You are on page 1of 9

PRESPEKTIF PANCASLIA TERHADAP PERILAKU PEDAGANG

Audypopy Handayani*, Muhammad Syahrul, Nur Fitra Wardana


Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Prodi Ilmu Hukum
Jalan Raya Dompak, Tanjungpingan, 29124
2205040117@student.umrah.ac.id
2205040112@student.umrah.ac.id
2205040115@student.umrah.ac.id
Abstract
Traders are one element of society that contributes to the country's economy. As an important part of the merchant community, Pancasila was not spared from the
implementation of Pancasila as the state ideology. Pancasila as the basic guideline of the state has its own philosophy which is rooted in the Indonesian nation.
Pancasila has moral elements, a value system, a spirit of development and a Pancasila economic system. Economists describe the market as a place where transactions
are carried out in a particular product or group of products. The market is a meeting place for sellers and buyers. Sellers, also known as traders, are people who trade
goods they do not produce themselves for a profit. Buyers or consumers are people who communicate their desires and fulfill their desires in a way that is mutually
beneficial. Trader behavior is also a trait that captures the environment's reaction to the current situation. The relevant environment is like things that happen in
society or are served by the government. This article itself contains a study of the Pancasila perspective on trader behavior. Traders are people who sell goods or
services in a market environment or other places that are owned and/or controlled by the state government and are authorized according to their duties. The
information used in this study was obtained directly from the field by means of interviews with traders. Traders who are based on Pancasila values are certainly
related and cannot be separated from the spirit of building a much better economic order in the future. The results of this research itself are the conclusions related to
the concept of trading with Pancasila which is cultivated by Pancasila traders and entrepreneurs who grow in a populist economy with Indonesian characteristics that
are expected to develop rapidly if it is in accordance with the culture, customs and local characteristics of Indonesian society.
Keywords: Traders; Pancasila; and Economic.
Abstrak
Pedagang merupakan salah satu elemen masyarakat yang berkontribusi terhadap perekonomian negara. Sebagai bagian penting dalam masyarakat pedagang tidak luput
dari penerepan pancasila sebagai ideologi negara. Pancasila sebagai pedoman dasar negara memiliki filosofi tersendiri yang berakar pada bangsa Indonesia. Pancasila memiliki
unsur moral, sistem nilai, semangat pembangunan dan sistem ekonomi pancasila. Ekonom menggambarkan pasar sebagai tempat di mana transaksi dilakukan dalam produk atau
kelompok produk tertentu. Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli. Penjual, juga dikenal sebagai pedagang, adalah orang yang memperdagangkan barang yang tidak
mereka produksi sendiri untuk mendapatkan keuntungan. Pembeli atau konsumen adalah orang yang mengkomunikasikan keinginan mereka dan memenuhi keinginan mereka dengan
cara yang saling menguntungkan. Perilaku pedagang juga merupakan ciri yang menangkap reaksi lingkungan terhadap situasi saat ini. Lingkungan yang relevan adalah seperti hal-hal
yang terjadi di masyarakat atau disajikan oleh pemerintah. Artikel ini sendiri berisi kajian terhadap bagaimana prepektif pancasila terhadap perilaku pedagang. Pedagang

adalah orang yang menjual barang atau jasa di lingkungan pasar atau tempat lain yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemerintah negara dan diberi wewenang sesuai
dengan tugasnya. Informasi yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh langsung dari lapangan dengan cara wawancara dengan para pedagang. Pedagang yang
berlandaskan nilai-nilai pancasila tentu terkait dan tidak dapat dipisahkan dari semangat membangun tatanan ekonomi yang jauh lebih baik di masa depan. Hasil dari
penelitian ini sendiri ialah diperolehnya kesimpulan terkait konsep berdagang dengan pancasila yang digeluti oleh para pedagang dan wirausahawan pancasila yang
tumbuh dalam ekonomi kerakyatan berkarakter keindonesiaan diharapkan dapat berkembang pesat apabila sesuai dengan budaya, adat istiadat dan karakter lokal
masyarakat indonesia.
Kata Kunci: Pedagang; Pancasila; Ekonomi
A. Pendahuluan
Pancasila adalah dasar negara bangsa Indonesia. Pancasila sebagai pedoman dasar negara memiliki filosofi tersendiri yang berakar pada bangsa Indonesia. Pancasila
memiliki unsur moral, sistem nilai, semangat pembangunan dan sistem ekonomi pancasila. Filsafat etika ekonomi pancasila dapat diartikan sebagai suatu keseragaman jumlah atau
norma yang mengatur pola pikir dan kegiatan para pelaku ekonomi dalam sistem ekonomi pancasila.
Sebagai ideologi negara pancasila juga berlaku dalam setiap aspek kehidupan termasuk dalam perdagangan. Ekonom menggambarkan pasar sebagai tempat di mana
transaksi dilakukan dalam produk atau kelompok produk tertentu. Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli. Penjual, juga dikenal sebagai pedagang, adalah orang
yang memperdagangkan barang yang tidak mereka produksi sendiri untuk mendapatkan keuntungan. Pembeli atau konsumen adalah orang yang mengkomunikasikan keinginan
mereka dan memenuhi keinginan mereka dengan cara yang saling menguntungkan.

