You are on page 1of 31

C.

OUTLINE

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proyek kontruksi merupakan suatu kegiatan dimana di dalamnya terdapat


suatu proses yang panjang, seringkali dalam proses ini ditemukan banyak masalah
dan kendala. Salah satu permasalahan yang terjadi yaitu adanya material sisa
konstruksi (Construction waste). Menurut Asiyanto (2010), “sisa material (waste
material) merupakan suatu kelebihan/ berlebihnya kuantitas material yang
digunakan maupun didatangkan, tetapi tidak menambah nilai apapun terhadap
suatu pekerjaan, yang artinya bahwa sisa material tidak terlalu berdampak pada
suatu pekerjaan tetapi lebih berdampak pada hal yang lain (biaya)”. Material
dalam sebuah proyek konstruksi gedung sangat rentan terhadap pemborosan
akibat kesalahan penanganan material, sehingga akan menjadikan material
tersebut menjadi waste material atau material yang tidak terpakai. Menurut
Jailoon dkk (2009), “munculnya waste dalam proyek gedung sangat terkait
dengan metode pelaksanaan konstruksi, adanya proses pemilahan dan penggunaan
kembali fasilitas untuk waste konstruksi di lokasi proyek, dan tingkat pendidikan
dan keahlian para pekerja.”
(Illingworth dalam dalam Haryadi, 2018). Sisa sampah material (waste)
merupakan masalah serius yang terjadi pada pelaksanaan proyek-proyek
konstruksi. Usaha meminimalisir sisa material konstruksi akan sangat membantu
meningkatkan keuntungan pihak kontraktor dan mengurangi dampak lingkungan.
Oleh karena itu, perlu dilakukan kalkukasi yang teliti dan tepat dalam menentukan
seberapa jumlah kebutuhan material yang akan digunakan dalam proyek serta
dilakukan evaluasi terhadap penggunaan material tersebut. Banyak faktor yang
menjadi sumber terjadinya sisa material (waste contruction), antara lain desain,
pengadaan material, penanganan material, pelaksanaan, residul dan lain-lain,

1
Sehingga dengan adanya sisa material konstruksi yang cukup besar dapat
dipastikan terjadi pembengkakan pada sektor pembiayaan. Timbulnya waste
merupakan suatu kerugian terutama bagi pihak kontraktor pelaksana. Untuk itu
sebaiknya pada setiap proyek terutama proyek berskala besar wajib memiliki
Management Waste Plan. Sehingga dapat menekan angka kerugian yang
disebabkan oleh adanya material waste.
Pencegahan maupun penanganan sisa material bangunan sangat penting
diperhatikan oleh pelaksana pembangunan, yaitu pihak kontraktor, dimulai dari
tahap perencanaan dan estimasi hingga pelaksanaan di lapangan. pada proyek
konstruksi sendiri masih terbatas di Aceh Barat khususnya meulaboh. Dengan
mengetahui upaya yang dilakukan untuk meminimalkan dan menangani sisa
material pada proyek konstruksi gedung bertingkat, maka pihak-pihak yang
terlibat dalam proyek konstruksi dapat meningkatkan pengelolaan sisa material
dengan lebih efektif dan efisien.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menyadari pentingnya
membahas tentang “Analisis waste material pada proyek konstruksi‘ untuk dapat
mengidentifikasi apa saja penyebab yang menjadi perhatian terhadap adanya
potensi timbulnya waste , sehingga sisa material bisa diatasi ataupun
diminimalisir.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan


yang akan menjadi obyek penelitian ini yaitu :
1. Apa saja faktor penyebab timbulnya waste material pada proyek
pembangunan Gedung UTU U2 segmen C?
2. Apakah faktor paling dominan penyebab timbulnya waste material pada
proyek pembangunan Gedung UTU U2 segmen C ?

2
1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :


1. Untuk mengetahui faktor penyebab timbulnya waste material pada proyek
pembangunan Gedung UTU U2 segmen C.
2. Untuk mengetahui faktor paling dominan penyebab timbulnya waste
material pada proyek pembangunan Gedung UTU U2 segmen C.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :


1. Dapat mengidentifikasi apa saja penyebab yang timbul dengan adanya
potensi waste material, sehingga dapat meminimalisir timbulnya waste
tersebut.
2. Sebagai Referensi untuk penelitian selanjutnya.
3. Sebagai masukan pelaku konstruksi bangunan Gedung tentang masalah
waste material.

1.5 Batasan Penelitian

Batasan dari permasalahan pada kajian ini meliputi :


1. Penelitian hanya dilakukan pada gedung pembangunan Gedung UTU U2
segmen C.
2. Hasil penelitian hanya sebagai evaluasi, tidak berdampak pada kegiatan
pembangunan setelahnya.
3. Pembahasan hanya dilakukan sampai analisis waste proyek
4. Pembahasn hanya mengenai sisa material kontruksi ( contraction waste )
bekisting pada pekerjaan beton Gedung UTU U2 segmen C.
3
II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan menyajikan teori – teori dari para ahli yang akan digunakan
sebagai landasan untuk menganalisa dan membahas permasalahan dalam
penelitian. Dimana sebelum menentukan metode penelitian serta melakukan
proses pengambilan data, penulis akan menguraikan beberapa kajian teoritis dari
literatur terlebih dahulu, hal ini berguna untuk mencari dan mengumpulkan bahan
– bahan berapa landasan teori dari penelitian terlebih dahulu , metode dalam
pengolahan data maupun proses dalam melakukan analisis yang berkaitan dengan
topik penelitian ini secara keseluruhan.

