You are on page 1of 26

MANUSIA SUCI BU ENG HU

By BBS

V- CHAPTER LIMA; BIE HUN TOK (RACUN


PEMABUK SUKMA)

BIE HUN TOK ( 1 )


Terdengar suara air menetes dari dalam sebuah gua di dalam hutan
pegunungan Siong-san. Gua itu panjang sekali sehinga suara tetesan air itu
tidak sampai terdengar dari luar, namun suara tetesan itu terdengar merdu
di dalam gua itu. saking dalamnya sampai gua itu bisa menembus ke dalam
perut salah satu pegunungan Sing-san. Walaupun daerah gua ini jauh dari
pusat Siauw-lim-sie, tetapi masih satu daerah dengan partai besar persilatn
ini. Gua yang gelap itu mempunya dua lorong, satu lorong menembus ke
belakang gunung yang dipenuhi jurang lebar dan sebuah lorong panjang
dengan akhir buntu oleh batu. Di dalam lorong buntu yang hanya
mempunya lebar dua meter ini terbujur dua tubuh seorang muda-mudi.
Tubuh dua muda-mudi itu adalah Lie Yang dan Kwat Lin yang masih
pingsan. Sudah lama sekali mereka masih belum sadar. Suara tetesan air
yang terdengar dari tengah gua terdengar juga dari ruangan dimana tubuh
Lie Yang dan Kwat Lin berada.
Tiba-tiba terdengar suara rintihan seperti orang sedang kesakitan dari
mulut Lie Yang. Ternyata Lie Yang yang tadinya dikatakan telah mati saat ini
masih hidup. Wajahnya tampak merah tidak pucat lagi. Aneh bin ajaib orang
pemuda ini. Pernapasannya yang tadi sudah berhenti ternyata sudah normal
kembali, malahan terdengar berdetak semakin cepat. Ia mencoba bangun
setelah sadar dari kematian. Matanya melihat ruangan yang gelap, tidak bisa
melihat apa pun. Tangannya meraba kesana-kemari dan ternyata tidak
menemukan apa-apa hanya jerami kering dengan batu keras sebagai
landasannya. Tiba-tiba saja ia seperti tersentak kaget ketika tangannya
merabah sesuatu yang lembut. Ia mencoba memberanikan diri dan ternyata
ia meraba kaki Kwi Lan. Ia tidak tahu siapa yang tertidur rebah di
sampingnya, hanya saja ia meraskan bau harum dari tubuh yang
disentuhnya. Lalu ia meraba ke atas lagi dan tanpa sengaja tangannya
meraba sesuatu yang kenyal. Bukan main kagetnya ketika ia menyentuh
bagian penting Kwi Lan. Tangannya seperti terkena patukan ular sehingga
buru-bur ia cabut.

Bie Hun Tok ( 1 ) Pelataran-58


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

“Seorang perempuan! Siapakah dia?” tanyanya sendiri.


Lalu ia mencoba meraba-raba tempat yang lain berharap mendapatkan
sesuatu yang dicarinya. Akhirnya ia mendapatkan juga dua batu untuk
membuat api. Dengan agak sempoyongan karena badannya sepertinya
sangat lemah tidak bertenaga ia berjalan mengumpulkan jerami di pojok
ruangan. Setelah terkumpul ia bisa mencoba membuat api lewat percikan
api dari benturan dua batu itu. Entah berapa kali ia telah mencoba, namun
selalu gagal. Lalu tiba-tiba saja ingat sesuatu di dalam kantong dompet
uang yang ada di dalam bajunya. Di sana terselip sepotong kayu bambu
seukuran jari tangan. Tiba-tiba ia tersenyum senang, karena bambu itu
adalah semacam korek api pada zaman itu.
Setelah menyulut korek api itu akhirnya ia berhasil membuat api ungun
yang dapat menerangi seisi ruangan. Ternyata di pojok ruangan yang
lainnya ia mendapatkan tumpukan kayu kering yang sudah ditumpuk rapi.
Di keempat ruangan itu juga ada obor sebagai penerang ruangan. Setelah
memeriksa dengan jelas, ia mendapatkan bahwa ruangan ini ternyata tidak
ada jalan keluarnya. Ruangan tertutup, walaupun ia bisa mendengar suara
tetesan air, namun terhalang tembok.
Lalu ia menatap tubuh Kwat Lin yang tergolek di depannya. Ia kenal
siapa gadis muda ini. Seorang gadis yang sudah diketahui namanya dan
mendapatkan ruang khusus di dalam hatinya. Gadis yang cantik dan pandai
ilmu silatnya. Wajah Kwat Lin juga tampak memerah. Wajah itu terlihat
semakin cantik. Lalu tiba-tiba matanya menatap sebuah tulisan dari kepur di
tembok belakang kepala Kwat Lin.

Lie Yang kalau kamu sudah bangun, sebaiknya berdiam


dulu di dalam gua ini bersama Yang Kwat Lin. Jangan
keluar sebelum racun kalian berdua hilang. Biarkan
segalanya terjadi, ikuti kehendak kalian dan jangan
cemas karena itulah penawar racun yang berdiam pada
diri kalian. Kalau kalian melawan kehendak diri sendiri,
maka racun itu akan menewaskan kalian berdua. Tidak

Bie Hun Tok ( 1 ) Pelataran-59


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

ada obat penawar bagi racun ini kecuali mengikuti


kehendak hati kalian.
Setelah sembuh, kalian boleh masuk ke ruangan sebelah
dalam melalui obor yang berada di pojok ruangan. Di
dalam ruangan dalam itu ada beberapa kitab ilmu silat
yang sengaja kutinggalkan supaya kalian melatihnya dan
baru boleh keluar dari gua ini.
Kami orang tua menyetujui perjodohan kalian dan jadilah
suami-istri yang baik!
Uh Hou-hoat dan Hong Hou-hoat

Bingung juga Lie Yang setelah membaca tulisan itu, apalagi tulisan
terakhir. Belum sempat ia menyelami maksud tulisan itu telinganya sudah
mendengar suara rintihan dari mulut Kwat Lin. Sekuat tenaga Lie Yang
mencoba menyeret tubuhnya mendekati tubuh Kwat Lin.
“Nona Lin, apakah kamu sudah sadarkan diri? Bagaimana keadaanmu
saat ini?” tanya Lie Yang khawatir. Lalu ia mencoba mengangkat kepala Kwat
Lin yang masih merintih-rintih kesakitan.
Dua mata Kwat Lin terbuka pelan-pelan setelah Lie Yang berhasil
memangkunya.
“Ka...u kau masih hidup?!!” tanya Kwat Lin kaget hampir menjerit
ketakutan kalau mulutnya tidak ditutup oleh tangan Lie Yang.
“Jangan banyak bergerak dan bicara, lebih baik coba pulihkan dulu
tenaga baru boleh bicara!” bisik Lie Yang ke telinga Kwat Lin.
Lalu Kwat Lin yang memang penurut mengikuti arahan Lie Yang tanpa
bertanya atau bicara apapun. Kedua matanya terpecam mencoba
mengerahkan sinkang dari tubuhnya. Namun usahanya gagal tanpa
diketahui kenapa dan apa yang terjadi. Selain lemah karena tenaganya habis
juga darahnya terasa panas membara.
Next Chapter: Bie Hun Tok ( 2 )

Bie Hun Tok ( 1 ) Pelataran-60


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

BIE HUN TOK ( 2 )