Perilaku pedagang juga merupakan ciri yang menangkap reaksi lingkungan terhadap situasi saat ini. Lingkungan yang relevan adalah seperti hal-hal yang terjadi di
masyarakat atau disajikan oleh pemerintah. Misalnya, reaksi pedagang cenderung bereaksi ketika ada masalah kenaikan premi yang sebelumnya hanya isu berkembang.
Adanya permasalahan ini memicu reaksi para pengecer untuk segera menaikkan harga produknya sebelum pemerintah resmi mengumumkan kenaikan harga premium
1
tersebut. Ini disebut sebagai reaksi pedagang dalam pengambilan keputusan dan ini disebut sebagai reaksi atau perilaku pedagang dalam menghadapi isu-isu terkini.

1
Albara, Analisis Pengaruh Perilaku Pedagang Terhadap Inflasi, Academia, Vol. 5, No.2, 2016, hal. 247
Dalam penelitian Toti Indrawati, menejalaskan perilaku pedagang dalam menetapkan harga jual. Penetapan harga jual beli oleh pedagang pada umumnya
dipengaruhi oleh kebutuhan pokok pasar tradisional, yang dipengaruhi oleh pasokan sembako oleh pedagang/pengumpul dan status pengiriman barang dalam jumlah
2
besar maupun kecil dibandingkan dengan pasokan normal.
Melihat kondisi diatas artikel ini akan membahasa bagaimana prepektif pancasila terhadap perilaku pedagang.
B. Tinjauan Pustaka (Opsional)

1. Pedagang dan Perilaku Pedagang

Pedagang adalah orang yang menjual barang atau jasa di lingkungan pasar atau tempat lain yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemerintah negara dan
diberi wewenang sesuai dengan tugasnya. Pedagang juga dapat diartikan sebagai individu dengan modal relatif bervariasi yang bergerak di bidang produksi dan
penjualan barang atau jasa untuk kebutuhan kelompok masyarakat. Pedagang merupakan pelaku ekonomi yang paling berpengaruh dalam bidang perdagangan karena
3
kontribusinya merupakan penghubung antara produsen dan konsumen.

Kesejahteraan seorang pedagang dapat diukur dari pendapatannya, maka faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang harus diperhatikan agar
pendapatan pedagang stabil dan kesejahteraan meningkat, sehingga jual beli di pasar terus lancar, jumlah pedagang saat ini tetap hidup dan meningkat. Siapapun bisa
trading jika memiliki keinginan dan kesempatan, sehingga kesempatan untuk sukses sebagai trader sama terbukanya.

Pengusaha dan konsumen memiliki kebutuhan dan minat dalam ritel. Pengusaha harus bertanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang
saham, masyarakat dan lingkungan dalam semua kegiatan bisnis.

Sikap adalah keyakinan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk mempengaruhi sikap sasaran. Perilaku juga dapat digambarkan sebagai perilaku
yang selalu didasarkan pada keadaan tertentu. Pemasar, sebagai pemasok dan distributor barang dan jasa, harus memperhatikan bagaimana mereka berperilaku atau
memperlakukan konsumen sebagai pembeli. Dari sini dapat disimpulkan bahwa perilaku pedagang adalah tindakan pedagang (penjual) atau perilaku terhadap
konsumen (pembeli).

