You are on page 1of 10

IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO DAN PENGENDALIAN RISIKO

PADA PROSES BLASTING DI PT CIBALIUNG SUMBERDAYA, BANTEN

Hazyiyah Ghaisani, Erwin Dyah Nawawinetu


Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Univeristas Airlangga
Email: seseqghaisani@gmail.com

ABSTRACT
Blasting is an explosive activity to destroy rocks from its parent rocks. Blasting process is the most
essential process to do in every mining activity which has high health and safety risk. The purposes of
this research are to identify health and safety hazards, to assess risks of blasting in underground
mining process, and to identify the existing control measure in PT Cibaliung Sumberdaya. This was an
observational descriptive research with cross sectional approach. Primary data were collected by
observing and interviewing while secondary data were obtained from the company. The population of
research inprocess of mining blasting are mine production Superitendant, safety Superitendant, one
blaster and three blaster crews. The data were analyzed by using table then compare it with existing
standard and theory. The method in risk assessment used in this research refers to risk assessment
method of PT Cibaliung Sumberdaya. The results of this research showed that there were 14 hazards
that had been identified. According to risk assessment result there were 3 hazards in medium risk
category and 11 hazards in low risk category. The hazard control which has been implemented is
conducting technical engineering, administration and providing personal protective equipment.
Corporate management is recommend to reconsider their Job Safety Analysis (JSA) by revisiting the
work location, inspecting work equipments and auditing standard operations, evaluating latent hazard
control such as noise measurement, ground vibration, and increase worker’s awareness on wearing
personal protective equipment.

Keywords : risk assessment, blasting, underground mining

ABSTRAK
Blasting merupakan suatu aktivitas pengisian bahan peledak ke dalam lubang ledak dengan tujuan
untuk menghancurkan batuan dari batuan induk.Proses blasting merupakan proses penting disetiap
aktifitas penambangan dan mempunyai risiko K3 yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah
melakukan identifikasi bahaya K3 dan menilai risiko pada proses blasting tambang bawah tanah, serta
mengidentifikasi pengendalian bahaya yang sudah dilakukan oleh PT Cibaliung
Sumberdaya.Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif observasional dengan pendekatan cross
sectional. Data primer dikumpulkan dengan observasi dan wawancara serta data sekunder yang
diperoleh dari perusahaan.Populasi penelitian pada proses blasting di PT Cibaliung Sumberdaya terdiri
dari Superitendant produksi tambang, Superitendant keselamatan kerja dan 1 juru ledak dan 3 blaster
crew. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan tabel dan dibandingkan
dengan standard dan teori yang ada. Metode yang digunakan penulis dalam melakukan identifikasi
bahaya dan penilaian risiko mengacu pada aturan PT Cibaliung Sumberdaya.Hasil penelitian
menunjukan terdapat 14 bahaya yang teridentifikasi.Hasil penilaian risiko terdapat 3 bahaya dengan
risiko sedang dan 11 bahaya dengan risiko rendah.Jenis pengendalian bahaya yang sudah dilakukan
meliputi teknis, administrasi dan penyediaan alat pelindung diri. Manajemen perusahaan disarankan
untuk meninjau kembali Job safety Analysis dengan meninjau langsung lokasi, alat kerja, dan cara
kerja serta melaksanakan pengendalian bahaya yang belum ada yaitu pengukuran kebisingan dan
getaran tanahserta meningkatkan pelatihan dalam memakai alat pelindung diri.

Kata Kunci : penilaian risiko, peledakan, tambang bawah tanah

107
108 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No. 1 Jan-Jun 2014:107-116