“Bagaimana? Apakah bisa memulihkan tenaga?” tanya Lie Yang seperti
orang berbisik saking lemahnya.
“Aneh! Tenagaku dalamku seperti hilang semuanya, tubuhku terasa
begitu lemah!” jawab pelan Kwat Lin.
“Tempat apakah ini? Dan bagaimana kita bisa di sini? Dan bagaimana
kamu bisa hidup kembali?” Kwat Lin meberondong pertanyaan kepada Lie
Yang sambil mencoba duduk bersandar dinding gua.
“Entahlah! Aku sendiri tidak tahu tempat apakah ini dan siapa yang
membawa kita ke sini. Hanya tulisan-tulisan di dinding itulah yang dapat
kutemukan di tempat ini!” jawab Lie Yang sambil memejamkan mata.
Kwat Lin membaca tulisan itu dan tampak wajahnya semakin memerah
entah apa yang dipikirkan bocah ini.
“Mungkin Uh Hou-hoat yang menulis tulisan ini. Sepertinya kita terkena
racun dari iblis Bi-sianli tadi pagi! Entah racun apakah yang dapat membuat
tenaga dalam menjadi musnah dan tanpa penawar itu?” kata Kwat Lin.
“Bagaimana menurut nona tentang tulisan terakhir itu?” tanya Lie Yang
ingin tahu bagaimana pendapat Kwat Lin.
Tulisan yang dimaksud oleh Lie Yang adalah ‘Kami orang tua menyetujui
perjodohan kalian dan jadilah suami-istri yang baik!’. Tambah merah wajah
Kwat Lin mendengar pertanyaan Lie Yang.
“Lin-moi (Adik Lin) sebenarnya sejak pertama kali melihatmu, aku sudah
tertarik kepadamu. Kalau persetujuan orang itu bisa kamu terima, alangkah
senangnya diriku! Aku yakin perkataan terakhir ini mempunyai hubungan
dengan tulisan di atasnya, bahkan kemungkinan mempunyai hubungan
dengan racun yang mengeram di dalam diri kita.” kata Lie Yang
mengerahkan kekuatannya untuk berbicara.
“Mungkin... kalau memang ayah dan Uh Hou-hoat memberi pesan dan
persetujuan seperti itu mungkin ada baiknya aku menerimanya. Asalkan
dengan syarat jika tulisan ini bukan dibuat oleh dua orang yang kuhormati
ini, aku tidak sudi lagi menjadi istrimu!” perkataan ini terdengar pelan

Bie Hun Tok ( 2 ) Pelataran-61


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

sebagai penyerahan segala jiwa Kwat Lin dan terasa tergetar. Maklum
urusan pernikahan bagi seorang perempuan yang masih berumur enam
belas tahun seperti Kwat Lin masih sangat tabu. Sehingga sangat malu ia
berkata seperti itu.
Tidak perlu ditanya lagi kenapa Kwat Lin berani menerima begitu saja
pernyataan dari tulisan di dinding itu, bukan lain karena sebenarnya sejak
awal ia juga telah menaruh hati pada Lie Yang, begitu juga sebaliknya. Cinta
tumbuh begitu cepat dan singkat di hati dua pemuda itu, padahal umur
mereka baru belasan tahun. Memang benar apa yang dikatakan para
pujangga, bahwa awal dari munculnya cinta adalah dari mata atau saling
pandang memandang.
Senang sekali hati Lie Yang mendengar pengakuan Kwat Lin yang sudah
tidak sabar ditunggunya. Seperti ada kekuatan dahsyat yang menarik Lie
Yang sehingga tanpa dirasanya ia sudah mengesot ke arah Kwat Lin.
Ditatapnya wajah yang bersemu merah dalam keadaan menunduk karena
malu itu.
“Lin-moi, aku Song Lie Yang bersumpah atas saksi Tuhan Yang Maha
Suci, saat ini juga aku mengaku engkau Yang Swat Lin sebagai istri
tercintaku. Apakah engkau menerima pengakuanku ini?” kata Lie Yang
dengan lantang mengerahkan tenaga yang tersisa.
“Aku Yang Kwat Lin bersaksi kepada Tuhan Yang Maha Suci mengatakan
bahwa mulai detik ini telah menjadi istri dari Song Lie Yang dengan resmi!”
jawab Kwat Lin lantang juga.
“Hahaha...begitu ajaib keadaan kita ini. Aku tidak pernah menyangka
sebelumnya bahwa aku akan mendapatkan istri yang begini cantik dan
menyenangkan sepertimu Lin-moi!” kata Lie Yang tertawa senang. Kwat Lin
hanya tersenyum melihat kelakuan Lie Yang yang seperti anak kecil.
“Aduh...!!!!” tiba-tiba terdengar suara Lie Yang mengaduh kesakitan.
Terasa badannya tiba-tiba saja dijalari hawa panas. Semua tubuhnya tampak
memancarkan hawa panas yang membuat tubuhnya kegerahan. Kwat Lin
tampak kaget dan khawatir melihat Lie Yang mengaduh-ngaduh kesakitan
sampai pemuda ini menggelinjang-ngelinjang seperti cacing kepanasan.
Wajahnya tiba-tiba saja menjadi merah membara.

Bie Hun Tok ( 2 ) Pelataran-62


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

“Apakah yang sakit Yang-twako? Di mana yang sakit?” tanya Kwat Lin
terisak-isak tidak tega melihat suami barunya mengeliat-liat seperti itu.
“Panas! Panas... mo-moi!” teriak Lie Yang dengan parau.
“Aduh ...!!! Badanku juga tiba-tiba panas! Panas...panas.. aduh...!!” tiba-
tiba Kwat Lin terkulai mengeliat-liat kepanasan seperti Lie Yang.
Dua pemuda yang telah menjadi suami-istri secara ‘kebetulan dan
mendadak’ itu menggelita-liat seperti orang kepanasan. Wajah dua pemuda
itu tampak merah seperti kepiting rebus. Saking tidak tahannya menahan
panas dari dalam tubuhnya, Lie Yang lalu merobek-robek bajunya sehingga
dalam sekejab saja tubuh atasnya sudah telanjang dada. Kwat Lin juga
mengerang-ngerang kepanasan, sampai bajunya juga tanpa diketahuinya
sudah terkoyak-koyak. Sehingga tampak kulitnya yang putih memerah
akibat hawa panas yang berlebihan. Beberapa menit kemudian hawa panas
yang baru menyerang mereka sudah berangsur-angsur menghilang, namun
terjadi keanehan setelah hawa panas ini hilang. Terdengar rintihan halus dari
dua pemuda itu.
Walaupun hawa panas sudah banyak hilang, namun masih menyiksa
dua orang ini. Keajaiban yang baru datang itu adalah mereka merasakan
kekuatan mereka menjadi bertambah sehingga mereka bisa duduk
bersandar dinding. Tanpa sengaja tangan Lie Yang sudah menggenggam
erat tangan Kwat Lin sambil menahan gerah. Lie Yang menoleh ke arah
wajah istrinya yang tampak lebih cantik.
“Bagaimana keadaanmu Lin-moi? Apakah engkau merasakan ada yang
aneh dengan tubuhmu?” tanya Lie Yang terbata-bata.
Kwat Lin hanya menjawab dengan nafasnya yang semakin terdengar
aneh. Nafasnya juga terasa semakin memburu. Ia memejamkan mata ketika
meraskan tangan Kwat Lin meremasnya dan ia juga meremas tangan istrinya
itu. Sekelebat maksud tulisan-tulisan yang ada di dinding berhasil ia pahami.
Ternyata rasa aneh itu adalah keinginan untuk menyalurkan keinginan
biologis yang biasa diperbuat oleh seorang yang sudah menjadi suami-istri.
Racun yang dideritanya kemungkin semacam racun perangsang sehingga
membuat orang terangsang.

Bie Hun Tok ( 2 ) Pelataran-63


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

Remasan tangan Lie Yang tidak hanya berkutit pada tangan Kwat Lin
istrinya, namun lama kelamaan merambat ke atas. Lalu ia merebahkan tubuh
Kwat Lin yang sedang empas-empis aneh. Kwat Lin menurut sambil
memjamkan matanya. Pikirannya sudah tidak terkontrol lagi. Tiba-tiba ia
merasakan ada benda basah menyentuh bibirnya. Ketika ia membuka mata,
ia melihat bibir Lie Yang sudah mengecup bibirnya. Ia tidak bisa berbuat
apa-apa karena ciuman ini mendatangan rasa nikmat dan lega. Siksaan-
siksaan rasa panasnya sepertinya hilang. Saat ini ia hanya merasakan rasa
nikmat yang belum pernah dirasakannya sebelumnya. Perlahan tapi pasti Lie
Yang sudah membuka semua baju Kwan Lin dan menikmati tubuh istrinya.
Entah berapa lama sudah mereka tenggelam dalam lautan asmara yang
menggelora seperti ombak lautan? Ruangan itu tampak sepi dan gelap,
hanya suara desahan dua pemuda yang baru menikmati malam pertama
saja terdengar menyenangkan. Setelah bermain asmara entah berapa jam,
mereka lalu tertidur pulas tanpa pakaian sama sekali. Rasa lelah karena
melawan racun dan melakukan hubungan jasmaniah membuat mereka
benar-benar kelelahan sampai tertidur pulas.
Next Chapter: Bie Hun Tok ( 3 )