2. Idealisme Pancasila

Idealisme Pancasila dalam paradigma kebangsaan melatarbelakangi disusunnya berbagai peraturan perundang-undangan yang nilai-nilai internal atau
intinya bersumber dari pasal-pasal UUD 1945 dan nilai-nilai instrumentalnya bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait dengan UUD 1945
penyusunan. UUD 1945. yang disesuaikan dengan perkembangan lingkungan hidup. Ini tidak terkecuali dalam hal pedoman dalam berdagang undang-undang dan
4
peraturan. Aturan-aturan tersebut tentunya tidak pernah lepas dari nilai-nilai Pancasila.

Oleh karena itu, nilai-nilai kemanusiaan (yang terkandung dalam pancasila) sangat penting dalam perdagangan. Harus ada ketersediaan pangan di luar
(dunia) tetapi juga kuat di dalam (swasembada pangan nasional). Demikian pula dengan nilai-nilai bangsa yang berdaulat dan berkeadilan yang kesemuanya
merupakan cerminan dari nilai-nilai inti yang terkandung dalam ideologi Pancasila harus dipenuhi dan dituangkan dalam setiap visi pembangunan, seperti kebijakan
ketahanan pangan. Sehingga arah pembangunan ketahanan pangan tidak hanya konsep ideal politik dan ekonomi, tetapi harus mencakup nilai-nilai yang menggerakkan
kepentingan nasional, melindungi masyarakat agar dapat hidup sejahtera dan sejahtera. Oleh karena itu, ketahanan pangan harus mampu menciptakan swasembada
pangan yang berarti masyarakat hidup dalam suasana ketersediaan pangan yang tidak bergantung pada negara lain (impor).

C. Metode Penelitian

Informasi yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh langsung dari lapangan dengan cara wawancara dengan para pedagang. Selain itu metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan review literatur terkait dengan hubungan pancasila dan pedagang. Literatur yang digunakan meliputi referensi seperti
buku, artikel, dan penelitian-penelitian terdahulu.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Pedagang dalam Sistem Ekonomi
Posisi pedagang tradisional dalam sistem perekonomian nasional Indonesia dikondisikan oleh kondisi yang didukung oleh pemerintah. Itu karena
posisinya terkadang dipandang sebagai lambang patologi sosial, pengangguran tingkat tinggi. Sebagai benalu, sumber pelaku kejahatan, pemborosan sosial,
penghambat pembangunan, perusak citra bersama pengemis, pelacur dan pencuri. Dengan diakuinya pedagang tradisional dalam sistem ekonomi, tidak mudah bagi
pemerintah untuk melakukan kesewenang-wenangan seperti membiarkan persaingan, persaingan tidak sehat antara pedagang tradisional dan pengecer.

2
Indrawati, T. (2020). Analisis Perilaku Pedagang Dalam Pembentukkan Harga Barang Kebutuhan Pokok Di Kota Pekanbaru. Jurnal Ekonomi, 21(01).
3
Fadlan, F. (2018). Analisis Perbedaan Tingkat Pendapatan Pedagang Sayur Sesudah & Sebelum Relokasi Dari Pasar Merjosari Ke Pasar Landungsari (Doctoral dissertation, University of

