Professional Documents
Culture Documents
B A GI A N 2
F A H R I Z A L A Z H A R P R AT A M A (202212126112)
RIZQI AKBAR (202212126119)
Bismillahirrahmaanirraahiim
P u j a d a n p u j i s yu k u r a t a s k e h a d i r a t A l l a h S W T a t a s
b e r k a t l i m p a h a n r a h m a t d a n h i d a ya h - N ya , s e h i n g g a p e nu l i s
S e b a g a i L a n d a s a n P e n g e m b a n g a n I l m u B a g i a n 2 ” i n i d e ng a n
b a i k . D e ng a n ha r a p a n p e m b a c a m a u p u n p e n u l i s m e n d a p a t k a n
m e n d a p a t k a n k e m e n a ng a n d a n k e s e l a m a t a n p a d a ha r i k i a m a t
n a nt i.
S ho l a w a t s e r t a s a l a m , s e na nt i a s a t e r u t u j u k e p a d a b a g i n d a
p e m b a w a r i s a l a h k e s u c i a n , ju n j u n g a n k it a ya it u B a g i n d a N a b i
k e h i d u p a n m a n u s i a k h u s u s n ya u m a t m u s l i m s e p a n j a n g z a m a n .
S e mo g a k it a s e m u a d a p a t me n d a p a t k a n s ya f a a t n ya d i Y a u m i l
A k h i r , Aa m i i n .
T a k lu p a u c a p a n t e r i m a k a s i h p e nu l i s k e p a d a s e m u a
p i h a k ya n g s u d a h be r p a r t i s i p a s i d a l a m p r o s e s p e n ye l e s a i a n
m a k a l a h i n i . P e nu l i s j u g a m e n ya d a r i ma s i h b a n ya k t e r d a p a t
k e s a l a h a n ba i k d a l a m p e n u l i s a n m a u p u n p e n ya j i a n m a t e r i n ya .
H a l t e r s e b u t bu k a n l a h s e b u a h u n s u r k e s e n g a j a a n m e l a i n k a n
m a s i h t e r ba t a s n ya k e m a m p u a n p e n u l i s d a l a m p r o s e s p e m b u a t a n
ii
m a k a l a h t e r s e b u t . D e ng a n d e m i k i a n p e nu l i s m o ho n s a r a n d a n
k r it i k d a r i p e m b a c a a g a r k e d e p a n p e n u l i s d a p a t me m b u a t le b i h
ba ik la g i.
S u r a ba ya , 2 8 N o ve m b e r 2 0 2 2
P e nu l i s
iii
DAFTAR IS I
KATA PENGATAR…………………………………………………i i
DAFTAR IS I…………………………………………………………iv
A. L a t a r B e l a k a ng … … … … … … … … … … … … … . … … … … . 1
A. P e n g e r t i a n I l m u P e ng e t a h u a n … … … … … … … . . … . … … 3
B . Ko n s e p D a s a r P a n c a s i l a … … … … … . . … . … … … . . … . . … 5
I l m u P e ng e t a h u a n … … … … … … … … … … … . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Lata r B e la kang
Pancasila digali dari budaya bangsa Indonesia sendiri, maka Pancasila
mempunyai fungsi dan peranan yang sangat luas dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Fungsi dan peranan itu terus berkembang sesuai dengan
tuntutan zaman. Itulah sebabnya, Pancasila memiliki berbagai predikat sebagai
sebutan nama yang menggambarkan fungsi dan peranannya.
1
Dalam kaitannya dengan perkembangan ilmu di Indonesia, maka perlu dikaji
kebenaran yang khas menurut Pancasila terlebih dahulu. Sebab Pancasila sebagai
pandangan hidup dan dasar negara akan selalu menjadi ukuran bagi setiap sikap
dan perbuatan, termasuk kegiatan para ilmuwan dengan produk ilmunya.
B . Rumusan M a sa lah
2
BAB II
PEMBAHAS AN
A . P e n g e rt i a n l l m u P e n g e t a h u a n
Pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala
perbuatan manusia untuk memahami suatu obyek yang dihadapinya, atau hasil
usaha manusia untuk memahami suatu obyek tertentu. Cabang filsafat yang
membahas pengetahuan disebut Epistemologi. Istilah lain dalam kepustakaan
filsafat dari epistemologi adalah Filsafat pengetahuan, Gnosiologi, Kritika
pengetahuan, logika material, teori pengetahuan, kriteriologi. Epistemologi adalah
cabang filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber
pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode dan validity
pengetahuan.
Ilmu pengetahuan diambil dari kata bahasa Inggris science, yang berasal
dari bahasa latin scientia dari bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari,
mengetahui. Pertumbuhan selanjutnya pengertian ilmu mengalami perluasan arti
sehingga menunjuk pada segenap pengetahuan sistematik.