BIE HUN TOK ( 3 )


Lie Yang terbangun dari tidur lelapnya. Api yang menerangi gua sudah
padam tanpa bekas, menandakan bahwa ia dan Kwat Lin tidur cukup lama.
Saking gelapnya, sampai tangan sendiri tidak terlihat. Namun ia merasakan
badannya terasa segar dan bertenaga. Semua tenaganya sudah pulih dan
rasa panas yang dideritanya tadi sudah hilang sama sekali. Lalu ia mencoba
berjalan pelan mencari korek api dari bambu yang ditinggalkannya di
sebelah pojok kiri ruangan. Sebentar kemudian ia telah mendapatkan korek
api itu dan sambil meraba-raba ia mencoba mencari obor di pojok ruangan.
Setelah menyalakan obor, ruangan menjadi terang sehingga ia bisa
melihat pemandangan yang sangat menakjubkan. Ia melihat Kwat Lin
tertidur dalam keadaan tidak berpakaian sama sekali, lama sekali ia
terbelalak melihat tubuh yang halus itu. Lalu pandangannya beralih ke
dirinya sendiri. Kali ini ia baru merasakan apa itu ‘malu’, karena dirinya juga

Bie Hun Tok ( 3 ) Pelataran-64


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

berdiri dalam keadaan tidak berpakaian sama sekali. Baru saja ia mau meraih
bajunya yang ada di dekat tubuh istrinya, Kwat Lin sudah terbangun dengan
sorot mata mengandung kekagetan.
“Aihh. Dasar tidak tahu malu!” tiba-tiba Kwat Lin menjerit sambil
menutup matanya dengan telapak tangannya, ketika melihat tubuh Lie
Yang.
“Hahaha... lihat dirimu sendiri, apakah engkau mau mencela dirimu
sendiri?” jawab Lie Yang tertawa renyah melihat kelakuan Kwat Lin yang
lucu.
Kwat Lin dengan gerakan reflek langsung mengambil bajunya dan
memakai sekenanya dengan risih melihat mata suaminya menatapnya
dengan buas.
Sambil tertawa Lie Yang terus memandangi Kwat Lin. Setelah selesai
memakai baju tiba-tiba saja sorot mata Kwat Lin menjadi tampak beringas.
Ia marah melihat kelakuan Lie Yang seperti itu. Ia menyerang mencoba
memukul ke arah dada Lie Yang.
“Eh, apakah engkau ingin membunuhku sekali lagi seperti kemarin?”
tanya Lie Yang sambil tersenyum.
Seketika tangan Kwat Lin menjadi lemas seperti tidak bertenaga.
Memang sangat kasar sifat Kwat Lin, namun sekasar apapun seseorang,
kalau sudah bisa dijinakkan akan menurut juga.
“Pakai dulu bajumu, kalau tidak aku tidak mau melihatmu barang sedikit
pun!” kata Kwat Lin merajuk. Lalu ia membalikkan badannya menghadap
tembok.
Lie Yang mengambil bajunya dan memakainya. Setelah selesai memakai,
Kwat Lin sudah mau melihatnya. Kali ini Kwat Lin melihat Lie Yang dengan
ngikik, entah apa yang ditertawakannya.
Lie Yang juga ikut tertawa senang melihat Kwat Lin tidak cemberut
marah lagi.

Bie Hun Tok ( 3 ) Pelataran-65


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

“Bagaimana keadaanmu sekarang, Lin-moi? Apakah engkau merasa


lapar?” tanya Lie Yang yang sudah merasa lapar sejak tadi. Perutnya berkali-
kali berkeruyuk seperti ayam jago sedang kelaparan.
Kwat Lin hanya menganggukkan kepala dan maju berjalan ke arah Lie
Yang. Lalu ia memeluk Lie Yang dan menyandarkan kepalanya di dada
suaminya. “Aku lapar, apa kita tidak bisa keluar mencari makanan?”.
“Lebih baik kita masuk ke ruangan dalam semoga di sana kita bisa
menemukan makanan!” jawab Lie Yang sambil berharap ada makanan di
dalam ruangan sebelah dalam.
Ia berjalan ke arah pojok sebelah kanan ruangan dan menggerakkan
beebrapa kali obor, namun tetap tidak ada sesuatu yang berubah. Kwat Lin
juga sudah mencoba obor-obor yang lainnya. Menurut pengetahuan Lie
Yang yang pernah membaca beberapa cerita tentang gua-gua rahasia,
seharusnya salah satu obor itu bisa membuka pintu ruangan dalam. Namun
usahanya gagal, beberapa kali ia memutar ke kanan dan kiri, bahkan
mengangkat obor itu tetap ruangan tidak berubah sama sekali.
Ia mencoba meneliti keadaan obor-obor itu. diantara ke empat obor
yang ada di ruangan itu, hanya satu obor yang tampak berbeda dengan
lainnya. Seandainya ia tidak melihatnya dengan teliti, kemungkinan ia tidka
akan bisa menemukan perbedaan itu. Satu obor yang ada di sebelah kanan
di atas tempat tidurnya memiliki tempat obor bersegi empat, sedangkan
lainnya hanya berbentuk bundar agak menyerupai segi empat. Bentuk segi
empat pada tempat obor ini lebih sempurna dari pada lainnya. Lalu ia
mencoba menekan tempat obor ke dalam, bukan memutar obornya saja.
Tiba-tiba terdengar suara bergemuruh seperti suara batu runtuh.
Tembok yang ada tulisannya tiba-tiba membelah jadi dua. Sambil
membawa obor di tangan kanan dan tangan kirinya menggandeng Kwat Lin,
ia memimpin memasuki ruangan dalam. Setelah ia masuk, tiba-tiba dinding
yang membelah itu menutup kembali. Sambil membawa obor Lie Yang maju
terus menelusuri lorong yang tampak panjang sekali. Lorong yang tadinya
gelap setelah berjalan entah berapa lama, nyatanya semakin terang.
Sepertinya ada cahaya matahari di ujung lorong ini, walaupun terlihat
remang-remang.

Bie Hun Tok ( 3 ) Pelataran-66


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

“Panjang sekali terowongan gua ini! Apakah kita salah masuk?” kata
Kwat Lin.
“Entahlah, kita lihat dulu ada apa di ujung terowongan sana! Sepertinya
ada cahaya matahari.”
Lie Yang dan Kwat Lin maju terus menelusuri terowongan yang hanya
mempunyai lebar setengah meter itu, terlalu sempit untuk dilalui oleh dua
orang dengan berjalan berdua, sehingga Kwat Lin hanya bisa berjalan di
belakang Lie Yang.
Berkali-kali terlintas rasa heran sekaligus bangga terhadap Lie Yang. Ia
tidak mengira bahwa suaminya yang lemah tidak bisa silat mempunyai
ketabahan dan keberanian seperti singa. Sedangkan dirinya yang sudah
kenyang malang-melintang di dunia kang-ouw saja merasa ngeri.
Sebenarnya Kwat Lin tidak tahu sosok manusia yang berjenis ‘laki-laki’ kalau
sudah mempunyai tanggung- jawab dan perhitungan mantap, maka
segalanya akan dijalani dengan berani. Apalagi kalau di dalam hati ‘laki-laki’
sudah muncul rasa ingin melindungi seorang yang disayangi, maka medan
apapun tidak akan membuatnya gentar atau takut.
Benar saja, setelah berada di ujung terowongan, mereka lalu membelok
ke kiri dan di sanalah mereka mendapati ruangan yang sangat luas. Sepuluh
lipat luasnya dari ruangan yang pernah mereka tempati sebelumnya.
Ruangan itu mempunyai dua kamar sebesar ruangan di luar. Di ujung
ruangan itu ada dua lorong yang sepertinya menghubungkan ke dunia luar.
Lorong pertama terlihat ada cahaya matahari, sedangkan lorong ke dua
terdengar suara air terjun. Cahaya yang dipantulkan dari lorong pertama
dapat menerangi seluruh ruangan besar ini. Banyak sekali peralatan yang
terdapat di ruangan ini, walaupun terlihat sudah lama tidak disentuh orang.
Setelah memeriksa lorong pertama, Lie Yang mendapatkan bahwa di dalam
lorong itu terdapat ruangan yang luas juga. Cahaya matahari ternyata keluar
dari sela-sela dinding gua yang ada di atas. Tampak terlihat langit yang
begitu indah. Cahaya matahari itu memancar dari sel-sela dinding atas gua
yang hanya sebesar 20 cm dengan panjang sampai belasan meter. Di pojok-
pojok dinding ruangan ini dihuni oleh sarang burung walet, ada puluhan
sarang bergelantungan di tembok-tembok. Sarang-sarang itu dibuat di
celah-celah dinding yang tidak terkena pantulan langsung cahaya matahari.