Muhammadiyah Malang).
4
Arrobi, M. Z. (2019). Pancasila, Negara, Dan Masyarakat Sipil: Suatu Tinjauan Sosio-Historis. Jurnal Majelis Media Aspirasi Konstitusi
Untuk mengatasi masalah persaingan antara pedagang tradisional dengan pasar eceran maka solusinya adalah pasar modern yaitu pembatasan izin usaha
eceran di daerah-daerah, menumbuhkan pedagang yang berjiwa wirausaha sejati dan pedagang tradisional yang berjiwa wirausaha sejati sebagai berikut :
a) Pembatasan Jumlah pasar Ritel.
Semula ritel hadir untuk mendiversifikasi usaha agar masyarakat memiliki pilihan saat berbelanja kebutuhan sehari-hari agar kehadirannya tidak
mengganggu pasar tradisional daerah. Namun seiring dengan perkembangan yang terus berlanjut, pemilik modal melakukan ekspansi besar-besaran untuk
memperluas dan menambah jumlah pasar retail, supermarket dan pasar modern di daerah tersebut. Sebelumnya, ada aturan bahwa pasar ritel tidak boleh
berada dalam jarak 100 meter dari pasar umum. Belakangan, dengan meluasnya pasar eceran secara masif, para pedagang tradisional protes karena
keberadaannya terancam secara finansial dan bahkan banyak pedagang tradisional yang gulung tikar. membangkrutkan para pedagang tradisionalnya.
b) Wira sahawan Sejati.
Kewirausahaan sejati adalah segala sesuatu yang dilakukan orang untuk memulai bisnis, untuk mencari nafkah, untuk memenuhi kebutuhan hidup. Untuk
kebutuhan sandang, pangan, papan yang timbul dari motivasi diri yang tulus tanpa bantuan dari negara atau pihak lain. Padahal kewirausahaan sejatinya
adalah jiwa wirausaha yang muncul dengan sendirinya tanpa bantuan pemerintah, pihak lain dan kegiatan ini merupakan satu-satunya pekerjaan yang
dilakukan.
c) Entepreneur Mandiri.
Entepreneur/wirausaha mandiri adalah jiwa kewirausahaan yang lahir atau diwariskan oleh seseorang karena kemauan pribadi, yang sudah menjadi bagian
dari hidupnya sejak lama, tanpa bantuan pihak manapun, semua orang mengandalkan diri sendiri. Kewirausahaan berakar pada sesuatu, jadi jangan
berharap jadi pejabat/PNS. Karena sebagai pengusaha anda mendapatkan pekerjaan, penghidupan dan kebutuhan hidup berupa sandang pangan, sandang,
papan dan materi tercukupi.
d) Menciptakan Rekronstruksi Sosial.
Dikarenakan kondisi sosial ekonomi yang tidak stabil, sebagai pemilik dari Pengawas Niaga Kota Madiun, perlu adanya kebijakan untuk membantu
perekonomian masyarakat miskin, masyarakat miskin yang mendukung para pedagang tradisional. Pedagang keuangan lemah dengan dukungan modal,
bantuan sosial, pembebasan pajak / bantuan kompensasi. Dengan menawarkan bantuan kepada para pedagang tradisional, para pedagang tradisional ini
tidak ada lagi, mereka bisa berjualan seperti semula.
2. Nilai–Nilai yang Terkandung dalam Pancasila
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila mengajarkan untuk berpikir dan bertindak sesuai dengan ideologi bangsa. Nilai-nilai itu misalnya lima sila
Pancasila:
a) Sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa Dalam, nilainya adalah bahwa kita sebagai manusia diciptakan oleh Allah dan wajib menaati perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya. Semua warga negara Indonesia diberkati untuk menerima agama apa pun yang mereka yakini dan wajib menjalankan apa
yang diamanatkan oleh agama mereka. Dalam tatanan ini pula, masyarakat dapat membangun toleransi antar umat beragama dan menghormati semua
makhluk ciptaan Tuhan, tidak hanya manusia, seperti hewan dan tumbuhan. Lingkungan juga mendapat manfaat dari ini, terpelihara berkat orang-
orangnya, yang bersyukur atas keimanan mereka kepada Penciptanya.
b) Sila Kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. nilainya adalah bahwa kita sebagai manusia diciptakan oleh Allah dan wajib menaati perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya. Semua warga negara Indonesia diberkati untuk menerima agama apa pun yang mereka yakini dan wajib menjalankan apa
yang diamanatkan oleh agama mereka. Dalam tatanan ini pula, masyarakat dapat membangun toleransi antar umat beragama dan menghormati semua
makhluk ciptaan Tuhan, tidak hanya manusia, seperti hewan dan tumbuhan. Lingkungan juga mendapat manfaat dari ini, terpelihara berkat orang-
orangnya, yang bersyukur atas keimanan mereka kepada Penciptanya.
c) Sila Ketiga, Persatuan Indonesia. Tatanan ketiga ini mengandung nilai-nilai persatuan. Titik kesepakatan di sini adalah bahwa Indonesia tidak dapat
diselesaikan. Seperti yang kita ketahui, Indonesia memiliki banyak pulau, yang berarti jutaan orang hidup dan tinggal di Indonesia. Jika persatuan dalam
hidup tidak ditekankan, tidak akan ada kedamaian di Indonesia. Dalam hal ini perlu dikembangkan rasa cinta tanah air, bangsa, keragaman.
d) Sila Keempat, Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan. Perintah keempat ini mengandung makna
yang menjelaskan adanya kohesi atau kerjasama dalam pengambilan keputusan dan manajemen, serta adanya integritas. Artinya, pemimpin Indonesia
harus memiliki kearifan dalam mengambil keputusan untuk kebaikan masyarakat. Di dalamnya terkandung prinsip-prinsip dasar kependudukan;
pertimbangan; Demokrasi;
e) Sila Kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Sila kelima ini menyebutkan kata benar, sehingga orang melihat kata itu sebagai individu.
Sesuatu dianggap baik jika sesuai dengan prinsip keadilan sosial. Kelima nilai pancasila ini melahirkan kegiatan yang mencerminkan sikap dan
kebersamaan keluarga. Dengan demikian tumbuh sikap adil antar manusia, yaitu menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak
orang lain. Oleh karena itu, makna perintah kelima ini sangat luas, karena berkaitan dengan kehidupan warga negara. Kesejahteraan semua orang dan
semua kekayaan menjadi kemakmuran bersama dengan membantu dan melindungi yang lemah.
Memang sebagai hak rakyat untuk menentukan kebijakan dan strategi produksi, distribusi dan konsumsi pangan yang berkelanjutan, serta untuk menjamin
hak atas pangan bagi seluruh penduduk dunia, swasembada pangan dapat dijadikan tolok ukur untuk menguji seberapa besar. kebijakan ketahanan pangan nasional
dapat dilaksanakan. ke dalam kehidupan sehari-hari orang.