2.1 Material

Menurut Nugraha (1985), material merupakan komponen penting dalam


menentukan besarnya biaya suatu proyek, lebih dari seperuh biaya proyek diserap
oleh material yang digunakan.
Menurut Galvian (1994), pada tahap pelaksanaan kontruksi penggunaan
material di lapangan sering terjadi sisa material yang cukup besar, sehingga upaya
untuk meminimalisir sisa material penting untuk diterapkan. Material dalam
kontruksi dapat digolongkan menjadi dua bagian besar, yaitu:
1. Consumable Material, merupakan material yang pada akhirnya akan menjadi
bagian dari struktur fisik bangunan, misalnya: semen, pasir, kerikil, batu bata,
besi tulangan, dan lain-lain.
2. Non-Consumable Material, merupakan material penunjang dalam proses
kontruksi, dan bukan merupakan bagian fisik dari bangunan setelah bangunan
tersebut selesai, misalnya perancah, bekisting dan lain-lain.

2.2 Waste Material

Menurut Abdurrahman (2012), waste material merupakan bagian dari

4
material yang tidak terpakai dalam pelaksanaan proyek konstruksi dan tidak
menjadi bagian dari bangunan. Sehingga semakin banyak waste material yang
terjadi, maka semakin tidak efisien penggunaan material dalam proyek tersebut.
Asnudin (2010), menyatakan bahwa waste material dibagi menjadi 2 jenis
yaitu.
1. Waste Langsung (Direct Waste)
a. Pengiriman (Transport And Delivery Waste)
Semua waste material yang terjadi pada saat melakukan pengiriman
material di dalam lokasi pekerjaan, termasuk pembongkaran dan
penempatan pada tempat penyimpanan seperti membuang/melempar
semen, keramik pada saat dipindahkan.
b. Waste Material Akibat Tempat Penyimpanan (Site Storage Waste)
Waste material yang terjadi karena penumpukan/penyimpanan material
pada tempat yang tidak aman terutama untuk material pasir dan batu
pecah, atau pada tempat dalam kondisi yang lembab terutama untuk
material semen.
c. Waste Material Akibat Pengubahan (Conversion Waste)
Waste material yang terjadi karena pemotongan bahan dalam bentuk yang
tidak ekonomis, seperti: material besi beton, keramik, dan sebagainya.
d. Waste Pada Saat Pemakaian (Fixing Waste)
Material yang tercecer, rusak atau terbuang selama pemakaian di lapangan,
seperti: pasir, semen, batu bata, dan sebagainya.
e. Waste Material Akibat Pemotongan (Cutting Waste)
Waste material yang dihasilkan karena pemotongan bahan, seperti: tiang
pancang, besi beton, batu bata, keramik, besi beton, dan sebagainya.
f. Waste Material Akibat Pelaksanaan Dan Waste Tertinggal (Application
And Residue Waste)
Waste material yang terjadi seperti mortar yang jatuh/tercecer pada saat
pelaksanaan atau mortar yang tertinggal dan telah mengeras pada akhir
pekerjaan.

5
g. Waste Material Akibat Tindakan Kriminal (Criminal Waste)
Waste material yang terjadi karena pencurian atau tindakan perusakan
(vandalism) di lokasi proyek.
h. Waste Material Akibat Kesalahan Penggunaan Material (Wrong Use
Waste)
Pemakaian tipe atau kualitas material yang tidak sesuai dengan spesifikasi
dalam kontrak, maka pihak direksi memerintahkan kontraktor untuk
menggantikan material tersebut sesuai dengan kontrak, sehingga
menyebabkan terjadinya waste material di lapangan.
i. Waste Material Akibat Manajemen (Management Waste)
Terjadinya waste material disebabkan karena pengambilan keputusan yang
salah atau keraguan dalam mengambil keputusan, hal ini terjadi karena
organisasi proyek yang lemah atau kurangnya pengawasan.
2. Waste Secara Tidak Langsung (Indirect Waste)
a. Waste karena perubahan tujuan penggunaan (Subsitution Waste)
Waste material yang terjadi karena penggunaannya menyimpang dari
tujuan semula, sehingga menyebabkan terjadinya kehilangan biaya yang
dapat disebabkan karena tiga alasan yaitu: terlalu banyak material yang
dibeli, material yang rusak dan semakin bertambahnya kebutuhan material
tertentu.
b. Waste karena berlebih (Production Waste)
Waste material yang disebabkan karena pemakaian material yang
berlebihan dan kontraktor tidak berhak mengklaim atas kelebihan volume
tersebut karena dasar pembayaran berdasarkan volume kontrak contohnya:
pasangan dinding bata yang tidak rata menyebabkan pemakaian mortar
berlebihan karena plesteran menjadi tebal.
c. Waste karena kelalaian (Negligence Waste)
Waste material yang terjadi karena kesalahan di lokasi (site error),
sehingga kontraktor menggunakan material lebih dari yang ditentukan
misalnya: penggalian pondasi yang terlalu dalam.

6
2.3 Faktor – Faktor Penyebab Yang Menimbulkan Waste Material

Menurut Irmawaty (2015), waste pada proyek kontruksi dapat bersumber


dari beberapa faktor sebagai berikut.
1. Desain
Terdapat 12 faktor penyebab waste material yang bersumber dari desain yaitu:
frekuensi perubahan desain, kesalahan desain, kurangnya informasi desain,
kualitas desain yang buruk, distribusi gambar yang lambat, dokumen kontrak
tidak lengkap, desain rumit, pengalaman desainer, kesalahan dalam dokumen
kontrak, interaksi antara berbagai spesialis, koordinasi yang buruk dari pihak
pihak selama tahap desain, dan kebutuhan klien pada menit terakhir.
2. Penanganan
Faktor penyebab waste material yang bersumber dari penanganan terdiri dari
penyimpanan bahan yang salah, penanganan bahan yang buruk, kerusakan selama
transportasi, buruknya kualitas bahan, kegagalan peralatan, menunda waktu
pengiriman, alat tidak cocok digunakan dan metode pembongkaran yang tidak
efisien.
3. Pekerja
Faktor penyebab waste material yang bersumber dari pekerja terdiri dari
kesalahan pekerja selama konstruksi, pekerja tidak kompeten, sikap buruk
pekerja, kerusakan yang disebabkan oleh pekerja, kurangnya pelatihan bagi
pekerja, kurangnya pengalaman, kekurangan pekerja terampil, penggunaan bahan
yang tidak tepat, pengerjaan yang buruk, pekerja tidak ada antusiasme, persediaan
bahan tidak didokumentasikan dengan baik, memakai peralatan yang abnormal,
kurangnya kesadaran para pekerja, terlalu banyak lembur bagi pekerja
4. Manajemen Kontruksi
Faktor penyebab waste material yang bersumber dari manjemen terdiri dari:

7
perencanaan yang buruk, pengendalian yang buruk, manajemen lokasi yang
buruk, pengawasan yang buruk, metode konstruksi yang tidak tepat, kurangnya
koordinasi antara pihak, kualitas informasi yang buruk, kelangkaan peralatan,
kurangnya rencana pengelolaan sampah, masalah sumber daya, pengulangan
pekerjaan, menunggu waktu, masalah komunikasi, peralatan usang,
ketidaktersediaan peralatan, kurangnya pengetahuan tentang konstruksi, durasi
proyek lama, kurangnya pengaruh kontraktor, dan kurangnya kesadaran
lingkungan.
5. Pengelolaan sisa material
Faktor penyebab Waste material yang bersumber Pengelolaan sisa material terdiri
dari: sisa hasil pemotongan yang sudah tidak terpakai, pencampuran yang
berlebihan pada material basah yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, dan
banyaknya limbah dari proses aplikasi.
6. Kondisi lokasi
Faktor penyebab waste material yang bersumber dari kondisi lokasi terdiri dari:
bahan berlebih di lokasi, limbah yang dihasilkan dari kemasan, kondisi lokasi
yang buruk, kemacetan di lokasi, masalah pencahayaan, kesulitan mengakses
lokasi konstruksi dan kondisi tanah yang tidak terduga.
7. Pengadaan/pembelian
Faktor penyebab waste material yang bersumber dari pengadaan/pembelian terdiri
dari: kesalahan pemesanan, item tidak sesuai dengan spesifikasi, kesalahan dalam
pengiriman, kesalahan dalam survei kuantitas, kesalahan pemasok, prosedur
pengangkutan materi yang salah, frekuensi pemesanan bervariasi, metode yang
berbeda digunakan untuk estimasi, dan menunggu pengganti.
8. Faktor eksternal
Faktor penyebab waste material yang bersumber dari faktor eksternal terdiri dari:
pengaruh cuaca, kecelakaan, pencurian, kurangnya penegakan legislatif,
vandalisme, kerusakan yang disebabkan oleh pihak ketiga, perayaan festival dan
kondisi lokal yang tak terduga.

8
2.4 Bekisting

Bekisting atau formwork adalah salah satu bagian penting yang perlu
direncanakan secara matang dalam suatu pekerjaan konstruksi beton. Menurut
McCormac (1985), bekisting atau formwork adalah cetakan yang ke
dalamnya beton semi cair diisikan. Cetakan yang dimaksud harus cukup kuat
untuk menahan beton dalam ukuran dan bentuk yang diinginkan hingga beton
tersebut mengeras. Dikarenakan berfungsi sebagai cetakan sementara, bekisting
akan dilepas atau dibongkar apabila beton yang dituang telah mencapai kekuatan
yang cukup. Pekerjaan bekisting adalah pekerjaan pembuatan dan pemasangan
cetakan agar pekerjaan pengecoran beton dapat dilaksanakan, umumnya pada
proyek kontruksi pengecoran ini meliputi plat lantai, balok, kolom, retaining
wall, tangga ataupun core wall.
Wigbout (1992), menerangkan beberapa fungsi bekisting sebagai bagian
dari konstruksi, diantanya adalah sebagai berikut:
1. Untuk memberi bentuk pada konstruksi beton.
2. Untuk memperoleh struktur permukaan yang diharapkan.
3. Untuk memikul beton basah, hingga konstruksi tersebut cukup kuat

Wigbout (1992) Secara umum (garis besar) mengklasifikasikan


bekisting kedalam 3 jenis, yaitu:
1. Bekisting konvensional (Bekisting tradisional)
Material utama bekisting konvensional adalah kayu. Kelebihan dari
sistem konvensional ini adalah fleksibilitas yang tinggi. Sedangkan kekurangan
dari bekisting konvensional adalah dalam pengerjaann- ya membutuhkan waktu
yang relatif lama dan material bekisting yang harus dibeli ulang. Kekurangan
bekisting konvensional adalah:
a. Material kayu tidak awet untuk dipakai berulang-ulang kali.
b. Waktu untuk pasang dan bongkar bekisting menjadi lebih lama.
c. Banyak menghasilkan sampah kayu dan paku.
d. Berpeluang menghasilkan bentuk yang tidak presisi
9
2. Bekisting Semi Modern
Tipe bekisitng semi modern merupakan bekisting yang peralatan dan
perlengkapannya menggunakan gabungan antara kayu dan ba- han fabrikasi.
Kelebihan dari bekisting ini adalah adanya penghema- tan biaya karena kayu
bukan material utama pada bekisting jenis ini. Kayu hanya digunakan pada
bagian tertentu menggunakan bahan plywood.
3. Bekisting Modern
Keseluruhan material yang digunakan pada sistem ini adalah material –
material fabrikasi. Karena pemasangannya sudah sangat dise- derhanakan, segi
kerja teknisnya pun sangat ringan. Akan tetapi, pembelian bekisting ini sangat
mahal. Hal ini disebabkan karena bekisting modern ini menggunakan fiber yang
memiliki keunggulan yang lebih baik daripada kayu, disamping untuk
kepentingan peles- tarian lingkungan. Berikut ini adalah keunggulan bekisting
fiber:
a. Bebas kelembaban dan tidak mengalami perubahan dimensi atau bentuk.
b. Pemasangan dan pembongkaran lebih mudah dan tanpa perlu minyak
bekisting.
c. Daya tahan lama, dapat digunakan hingga 40-70 kali.
d. Sampah sisa material bekisting fiber ini dapat diolah kembali seluruhnya dan
sangat ramah lingkungan.

