrak cair. Identifikasi
yang bermutu baik dan yang memenuhi metabolit primer dan sekunder dengan
standarisasi Farmakope Herbal Indonesia metode uji fitokimia dilakukan untuk
(2008) yaitu meliputi uji makroskopis, uji mengetahui kandungan senyawa metabolit
mikroskopis, susut pengeringan, kadar abu primer dan sekunder dalam suatu tanaman
total, kadar abu tidak larut asam, kadar sari secara kualitatif. Dilakukan uji metabolit
larut air dan sari larut etanol. diantaranya uji alkaloid, uji flavonoid, uji
Ekstraksi heksan, aseton, dan etanol steroid, uji saponin, uji minyak atsiri, uji
dari umbi bawang putih dilakukan dengan terpenoid, uji tanin, uji fenol, uji asam
metode maserasi karena metode ini lebih lemak dan uji karbohidrat.
sederhana dan tidak memerlukan Berdasarkan tabel 1 menunjukkan
pemanasan sehingga baik untuk simplisia bahwa hasil pengujian ekstrak heksan,
yang mengandung zat aktif yang tidak aseton, etanol dan air yang negatif pada uji
tahan terhadap pemanasan. Proses flavonoid, steroid, saponin, terpenoid,
maserasi dilakukan menggunakan botol fenol, tanin dan karbohidrat. Dan
kaca gelap dan ditempat yang terlindung menunjukkan hasil yang positif pada
cahaya. Hal ini bertujuan untuk pengujian alkaloid, asam lemak dan
menghindari terjadinya penguraian minyak atsiri. Hasil yang diperoleh yaitu
struktur zat aktif yang terutama untuk ekstrak etanol danumbi bawang putih
senyawa yang kurang stabil terhadap mengandung alkaloid. Ekstrak heksan,
cahaya. Satu bagian simplisia dimaserasi aseton dan etanol umbi bawang putih
dalam botol gelap tertutup dengan 10 mengandung asam lemak. Ekstrak heksan
bagian pelarut, direndam selama 6 jam dan aseton umbi bawang putih
pertama sambil sesekali diaduk, kemudian mengandung minyak atsiri. Pengujian
diamkan selama 18 jam. Pisahkan maserat senyawa alkaloid didapatkan hasil yang
dengan cara penyarian dengan positif menggunakan pereaksi Mayer yang
menggunakan kain flanel, ulangi proses ditandai dengan terbentuknya endapan
penyarian sekurang-kurangnya dua kali putih. Pada pengujian asam lemak
dengan jenis dan jumlah pelarut yang didapatkan hasil yang positif dengan
sama. Semua maserat dikumpulkan, penambahan asam sulfat yang ditandai
kemudian di uapkan dengan alat penguap dengan terbentuknya endapan coklat
putar (“rotary evaporator”) pada suhu muda. Pada pengujian minyak atsiri
dibawah ± 50⁰C sehingga diperoleh didapatkan hasil positif dengan
ekstrak. penambahan kalium permanganat yang
ditandai dengan warna kalium