Pancasila adalah ideologi bangsa Indonesia dan dianggap sebagai satu-satunya ideologi yang paling cocok untuk pelaksanaan sistem ketatanegaraan
Indonesia. Di antaranya, Pancasila juga merupakan ilmu dari gagasan para pendirinya, seperti Ir. Soekarno, Soepomi, M. Yamin, dan KH. Bagus Hadikusumo dan
tokoh-tokoh bangsa lainnya yang terlibat dalam pembentukan ideologi Pancasila. Pancasila dengan “Lima Dasar” yang disepakati oleh bangsa Indonesia melalui para
pendirinya harus dilaksanakan baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun bernegara, antara lain:

a) Ketuhanan Yang Maha Esa;


b) Kemanusiaan yang adil dan beradab;
c) Persatuan Indonesia;
d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan;
e) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Melalui kelima landasan tersebut, ideologi Pancasila dapat menghadapi tantangan dari serangan berbagai ideologi dunia dan budaya global seperti ateisme,
individualisme, kapitalisme, sikap hidup yang berbeda dengan norma masyarakat umum, narkoba dan terorisme. Selain itu, terdapat 5 (lima) tantangan utama dalam
penanaman Pancasila, yaitu:

a) Saat memahami Pancasila, masyarakat mengalami penurunan intensitas pembelajaran Pancasila dan juga kurangnya efektivitas dan daya tarik
pembelajaran Pancasila. Hal ini disebabkan masih rendahnya tingkat literasi masyarakat Indonesia.
b) Eksklusi sosial terkait dengan pesatnya globalisasi yang mengarah pada peningkatan pencarian politisasi identitas dan intensifikasi polarisasi dan
fragmentasi sosial berbasis SARA. 3. Ketimpangan sosial akibat pemusatan pembangunan ekonomi di wilayah tertentu. Ditambah lagi dengan
tumbuhnya kesenjangan sosial antara pelaku ekonomi dan kebijakan ekonomi yang mengutamakan sektor ekstraktif yang tidak mengembangkan
penciptaan nilai.
c) Institusionalisasi Pancasila, dimana pelembagaan nilai-nilai Pancasila dalam institusi politik, ekonomi, dan budaya lemah dan penyelenggaraan negara
tidak memahami ideologi Pancasila.
d) Keteladanan Pancasila, pemerintah dan masyarakat masih kekurangan figur teladan.