Bie Hun Tok ( 3 ) Pelataran-67


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

“Akhirnya kita bisa menemukan makanan yang enak!” kata Lie Yang
girang.
“Mana?” tanya Kwat Lin tidak mengerti.
“Itu! Telur burung-burung itu dapat kita makan, juga air liurnya dapat
kita jadikan sup sarang walet yang dapat menguatkan daya tubuh!” kata Lie
Yang menjelaskan. Kwat Lin menjadi girang juga. Tiba-tiba perutnya
terdengar berkeruyuk.
“Kamu di sini mengambil telur-telur burung itu yang sepertinya baru
mulai musim bertelur, sedangkan aku akan memeriksa lorong ke dua!” kata
Lie Yang dan meninggalkan Kwat Lin yang tampak sedang mencari akal
bagaimana dapat mengambil telur-telur di sarang walet yang jauh dari
jangkauannya.
Di lorong ke dua, tempatnya tida jauh berbeda dengan lorong pertama,
namun di sini terdapat aliran air yang turun dari atas puncak gunung. Aliran
air yang turun melalui celah-celah dinding gua cukup deras sehingga
sampai menggenangi di dadar gua. Lorong ke dua ini bisa dikatakan
sebagai tempat mandi. Di tempat ini banyak ditemui jamur-jamur yang bisa
dimakan. Di beberapa celah dinding gua ini juga dapat ditemui sarang
walet, bahkan lebih banyak dari gua ke dua. Mungkin karena gua ini lebih
gelap dan ada airnya sehingga banyak burung walet lebih senang membuat
sarang di tempat ini.
Setelah puas memeriksa dua gua, ia mencoba memeriksa dua kamar
yang ada di dalam ruangan besar. Satu kamar kosong, tidak ada barang
sedikitpun hanya kursi dari batu dan tempat tidur. Sebaliknya di kamar ke
dua, banyak sekali ditemukan barang-barang, termasuk beberapa setail baju
dari kain kasar yang masih baik. Ada beberapa buku di atas meja di tengah,
sebentar kemudian Lie Yang sudah membuka-buka beberapa lembar dari
lima buku itu. Ternyata buku itu ada buku ilmu silat yang sengaja
ditinggalkan oleh Uh Hou-hoat kepada mereka. Lie Yang hanya sebentar
saja membuka buku-buku itu dan meninggalkannya, karena matanya
melihat tulisan di tembok.

Bie Hun Tok ( 3 ) Pelataran-68


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

Hiduplah di tempat ini dengan tenang sambil


mempelajari lima buku ilmu silat yang kutinggalkan.
Racun Bie Hun Tok (Racun Pemabuk Sukma) milik Bi-
sianli sangat berbeda dengan racun yang lainnya.
Walaupun sudah berhasil mengobati dengan
berhubungan suami-istri, namun racun itu masih belum
bisa ditawarkan secara bersih. Masih ada sisa racun yang
mengerang di tubuh kalian, aku berharap kalian bisa
mengobati sendiri dengan pelan-pelan dengan
KETENANGAN dan OLAH RAGA melalui bersilat.
Di tempat ini makanan bisa tercukupi untuk kalian dan
jangan terlalu mengkhawatirkan keluargamu, karena
kami berdua akan melindunginya.
Salam, Uh Hou-hoat dan Hong Hou-hoat.

Next Chapter: Bie Hun Tok ( 4 )

BIE HUN TOK ( 4 )


Lie Yang menghela nafas panjang. Entah berapa lama ia akan berdiam
diri di tempat ini. Apakah hanya karena mendapatkan racun saja, sehingga
mereka harus berdiam di tempat sepi seperti ini. Begitulah ia berpikir
dnabertanya-tanya pada dirinya sendiri. Termasuk siapa sebenarnya Uh
Hou-hoat dan Hong Hou-hoat yang telah membantunya. Siapa sebenarnya
istrinya, ia sendiri tidak begitu mengerti hakikatnya, namun rasa cinta dan
kasih sayang tidak mengenal usia, waktu, setatus dan lain-lainnya. Cinta
hanya mengenal apa artinya sebuah PENGORBANAN, TANGGUNG JAWAB,
dan SALING MENGHORMATI. Setidaknya itulah yang sedikit dimengerti oleh
Lie Yang untuk saat ini.
“Apa yang sedang engkau pikirkan, Yang-twako?” di pintu sudah berdiri
Kwat Lin dengan sorot mata tajam.

Bie Hun Tok ( 4 ) Pelataran-69


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

“Tidak! Apakah engkau sudah mendapatkan telur-telur burung itu?”


tanya Lie Yang sambil memaksakan dirinya untuk selalu tersenyum, padahal
hatinya tidak tentram.
Kwat Lin membuka dua tangannya yang mengenggam beberapa telur
burung walet. Lie Yang tertawa melihat telur-telur yang ada di genggaman
Kwat Lin. Sedangkan Kwat Lin memonyongkan mulutnya seperti mengejek
atau sedang jengkel karena ditertawai oleh Lie Yang.
“Cuma lima butir, mana bisa mengenyangkan perut kita berdua!?” kata
Lie Yang yang lalu mengajak Kwat Lin masuk ke gua ke pertama.
“Habis sarangnya mereka begitu jauh, mana ginkangku bisa mencapai
langit-langit gua sana?” kata Kwat Lin penasaran karena merasa disalahkan
oleh Lie Yang.
“Sudah baik engkau bisa mendapatkan lima telur, kalau tidak kan lebih
mengecewakan!” jawab Lie Yang sambil tertawa.
“Memangnya engkau bisa mendapatkan telur itu, walau sebutir saja.
Dasar laki-laki tidak tahu diri. Sudah tidak mampu mengambil, masih
mengolok-ngolok orang lain!” kata Kwat Lin merajuk.
Kwat Lin tanpa tidak langsung mengatakan bahwa Lie Yang adalah laki-
laki lemah, namun sok hebat dan pandai.
“Maafkan aku kalau perkataanku tadi membuatmu marah! Baiklah, kalau
engkau menganggap suamimu ini seorang yang lemah, maka laki-laki di
dunia ini lebih lemah lagi. Apakah mau taruhan denganku?” kata Lie Yang
sambil mengedip-ngedipkan mata kirinya.
“Bertaruh bagaimana?” tanya Kwat Lin.
“Bertaruh setiap telur mendapatkan ciuman sekali, bagaimana?” jawab
Lie yang masih dengan bermain mata.
“Masakan kamu bisa terbang ke sana atau merayap seperti tokek? Baik!
Aku akan mengganti setiap telur dengan apa yang engkau inginkan.”
Jawabnya agak jengah. Ia sengaja tidak menjawab dengan kata-kata
‘mencium’ karena kata itu terlalu memalukan buatnya.

