You are on page 1of 19

Pajak Bumi dan Bangunan

(PBB)
Dosen Pengampu:
Manapang Siahaan, S.E., M.H., AB-45-10
Ak, CA, C.M.A
ANGGOTA KELOMPOK 1:

Arya Andika (1501213211) Qorina Mardita (1501210406)


Arys Naufal (1501210184) Reiva Rafadillah (1501213219)
Bintang Ramadhan (1501210300) Rheza Putra (1501213059)
Dyan Ayunda (1501210127) Rio Raehan (1501213237)
Fransiska Triana (1501213092) Rizqy Fathurrahman (1501213141)
Ganjar Laksana M (1501213018) Sabilla Karin (1501213075)
Jay Rifaldi (1501210412) Silvia Sari (1501213219)
Kautsar Akmal (1501213345) Syafa Laila (1501213204)
M. Riyadh Akbar (1501210094) Vestalian Fastin (1501210319)
Nadhif Rabbani (1501210393) Yolanda Andryani (1501210147)
PENGERTIAN Pungutan atas tanah dan bangunan yang ada
sebab adanya laba dan /atau kedudukan sosial
PBB ekonomi bagi seseorang atau badan yang
mempunyai suatu hak atasnya, atau
memperoleh manfaat asal padanya

PBB bersifat (atau pajak) objektif, yang berarti


pajak dikenakan dari objeknya
(bumi/bangunan).

Sebagian hasil PBB (yang menjadi penerimaan


pajak pusat)diserahkan kepada daerah
DEFINISI-DEFINISI PBB

Bumi Bangunan
Nilai Jual Objek Pajak
(NJOP)

Harga rata-rata yang


Konstruksi teknik diperoleh oleh transaksi jual
Permukaan bumi & beli yang terjadi. Bila tidak
yang dilekatkan
tubuh bumi yang terjadi transaksi JB, NJOP
secara tetap pada ditentukan melalui
ada dibawahnya.
tanah atau perairan. perbandingan harga
dengan objek pajak lain
yang sejenis, atau nilai
perolehan baru/ NJOP
pengganti.

Surat Pemberitahuan Objek Surat Pemberitahuan Pajak


Pajak (SPOP) Terutang (SPPT)

Surat yang digunakan oleh Surat yang digunakan oleh


WP u/ melaporkan data objek Direktorat Jendral Pajak u/
pajak menurut ketentuan memberitahukan besarnya
Undang-undang. pajak terhutang kepada WP.
LANDASAN FILOSOFI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti
besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi dan atau
bangunan. Keadaan subjek tidak ikut menentukan besarnya pajak.

Landasan Filosofi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebagai berikut:


Bahwa pajak merupakan sumber penerimaan negara yang penting bagi pelaksanaan dan
peningkatan pembangunan nasional untuk meningkatkan kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat, oleh sebab itu perlu peningkatan peran serta masyarakat.
Bahwa bumi dan bangunan memberikan keuntungan dan/atau kedudukan sosial ekonomi
yang lebih baik bagi orang/badan yang mempunyai suatu hak atasnya atau memperoleh
manfaat darinya, oleh sebab itu wajar apabila kepada mereka diwajibkan memberikan
sebagian dari manfaat atau kenikmatan yang diperolehnya kepada negara melalui pajak.
DASAR HUKUM PAJAK BUMI & BANGUNAN
Hukum pajak atau hukum fiskal yaitu kumpulan peraturan tertulis yang mengatur
hubungan antara pemerintah sebagai pemungut pajak dengan rakyat sebagai pembayar pajak.

Hukum Pajak :
1. Hukum pajak material : objek, subjek, & wajib pajak.
2. Hukum pajak formil : tata cara/ prosedur penetapan jumlah utang pajak & hak-hak fiskus

Beberapa dasar hukum Pajak Bumi Bangunan adalah sebagai berikut :


Undang-undang No. 12/ Tahun 1985 sebagaimana telah di ubah dengan undang-undang No.
12/Tahun 1994 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
Peraturan Pemerintah No. 25/Tahun 2002 Tentang Penetapan besarnya Nilai Jual Kena pajak
untuk Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan.
Peraturan Pemerintah No. 16/Tahun 2000 Tentang Pembagian Hasil Penerimaan PBB antara
pemerintah Pusat dan Daerah.
Petunjuk Pelaksanaan Lainnya.
Subjek Pajak

Objek Bumi Objek Bangunan


1. Sawah 1. Rumah tinggal
2. Pekarangan 2. Bangunan usaha
3. Gedung bertingkat
3. Ladang
4. Pagar mewah
4. Kebun
5. Pusat perbelanjaan
5. Tambang 6. Jalan tol
6. Tanah 7. Kolam renang
Objek Pajak yang Tidak
Dikenakan PBB
Objek pajak umum yang tidak bertujuan untuk
mendapat keuntungan
Objek yang digunakan untuk perlindungan flora/fauna
Objek yang digunakan oleh badan atau organisasi
internasional
Objek yang digunakan untuk kuburan, peninggalan
purbakala atau sejenisnya
Sektor PBB
Pada PBB dijelaskan ada 5 sektor yang dibedakan yaitu :
1. sektor pedesaan.
2. sektor perkotaan.
3. sektor perkebunan.
4. sektor pertambangan dan
5. sektor perhutanan.

Sebelum adanya UU PDRD sektor itu dalam pemungutan pajaknya


menjadi tugas pemerintah pusat.
Ketentuan Umum yang memberikan penjelasan sebagai berikut :

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak Negara yang


dikenakan terhadap bumi dan atau bangunan berdasarkan
Undang-undang nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang
nomor 12 Tahun 1994.

PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya


pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah
dan atau bangunan. Keadaan subjek (siapa yang membayar)
tidak ikut menentukan besarnya pajak.
Nomor objek pajak
Sebuah identitas yang unik bagi sebuah objek pajak yang digunakan
dalam administrasi PBB, NOP juga unik (tidak akan memiliki kesamaan
kecuali ada penipuan), lalu bersifat permanen (karena tidak akan berubah
dengan jangka yang lama), dan sebagai standar (karena bersifat nasional).
Berfungsi sebagai:
bentuk pemetaan wilayah dalam suatu daerah
sebagai pemberian sebuah informasi yang valid tentang letak objek
pajak sekaligus pengambilan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)
bisa memberikan kemudahan bagi pembeli rumah untuk mengetahui
identitas dari pemiliknya
Hak dan Kewajiban Wajib Pajak dalam
Mendaftarkan Objek Pajak

Kewajiban sebagai wajib pajak dalam mendaftarkan objek pajak


melalui KPP atau KP2KP adalah :
Kewajiban sebagai wajib pajak yang memiliki objek pajak bumi dan
bangunan adalah mendaftarkan objek pajak dengan mengisi SPOP.
Ketika mengisi SPOP harus jelas, benar, dan lengkap.
Memberikan atau menyampaikan kembali SPOP yang telah Anda isi ke KPP
atau KP2KP setempat paling lambat 30 hari setelah formulir SPOP diterima.
Jika ada perubahan data, Anda wajib melaporkan perubahan atas data
objek pajak ke KPP atau KP2KP untuk mengisi kembali SPOP sebagai
perbaikan SPOP yang salah sebelumnya dnegan melampirkan dokumen
pendukung seperti, Fotokopi sertifikat tanah, dll
Dasar pengenaan PBB
Dasar pengenaan PBB adalah dengan Nilai Jual Objek Pajak
(NJOP). NJOP sendiri merupakan harga rata-rata atau harga
pasar pada transaksi jual beli tanah, penetapan NJOP sendiri
ditetapkan dengan Menteri Keuangan mendengar penetapan
dari walikota/bupati, dengan dasar seperti :
Dasar penetapan Dasar penetapan
NJOP bumi NJOP bangunan

Letak Bahan yang


Pemanfaatan digunakan bangunan
Peruntukan Rekayasa
Kondisi Letak
lingkungan Kondisi lingkungan
Dasar penetapan NJOP
bila tidak ada transaksi jual beli
1. Perbandingan harga dengan objek lainnya
Dengan membandingkan objek lain yang sejenis, lokasi berdekatan, memiliki
fungsi yang sama dengan objek yang memiliki nilai jual, sehingga NJOP dapat
terhitung dengan benar.
2. Nilai perolehan baru
Dengan menghitung biaya yang sudah dikeluarkan untuk memperoleh objek
pajak. Penilaian tersebut nantinya akan dikurangi dengan penyusutan yang
terjadi, seperti penyusutan yang terjadi pada kondisi fisik objek pajak.
3. Nilai jual pengganti
Penetapan NJOP berdasarkan pada hasil produk objek pajak. Jadi, nilai
jualnya didasarkan pada keluaran yang dihasilkan oleh objek pajak itu
sendiri.
Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)

NJOPTKP merupakan batas Nilai Jual Objek Pajak atas bumi dan bangunan yang
tidak kena pajak. NJOPTKP untuk setiap daerah di kabupaten/kota maksimal
senilai Rp 12.000.000 dengan ketentuan berikut :
1. Setiap wajib pajak wajib memperoleh pengurangan NJOPTKP sebanyak
1x/tahun pajak.
2. Apabila wajib pajak memiliki lebih dari 1 objek pajak, maka yang mendapat
pengurangan NJOPTKP hanya 1 objek pajak yang bernilai paling besar dan
tidak bisa digabungkan dengan objek pajak lain yang wajib pajak miliki.
Nilai Jual Kena Pajak (NJKP)

NJKP merupakan dasar perhitungan PBB dan dikenal juga sebagai


assessment value (nilai jual objek dalam perhitungan pajak terutang) yang
merupakan bagian dari NJOP.
Dalam KMK Nomor 201/KMK.04/2000, ketentuan persentase NJKP yang
ditetapkan pemerintah sebagai berikut :
Objek pajak perkebunan sebesar 40%
Objek pajak pertambangan sebesar 40%
Objek pajak kehutanan sebesar 40%

Objek pajak lainnya seperti pedesaan dan perkotaan dari nilai NJOP-nya yakni :
Jika NJOP-nya >Rp 1.000.000.000,00, persentase NJKP sebesar 40%.
Sedangkan, jika NJOP-nya <Rp 1.000.000.000,00, persentase NJKP sebesar
20%.
Tarif Pajak
Menurut Pasal 40 & 41 UU No.1 Tahun 2022

1. Tarif PBB P2 ditetapkan paling tinggi sebesar 0,5%


2. Tarif PBB P2 ditetapkan oleh Perda
3. Tarif PBB P2 yang berupa lahan produk pangan dan ternak ditetapkan
lebih rendah dari lahan lainnya
4. Dasar pengenaan PBB P2 adalah NJOP
5. NJOP berkisar 20%-100% setelah dikurangin NJOPTKP
6. Besaran NJOP ditetapkan oleh Kepala Daerah

You might also like