PENDAHULUAN Proses blasting merupakan proses


penting untuk dilakukandidalam kegiatan
Pertambangan adalah suatu pertambangan dengan tujuan untuk
kegiatan pengambilan endapan bahan menghancurkan batuan dari batuan induk
galian berharga dan bernilai ekonomis dari (asalnya).Kegiatan blasting di
dalam kulit bumi, baik secara mekanis pertambangan merupakan salah satu
maupun manual, pada permukaan bumi, di kegiatan yang dianggap mempunyai risiko
bawah permukaan bumi dan di bawah tinggi terjadinya suatu kecelakaan, namun
permukaan air. Hasil kegiatan ini antara bukan berarti kegiatan tersebut tidak dapat
lain, minyak dan gas bumi, batubara, pasir dikontrol. Proses pengontrolan dapat
besi, bijih timah, bijih nikel, bijih bauksit, dimulai dari proses pengangkutan bahan
bijih tembaga, bijih emas, perak dan bijih peledak hingga proses inspeksi hasil
mangan (BPS, 2010). peledakan.
Usaha pertambangan merupakan Makalah yang dibuat peneliti dari
kegiatan dengan risiko tinggi terjadinya USMine Safety and Health Administration
suatu kecelakaan. Industri pertambangan tahun 2011 mengkategorikan empat
yang pesat tanpa disertai upaya kecelakaan kerja yang berhubungan
penanganan efek samping penerapan dengan peledakan, yaitu keselamatan dan
teknologi akan menimbulkan berbagai keamanan lokasi peledakan,flying
masalah terutama masalah keselamatan rock,premature blast, misfire. Kasus
dan kesehatan kerja. Oleh karena itu sangat kecelakaan kerja juga pernah terjadi dalam
dibutuhkan upaya pencegahan dan proses blasting akibat flying rock yang
penanganan serta penerapan keselamatan terjadi di PT. Adaro Indonesia (perusahaan
dan kesehatan kerja pada semua sektor tambang batu bara terbuka di Kalimantan
kegiatan proses produksi khususnya dalam Selatan) yang mengakibatkan kematian
industri pertambangan secara seorang juru ledak (Aminudin, 2011).
berkesinambungan. Kasus tersebut menjadi salah satu
Masalah kesehatan dan keselamatan bukti bahwa kecelakaan kerja didalam
kerja (K3) yang muncul di area proses blasting mempunyai risiko terhadap
pertambangan salah satunya adalah potensi K3 sehingga perlu dilakukan kegiatan
bahaya keselamatan kerja seperti tertimpa, identifikasi bahaya dan penilaian risiko
kebakaran dan ledakan serta potensi pada proses blastingagar diketahui tingkat
bahaya kesehatan kerja seperti paparan risiko dari bahaya yang telah teridentifikasi
debu mineral yang dapat menyebabkan sehingga risiko tersebut dapat dikendalikan
silikosis atau paparan kebisingan yang sebaik-baiknya.
bersumber dari pengoperasin alat kerja Kegiatan identifikasi bahaya,
yang mengakibatkan pekerja dapat penilaian risiko dan pengendalian risiko
mengalami penurunan daya dengar merupakan bagian dari manajemen risiko
(Suyono, 1995). pada tahap perencanaan sehingga sangat
Selain debu dari lokasi atau kondisi penting sebagai alat untuk melindungi
area pertambangan yang berstruktur tanah perusahaan terhadap kemungkinan yang
kering, paparan debu juga dapat dihasilkan merugikan dan upaya preventifuntuk
akibat proses penambangan seperti drilling melindungi tenaga kerja dari kecelakaan
dan blasting. Proses drilling merupakan kerja.Dalam penerapannya tidak hanya
kegiatan yang dilakukan sebelum proses melibatkan pihak manajemen tetapi juga
blastingdilakukanyaitu, melakukan komitmen manajemen dan seluruh pihak
penggalian lubang bukaan untuk diisi yang terkait.
dengan bahan peledak dengan cara Selanjutnya, Ramli (2010)
pemboran untuk selanjutnya dilakukan mengatakan kegiatan identifikasi bahaya
proses blasting. dan penilaian risiko di tempat kerja
Hazyiyah G dan Erwin D.N, Identifikasi Bahaya, Penilaian…109