Bie Hun Tok ( 4 ) Pelataran-70


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

“Lihat baik-baik aku akan terbang seperti burung-burung walet itu!”


kata Lie Yang dan tiba-tiba saja badannya melayang tanpa menggerakkan
tubuhnya sama sekali.
Pucat wajah Kwat Lin melihat adegan mengejutkan seperti ini. Hampir ia
tidak percaya bahwa Lie Yang yang dianggapnya sangat lemah, bahkan
membunuh lalat saja tidak bisa, bisa terbang seperti burung. Mulutnya
terkunci tidak bisa mengeluarkan apa-apa, sedangkan matanya melotot
seperti melihat setan.
Lie Yang melayang-layang dengan ginkang sempurna. Pelan-pelan ia
memeriksa satu persatu sarang burung-burung walet dan mengambil
telurnya satu-satu sehingga burung walet itu tidak kehilangan banyak
telurnya. Lalu ia turun di hadapan Kwat Lin yang memandangnya dengan
mata terbelalak lebar.
“Eh! Apa yang engkau lihat?” tegur Lie Yang kepada istrinya.
“Kamu..kamu...Yang-twako??!!” katanya terbata-bata seperti orang
tercekik tidak mampu berbicara.
“Nanti aku jelaskan semuanya, yang terpenting adalah aku sudah bisa
mengumpulkan tiga puluh lima telur, sekarang mana ganti ruginya?”
katanya sambil tersenyum penuh kemenangan.
Sedangkan Kwat Lin menundukkan kepalanya saking malunya. Kwat Lin
tidak bisa menjawab lagi permintaan Lie Yang.
“Ah, kalau kamu seperti itu bagaimana aku bisa menciummu. Kalau
begitu tidak jadi saja!” kata Lie Yang pura-pura jengkel dan kecewa. Lalu ia
meninggalkan Kwat Lin sendirian menyesali nasibnya.
Di ruangan tengah Lie Yang sudah mulai memasak telur-telur burung
walet. Untung saja di gua yang besar ini terdapat juga alat masak yang
lengkap, bahkan ada beberapa bumbu masakan. Tidak sia-sia Lie Yang
belajar memasak dari beberapa pembantunya di rumah selama ini, sehingga
menghadapi masalah hidup saat ini tidak begitu berat. Walaupun tidak ada
berasa, dengan memakan telur dan beberapa jamur yang bisa diambil dari
gua ke dua sangat cukup untuk mengisi perut dua orang. Sambil bersiul-siul
dan membaca puisi seperti biasanya, ia memasak telur-telur burung dan

Bie Hun Tok ( 4 ) Pelataran-71


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

jamur-jamuran. Sedangkan Kwat Lin masih tidak mau keluar dari gua
pertama sejak tadi.
Lie Yang heran sekali, kenapa Kwat Lin tidak juga keluar-keluar padahal
masakannya hampir matang.
Ia meninggalkan masakannya menuju gua pertama untuk melihat apa
yang dilakukan oleh Kwat Lin. Kwat Lin ternyata sedang menangis terisak-
isak di atas batu pinggir gua. Lie Yang benar-benar tidak mengerti kenapa
Kwat Lin menangis, padahal seingatnya ia tidak merasa menyakiti hatinya. Ia
benar-benar tidak mengerti sebenarnya bagaimanakah hati seorang
perempuan.
“Lin-moi, kenapa menangis, kalau aku punya salah engkau boleh
memukulku sampai mampus!”
Kwat Lin diam saja tidak menjawab perkataan Lie Yang. Malahan ia
semakin terisak sedih.
“Ada apakah Lin-moi, kenapa masih menangis? Kalau ada apa-apa bisa
dibicarakan dengan baik-baik!”
“Apa salahku kepadamu, sehingga engkau berani mempermainkanku
dan membohongiku?” isak Kwat Lin.
Lie Yang duduk di sampingnya sambil memegang pundaknya.
“Maafkan aku, Lin-moi. Bukan maksudku untuk membohongimu. Saat
itu ada beberapa hal yang tidak mungkin dapat kujelaskan kepadamu. Kalau
engkau masih penasaran denganku, engkau boleh bertanya dan aku tidak
akan mengelak lagi!”
Kwat Lin melihat wajah Lie Yang dengan sungguh-sungguh seperti ingin
menjenguk hati suaminya.
“Benarkah engkau tidak punya kemampuan apa-apa, sehingga dahulu
sekali pukul saja engkau sudah....?” tanyanya sambil memotong beberapa
perkataannya yang sudah dapat dipahami oleh Lie Yan.
“Hakikatnya kita adalah manusia yang lemah, Lin-moi. Kalau orang bisa
bersilat engkau anggap sebagai orang hebat, maka itu salah. Terus terang
saja, sejak umur sepuluh tahun aku sudah diajari silat oleh seseorang yang
Bie Hun Tok ( 4 ) Pelataran-72
MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

sampai sekarang belum kuketahui siapa namanya atau bagaimana


wajahnya. Memang semua orang yang mengenalku belum tahu tentang
rahasia ini, engkau adalah orang pertama yang tahu tentang rahasiaku ini.
Ayah-ibu atau teman-teman lainnyapun tidak tahu. Kenapa waktu itu aku
bisa tidak melawan ketika engkau pukul, bukan karena aku ingin
mempermainkanmu atau membohongimu. Aku sudah terlanjur berjanji
kepada pengajarku untuk tidak menggunakan ilmu ini kalau tidak
menghadapi keadaan yang sangat berbahaya. Bahkan kalau aku
menggunakan kepandaianku, aku dilarang mengeluarkannya secara terang-
terangan. Kata pengajarku, bahwa kepandaianku baru boleh diperlihatkan
kepada orang lain, ketika pengajarku memberi izin. Sampai sekarangpun
sebenarnya aku masih belum diperkenankan untuk mengeluarkan
kepandaianku kepada orang lain. Aku harus pandai-pandai
menyembunyikan kepandaianku. Lan-moi, engkau harus tahu bahwa aku
berani melanggar janjiku karena aku benar-benar percaya dan
menghargaimu sebagai orang yang paling dekat denganku. Aku sangat
sayang dan cinta padamu, Lan-moi!”
Kwat Lin bukannya malah diam atau senang mendengar penuturan Lie
Yang, tangisannya malah lebih hebat dan menubruk ke arah Lie Yang.
Sejenak mereka berpelukan.
Lie Yang mengelus rambut Kwat Lin yang hitam legam dengan rasa
sayang yang mendalam.
Next Chapter: Bie Hun Tok ( 5 )

BIE HUN TOK ( 5 )


“Dan bagaimana dengan masalah dadamu tidak berdetak ketika
kuperiksa dahulu, apakah itu bukan sengaja mempermainkan diriku?” tanya
Kwat Lin masih dalam pelukan Lie Yang.
“Inilah kesalahanku padamu, Lin-moi. Waktu itu aku sengaja mematikan
semua nadi dalam tubuhku sehingga detak jantungku secara otomatis
berhenti berdetak sesaat. Berharap aku bisa melihat bagaimana reaksimu
dan dapat mengenalmu lebih dekat. Inipun tidak terlepas dari kasih

Bie Hun Tok ( 5 ) Pelataran-73


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

sayangku padamu sejak pertama kali melihat dirimu di penginapan di kota


Lok Yang. Maukah engkau memafkan kesalahanku ini, Lin-moi?”
Sesaat Kwat Lin merenggangkan pelukannya dan menatap senang
wajah Lie Yang. Kali ini ia sudah tidak menangis bahkan tersenyum manis.
Lie Yang juga tersenyum sambil mengelus-elus pipi kanan Kwat Lin. Lalu
dengan punggung dua jari tengah tangan kanan ia mengelus hidung Kwat
Lin.
Tiba-tiba saja Kwat Lin mendekatkan mukanya dan mencium kedua pipi
Lie Yang sambil berbisik, “Aku sayang dan cinta Yang-twako!”.
“Perutku lapar sekali apa masakannya sudah matang?” tanya Kwat Lin
setelah berbisik merdu membetot sukma Lie Yang.
“Hahaha...hampir lupa kalau aku juga sudah kelaparan! Ayo...!!! nanti
setelah makan baru kita ngobrol yang lainnya!” ajak Lie Yang masuk ke
dalam dan menikmati masakannya.
Mereka berlari menuju ruangan dalam yang sudah dinantikan oleh
makanan yang enak. Sebentar kemudian mereka sudah bersantap sampai
kenyang. Masakan Lie Yang benar-benar enak sampai mulut Kwat Lin tidak
henti-hentinya memuji. Sambil main caplok sana-sini, Kwat Lin bertanya
tentang dari mana Lie Yang bisa memasak maskan enak seperti ini. Lie Yang
hanya menjawab dengan senyuman khasnya, senyuman yang dapat
memabokkan iman perempuan termasuk Kwat Lin. Lalu ia menceritakan kisa
masa kecilnya ketika belajar memasak dari para pelayan dapur dan ibunya.
“Yang-twako, apa yang ingin engkau bicarakan kepadaku?” tanya Kwat
Lin yang sudah ingat perkataan Lie yang tadi. Sambil mengunyah makanan
ia bertanya seperti itu, sehingga suaranya terdengar aneh di telinga Lie
Yang. Lie Yang geleng-geleng kepala melihat kelakuan kekanak-kanakan
istrinya.
“Aku ingin tanya tentang siapa sebenarnya orang yang menulis tulisan
di tembok kemarin, barang kali engkau tahu atau kenal dua orang itu.”
“Oh..” jawabnya terputus oleh kunyahan makanan di mulutnya. Selesai
menelan baru ia berkata melanjutkan perkatannya yang putus.