2.5 Populasi dan Sampel

2.5.1 Populasi

Menurut sugiyono (2016:80) populasi merupakan wilayah generalisasi


objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di Tarik kesimpulannya. Penentuan
populasi merupakan tahapan penting dalam penelitian Karena populasi dapat
memberi informasi atau data berguna bagi suatu penelitian.
10
2.5.2 Sampel

Ukuran sampel yang layak dalam sebuah penelitian adalah antara 30


sampai dengan 500 (Roscoe, 1985). Sampel diharapkan bisa mewakili populasi,
karena itu sampel dibagi dua, yaitu sampel referentatif dan sampel nonreferentatif.
Sampel referentatif adalah sampel yang bisa mewakili keadaan populasinya, dan
sampel nonreferentatif adalah sampel yang tidak bisa mewakili populasi. Untuk
menentukan jumlah sampel harus diambil diantara 30-500, dalam penelitian ini
peneliti menggunakan rumus solvin untuk menentukan jumlah sampel. Sampel
yang masih dapat dotolerir atau diinginkan 10% (Suliyanto 2006).

Rumus solvin adalah sebuah rumus atau formula untuk menghitung


jumlah sampel minimal apabila perilaku dari sebuah populasi tidak diketahui
secara pasti. Dengan rumus perhitungan sebagai berikut:

N
η= (2.1)
1+ Νe2

Keterangan :

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

E = margin eror

2.6 Skala Likert (Likert Scale)

Menurut sugiyono (2011), Skala likert digunakan untuk mengungkapkan


sikap,pendapat, dan persepsi sesorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial dalam skala likert, variable yang akan diukur dijabarkan menjadi indicator
variabel. Kemudian indicator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrumen yang menggunakan skala likert mempunya gradasi

11
dari sangat positif sampai dengan negatif. Untuk mengukur variabel diatas
digunakan skala likert sebanyak lima tingkat sebagai berikut:

Tabel 2.1 Tabel Presentase Nilai

No Kategori Skor

1 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

2 Tidak Setuju (TS) 2

3 Kurang Setuju (KS) 3

4 Setuju (S) 4

5 Sangat Setuju (SS) 5

2.7 Kuisoner

Menurut Bimo Walgito, pengertian kuesioner penelitian adalah daftar


pertanyaan dalam penelitian yang harus dijawab oleh responden. Setelah jawaban
responden terkumpul, jawaban itu akan dipelajari dan dianalisis. Ada 3 jenis
kuesioner penelitian yang daftar pertanyaan dan cara pengisian jawabannya
berbeda-beda, antara lain:
1. Kuisioner terbuka
Kuesioner terbuka adalah kuesioner penelitian yang memberi kesempatan kepada
responden untuk menuliskan pendapat pribadinya terhadap daftar pertanyaan atau
pernyataan yang tercantum. Tapi, para peneliti perlu memperhatikan daftar
pernyataan atau pertanyaan dalam kuesioner penelitian mudah dipahami.
2. Kuisioner tertutup

12
Kuesioner tertutup adalah kuesioner penelitian dengan daftar pertanyaan atau
pernyataan yang sudah dilengkapi pilihan jawabannya sekaligus. Umumnya,
kuesioner tertutup ini menggunakan pilihan jawaban, seperti ya atau tidak dan
sebagainya. Penelitian dengan kuesioner tertutup ini termasuk cukup efektif,
karena responden bisa langsung memberikan tanda centang (√) dalam kolom
jawaban yang disediakan dan sesuai dengan pilihannya.

3. Kuisioner campuran
Kuesioner campuran adalah kuesioner penelitian dengan perpaduan antara
kuesioner terbuka dan tertutup. Metode penelitian ini digunakan untuk membahas
topik lebih mendalam. Umumnya, para peneliti menggunakan kuesioner
campuran untuk mendapatkan serangkaian data-data penelitian berupa angka.
Tabel 2.3 Rekap Kuisioner

No Pertanyaan Kuisoiner Sumber Kuisoiner

Desain
Dokumen tdak lengkap pada saat dimulainya
1
pembangunan
2 Perubahan desain Nurul Mentari
3 Informasi desain yang kurang lengkap Iswinarno
Perubahan spesifikasi material setelah
4
pelaksanaan berlangsung
Pengadaan Atau Pembelian
Kesalahan dalam pemesanan (kelebihan atau
1
kekurangan dari yang dibutuhkan)
Item yang dipesan tidak sesuai dengan
2
spesifikasi Nurul Mentari
Pembelian yang tidak dapat dilakukan dalam Iswinarno
3
jumlah yang kecil
Prosedur transportasi/pengiriman barang suplier
4
ke lokasi (gudang) proyek