1
Surajiyo, “Teori Kebenaran Pancasila Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu” dalam Universitas
Indaprasta PGRI (No. 1, Vol.6 November 2022), 3.
3
proses ini adalah analisisrasional, obyektif, sejauh mungkin ‘impersonal’ dari
masalah-masalah yang didasarkan pada percobaan dan data yang dapat diamati.
Van Melsen mengemukakan ada delapan ciri yang menandai ilmu, yaitu : 2
2
Ibid., 4.
4
B . K onsep Da sa r Panc asi la
Pembahasan tentang apa itu kebanaran dalam konteks Pancasila, secara
tegas tidak banyak terungkap dalam literatur-literatur tekstual. Namun, pengkajian
Pancasila dalam wilayah keilmiahan bukanlah sesuatu yang baru. Salah satu tokoh
pemikir yang banyak mengkaji Pancasila, Notonagoro, telah memberikan dasar-
dasar pada kita dalam menafsirkan Pancasila secara ilmiah. Ada tiga alasan yang
menjadi landasan perlunya Pancasila ditelusuri secara ilmiah yakni: 3
1. Menteri Roeslan Abdulgani yang pada seminar Manipol di Bandung pada
tanggal 28 Januari 1961 menyatakan bahwa Presiden Soekarno
menghendaki penarikan ke atas (perumusan teori Pancasila, khususnya
Filsafat Pancasila) dan penarikan ke bawah ajaran Pancasila (tingkat
penjabaran dan pelaksanaannya, yang boleh disebut dengan sikap hidup).
2. Jawaban Presiden Soekarno dalam rapat DPA sebelum 28 Januari 1961
yang menegaskan bahwa Sosialisme Indonesia dan ajaran Pancasila
bersifat ilmiah dan religius. Ilmiah dalam arti: 1) suatu ajaran ilmiah, yang
bersifat khusus berlaku bagi waktu, tempat, keadaan, golongan manusia,
atau bangsa tertentu; 2) lebih tinggi tingkatnya daripada itu ialah suatu
teori ilmiah yang meliputi segala faktor tadi yang lebih luas; dan 3) tingkat
yang lebih tinggi lagi ialah sistem kefilsafatan yang terluas dalam segala
faktornya, sampai dapat mencapai tingkat dan luas yang abstrak, umum,
dan universal.
3. Ketetapan MPRS no. II/MPRS/1960/ yang menentukan tentang
pembangunan mental berdasarkan Pancasila yang menghendaki pula
berfikir secara abstrak, secara ilmiah dan secara filsafati terhadap
Pancasila.
3
Ibid., 5.
5
dengan Pancasila harus mengacu pada lima sila dalam Pancasila, termasuk
mengenai kebenaran, yakni: 4
Ke-Tuhanan
Kemanusiaan
4
Ibid., 5-7.
6
Hakekat yang dimaksud dalam hal ini meliputi: bhinneka-tunggal dan
majemuktunggal atau monopluralis. Hakekat bhinneka-tunggal menunjukkan
bahwa pada manusia terdapat gejala-gejala alam atau proses-proses fisis, gejala-
gejala vegetatif, dan gejala-gejala animal. Selain itu, berbeda dengan tumbuh-
tumbuhan dan hewan, manusia memiliki kemampuan berpikir, berasa, dan
berkehendak. Sedangkan hakekat majemuk-tungal atau monopluralis
menunjukkan bahwa hakekat manusia itu adalah untuk melakukan perbuatan lahir
dan batin atas dorongan kehendak, berdasarkan atas putusan akal, selaras dengan
rasa untuk memenuhi hasrathasrat sebagai ketunggalan, yang ketubuhan, yang
kejiwaan, yang perseorangan, yang kemakhlukan sosial, yang berkepribadian
berdiri sendiri, yang kemakhlukan Tuhan.
Sesuatu hal dikatakan benar apabila sesuatu itu mendorong pada semakin
menguatnya nilai-nilai kemanusiaan. Segala upaya mencapai tujuan dengan
menghalalkan segala cara tidak mendapatkan tempat dalam Pancasila. Sebagai
refleksi, Niccolo Machiavelli. Baginya menghalalkan segala cara untuk mencapai
tujuan dapat dibenarkan.
Persatuan
7
Keadilan
8
C. Relevan si Pancasi la Sebag ai La ndasan Peng embang an
Ilmu Penget ahuan
6
2. Pentingnya Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
5
Rahmah Ningsih, Pancasila Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu (Universitas Esa
Unggul 2019 ), 215.
6
Ibid., 216.
9
Pertama, pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia
dewasa ini seiring dengan kemajuan iptek menimbulkan perubahan dalam cara
pandang manusia tentang kehidupan. Hal ini membutuhkan renungan dan refleksi
yang mendalam agar bangsa Indonesia tidak terjerumus ke dalam penentuan
keputusan nilai yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.