Bie Hun Tok ( 5 ) Pelataran-74


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

“Orang yang mempunyai julukan Hong Hou-hoat adalah ayahku yang


bernama Yang Lu. Sedangkan Uh Hou-hoat adalah salah satu rekan ayah di
dunia kang-ouw. Ayah dan paman Uh adalah Dua Pelindung dari Kim-liong-
pay dengan julukan Kim-liong Ji-sian. Dahulu nama dua orang ini sangat
terkenal, karena mereka disamping menjadi Dua Pelindung luar, juga
menjadi Duta Perdamaian dari Kim-liong-pay untuk menyelesaikan
masalah-masalah orang-orang kang-ouw. Baru setelah Kim-liong-pay
hancur, dua sahabat itu berpisah lama sekali dan baru bertemu kemarin.
Ayah sendiri setelah mengetahui Kim-liong-pay hancur, ia lalu mendirikan
partai sendiri yang bernama Pek-eng-pay dan orang-orang kang-ouw hanya
mengenal ayah sebagai ketua Pek-eng-pay dengan julukan Yang Lu-Ban-li-
hui-eng (Si Elang Terbang Berlaksa Li), karena ginkangnya yang tinggi dan
sempurna. Dua Duta Perdamaian ini selama malang-melintang di dunia
kang-ouw belum pernah ada yang mengetahui wajah aslinya karena mereka
bekerja di bawah topeng emas bergambar naga. Tentang paman Uh, aku
tidak begitu kenal karena baru saja bertemu dengannya kemarin ketika aku
menginap di Lok Yang.”
Lie Yang manggut-manggut mendengar penuturan istrinya. Sebaliknya
Kwat Lin selalu mengawasi gerak-gerik suaminya dari anggukannya sampai
suara pernapasannya.
“Ada apakah Yang-twako? Kenapa diam saja?!” tanya Kwat Lin heran.
“Aku hanya merasa ada yang aneh dengan ayahmu dan Uh Hou-hoat
saja!” jawab Lie Yang masih penasaran.
“Apanya yang aneh?”
“Coba kamu ikut denganku ke kamar sana. engkau akan menemukan
sesuatu yang aneh.” Kata Lie Yang langsung berdiri mengajak Kwat Lin ke
kamar dimana terdapat tulisan dan lima buku teori ilmu silat.
Setelah sampai di dalam, Lie Yang menunjukkan tulisan yang tadi ia
baca dan menunjukkan juga lima buku teori silat yang ada di atas meja.
Setelah membaca tulisan di tembok itu, wajah Kwat Lin menjadi pucat. Ia
pernah mendengar tentang racun Bie Hun Tok (Racun Pemabuk Sukma) di
dunia barat. Baru ia tahu dan percaya bahwa memang di dunia ini ada racun
yang sedemikian aenhnya. Maka tidak heran kalau mereka disuruh menjadi

Bie Hun Tok ( 5 ) Pelataran-75


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

suami-istri karena pengobatannya hanya melakukan hubungan badan


suami-istri.
“Apa yang engkau ketahui tentang Bie Hun Tok (Racun Pemabuk
Sukma) ini, Lin-moi?” tanya Lie Yang yang sebenarnya bisa menebak
bagaimana racun itu. namun ia ingin tahu lebih detail lewat pengetahuan
luas istrinya.
Tampak Kwat Lin menghela napas panjang mendengar pertanyaan
saminya.
“Bie Hun Tok (Racun Pemabuk Sukma) adalah racun yang dimiliki oleh
iblis perempuan dari barat Tok-sim Bi-sianli. Biasanya racun ini disebarkan
melalui pukulan atau minuman untuk meracuni mangsanya dan lawannya.
Dahulu ketika aku melakukan perantauan bersama ayah ke Tibet, pernah
aku mendengar dongeng tentang sepak terjang iblis wanita di sana. Katanya
iblis wanita ini paling suka dengan hawa laki-laki muda yang masih perjaka.
Pernah iblis wanita ini menghisap sepuluh pendeta Lama yang masih muda
sampai tubuhnya kering seperti kayu mati. Tidak hanya hawa murninya yang
lenyap, bahkan darah, sum-sum dan nyawa sepuluh pendeta ini melayang.
Akibatnya ia dikejar-kejar dan dicari oleh para pendeta Lama untuk
menghilangkan malapetaka ini. Namun kelihaian iblis wanita Bi-sianli
ternyata dapat menggagalkan usaha mereka. Sampai akhirnya pendeta
Lama tidak berani mendekati iblis wanita ini lagi. Dulunya aku tidak percaya
ada wanita mempunyai kekejian seperti iblis, namun setelah mengalami
sendiri aku baru percaya bahwa di bumi ini ada orang seperti Bi-sianli dan
racunnya yang mengerikan. Racun dan kecantikannya inilah yang dapat
mengalahkan musuh-musuhnya.”
“Sungguh sulit dipercaya, seandainya aku tidak mendapatkan
pengalaman pahit ini! Dan sungguh ngeri sekali, seandainya aku tidak
diselamatkan oleh dua locianpwe itu.” guman Lie Yang ngeri.
Lalu Lie Yang menunjukkan lima buku teori ilmu silat di atas meja
kepada Kwat Lin. Kwat Lin tampak terkejut dan girang melihat lima buku
teori silat ini.
“Benar-benar kehidupanku seperti mimpi saja. Buku teori silat ini adalah
pelajaran silat tertinggi Kim-liong-pay, bahkan tiga buku yang ini

Bie Hun Tok ( 5 ) Pelataran-76


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

sepengetahuanku hanya khusus diajarkan kepada para Penasehat dan


Pelindung saja. Ayah yang termasuk salah satu Pelindung Kim-liong-pay saja
belum pernah mengajari ke lima ilmu silat ini. Entah apakah maksud paman
Uh memberikan lima buku silat tinggi ini kepada kita, apakah hanya untuk
mengobati racun yang kita derita atau ada maksud lainnya?” kata Kwat Lin
heran.
“Sebenarnya itulah yang ingin kutanyakan kepadamu, Lin-moi. Aku
merasa aneh dengan semua ini, padahal aku tidak pernah mengenal
ayahmu atau pada paman Uh. Aku benar-benar bingung, tidak habis
mengerti apa yang mereka inginkan dan rencanakan?” kata Lie Yang tawar
juga.
Next Chapter: Bie Hun Tok ( 6 )

BIE HUN TOK ( 6 )


“Sebaiknya kita pelajari lima silat tingkat tinggi Kim-liong-pay ini,
mungkin ada manfaatnya bagi kita. Lagian kita juga belum tahu di mana
jalan keluar gua ini!” Kwat Lin berkata dengan semangat.
Lie Yang geleng-geleng kepala melihat sifat istrinya yang selalu
berubah-ubah tidak menentu dan sulit menebaknya.
“Ada apa?” tanya Kwat Lin penasaran.
“Sebaiknya engkau saja yang mempelajari lima macam ilmu silat ini. Aku
tidak mau mempelajari lima ilmu ini! Kali ini aku benar-benar pusing,
sepertinya aku harus bertanya ke paman Uh atau ayah mertua!”
“Apakah engkau tidak mau memberitahu persoalan itu kepadaku?”
tanya Kwat Lin heran melihat wajah Lie Yang tidak lagi tersenyum.
“Kali ini persoalannya sangat memusingkan. Aku tahu engkau saat ini
adalah seorang yang paling dekat denganku, bisa dibilang setengah
nyawaku. Namun persoalan ini aku kira bisa selesai kalau aku bertemu dua
orang itu, atau bertemu pengajarku. Kali ini aku belum bisa memberitahu
persoalanku ini, akan tetapi aku yakin sebentar lagi semuanya akan selesai.”