13
Penanganan Material
1 Penyimpanan material yang kurang sesuai
Kerusakan akibat metode pengangkutan dari
2
gudang menuju lokasi pekerjaan
3 Metode pembongkaran yang kurang efisien
Nurul Mentari
4 Menggunakan material dengan kualitas rendah
Iswinarno
5 Alat yang digunakan kurang memadai
6 Menggunakan material yang cacat
Pengerjaan bahan yang buruk (misalkan
7
pemotongan yang kurang efisien)
Pekerja
1 Kesalahan metode kerja selama proyek
2 Pekerja yang kurang berpengalaman
Nurul Mentari
3 Kekurangan pekerja yang terampil
Iswinarno
4 Jam kerja yang tidak efektif
5 Sikap buruk pekerja
Manajemen Kontruksi
1 Perencanaan dan penjadwalan yang kurang baik
2 Manajemen lokasi yang kurang baik
3 Pengawasan pekerja yang kurang
Nurul Mentari
4 Metode kontruksi yang kurang tepat
Iswinarno
5 Kurangnya komunikasi
6 Kurangnya tindakan pencegahan waste
7 Pengontrolan material yang kurang
Pengelolaan Sisa Material
1 Sisa hasil pemotongan yang sudah tidak terpakai
Nurul Mentari
2 Pencampuran material basah yang berlebihan
Iswinarno
3 Banyaknya limbah dari proses aplikasi
Kondisi Lokasi
1 Kondisi lokasi kerja yang buruk Nurul Mentari
14
Iswinarno
2 Kondisi lokasi proyek yang tidak wajar
Kondisi Eksternal
1 Pengaruh cuaca
Nurul Mentari
Kriminal waste penyebab kerusakan dan
2 Iswinarno
pencurian

2.8 SPSS

Sudjana (2005) berpendapat bahwa SPSS (

2.9 Uji Validasi dan Reabilitas

2.9.1 Uji Validasi

Sugiyono (2015:121) menyatakan bahwa: “Instrumen yang valid berarti


alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid
berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur.”
Uji validitas yang dilakukan bertujuan untuk menguji item kuesioner yang
valid dan tidak valid. Jika ada item yang tidak memenuhi syarat, maka item
tersebut tidak akan diteliti lebih lanjut. Menurut Sugiyono (2015:178), syarat
minimum suatu item dianggap valid adalah:
a. Jika nilai r ≥ 0,30 maka item-item pertanyaan dari kuesioner adalah valid.
b. Jika nilai r ≤ 0,30 maka item-item pertanyaan dari kuesioner dianggap tidak
valid.

Untuk menghitung korelasi pada uji validitas menggunakan korelasi Pearson


Product Moment menurut Sugiyono (2015:248) yang dirumuskan sebagai berikut
:

15
N ∑ XY −(∑ X)( ∑Y )
rxy = 2 2 2 2
√ [ N ∑ X −( ∑ X ) ][ N ∑ Y −( ∑ Y ) ]
(2.2)
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi pearson
Σxy = Jumlah perkalian variabel X dan Y
Σx = Jumlah nilai variabel X
Σy = Jumlah nilai variabel Y
Σx² = Jumlah pangkat dua nilai variabel X
Σy² = Jumlah pangkat dua nilai variabel Y
N = Banyaknya sampel

2.9.2 Uji Reliabilitas

Sugiyono (2015:121) reliabilitas menyatakan bahwa: “Instrumen yang bila


digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan
data yang sama.”
Uji reliablitas dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hasil pengukuran
tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala
yang sama dengan alat pengukur yang sama. Uji reliabilitas dalam penelitian ini
menggunakan metode Cronbach Alpha yang penulis kutip dari Ety Rochaety
(2009:54) dengan rumus sebagai berikut:

[ ]
n
n−1
¿] (2.3)

Keterangan:
α = Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach
S2 = Varians skor keseluruhan

16
Si2 = Varians masing-masing item

2.10 Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis


data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain.
Sehimgga mudah dipahami, dan temuan nya dapat diinformasikan kepada orang
lain.(menurut azwar 2000).

Rumus menggunakan teknik presentase yaitu sebagai berikut :

F
P= x 100 % (2.4)
N

Keterangan :

P = hasil presentase

F = frekuensi hasil jawaban

N = jumlah responden

Dalam rumus statistik terhadap perhitungan rata – rata yaitu:

x 1+x , ,,+ x
x= 2 n
(2.5)
n

Keterangan :

x = rata – rata hitung

x i = nilai sampel ke-i

n = jumlah sampel

penafsiran data terhadap hasil perhitungan jawaban kuisoner menurut Arikunto


(1995) yaitu:

17
Table 2.2 Penafsiran Hasil Perhitungan Jawaban Kuisioner

presentasi Kualifikasi Hasil

85%-100% Sangat baik Berhasil

65%-84% Baik Berhasil

55%-64% Cukup Tidak berhasil

0-54% Kurang Tidak berhasil

2.11 Penelitian Terdahulu

1. Cintri Anjani Rahmada Putri, dan Sofian Arissaputra (2022) dengan


penelitian berjudul “Analisis Faktor Penyebab Sisa Material Pekerjaan
Struktur Pada Proyek Konstruksi”. Penelitian ini membahas analisis
faktor penyebab sisa material pekerjaan struktur pada proyek konstruksi
menggunakan program SPSS. Sebelum melakukan analisis, dilakukan
pengujian uji normalitas, validitas, dan hasil uji reliabilitas. Dari hasil uji
normalitas didapatkan bahwa Sig. < 0,05 sehingga penelitian ini
menggunakan statistika non parametrik yang metodenya adalah Rank
Spearman dan Kendall. Pada uji validitas, didapatkan bahwa semua
variabel yang ditinjau lebih besar daripada 0,316 dan pada uji reliabilitas,
nilai Cronbach Alpha dari semua variabel lebih besar daripada 0,6. Hal
ini menunjukkan variabel-variabel yang digunakan valid dan reliable.
Kemudian, untuk korelasi penyebab dan persentase material digunakan
Uji Korelasi Rank Spearman dan didapatkan bahwa metode pekerjaan
kayu bekisting adalah cukup berpengaruh terhadap sisa material karena
nilai korelasi sebesar 0,406. Selanjutnya untuk persentase pekerjaan
bekisting, material sisa dengan persentase terbesar adalah paku senilai