mempunyai tujuan meminimalkan pendekatan cross sectional. Individu


kerugian akibat kecelakaan dan sakit, populasi didalam proses pekerjaan blasting
meningkatkan kesempatan atau peluang di PT Cibaliung Sumberdayaterdiri dari
untuk meningkatkan produksi melalui Superitendant produksi tambang,
suasana kerja yang aman, sehat dan Superitendant keselamatan kerja dan 1 juru
nyaman, memotong mata rantai kejadian ledakatau 3 blaster crew seseorang yang
kerugian akibat kegagalan produksi yang membantu pekerjaan dari juru ledak.
disebabkan kecelakaan dan sakit, serta Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun
pencegahan kerugian akibat kecelakaan 2014 di Kota Banten.
dan penyakit akibat kerja. Data primer dikumpulkan dengan
Identifikasi bahaya, penilaian risiko, melakukan observasi mengidentifikasi
dan pengendalian risiko yang tertuang bahaya yang meliputi (a) Bahaya fisik dan
dalam pengelolaan risiko yang biasa bahaya umum didalam proses blasting
disebut dengan manajemen risiko yang terdiri dari (1) Falling rock, flying
merupakan dasar dari penerapan Sistem rock, air blast, misfire, (2)Suhu udara (18º
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan C sampai dengan 24º C dan Relative
Kerja (SMK3), karena itu setiap industri Humidity (RH) 85%), (3) Kebisingan, (4)
harus memiliki apresisasi yang menyeluruh Getaran, (5) Bahaya listrik, (6) Bahaya
pada setiap kegiatan yang terkait dengan mekanik dari alat yang digunakan, (b)
aspek-aspek keselamatan dan kesehatan Bahaya kimia yang terdapat pada proses
kerja (Suardi, R. 2007). blasting yang terdiri dari (1) Kadar O2
Beberapa masalah yang 20%-22%, (2) Kadar CO<25 ppm, (3)
teridentifikasi adalah: (1) Setelah Kadar H2S< 1 ppm, (4) Smoke atau
pengakuisisan oleh Austindo kepada PT fume,(5) Bahan kimia yang
ANTAM pada tahun 2010, PT Cibaliung tertumpah.Selain itu diperlukan data
Sumberdaya tergolong dalam industri sekunder yang diperoleh dari perusahaan.
pertambangan baru, (2) PT Cibaliung Setelah bahaya diidentifikasi lalu
Sumberdaya belum mempunyai crew blast dilakukan penilaian bahaya dengan teknik
yang khusus melakukan kegiatan blasting semi kualitatif dengan mengkombinasikan
atau peledakan, sedangkan dalam kegiatan antara nilai probability, severity dan nilai
blasting diperlukan seseorang yang ahli pengendalian risiko untuk mengetahui
dan mempunyai keterampilan khusus serta tingkat risiko sehinggadapat dilakukan
berpengalaman dalam penanganannya. upaya pengendalian sesuai bahaya yang
Mengingat aktifitas blasting tergolong ada didasari dengan urutan hirarki
dalam aktifitas yang berisiko terhadap pengendalian yaknieliminasi, subtitusi,
suatu kecelakaan baik dilihat dari sisi rekayasa teknis, administrasi, dan alat
kesehatan dan keselamatan kerja, (3) pelindung diri.
Kegiatan blasting di PT Cibaliung Data yang diperoleh dianalisis secara
Sumberdaya dilakukan disetiap akhir shift deskriptif dengan menggunakan tabel dan
kerja.Dampak negatif dari akhir shift kerja dibandingkan dengan standard, peraturan
adalah penurunan kinerja, mengurangi dan teori yang berhubungan dengan
kemapuan kerja, serta meningkatkan kegiatan K3 di pertambangan seperti
kesalahan pada kontrol perangkaian bahan Keputusan Menteri Pertambangan dan
peledak, (4) Kemungkinan risk assessment Energi No 555 Tahun 1995.Metode
yang dilakukan kurang tepat dan lengkap. identifikasi bahaya dan penilaian risiko
(IBPR) yang digunakan mengacu pada
METODE IBPR milik PT Cibaliung Sumberdaya.

Penelitian ini termasuk penelitian


deskriptif observasional dengan
110 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No. 1 Jan-Jun 2014:107-116