Hal ini juga diperparah dengan maraknya sikap dan perilaku destruktif yang mengutamakan isu-isu negatif di masyarakat, serta kurangnya apresiasi dan
insentif untuk berprestasi dan praktik yang baik. Oleh karena itu, negara memiliki peran penting dalam menghadapi tantangan pemantapan ideologi Pancasila di segala
bidang. Pluralisme di tengah kehidupan berbangsa tidak hanya menjadi potensi besar bagi pembangunan nasional, tetapi juga menjadi sumber potensi berbagai konflik
yang mengarah pada disintegrasi bangsa. Potensi perpecahan bangsa tersebut senantiasa mengancam nilai-nilai Pancasila, yang meliputi pandangan sejak kemerdekaan
dan pasca kemerdekaan yang disadari akan kompleksitas, heterogenitas atau pluralisme.
3. Pancasila dalam Sistem Ekonomi
Menurut Mubyarto, sistem ekonomi pancasila merupakan “aturan main” kehidupan ekonomi atau hubungan ekonomi antar pelaku ekonomi berdasarkan
etika atau moral Pancasila dengan tujuan akhir mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila memegang peranan penting sebagai falsafah
bangsa Indonesia untuk mendukung penerapan nilai-nilai luhur dan rasa keadilan dalam masyarakat, dan untuk menyaring ideologi penipuan dan tidak jujur dan
metode lainnya. Selain itu, dampak era globalisasi menuntut pengelolaan yang baik, tidak ada persaingan yang tidak adil, dan tidak ada distribusi kekayaan yang adil.
Menurut Pancasila, ekonomi berlandaskan asas kebersamaan, kekeluargaan, artinya meskipun persaingan tetap ada tujuan bersama, tidak ada persaingan
bebas yang saling membunuh. Penerapan Pancasila di bidang ekonomi melalui penerapan sistem ekonomi Pancasila yang mengedepankan keselarasan mekanisme
harga dan sosial, bukan mekanisme pasar, bertujuan agar perekonomian nasional dapat mengangkat masyarakat dari kemiskinan, keterbelakangan, penjajahan/
ketergantungan dan perasaan sulit untuk dilepaskan. , dan rasa ketidakadilan dalam kegiatan ekonomi yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak.
4. Prespektif Pancasila terhadap Perilaku Pedagang
Menurut Anton (2012), pedagang dalam melakukan usaha harus mengikuti ideologi Pancasila, yakni dalam kewirausahaan yang berorientasi; Ketuhanan
Yang Maha Esa (Menjalankan akhlak yang tidak materialisme dan menerapkan segala etika sesuai ajaran agama); Kemanusiaan yang adil dan beradab (selalu
mendukung keadilan, tidak menindas dan tidak mengeksploitasi orang); persatuan (kekeluargaan, kebersamaan, nasionalisme dan patriotisme ekonomi); Demokrasi
dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
Pedagang yang berlandaskan nilai-nilai pancasila tentu terkait dan tidak dapat dipisahkan dari semangat membangun tatanan ekonomi yang jauh lebih baik di
masa depan dengan tetap menjaga keimanan kepada Yang Maha Kuasa. Ketuhanan untuk pembangunan ekonomi adalah semangat kewirausahaan berbasis iman.
Artinya kekayaan yang diinginkan harus diwujudkan dengan cara yang diridhai Allah. Selain itu, keseriusan usaha mengikuti penyerahan hasil sepenuhnya kepada
Tuhan. Yang tidak kalah pentingnya adalah jiwa kewirausahaan itu sendiri, yaitu melalui distribusi dipuji sebanyak mungkin orang dan terbentuk kepribadian
wirausaha baru.
Konsep berdagang dengan pancasila yang digeluti oleh para pedagang dan wirausahawan pancasila yang tumbuh dalam ekonomi kerakyatan berkarakter
keindonesiaan diharapkan dapat berkembang pesat apabila sesuai dengan budaya, adat istiadat dan karakter lokal masyarakat indonesia. Kecepatan pertumbuhan
wirausaha dapat dan pasti akan meningkatkan perekonomian Indonesia, apalagi pertumbuhan ekonomi yang dibangun di atas perekonomian nasional Indonesia terbukti
mampu bertahan dari krisis ekonomi tahun 1998. Perdagangan berdasarkan Pancasila yaitu:
a) Pertama; Hakikat Sila Pertama Pancasila
Ketuhanan Yang Maha Esa. Kewirausahaan yang berlandaskan Ketuhanan Yang Maha Esa berarti sebagai seorang pedagang harus beriman atau percaya
dan taat kepada Sang Pencipta; Tuhan yang maha kuasa; karena segala upaya yang dilakukan tidak dapat dipisahkan untuk kepentingannya. Pedagang