3. Pancasila sebagai sumber nilai, kerangka berpikir serta asas moralitas bagi
7
Ibid., 218.
10
Dalam upaya manusia mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat
dan martabatnya maka manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pancasila telah memberikan dasar nilai-nilai bagi pengembangan iptek demi
kesejahteraan hidup manusia. Pengembangan iptek sebagai hasil budaya manusia
harus didasarkan pada moral ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab.
Oleh karena itu pada hakikatnya sila-sila Pancasila harus merupakan sumber nilai,
kerangka pikir serta basis moralitas bagi pengembangan iptek.
11
terpelihara, persaudaraan dan persahabatan antar daerah di berbagai daerah
terjalin karena tidak lepas dari faktor kemajuan iptek. Oleh sebab itu, Iptek
harus dapat dikembangkan untuk memperkuat rasa persatuan dan kesatuan
bangsa dan selanjutnya dapat dikembangkan dalam hubungan manusia
Indonesia dengan masyarakat internasional.
d. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, mendasari pengembangan iptek secara
demokratis. Artinya setiap ilmuwan haruslah memiliki kebebasan untuk
mengembangkan iptek. Selain itu dalam pengembangan iptek setiap
ilmuwan juga harus menghormati dan menghargai kebebasan orang lain
dan harus memiliki sikap yang terbuka artinya terbuka untuk dikritik,
dikaji ulanh maupun dibandingkan dengan penemuan teori lainnya.
e. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, kemajuan iptek harus
dapat menjaga keseimbangan keadilan dalam kehidupan kemanusiaan,
yaitu keseimbangan keadilan dalam hubungannya dengan dirinya sendiri,
manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia lain, manusia dengan
masyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan alam lingkungannya.
8
Ibid., 220.
12
aturan untuk meningkatkan kehormatan, reputasi dan kemanfaatan professional,
dan lain-lain, adalah suatu manifestasi perbuatan untuk kebaikan tersebut.
Ilmuwan yang mengamalkan kompetensi teknik yang dimiliki dengan baik sesuai
dengan tuntunan sikap tersebut berarti menyukuri anugrah Tuhan.
Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab memberikan arahan, baik
bersifat universal maupun khas terhadap ilmuwan dan ahli teknik di Indonesia.
Asas kemanusiaan atau humanisme menghendaki agar perlakuan terhadap
manusia harus sesuai dengan kodratnya sebagai manusia, yaitu memiliki
keinginan, seperti kecukupan materi, bersosialisasi, eksistensinya dihargai,
mengeluarkan pendapat, berperan nyata dalam lingkungannya, bekerja sesuai
kemampuannya yang tertinggi. Hakikat kodrat manusia yang bersifat mono-
pluralis, sebagaimana dikemukakan Notonagoro, yaitu terdiri atas jiwa dan raga
(susunan kodrat), makhluk individu dan sosial (sifat kodrat), dan makhluk Tuhan
dan otonom (kedudukan kodrat) memerlukan keseimbangan agar dapat
menyempurnakan kualitas kemanusiaannya.
13
Sila keempat ini juga memberi arahan dalam manajemen keputusan, baik
pada tingkat nasional, regional maupun lingkup yang lebih sempit. Manajemen
keputusan yang dilandasi semangat musyawarah akan mendatangkan hasil yang
lebih baik karena dapat melibatkan semua pihak dengan penuh kerelaan.
14
BAB III
PENUTUP
K esimpu lan
Ilmu dengan metode ilmiahnya bertujuan untuk mencapai kebenaran. Karena yang
berilmu itu manusia, maka kebenaran semata-mata tidak hanya murni memenuhi
kriteria koherensi-korespondensi, deduksi-induksi, pemikiran rasional-empiris
saja. Tetapi kebenaran juga harus dikembalikan pada manusianya. Pengembangan
ilmu di Indonesia juga harus dikembalikan pada manusia Indonesia, jati diri
bangsa Indonesia.
Jika sekiranya teori kebenaran Pancasila ingin dikembangkan, dikaji, dan diuji
lebih lanjut, maka seyogyanya tidak sebatas pada kebenaran serta pengembangan
ilmu saja. Tetapi perlu dikaji dan dikaitkan lagi dengan kebenaran dan
pengembangan teknologi. Sebab seperti sudah diketahui di samping ilmu,
teknologi lebih terasa kehadirannya termasuk bagi bangsa Indonesia
15
DAFTAR PUSAKA
N i n g s i h , R a h m a h , “ P a n c a s i l a S e b a g a i D a s a r P e ng e m b a n g a n
I lmu ” da la m Uni ve rsita s Esa Ungg ul . 2019.
16