HASIL peledakan diikuti dengan melakukan


eksekusi peledakan oleh juru ledak atau
Tambang emas PT Cibaliung blaster, (8)smoke clear & Inspeksi hasil
Sumberdayamerupakan tambang emas peledakan, setelah ± 30 menit ventilasi
bawah tanahdengan metoda penambangan kembali dihidupkan untuk proses smoke
cut & fill yaitu metode penambangan clear lalushift boss dan blaster masuk
dengan menggali lalu mengisi kembali kembali kearea peledakan untuk
dengan material bekas galian.Hasil akhir memastikan area peledakan benar-benar
pengolahan emas PT Cibaliung meledak sempurna dan tidak terdapat
Sumberdaya berupa dore bullion, yaitu misfire.
logam yang mengandung emas, perak dan Dalam memenuhi OHSAS
mineral pengikut lainnya. Selanjutnya dore 1800:2007 klausal 4.3.1 “identifikasi
bullion dikirim ke logam mulia di Jakarta bahaya, penilaian risiko dan pengendalian
untuk dilakukan pemurnian emas dan risiko” bahwa kegiatan identifikasi bahaya,
perak oleh PT ANTAM yang mana penilaian risiko dan pengendalian risiko
merupakan satu-satunya pemurnian emas dilaksanakan dalam operasional kerja di
dan perak di Indonesia. perusahaan. Oleh sebab itu perusahaan
Tambang emas Cibaliung terletak di telah melakukan Identifikasi Bahaya dan
ujung barat daya pulau Jawa, di sebelah Penilaian Risiko (IBPR) terhadap proses
timur Taman Nasional Ujung Kulon dan blastingbaik dari aspek K3 maupun aspek
secara administratif berada di wilayah lingkungan yang tergolong dalam risiko
Desa Mangkualam - Padasuka Kecamatan terjadinya suatu kecelakaan.
Cimanggu Kabupaten Pandeglang.Lokasi Hasil identifikasi bahaya pada proses
tambang berjarak ± 197 km dari Jakarta blasting di PT Cibaliung Sumberdaya,
dan dapat dicapai dengan menggunakan teridentifikasi proses kerja dimulai dari
kendaraan roda empat selama ± 6 jam pengangkutan bahan peledak sampai
perjalanan melalui jalan beraspal menuju dengan inspeksi hasil peledakan yang
Kecamatan Cibaliung dan Cimanggu. kemudian dilakukan penilaian risiko
Tahap pelaksanaan proses blasting terhadap temuan bahaya tersebut.
secara keseluruhan meliputi: (1) Blow pipe Penilaian risiko terhadap proses
atau cutting yaitu membersihkan lubang tersebut dilakukan dengan menggunakan
ledak dari material batuan, (2) Mengatur kriteria likelihood (kemungkinan), severity
delay yaitu mengatur sistem tunda ledak (keparahan), dan nilai pengendalian
agar berurutan selang beberapa detik oleh risiko.Penilaian ini mengacu pada metode
blaster atau juru ledak, (3) Menyiapkan risk assessmentyang digunakan olehPT
primer yaitu penggabungan antara Cibaliung Sumberdaya.
detonator dengan bahan peledak, (4) Data yang dibutuhkan dalam
Charging &Tamping yaitu memasukan menunjang pelaksanaan identifikasi
bahan peledak dan memadatkan bahan bahaya melalui data identifikasi bahaya,
peledak didalam lubang ledak penilaian risiko perusahaan di tahun
menggunakan pipa kayu atau loading stick, sebelumnya dan untuk menunjang
(5) Merangkai bahan peledak (6) Clearing penilaian risiko, nilai likelihood
area yaitu aktifitas yang dilakukan dengan (kemungkinan) dan severity (keparahan)
tujuan memastikan bahwa area peledakan didapatkan melalui data atau record
telah aman dari pekerja dan penggunaan kecelakaan tahun sebelumnya.
peralatan pertambangan atau properti Upaya pengendalian risiko dilakukan
perusahaan diikuti dengan mematikan dengan mengidentifikasi upaya yang telah
ventilasi tambang, (7) dilakukan oleh perusahaan. Hasil upaya
Blasting,membunyikan sirine sebanyak 3 pengendalian yang telah dilakukan
kali sebagai pertanda akan dilakukan
Hazyiyah G dan Erwin D.N, Identifikasi Bahaya, Penilaian…111

perusahaan disesuaikan dengan potensi pengendalian secara administratif.Namun


bahaya yang muncul di setiap proses kerja. jika potensi bahaya masih saja ditemukan,
Jika dirasa pengendalian melalui sebagai langkah terakhir upaya
rekayasa teknis masih ditemukan potensi pengendalian yang dapat dilakukan yakni
bahaya maka ditambahkan kembali melalui penggunaan APD.

Tabel 1. Hasil Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Proses Blasting PT Cibaliung
Sumberdaya
Aktifitas
1 2
Blow pipe / 3 4 5 6 7 8

Atur Delay

peksi Hasil
Tamping&

Clear area

Clear&Ins
Charging,
Kejadian Bahaya

Rangkai

Blasting
Siapkan
Angkut

Primer

Smoke
Bahan
Ledak

bahan
ledak
cut

Terhirup gas
beracun/
kekurangan
oksigen
Tertabrak/terjepit
alat atau mesin
Terhirup debu/
tertimpa batu
Terpeleset/
terjatuh
Muncul air
tambang
Air blast
Over break
Getaran
Flying rock
Misfire
Bising
Kontak ANFO
Terkena arus
listrik
Ergonomi
Keterangan: : Risiko sedang
: Risiko rendah