7
permanganatakan pucat atau hilang. Hasil senyawa lain terdapat pada lapisan
yang diperoleh dari keempat ekstrak umbi kloroform. Lapisan kloroform ini
bawang putih hanya mengandung 3 kemudian disisihkan. Amoniak kemudian
senyawa kimia, hal ini mungkin ditambahkan ke dalam lapisan asam yang
disebabkan oleh kurang pekanya pereaksi bertujuan untuk melepaskan ikatan
yang digunakan dan varietas dari umbi alkaloid dengan asamnya sehingga
bawang putih yang digunakan pada alkaloid kembali berada dalam kondisi
penelitian iniberbeda dengan yang bebas. Penambahan amoniak dihentikan
digunakan oleh para peneliti sebelumnya. sampai pH lebih kurang 10.
Setelah diperoleh hasil analisis Amoniak akan bereaksi dengan asam
kandungan kimia dari masing-masing klorida yang membentuk garam yang larut
ekstrak heksan, aseton, etanol dan air, dalam air sedangkan alkaloid kembali
selanjutnya dilakukan penetapan kadar dalam bentuk basa dan tidak terlarut dalam
metabolit sekunder yang merupakan suatu air tetapi mudah larut dalam kloroform.
uji kuantitatif untuk mengetahui kadar Alkaloid dalam keadaan bebas dapat
total suatu senyawa metabolit sekunder diekstraksi dengan pelarut kloroform,
yang terkandung dalam suatu sampel. sehingga dihasilkan ekstrak kloroform
Pada penelitian ini penetapan kadar yang merupakan alkaloid total.Kadar
alkaloid total dari ekstrak etanol dan air alkaloid dari ekstrak etanol dan air yg
umbi bawang putih menggunakan metode diperoleh yaitu 0,375 % dan 0,390 %
gravimetri. Alkaloid memiliki sifat basa (Tabel II).
dari atom nitrogen penyusunnya. Isolasi Penetapan kadar minyak atsiri
alkaloid dari ekstrak etanol dan air dilakukan dengan destilasi. Timbang 60 g
dilakukan dengan cara memipet 20 mL sampel, masukkan ke dalam labu alas bulat
ekstrak kemudian sarimenggunakan 100 1 L, tambahkan 100 mL air suling
mL metanol P dan 10 mL amoniak P, lalu hubungkan labu dengan pendingin dan
panaskan selama 30 menit, saring. buret berskala. Panaskan diatas hot plate.
Kemudian ulangi 2 kali penyarian Setelah penyulingan selesai, biarkan
menggunakan jenis dan jumlah pelarut selama tidak kurang dari 15 menit, catat
yang sama. Tambahkan 50 mL asam volume minyak atsiri pada buret. Dimana
klorida 1 N pada kumpulan filtrat lalu kadar minyak atsiri yang diperoleh yaitu
uapkan hingga volume kurang lebih 25 0,333 % v/b.
mL. Saring ke dalam corong pisah.
KESIMPULAN
Penambahan asam klorida dimaksudkan
agar kondisi larutan ada dalam suasana Dari data yang diperoleh pada penelitian
asam. Selanjutnya sistem dipartisi dengan ini, dapat disimpulkan bahwa:
menggunakan kloroform. 1. Kandungan senyawa kimia dari
Pelarut kloroform yang digunakan ekstrak heksan adalah asam lemak dan
dalam proses ini bertujuan untuk minyak atsiri. Kandungan senyawa
memisahkan metabolit-metabolit sekunder kimia dari ekstrak aseton adalah asam
lain yang ikut terekstraksi agar tidak lemak dan minyak atsiri. Kandungan
mengganggu isolasi alkaloid selanjutnya. senyawa kimia dari ekstrak etanol
Setelah proses partisi dilakukan, akan adalah alkaloid dan asam lemak.
terbentuk dua lapisan dimana lapisan atas Kandungan senyawa kimia dari
merupakan lapisan asam dan lapisan ekstrak air adalah alkaloid.
bawah merupakan lapisan kloroform. 2. Kadar alkaloid total pada ekstrak
Lapisan asam berada diatas karena lapisan etanol dan air 0,375% dan 0,390%.
asam merupakan lapisan air yang berat Kadar minyak atsiri umbi bawang
jenisnya lebih rendah dari kloroform. putih adalah 0,333 % v/b.
Alkaloid berada pada lapisan atas dan 1.

8
DAFTAR PUSTAKA Badan POM RI. (2006). Ekstrak tumbuhan
Abbas, M., shahid, M., Iqbal, M., Anjum, obat Indonesia volume 2. Jakarta:
F., Sharif, S., Ahmeh, S.& Pirzada, Badan pengawas Obat dan
T. (2013). Antitermitic activity and Makanan Republik Indonesia. 1-6.
phytochemical analysis of fifteen
Banu, K. Sahira & Cathrine,L. (2015).
medicinal plant seeds. Journal of
General techniques involved in
Medicinal Plants Research. 7(22),
phytochemical analysis.
1608-1617.
InternationalJournal of Advanced
Research in Chemical Science
Ahmad, W., Singh, A. & Kumar, A.
(IJARCS), 2(4), 25-32.
(2016). Phytochemical screening
and antimicrobial study of selected Departemen Kesehatan Republik
herbal spesies extract. South-Asian Indonesia. (2008). Farmakope
Journal of Multidisciplinary herbal Indonesia edisi I. Jakarta:
Studies (SAJMS), 3(5). Departeman Kesehatan RI. 6-8