Bie Hun Tok ( 6 ) Pelataran-77


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

“Baiklah kalau begitu, aku percaya padamu. Aku ingin tanya sesuatu
persoalan kepadamu, apakah kamu mau menjawabnya?” kata Kwat Lin.
“Apakah engkau ingin bertanya tentang kenapa aku tidak mau
mempelajari lima ilmu ini, bukan?” kali ini mata kiri Lie Yang berkedip-kedip
seperti biasanya kalau sudah merasakan kesenangan.
Kwat Lin menghela napas berat, entah apa yang ada dipikirannya.
“Memang engkau cacing di dalam perutku sehingga engkau tahu
semua maksudku, sedangkan aku sama sekali tidak mengerti atau paham
maksud dalam hatimu?!” kata Kwat Lin mengakui kebolehan suaminya.
Lie Yang tertawa renyah mendengar nafas berat istrinya. Sepertinya lagi
kesal terhadapnya.
“Kenapa aku tidak mau mempelajari lima ilmu silat ini, karena persoalan
ini berhubungan erat dengan persoalan yang ingin kutanyakan kepada dua
locianpwe itu. Kali ini juga tidak bisa kujawab pertanyaanmu, sayang! Lain
kali engkau akan tahu dengan tersendirinya. Sebenarnya aku masih harus
memperdalam ilmu yang kupelajari dari pengajarku sehingga tidak mungkin
aku mempelajari ilmu yang lainnya. Mungkin hanya itu yang bisa kuberi
tahukan kepadamu. Walaupun begitu engkau jangan khawatir, aku akan
membantumu untuk mempelajari lima kitab ini sampai dapat
menguasainya!”
“Bukalah lima buku itu, aku akan sedikit memberitahumu bagaimana
cara menguasai lima ilmu ini dengan waktu yang sangat singkat!” Lie Yang
menyambung lagi.
Kwat Lin benar-benar tidak mengerti apa maksud suaminya. Namun ia
tetap menurut perintah suaminya.
“Tiga Ilmu ini adalah ilmu silat yang menitik beratkan kepada sinkang
yang minimal sudah mendekati sempurna, sehingga bagi seseorang yang
tidak mempunyai sinkang dan lwekang (tenaga dalam) cukup akan
menyebabkan cidera ketika memaksa mempelajari tiga ilmu ini. Ilmu ini
sebenarnya tidak hanya terdiri dari tiga kitab atau bagian saja, namun terdiri
dari delapan kitab atau bagian yang saling berhubungan antara satu sama
lainnya. Menurutku, lebih baik engkau jangan mempelajari tiga ilmu ini dulu

Bie Hun Tok ( 6 ) Pelataran-78


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

sebelum sinkang dan lwekangmu cukup.” Kata Lie Yang memulai


menerangkan tentang lima kitab peninggalan Uh Hou-hoat.
Kwat Lin hanya diam dengan penuh pertanyaan dan kekaguman kepada
suaminya.
“Ilmu Sin-hong Sin-kang (Tenaga Sakti Angin Sakti) adalah dasar dari
tujuh ilmu lainnya. Untuk menguasai ke tujuh ilmu dahsyat ini, engkau harus
menguasai dasarnya ini. Namun tidak mudah untuk menguasai ilmu
dasarnya, kalau sinkang dan lwekangmu belum cukup. Kalau engkau bisa
menguasai ilmu ini, engkau akan bisa mengontrol angin dengan sinkangmu
dan memainkannya sesuka hati, engkau bisa menjadikan angin itu sebagai
pukulan, pedang atau tumpangan untuk melayang-layang di udara.
Selanjutnya buku ke dua ilmu Kim-liong Sin-hong Ciang-kun (Ilmu Pukulan
Tangan Angin Sakti Naga Emas) adalah ilmu ke dua atau tingkatan ke dua.
Di buku ini dijelaskan beberapa cara memainkan angin dengan
menggunakan sinkang khas dalam bentuk pukulan. Dan buku ke tiga ilmu
Kim-liong Hong-kiam-sut (Ilmu Pedang Angin Naga Emas) adalah buku
yang menerangkan jurus-jurus dan tata cara melatih bagaimana
menggunakan angin dalam bentuk pedang. Kalau kamu bisa memainkan
jurus ini, dalam jarak sekitar lima langkah engkau bisa memotong kepala
orang hanya dengan menggunakan angin sebagai senjata. Hebat bukan
ilmu ini, namun sayang saat ini aku tidak ada mood untuk mempelajari ilmu-
ilmu ini.” Lie Yang berhenti sejenak untuk bernapas dan melihat reaksi
istrinya.
“Kalau ingin tanya sebaiknya engkau simpan dulu di dalam hati. Setelah
aku menerangkan ke lima buku ini, baru engkau boleh bertanya kepadaku.
Buku ke empat ilmu Kim-liong Sin-ciang-kun (Ilmu Pukulan Tangan Sakti
Naga Emas) adalah ilmu pukulan biasa seperti pukulan-pukulan lainnya,
namun gerakannya tidak sembarangan karena ilmu ini dasar dari isi dari
ilmu Kim-liong Sin-hong Ciang-kun. Tanpa menguasai ini dulu, engkau akan
kesulitan untuk menguasai dengan cepat Kim-liong Sin-hong Ciang-kun.
Buku terakhir ilmu Kim-liong Jian-jiu-kun (Pukulan Seribu Tangan Naga
Emas) adalah ilmu yang sangat unik. Karena pada dasarnya ilmu ini juga
bukan lain adalah dasar atau isi dari Kim-liong Sin-hong Ciang-kun. Dua
ilmu terakhir harus engkau kuasai dulu, baru mempelajari tiga ilmu lainnya.

Bie Hun Tok ( 6 ) Pelataran-79


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

Ini adalah metode tercepat untuk menguasai semua ilmu yang ditinggalkan
oleh paman Uh dan ayahmu. Sekarang engkau boleh bertanya!” Lie Yang
selesai menerangkan lima buku teori silat ini.
“Sebenarnya aku hanya ingin tahu bagaimana engkau bisa mengetahui
begitu banyak tentang lima ilmu khas Kim-liong-pay ini? Dan apakah tidak
lebih baik saja aku mempelajari tiga ilmu pertama kalau memang dua ilmu
terakhir adalah isinya?”
“Sudah kuduga bahwa engkau akan bertanya soal ini. Sebenarnya aku
secara tidak sengaja mendapatkan pengetahuan ini, ketika aku dahulu
pernah mendapatkan lima teori ini juga. Bahkan aku sudah hapal lima teori
ilmu silat ini, hanya saja aku tidak tahu banyak tentang Kim-liong-pay dan
baru sekarang aku tahu bahwa lima buku yang pernah kubaca itu adalah
ilmu-ilmu khas dari Kim-liong-pay. Untuk pertanyaanmu yang ke dua,
memang sepertinya dua ilmu ini tidak perlu lagi dipelajari, kalau nanti
dipelajari lagi di tiga ilmu induknya. Jangan engkau menyala artikan seperti
itu, dua ilmu ini disamping dapat mempercepat proses menguasai tiga ilmu
induknya, juga dapat engkau jadikan tambahan penguasaan ilmu silatmu.
Perlu engkau ketahui, bahwa tiga ilmu silat pertama dapat menghabiskan
tenaga begitu banyak untuk dapat menggunakannya. Makanya sangat
dianjurkan untuk tidak menggunakannya kecuali bertemu lawan tanding
yang sangat hebat. Sedangkan menguasai dua ilmu terakhir, dapat dijadikan
pegangan untuk melawan lawan yang tidak begitu berbahaya dan juga
untuk melatih gerakan tiga ilmu pertama sehingga benar-benar mendarah
daging. Dan antara dua ilmu terakhir dan tiga ilmu pertama terdapat
perbedaan yang sangat nyata dan jelas ketika engkau mempelajari kedua-
duanya. Untuk hari-hari ini lebih baik engkau melatih dua ilmu terakhir
sambil menambah sinkang dan lwekang dengan banyak bersemadhi. Aku
akan membantumu meningkatkan sinkang dan lwekang dalam tubuhmu
dengan cepat, yaitu lewat pengoperan sinkang dan lwekang dariku.”
Bukan main senangnya Kwat lin mendengar keternagan dari suaminya
ini. “Apakah dengan penyaluran sinkang dan lwekang darimu tidak
membahayakan dan melemahkan sinkang dan lwekangmu sendiri?” tanya
Kwat Lin khawatir.