PEMBAHASAN implementasi pengendalian yang akan


dilakukan perusahaan.
Sesuai persyaratan OHSAS 18001, Hasil identifikasi bahaya menjadi
setiap organisasi harus menetapkan masukan utama dalam menyusun rencana
prosedur mengenai identifikasi bahaya. kerja untuk mengendalikan dan mencegah
Kegiatan identifikasi bahaya merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan dari
tahap pertama dalam manajemen risiko keberadaan bahaya tersebut (Ramli,
untuk mengetahui masalah K3 yang ada 2010)b. Namun dalam prakteknya
dalam proses kerja di perusahaan. perusahaan seringkali mengalami kesulitan
Identifikasi bahaya sangat penting untuk dalam merumuskan bahaya yang terdapat
menentukan bentuk program K3 dan pada setiap proses atau langkah kerja. Hal
112 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No. 1 Jan-Jun 2014:107-116

ini disebabkan begitu banyak kegiatan telah dilasanakan oleh perusahaan untuk
yang harus diidentifikasi. memastikan apakah masih diperlukan
Identifikasi bahaya pada proses pengendalian tambahan untuk menekan
blasting di PT Cibaliung Sumberdaya tingkat risiko sampai dengan tingkat yang
menggunakan metoda JSA (Job Safety dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu
Analysis) yaitu mengidentifikasi bahaya yang ditetapkan.
dan menguraikan tahapan/aktifitas yang Sedangkan bahaya yang
dilakukan didalam suatu pekerjaan agar teridentifikasi dari seluruh proses kerja
dapat mengetahui bahaya apa saja terkait blasting yang termasuk dalam kategori
dengan proses blasting dimulai dari risiko rendah adalah terhirup gas beracun/
pengangkutan bahan peledak hingga kekurangan oksigen, tertabrak/terjepit
inspeksi hasil peledakan (Ramli, 2010)b. peralatan atau permesinan, terhirup debu/
Setiap bahaya yang ada pada proses tertimpa batu, terpeleset/ terjatuh, munculnya
blasting dilihat risiko bahayanya lalu air tambang, over break, kebisingan, kontak
dengan ANFO, ergonomi, dan terkena arus
menilai risiko tersebut untuk menentukan
listrik, artinya dengan hasil penilaian risiko
tingkat risiko. Hasil identifikasi bahaya
yang terdapat pada proses blasting terdapat tersebut maka tindakan yang dapat diberikan
adalah tidak memerlukan pengendalian
14 temuan bahaya. Dari 14 bahaya yang tambahan namun peninjauan ulang secara
telah diidentifikasi terdapat 5 bahaya yang berkala tetap diperlukan untuk memastikan
belum teridentifikasi oleh perusahaan bahwa tingkat risiko masih akurat dan tidak
diantaranya bahaya kekurangan oksigen, meningkat dengan berjalannya waktu.
air blast, over break, getaran dan Langkah selanjutnya yang dilakukan
kebisingan ledakan, dan flying rock. setelah menetapkan kriteria dan
Hasil penilaian risiko menunjukan mengkategorikan risiko dari masing-
bahaya dengan risiko rendah sebanyak 11 masing bahaya adalah melakukan upaya
dari 14 risiko sedangkan risiko sedang pengendalian. Adapun perusahaan telah
sebanyak 3 dari 14 risiko, dan untuk menetapkan dan menerapkan lima jenis
tingkat risiko bahaya tinggi tidak ada atau pengendalian dalam HIRADC (Hazard
tidak diketemukan. Hal ini dikarenakan Identifiaction, Risk Assesment and
pada saat melakukan identifikasi bahaya Determining Control) sesuai dengan yang
dan penilaian risiko pada proses blasting dinyatakan OHSAS 18001 dengan urutan
sudah terdapat beberapa pengendalian eliminasi, subtitusi, rekayasa teknik,
yang ada dan telah dilakukan oleh PT administrasi, dan alat pelindung diri.
Cibaliung Sumberdaya. Namun secara keseluruhan upaya
Dari semua bahaya yang telah atau jenis pengendalian yang telah
teridentifikasi, bahaya yang termasuk dilakukan oleh PT Cibaliung Sumberdaya
dalam kategori risiko sedang adalah air meliputi pengendalian secara rekayasa
blast, getaran dan flying rockdimana teknis, administratif, dan penggunaan alat
sumber bahaya tersebut berasal dari pelindung diri (APD).
aktifitas blasting itu sendiri. Pengendalian yang dilakukan oleh
Hasil penilaian risiko air blast, PT Cibaliung Sumberdaya untuk proses
getaran dan flying rock termasuk dalam blasting disesuaikan dengan bahaya yang
kategori risiko sedang, artinya dengan hasil muncul dari setiap langkah kerja. Untuk
penilaian risiko tersebut maka pekerjaan jenis upaya pengendalian yang telah
tersebut boleh dilanjutkan namun perlu dilakukan oleh PT Cibaliung Sumberdaya
dievaluasi secara cermat/ pengawasan adalah:
terhadap pengendalian yang sudah ada atau
Hazyiyah G dan Erwin D.N, Identifikasi Bahaya, Penilaian…113