18
41%, pekerjaan pembesian, sisa material kawat bendrat senilai 58%, dan
pekerjaan pengecoran, sisa material pasir dan split adalah sebesar 27%.
Adapun faktor utama dari sisa material konstruksi adalah sisa
pemotongan yang tidak dapat digunakan kembali, perubahan desain, dan
metode pelaksanaan konstruksi. Bentuk pencegahan yang dapat
meminimalisir sisa material pekerjaan struktur adalah melakukan
pengecekan berkala (monitoring) dan meningkatkan koordinasi antara
personil pelaksana proyek
2. Pranisa Luita Nadia Singarimbun, Rudi Waluyo, dan Apria Brita
Pandohop Gawei (2021), dengan penelitian berjudul : “Analisis
Penanganan Waste Material Consumable Dan Non Consumable Pada
Proyek Perumahan Sederhana Di Kota Palangka Raya”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui material yang berpotensi menjadi waste
material consumable dan non consumable beserta penyebabnya, upaya
mengurangi waste material consumable dan non consumable yang akan
terjadi dan cara penanganan waste material consumable dan non
consumable yang telah terjadi pada proyek perumahan sederhana di Kota
Palangka Raya. Data penelitian diperoleh melalui survei penyebaran
kuesioner kepada 35 pengembang perumahan sederhana di Kota Palangka
Raya. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis frekuensi, dan
deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa material yang
berpotensi menjadi waste material pada consumable material adalah
semen, pasir, kerikil/agregat kasar, besi beton/tulangan, kayu (papan),
keramik, pipa, paku. Sedangkan pada non- consumable material adalah
papan bekisting, perancah kayu (balok) dan perancah kayu (bulat). Faktor
penyebab waste material pada consumable material adalah pengukuran di
lapangan tidak akurat sehingga terjadi kelebihan volume. Dan untuk non-
consumable material adalah kesalahan yang diakibatkan oleh tenaga
kerja. Upaya untuk mengurangi waste material consumable dan non
consumable yang akan terjadi adalah kerja dengan teliti. Cara penanganan

19
waste material consumable dan non consumable yang telah terjadi adalah
gunakan kembali.
3. Albani Musyafa (2017) Dengan Judul Penelitian “Pemborosan Material
Dan Tindakan Pencegahannya: Survai Pada Proyek Pembangunan
Gedung Di Yogyakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: jenis
material yang banyak mengalami pemborosan dan bentuk tindakan
manajerial yang efektif meminimalisir pemborosan material dalam
pelaksanaan konstruksi bangunan. Penelitian ini dilakukan pada proyek
pembangunan gedung bertingkat di Yogyakarta. Data penelitian diperoleh
dengan survai menggunakan kuisioner. Narasumbernya adalah
pengawas/supervisor pada proyek pembangunan gedung bertingkat di
Yogyakarta. Data diolah dengan analisis perbandingan dan korelasi. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa: pemborosan material yang sering
terjadi pada pelaksanaan pembangunan gedung bertingkat di Yogyakarta
adalah kayu bekisting, besi tulangan, dan bata untuk dinding; jenis
tindakan pencegahan pemborosan maerial yang sering dilakukan dalam
pelaksanaan konstruksi gedung bertingkat di Yogyakarta adalah
memperhatikan dokumen kontrak, meningkatkan supervisi tenaga kerja,
dan updating kebutuhan material; serta tindakan pencegahan
pemborosan material yang efektif adalah meminimalisir perubahan
rencana, meningkatkan kompetensi tenaga kerja, dan penggunaan
material yang tepat.
4. Muhammad Iqbal Rohan Wijaya, Miftahul Huda (2011) dengan
penelitian yang berjudul: “Analisis Penyebab Terjadinya Sisa Material
Proyek Gedung Di Surabaya”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
faktor penyebab terjadinya sisa material yang tinggi pada proyek gedung
di Kota Surabaya dengan mengambil sampel di beberapa tempat proyek
gedung di Kota Surabaya. Dalam analisis penyebab terjadinya sisa
material ada beberapa cara untuk mengetahuinya, yaitu metode
pengambilan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner sedangkan

20
metode analisis nya menggunakan Deskriptif Mean dan Standar Deviasi
dan juga dengan diagram Kartesius lalu dimasukan ke dalam tabel
diagram Kartesius untuk mengetahui faktor tertinggi penyebab terjadinya
sisa material. Dari hasil tersebut ditemukan faktor-faktor penyebab terjadi
nya sisa material proyek gedung adalah perubahan desain, kesalahan
estimasi volume pekerjaan, mendesain dengan pola yang rumit,
kurangnya kontrol dan kordinasi dalam tim proyek, buruknya proses
pengawasan proyek oleh pihak-pihak yang terlibat dalam proyek,
penggunaan material yang salah sehingga perlu diganti, kerusakan
material, kesalahan pengerjaan, kurang berpengalaman, tenaga kerja
kurang terampil cara mengurangi penyebab terjadi nya sisa material
konstruksi gedung setelah melihat dari diagram kartesius dapat dengan
cara memperhatikan indikator pada kuadran i agar dapat dibuat
pengalaman dan perhatian khusus pada proyek selanjutnya.

III METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan suatu metode yang digunakan dalam


melaksanakan penelitian yang mencakup langkah-langkah pelaksanaan penelitian
yang dijabarkan dalam bentuk diagram alir (Flow Chart). Hal ini agar langkah-
langkah tersebut tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Untuk lebih Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada peta di Lampiran A Gambar 3.1, 3.2, dan 3.3,
halaman 33, 34, dan 35.

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di Universitas Teuku Umar Jl. Alue peunyareng


Ujong Tanoh Darat, Meurebo, Kabupaten Aceh Barat. Penelitian tersebut
dilakukan dari hari Senin sampai minggu pada pukul 08.00 WIB s/d 17.00 WIB.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat peta lokasi pada lampiran gambar A.3.4
Halaman 36.