Ameh, G., Eze. S. C.& Omeje, F. U. DepartemenKesehatanRepublik


(2013). Phytochemical screening Indonesia.(1989). Materiamedika
and antimicrobial studies on the Indonesia.Jilid V. Jakarta:
metabolic blbextract of Allium DepartemenKesehatan RI. 20-23.
sativum. African Journal of
Biotechnology, 12(14), 1665-1668. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. (2000). Parameter
Aniputri, F. D., Hutabarat, J., & standar umum ekstrak tumbuhan
Subandiyono. (2014). Pengaruh obat. Jakarta: Direktorat Jendral
ekstrak bawang putih (Allium POM. 7-8.
sativum) terhadap tingkat
Garba, I., Umar, A.I., Abdulrahman, A. B.,
pencegahan infeksi bakteri
Tijjani, M. B., Aliyu,M. S., Zango,
Aeromonas hydrophila dan
U. U.& Muhammad, A. (2013).
kelulushidupan ikan nila
Phytochemical and bacterial
(Oreocromis niloticus). Journal of
properties of garlic extracts.
aquaculture management and
Bayero Journal of Pure and
technology, 3(2), 1-10.
Applied Science, 6(2), 45-48.

Arify, T., Ezhilvalavan, S., Varun, A., Hanani, E. (2017). Analisis fitokimia.
Sundaresan, A. & Maniraman, K. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
(2018). Qualitative phytochemical Harbone, J. B., (1987). Metode fitokimia
analysis of garlic (Allium sativum) penuntun cara modern
and nilavembu (Andrographis menganalisis tumbuhan. ITB.
paniculata).International Journal Bandung.
of Chemical Studies, 6(3), 1635-
Huzaifa, U., Labaran, I., Bello, A. B.&
1638.
Olatunde, A. (2014).
Phytochemical screening of

9
aqueous extract of garlic (Allium Pharmaceutical Sciencea, 1(1), 98-
sativum) bulb. Report and opinion 106.
2014, 6(8), 1-4.
Wignjosoesastro, C., Arieselia, Z. & Dewi.
Ibiam, O. E., Ogbu, O., Ibiam, U. A., (2014). Pengaruh bawang putih
Nnachi, A. U., Agah, M. V., Ukaegbu, C. (Allium sativum) terhadap
O., Chukwu, O. S., Agumah, N. B. & pencegahan hiperkolesterolemia
Ogbu, K. I. (2014). Phytocemical and pada tikus. Damianus Journal of
antioxidant analyses of selected edible Medicine, 13(1), 9-16.
mushroom, ginger and garlic from Ebony
State, Nigeria. Journal of Pharmacy and
Biological Sciences, 9(3), 86-91.

Jadon, R. & Dixit, S. (2014).


Phytochemical extraction and
antimicrobial activity of some
medicinal plants on different
microbial strains. Journal of
medicinal plants studies. 2(3), 58-
63.

Mikail, H. G. (2010). Phytochemical


screening, elemental analysis and
acute toxicity of aqueous extract of
Allium sativum L. Bulbs in
experimental rabbits. Jurnal Ipteks
Terapan, 4(4), 322-326.

Mohanis. (2015). Pemberian air seduhan


bawang putih terhadap penurunan
tekanan darah. Research of Applied
Science and Education, 9(1), 117-
125.

Olunsami, M . J. & Amadi, J. E. (2009).


Studies on the antimicrobial
properties and phytochemical
screening of garlic (Allium
sativum) exstract. Etnhobotanical
Leaflets, 13, 1186-96.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia. (2016). Formularium
obat herbal asli Indonesia. Jakarta:
Menteri Kesehatan Republik
Indonesia.

Tiwari, P., Kumar, B., Kaur, G.& Kaur, H.


(2011). Phytochecimal screening
and extraction. Internationale

10

View publication stats

You might also like