Tabel 2. Upaya Pengendalian PT Cibaliung Sumberdaya


Jenis Bahaya Upaya Pengendalian Keterangan
Getaran 1. Rekayasa Teknik 2. Administrasi Belum memadai karena monitoring atau
a.Pengaturan waktu tunda a.Mengatur jarak aman pengukuran ground vibration belum
ledak peledakan ±100-150m dilakukan
b.Pengaturan arah ledak dari area peledakan.
Flying 1.Rekayasa Teknik 2. Administrasi Sudah memadai dan terlaksana
rock a.Mengatur waktu tunda ledak a.Mengatur jarak aman
b.Mengatur arah ledak peledakan ±100-150m
dari area peledakan.
Over 1. Rekayasa Teknik Sudah memadai dan terlaksana
break a.Mengatur jumlah bahan peledak
b.Mengatur arah ledak
c.Mengatur pola ledak
d.Memasang fore polling
Kontak dengan 1. Alat Pelindung Diri (APD) Kurang monitoring terhadap penggunaan
ANFO a.Safety glasses APD secara menyeluruh terhadap miner
b.Safety gloves
c.Respirator
Terhirup debu, 1. Rekayasa Teknik 2. APD Sudah memadai dan terlaksana namun
terkena butiran a.Melakukan penyemprotan a.Safety glasses untuk penggunaan APD belum dilakukan
batuan di area tambang bawah b.Respirator secara konsisten dan menyeleruh oleh
tanah pekerja
b.Pemberian sistem
sirkulasi exhaust
Terhirup gas 1. Rekayasa 2.Administrasi 3. APD Sudah memadai dan terlaksana
beracun dan Teknik a.Pengukuran a.Gas detector
kekurangan a.Pemberian kualitas udara b.Respirator atau
oksigen sistem sirkulasi tambang masker
exhaust dan c.Self rescue
auxiliary fan

Misfire 1. Rekayasa Teknik Sudah memadai dan terlaksana sesuai


a.Re-priming dengan work instruction penanganan
b.Pembersihan lubang ledak dengan air bertekanan peledakan mangkir (misfire)
c.Re-blasting
Bising 1. APD Kurang memadai karena penggunaan
a.Ear plug earplug belum dilakukan secara
b.Ear muff konsisten dan menyeleruh oleh pekerja
Muncul air 1. Rekayasa Teknik 2. APD Sudah memadai dan terlaksana
tambang a.Melakukan supporting a.Safety helmet
pada roof dan wall b.Safety boots
b.Pemompaan secara c. Safety gloves
continue
Tertabrak, 1. Administrasi 2.APD Sudah memadai dan terlaksana
terjepit alat berat a.Pendidikan dan pelatihan a.Reflective wear pack
atau mobil 4x4 berkendara bagi calon b.Safety boots.
operator alat berat dan
kendaraan 4x4
b.Prosedur melakukan
prestart check list sebelum
mengoperasikan kendaraan
Tertimpa batuan 1. Rekayasa teknik 2. APD Sudah memadai dan terlaksana
a.Melakukan supporting a.Safety helmet
pada roof dan wall
Ergonomi Belum terdapat upaya pengendalian. Upaya pengendalian belum disesuaikan
dengan bahaya ergonomi terhadap
aktifitas yang dilakukan
Terpleset, 1. Administrasi Sudah memadai dan terlaksana
tersandung, dan a.Melakukan housekeeping usai bekerja
terjatuh

Dari pengendalian yang telah ground vibration dan kebisingan yang


disebutkan diatas aspek yang kurang dihasilkan dari aktifitas blasting atau
mendapat perhatian adalah pengukuran peledakan itu sendiri. Sehingga belum
114 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No. 1 Jan-Jun 2014:107-116