21
3.2 Variabel Penelitian

Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus untuk diamati. Variabel itu
sebagai atribut dari kelompok orang atau subjek yang mempunyai variasi antara
satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu.

3.2.1 Variable Independent (variabel bebas)

Variabel ini sering disebut dengan variabel stimulus, input, predictor, dan
antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variable bebas.
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya
variabel dependent (variabel terikat). Dalam penelitian ini terdapat 8 variabel
bebas yaitu factor desain (X1), faktor pengadaan dan pembelian (X2), faktor
penanganan (X3), faktor pekerja (X4), faktor manajemen kontruksi (X5), faktor
pengelolaan (X6), faktor kondisi lokasi (X7), faktor kondisi eksternal (X8).

3.2.2 Variable dependent (variabel terikat)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang akan


menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel
terikatnya adalah Faktor penyebab waste material pada bekisting (Y).

3.3 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah mencari, mencatat, dan mengumpulkan semua


secara objektif dan apa adanya sesuai dengan hasil observasi dan kuisioner serta
wawancara di lapangan. Metode pengumpulan data pada penelitian ini berupa
data-data yang terbagi menjadi dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder
sebagai berikut:

3.3.1 Data Primer

22
Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung
dari sumber aslinya yang berupa hasil observasi dari suatu obyek atau hasil
pengujian (benda) melalui proses survei langsung di lapangan. Adapun kegiatan
pengumpulan data primer ini meliputi :
1. Survey ke lokasi penelitian untuk mengetahui faktor-faktor penyebab
timbulnya waste material bekisting pada proyek pembangunan Gedung
Universitas Teuku Umar U2 Segmen C.
2. Melakukan dokumentasi secara langsung mengenai hal-hal terkait dengan
objek yang diteliti
3. Perencanan penyebaran kuesioner dan penelitian terkait faktor – faktor
penyebab timbulnya waste material pada tinjauan yang melibatkan
beberapa responden diantaranya yang terdiri dari :
1) Struktur Kontraktor
2) Mandor Proyek

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah kegiatan pengumpulan data yang diperlukan peneliti,


dimana data tersebut diambil dari studi literature berupa jurnal, internet, studi
yang terkait maupun data-data yang diperoleh dalam proyek Pembangunan
Gedung Universitas Teuku Umar U2 Segmen C.

3.4 Metode Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dalam analisis ini adalah menggunakan


peritungan manual dan program statistik SPSS sebagai alat bantu untuk
pengolahan data. Dalam penelitian ini digunakan pengolahan data dengan cara
mengoreksi data yang sudah ada dengan membandingkan data dilapangan, hal ini
bersifat koreksi (editing), membuat isyarat dengan menggunakan angka atau huruf
yang di sesuaikan dengan kebutuhan kuisioner sebagai petunjuk identitas atau
informasi, menggunakan skala likert sebagai acuan atau pedoman menentukan
skor atau nilai, menggunakan tabel sebagai alat bantu dalam penataan pertanyaan
23
dan skor kuisioner (tabulasi). Berikut kriteria penilaian atau skor digolongkan
dalam lima tingkatan :
1. Jawaban sangat lengkap, diberi skor 5
2. Jawaban lengkap, diberi skor 4
3. Jawaban cukup, diberi skor 3
4. Jawaban kurang, diberi skor 2
5. Jawaban sangat kurang, diberi skor 1

3.5 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian merupakan salah satu hal yang sangat penting. Tahapan
yang baik dan benar akan berpengaruh pada hasil penelitian. Oleh karena itu,
tahapan penelitian harus disusun sedemikian rupa secara sistematis. Adapun
tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.5.1 Survey pendahuluan

1. Kondisi Eksisting lapangan


Studi lapangan dilakukan untuk mendapatkan data primer yang dibutuhkan
dalam penelitian. Dalam penelitian ini, dilakukan studi wawancara tentang
faktor-faktor penyebab timbunya waste material pada bekisting
2. Studi Literatur
Studi Literatur dilakukan untuk mendapatkan data primer dan data
sekunder dengan cara membaca dan mempelajari, jurnal, internet, dan
Tugas Akhir yang berhubungan dengan penelitian ini.
3. Pengumpulan data
- Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung
- Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang
sudah ada.
24
4. Analisis faktor-faktor penyebab yang paling dominan penyebab timbulnya
waste material
5. Penentuan jumlah kuisioner menggunakan rumus slovin
N
n=
1+ N (e)2
Keterangan :
n : Ukuran sample
N : Jumlah populasi
e : Persentase kesalahan yang dapat di tolerir dalam pengambilan
sampel, pada kasus ini menggunakan (e) sebesar 10% (0,1).

3.5.2 Penyusunan kuisioner

1. Penyusunan kuisioner
Penyusunan kuisioner bertujuan untuk mengetahui informasi berupa
faktor-faktor apa saja penyebab timbulnya waste material pada bekisting
2. Pengambilan kuesioner.
Pengambilan kuesioner digunakan untuk mengumpulkan informasi berupa
persepsi pelaku struktur proyek kontuksi terhadap faktor-faktor penyebab
timbulnya waste material .Pengolahan data tahap 1 ini menggunakan Skala
Likert, kuisioner tahap 1 bertujuan mendapatkan variabel melalui persepsi
pelaku struktur proyek kontruksi dalam hal faktor penyebab timbulnya
waste material dan faktor penyebab yang paling dominan timbulnya waste
material bekisting pada Proyek Pembangunan Gedung Universitas Teuku
Umar U2 Segmen C
3. Uji validasi dan reabilitas Skala Likert
a. Uji validasi bertujuan untuk menguji item kuesioner yang valid dan
tidak valid. Jika ada item yang tidak memenuhi syarat, maka item
tersebut tidak akan diteliti lebih lanjut.