Bie Hun Tok ( 6 ) Pelataran-80


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

“Jangan khawatir, aku mempunyai cara lain untuk memindah sinkang


dan lwekang tanpa mengurangi sinkang dan lwekang dalam tubuhku atau
mengganggu kesegaranku. Bahkan dalam penyaluran ini aku juga akan
mendapatkan manfaat yang tidak sedikit.”
“Terima kasih atas petunjuknya, Yang-twako!” kata Kwat Lin bersyukur.
“Apakah hanya itu saja yang bisa engkau lakukan untuk berterima kasih
kepadaku?” tanya Lie Yang sambil mengedipkan mata kirinya lagi.
“Terus aku harus bagaimana?” tanya Kwat Lin tidak tahu harus berbuat
apa.
“Engkau bisa bersyukur melalui pelunasan hutangmu tadi, bahkan harus
berbunga sepuluh kali lipat!” jawab Lie Yang dengan tersenyum licik.
Kwat Lin menundukkan kepalanya malu dan jengah. Ia sudah bisa
menebak kemana arah omongan suaminya, yaitu hutang ciuman tiga puluh
lima kali.
“Baiklah! Ini aku sudah siap!” tiba-tiba Kwat Lin mendongakkan
kepalanya mengagetkan Lie Yang. Kali ini Lie Yang yang kelabakan, karena
tidak menduga bahwa istrinya akan mau dipermainkannya. Sungguh polos
sifat istrinya ini. Gurauannya dianggap benaran. Mau tidak mau di dalam
hati Lie Yang bersorak gembira. Siapa yang tidak ingin mencium seorang
istri yang mempunyai kecantikan yang khas begitu. Apalagi masih muda
baru mekar-mekarnya.
Kwat Lin tampak mendongakkan kepalanya sambil memejamkan dua
matanya merasa malu dan ngeri. Ia sudah siap dicium oleh suaminya tiga
puluh lima kali. Lie Yang menyeringai seperti setan penasaran, dua
tangannya digosokkan seperti orang kedinginan.
“Yahhh! Kalau engkau menutup mata bagaimana aku bisa menikmati
ciumanku. Buka dua matamu, engkau juga harus melihat bagaimana aku
menciummu. Dan kenapa engkau mendongakkan muka seperti itu, apakah
engkau hanya menghendaki kucium di wajahmu saja? Ah itu tidak enak
tahu!” kata Lie Yang sambil tersenyum penuh kemenangan.

Bie Hun Tok ( 6 ) Pelataran-81


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

“Memangnya aku harus bagaimana dan mau mencium di mana?” tanya


Kwat Lin sambil menghentakkan kaki kirinya manja dan jengkel melihat
kelakuan suaminya yang selalu mempermainkannya.
“Enaknya mencium di mana ya? Kayaknya kita harus mandi bersama dan
engkau akan tahu dimana aku akan dapat mencium!” Lie Yang berkedip-
kedip.
“Ih... apa engkau sudah tidak punya malu mau mandi berdua, kita kan
berbeda jenis!” jawab Kwat Lin jengah.
“Apanya yang salah?! Kita toh sudah menjalin suami-istri dan mana ada
orang yang melihat kalau kita mandi berdua di gua ini?” kata Lie Yang
membalik. Kwat Lin diam dan tiba-tiba saja dengan gerakan cepat Lie Yang
sudah melayang memeluk erat istrinya.
Next Chapter: Bie Hun Tok ( 7 )

BIE HUN TOK ( 7 )


“Ihhhh!” teriak Kwat Lin dan diam tidak berdaya dalam pelukan
suaminya. Tubuhnya rasanya menggigil ketika bibirnya sudah dicium mesra
oleh suaminya sambil menghitung. Lalu dalam keadaan diam Kwat Lin
sudah dipondong melayang masuk ke gua ke dua dan diajak mandi
bersama. Berkali-kali terdengar jeritan manja dari mulut Kwat Lin dan suara
hitungan dari mulut Lie Yang sambil tertawa cekikan penuh kemenangan.
Dua suami-istri muda-mudi yang mempunyai darah panas memang luar
biasa ganasnya. Mereka akhirnya dapat hidup di gua bersama sambil
mencoba memahami dan menyelami sifat masing-masing. Kesehariannya
hanya berlatih dengan tekun di dalam gua dan kadang-kadang bermain-
main bersama layaknya anak kecil. Mereka tidak tahu bahwa racun yang ada
di tubuh mereka lama kelamaan menjadi hilang tanpa bekas, akibat
beberapa hal yang tidak mereka kira-kira. Pertama karena mereka selalu
berhubungan badan suami-istri, berlatih ilmu-ilmu silat tinggi dan makanan
yang mereka makan mengandung obat dan dapat menambah daya sinkang
dan lwekang mereka menjadi berlipat ganda dalam beberapa minggu saja.
Jamur-jamuran dan telur burung walet yang mereka konsumsi setiap hari

Bie Hun Tok ( 7 ) Pelataran-82


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

dapat mencuci bersih racun yang mengeram di dalam tubuh mereka.


Bahkan tanpa diketahui oleh Kwat Lin keringat tubuhnya bisa mengeluarkan
aroma harum. Sehingga dapat membuat Lie Yang tambah senang dan
sayang. Kecantikannya juga menjadi lebih hebat dari sebelumnya.
Sedangkan Lie Yang tanpa diketahui ia dapat menyempurnakan semua
ilmu-ilmu yang sedang ia pelajari dan tubuhnya dengan cepatnya dapat
tumbuh lebih besar dan berotot. Tampak lebih gagah dengan kulit yang
selalu kenyal. Dua suami-istri muda itu tidak tahu bahwa lamban laun tubuh
dan ilmu silat mereka menjadi berubah meningkat sepuluh kali lipat dari
sebelumnya. Sebaiknya kita beralih ke dunia luar dan kita tinggalkan suami-
istri muda ini untuk sementara.

THIAN-LONG-PAY ( 1 )
Previous Chapter: Bie Hun Tok ( 7 )
Dunia kang-ouw gempar dengan munculnya sebuah partai baru
persilatan. Partai itu disebut Thian-long-pay atau Partai Serigala Langit.
Partai baru ini didirikan oleh datuk sesat dari utara Thian-long-cu. Sudah
kita ketahui bahwa kedatangan Thian-long-cu ke selatan adalah untuk
mencari Giok-ceng dan di sebuah hutan di bawah pegunungan Siong-san ia
dapat menemukan barang yang diinginkan. Di sana ia bertempur melawan
Bi-sianli dan Yang-pangcu sehingga ia kabur melarikan diri karena merasa
kalah dengan Si Topeng Emas dari Kim-liong-pay itu. Sehingga ia tidak
berhasil merebut Giok-ceng dari tangan lawan-lawannya. Kekalahannya
membuatnya benar-benar kecewa dan menaruh dendam kepada setiap
orang yang berada di situ, lebih-lebih Topeng Emas dan Bi-sianli.
Namun kehendak Tuhan tidak bisa ditebak dan kemujuran seseorang
sulit diraba. Begitu juga dengan kondisi Thian-liong-cu yang dalam
pelariannya tanpa sengaja menemukan Giok-ceng di tengah-tengah hutan.
Giok-ceng yang sebelumnya dibawa Kwat Lin tanpa diketahui olehnya
ternyata terjatuh di tengah hutan ketika Kwat Lin dan Lie Yang dilarikan oleh
Uh Hou-hoat. Bukan main senangnya ia mendapatkan barang berharga
yang telah diperebutkan oleh banyak orang ini. Diam-diam ia lalu pulang ke
utara dan mencari banyak pendukung di sana, karena memang

Thian-long-pay ( 1 )Pelataran-83

You might also like