diketahui dampak getar dan bising dari lapangan bulan April 2014 mengenai Alat
peledakan apakah masih berada dibawah Pelindung Diri (APD) yang wajib
nilai ambang getar yang diisyaratkan oleh digunakan dalam aktifitas blasting di
peraturan perundangan dalam hal ini dalam tambang bawah tanah menurut
adalah Kepmen LH No 49 tahun 1996 International Labour Organization (2011)
tentang Baku Mutu Getaran Mekanis adalah sebagai berikut:
Lingkungan dan kebisingan yang
distandardkan oleh SNI 7570:2010 Tabel 3. Jenis APD dalam Tambang PT Cibaliung
Sumberdaya
mengenai Baku Tingkat Kebisingan pada Jenis APD Ada Keterangan
Kegiatan Pertambangan Terhadap Head Protection &  Digunakan secara
Lingkungan. Mine Spot Lamp konsisten
Oleh karena itu pengukuran getaran Eye and Face  Digunakan namun
dan kebisingan blasting dapat segera Protection belum konsisten dan
menyeluruh
dilakukan sehingga dapat menetapkan 
Respiratory Digunakan namun
upaya pengendalian yang sesuai dan tepat Protection belum konsisten dan
sesuai dengan peraturan dan standard yang menyeluruh
telah disebutkan diatas. Hear Protection  Digunakan namun
Selain itu aspek yang menjadi belum konsisten dan
menyeluruh
perhatian terhadap pengendalian yang telah Skin Protection  Digunakan namun
dilakukan perusahaan adalah konsistensi belum konsisten dan
dari pekerja untuk menggunakan alat menyeluruh
pelindung diri terutama ear plug dan safety Foot Protection  Digunakan secara
gloves. Terdapat beberapa alasan penyebab konsisten
Reflective Wear  Digunakan secara
pekerja tidak menggunakan APD yaitu Pack konsisten
karena penggunaan APD terutama safety Belt and Harness  Digunakan namun
gloves membatasi ruang gerak ketika belum konsisten dan
bekerja dan alasan tidak menggunakan ear menyeluruh
plug yaitukarena kebisingan yang
dirasakan sudah terlalu sering jadi pekerja Pekerjaan didalam tambang bawah
sudah terbiasa terkena paparan tersebut tanah dapat juga disebut dengan pekerjaan
sehingga bisa disimpulkan kemungkinan di dalam ruang terbatas (confined space).
pekerja belum mengetahui dampak atau Dalam prakteknya perusahaan
efek buruk dari paparan bising yang dapat memberlakukan upaya pengendalian
memberikan efek menahun bagi pekerja secara administratif berupa pengadaan
terutama kesehatan telinga jika tidak rekan kerja ketika memasuki tambang
menggunakan APD ear plug. yang berfungsi untuk saling mengawasi
Upaya yang dapat dilakukan dan memastikan masing-masing tenaga
perusahaan terkait peggunaan APD adalah kerja dalam keadaan aman ketika bekerja.
melalui pemberian training, seminar atau Setiap pekerja yang memasuki
pertemuan yang bersifat diskusi untuk tambang bawah tanah dibekali handy talkie
meningkatkan kesadaran tenaga kerja (HT) sebagai alat komunikasi apabila ada
dalam pemakaian APD secara berkala dan hal berbahaya dan melarang pekerja untuk
bekelanjutan kepada seluruh lapisan memasuki tambang bawah tanah tanpa
pekerja baik superitendant, superivisor, didampingi orang yang yang diberi izin
dan miner yang terlibat langsung dalam oleh Kepala Teknik Tambang (KTT).
proses penambangan. Untuk penegakkan Jika tidak terdapat alat komunikasi,
disiplin penggunaan APD dapat dilakukan maka tenaga kerja yang di luar tidak dapat
cara melalui pengawasan dan memberikan memonitoring tenaga kerja di dalam, dan
sanksi terhadap pekerja yang tidak hal ini dapat berakibat fatal jika orang di
menggunakan APD. Hasil observasi dalam memerlukan bantuan tidak dapat
Hazyiyah G dan Erwin D.N, Identifikasi Bahaya, Penilaian…115