25
b. Uji reabilitas Uji reliablitas dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh
hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali
atau lebih terhadap gejala yang sama dengan alat pengukur yang sama.

IV. RENCANA HASIL DAN PEMBAHASAN

Bagian ini akan diuraikan tentang rencana hasil untuk mengetahui faktor-
faktor penyebab timbulnya waste metarial pada bekisting dan faktor-faktor
penyebab yang paling dominan timbulnya waste konstruksi. Perhitungan
dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus yang telah dijabarkan pada tinjauan
kepustakaan BAB II, dan digunakan data Kuisioner. Kemudian dilakukan
pengolahan data yang meliputi keseluruhan perhitungan berdasarkan metodologi
penelitian pada BAB III.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Berisikan kesimpulan dari rangkaian penelitian dan saran-saran terkait


pengembangan hasil penelitian. Akhir dari penelitian ini dapat diambil
kesimpulan dan saran yang nantinya diharapkan dapat menjadi masukan bagi
semua kalangan yang akan atau sudah berkecimpung dalam bidang teknik sipil.

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan diambil dari hasil perhitungan dan pembahasan yang dilakukan


pada BAB IV, pada bab ini akan dijelaskan apa saja faktor-faktor penyebab
timbulnyaa waste dan faktor-faktor penyebab yang paling dominan timbulnya
waste material pada proyek konstruksi yang ada pada Gedung Universitas Teuku
Umar U2 Segmen C Kecamatan Meurebo, Kabupaten Aceh Barat menggunakan
Metode Analisis Deskriptif

5.2 Saran

26
Saran-saran yang diberikan pada penelitian ini sesuai dengan kesimpulan
yang ada. Saran yang diberikan tidak terlepas dari faktor faktor penyebab waste
dan faktor-faktor penyebab yang paling dominan timbulnya waste material pada
proyek konstruksi yang ada pada Gedung Universitas Teuku Umar U2 Segmen C
Kecamatan Meurebo, Kabupaten Aceh Barat menggunakan Metode Analisis
Deskriptif.

27
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Chaise, E. Q. (2020), Analisa Sisa Material Dan Penanganannya Pada Proyek


Apartemen Royal Cityloft Surabaya, Jurnal Teknik Sipil Universitas
Negeri Surabaya.

Cintri, A. R. P. (2022), Analisis Faktor Penyebab Sisa Material Pekerjaan


Struktur Pada Proyek Konstruksi, Technologic Politeknik Astra Cibatu
Cikarang Selatan.

Firmawan, (2021), Waste / Pemborosan (Definisi, Jenis dan Hubungan)


(kajianpustaka.com) Muchlisin Riadi Blogger.

Foo et al, (2013), Analisis Faktor Penyebab Dan Mitigasi Waste Pada Proyek
Konstruksi Gedung Di Kota Surabaya, Tesis Program Magister Bidang
Keahlian Manajemen Proyek Konstruksi Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan Dan Kebumian Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya, RC 142501

Haryadi, (2018), ,Analisis pengaruh sistem pengendalian Material Terhadap Sisa


Material Pekerjaan Struktur pada Proyek Konstruksi, Tesis Konsentrasi
Manajemen Konstruksi program Magister Teknik Sipilfakultas Teknik
Sipil Dan Perencanaanuniversitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Henong, S. B., Naikofi M. R. (2021), Analisis Faktor Penyebab Construction


Waste Dan Pengelolaannya Serta Dampaknya Terhadap Biaya, Jurnal
Deformasi Universitas Katolik Widya Mandira.

Intan et al, (2005), Analisa Dan Evaluasi Sisa Material Konstruksi Sumber
Penyebab Kuantitas Dan Biaya, Jurnal Karya Teknik Sipil Universitas
Kristen Indonesia Maluku.

28
Iswinarno, N.M., (2017), Analisis Pemborosan Material (Material Waste) Pada
Proyek Bangunan Gedung Bertingkat Di Daerah Istimewa Yogyakarta,
Tugas Akhir Teknik Sipil Universitas Islam Indonesia.

Jaillon et al (2008), Identifikasi Material Waste Pada Proyek Konstruksi, Jurnal


Teknik Sipil Institut Sepuluh November (ITS).

Musyafa, A. (2017), Pemborosan Material Dan Tindakan Pencegahannya:


Survai Pada Proyek Pembangunan Gedung Di Yogyakarta, Jurnal
Teknik Sipil Universitas Islam Indonesia.

Musyafa, S. (2018). Analisis Sisa Material Pekerjaan Struktur Pada Proyek


Konstruksi, Jurnal Teknisia Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta,
Indonesia

Nagapan, (2012), Kajian Faktor-Faktor Penyebab Waste Konstruksi Pada


Pelaksanaan Pembangunan Gedung, Media Teknik Sipil

Setiawan, A. (2021), Analisa Dan Evaluasi Sisa Material Konstruksi Pada


Pembangunan Perumahan Di Bojonegoro, Universitas Islam Darul
‘Ulum Lamongan.

Singarimbun, P. L. N, Waluyo R, dan Gawei A. B. P. (2021), Analisis


Penanganan Waste Material Consumable Dan Non Consumable Pada
Proyek Perumahan Sederhana Di Kota Palangka Raya, Jurnal karya
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya.

Suarliak, M. A. A, dan Suroso A. (2021), Analisis Model Pengaruh Penyebab


Terjadinya Waste Terhadap Peningkatan Biaya Konstruksi Gedung
Bertingkat Rendah di Jakarta, Jurnal Aplikasi Teknik Sipil Universitas
Mercu Buana Jakarta.

Wijaya, M. I. R, dan Huda M. (2011), Analisis Penyebab Terjadinya Sisa


Material Proyek Gedung Di Surabaya, Jurnal Rekayasa dan Manajemen

29
Konstruksi Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Wijaya Kusuma Surabaya.

30
31

You might also like