segera menolong dan akhirnya meninggal Cibaliung Sumberdaya, teridentifikasi 14


(Siswanto, 2009). bahaya yang meliputi: terpleset,
Dalam pekerjaan yang berhubungan tersandung, dan terjatuh, terhirup debu
dengan pekerjaan confined space atau mineral, tertimpa butiran batuan, tertabrak,
disini disebut dengan tambang bawah terjepit alat berat, munculnya air tambang,
tanah, PT Cibaliung Sumberdaya membuat kebisingan, terhirup gas beracun serta
dan memberlakukansurat ijin kerja. Di PT kekurangan oksigen, misfire, over break,
Cibaliung Sumberdaya, safety permit flying rock, getaran, dan air blast.
disebut dengan IDCard / work permit. Pada penilaian risiko didapatkan 11
Surat ini termasuk salah satu upaya bahaya dengan kategori risiko rendah, 3
pengendalian kecelakaan yang dibuat oleh bahaya dengan kategori risiko sedang, dan
unit departemen safety dan sudah di ijinkan bahaya dengan ketegori risiko tinggi tidak
oleh Kepala Teknik Tambang (KTT). ditemukan. Hal ini dikarenakan pada saat
Ketika akan memasuki wilayah melakukan identifikasi bahaya dan
tambang bawah tanahID card / work penilaian risiko pada proses blasting sudah
permit wajib digunakan dan dipasangkan terdapat beberapa pengendalian yang ada
pada tag board yang tersedia di portal dan telah dilakukan oleh PT Cibaliung
bertujuan untuk mengetahui siapa saja Sumberdaya
pekerja yang berada didalam dan Upaya pengendalian risiko yang
memudahkan evakuasi pekerja tambang dilakukan pada proses blasting di PT
bawah tanah ketika terjadi bencana di area Cibaliung Sumberdaya terdapat 28 upaya
tambang bawah tanah. pengendalian yang meliputi 3 jenis atau
Menurut standard OSHA maupun metode pengendalian yakni melalui
NIOSH item keseluruhan yang ada di metode rekayasa teknik, administratif dan
permitto work PT Cibaliung Sumberdaya penggunaan APD yang disesuaikan dengan
sebagian besar sudah memenuhi kriteria bahaya yang mucul disetiap proses kerja
walaupun tidak selengkap OSHA. Standart blasting.
tersebut menyebutkan hal-hal yang harus
ada di safety permit yaitu surat ijin masuk, DAFTAR PUSTAKA
tujuan masuk, tanggal surat ijin dan jangka
waktu, nama supervisor yang Aminuddin, A. 2011.Kajian Penerapan
bertanggungjawab terhadap tenaga kerja Manajemen Risiko Keselamatan
yang masuk, nama personil penjaga dan Kesehatan Kerja Lingkungkan
(attendant), nama tenaga kerja yang masuk (K3L) Pada Proses Blasting di
(entrant), risiko yang ada di ruang terbatas, Area Pertambangan Batubara PT
adanya isolasi di sekitar area pekerjaan, Cipta Kridatama Jobsite
hasil pengukuran gas, hasil tes kesehatan Mahakam Sumber Jaya
awal/ berkala dengan paraf pemeriksa, Kalimantan Timur. Laporan
adanya penolong dan nomor telepon Khusus. Surakarta: Universitas
darurat, prosedur komunikasi, APD yang Sebelas Maret
digunakan, surat ijin tambahan seperti Badan Pusat Statistik Republik
untuk pekerjaan panas, dan informasi lain. Indonesia.2010. Konsep
Pertambangan.http://webbeta.bps.go
KESIMPULAN .id/menutab.php?tabel=1&id_subyek
=10(Sitasi 25 Juni 2014)
Bahaya yang teridentifikasi pada International Labor Organization.
proses blasting dimulai dari pengangkutan 2011.Personal Protective Equipment
bahan peledak dari gudang handak menuju in
lokasi peledakan sampai dengan inspeksi Mining.http://www.ilo.org/oshenc/pa
hasil peledakan di pertambangan emas PT rt-xi/mining-and
116 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No. 1 Jan-Jun 2014:107-116

quarrying/item/606-personal- OHSAS 18001. Jakarta : PT. Dian


protective-equipment-in-mining Rakyat
(sitasi 23Juni2014) SNI 7570. 2010. Baku Tingkat Kebisingan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No pada Kegiatan Pertambangan
49. 1996. Baku Mutu Getaran Terhadap Lingkungan. Jakarta.
Mekanis Lingkungan. Badan Standarisasi Nasional
Jakarta:Menteri Lingkungan Hidup Indonesia
OSHA Excavation Standard Suardi, R. 2007. Sistem Manajemen
Handbook.1997, J.J.Keller & Keselamatan dan Kesehatan
Associates, Inc,USA Kerja.Jakarta: PPM
Ramli, S. 2010. Manajemen Risiko Dalam Sutrisno, Kasman. HIRADC OHSAS 18001
Perspektif K3 OHS Risk :2007 clause 4.3.1. http:
Management. Jakarta : Pt. Dian //www.kasmancepu.com, (sitasi 25
Rakyat Juni 2014)
Ramli, S. 2010. Sistem Manajemen Suyono, J. 1995. Deteksi Dini Penyakit
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Akibat Kerja. Jakarta: EGC
Siswanto, A. 2009. Risk Assesment.
Surabaya

You might also like