harus mau bekerja keras dan jujur serta percaya bahwa usaha yang dikembangkan merupakan berkah dari Allah SWT dan merupakan kesempatan yang
diberikan Tuhan kepada pedagang untuk mengabdi kepada sesamanya dengan menciptakan lapangan kerja bagi orang lain. Selain itu, juga merupakan
kesempatan untuk mengabdi pada ibu pertiwi dan bangsa. pedagang harus benar-benar menghormati, membangun dan mempromosikan kerukunan umat
beragama dan kebebasan beragama, pedagang juga harus memiliki informasi yang benar tentang status kehalalan produknya. Pedagang tidak boleh
mendiskriminasi perbedaan agama.
b) Kedua; Inti dari sila kedua pancasila
Kemanusiaan yang adil dan beradab. Pedangang yang berlandaskan kemanusiaan yang adil dan beradab berlandaskan peradaban manusia, menunjukkan
bahwa peradaban manusia yang tumbuh mendorong para pedagang untuk terus mengembangkan inovasi dan kreativitas yang meningkatkan taraf hidup
manusia. Sebagai wirausahawan, kepribadian, emosi, kehormatan, harga diri dan kemauan untuk selalu mencapai kinerja tertinggi selalu dibutuhkan.
c) Ketiga; Sila Ketiga Sila Pancasila
Persatuan Indonesia. Pedagang yang berdasarkan persatuan Indonesia membuktikan bahwa setiap warga negara/pengusaha berhak untuk berusaha di
seluruh tanah air Indonesia tanpa diskriminasi berdasarkan ras, warna kulit, jenis kelamin, tempat lahir, agama, kelas atau orientasi politik. Pedagang harus
bekerja sama untuk membangun keterpaduan dalam usahanya, menumbuhkan kecintaan terhadap negara dan masyarakat, serta mendahulukan kepentingan
negara dan bangsa di atas kepentingan individu dan kelompok. Dalam menjalankan usahanya, pengusaha hendaknya menghindari usaha-usaha yang dapat
menimbulkan perpecahan dalam masyarakat, bangsa dan negara.
d) Keempat; Hakikat Sila Keempat Pancasila
Demokrasi yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam debat perwakilan. Pedagang yang berlandaskan demokrasi, berpedoman pada kebijaksanaan
berpikir representatif, artinya dalam berdagang pedagang bebas memilih usahanya. Dalam berbisnis, perlu mendengarkan saran dan keluhan konsumen
agar dapat mengembangkan produknya ke arah yang lebih baik. Pedagang harus terbuka, komunikatif, dan memprioritaskan penilaian yang baik saat
membuat keputusan bisnis untuk kebaikan yang lebih besar.
e) Kelima; Sila Kelima Pancasila
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. perdagangan yang berlandaskan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia berarti pedagang bebas
memilih cara berbisnis dan harus diperlakukan adil dalam usahanya serta memperlakukan semua konsumen secara setara untuk meningkatkan hasil
usahanya dan meningkatkan kesejahteraan. Pedagang, karyawan dan keluarganya. Pedagang diberi kompensasi sesuai dengan tugas, keterampilan, dan
kontribusi mereka terhadap pertumbuhan usaha atau pasarnya.
Dalam penelitian Ajzen (2005), sikap sangat erat hubungannya dengan keyakinan dan nilai-nilai keyakinan seseorang tertentu, yang bertahan dengan
segala akibat dari tindakan demi sikap, atau singkatnya fenomena ini disebut keyakinan perilaku (beliefs). tentang perilaku). Berkaitan dengan nilai-nilai pancasila
bahwa seorang penganut nilai-nilai pancasila dalam hal ini tentunya tidak menyimpang dari sikap individu terhadap kewirausahaan.
Pusat kendali erat kaitannya dengan keyakinan individu yang cukup stabil dalam segala aspek situasi. Persepsi tentang pengendalian perilaku tersebut
dengan demikian dapat berubah tergantung pada situasi dan perilaku yang akan dilakukan nantinya. Selanjutnya, locus of control itu terkait erat dengan keyakinan
individu akan keberhasilannya dalam sesuatu. Dalam hal ini keimanan adalah keyakinan terhadap penerapan nilai-nilai pancasila.
Perceived behavioral control adalah persepsi seseorang terhadap diri sendiri yang dimiliki dalam berwirausaha. Sedangkan niat berwirausaha merupakan minat
berwirausaha seseorang. Artinya citra diri seseorang dalam berwirausaha tidak dapat dijadikan sebagai faktor pengaruh terhadap diri sendiri berwirausaha.
Dari analisa dan kajian lapangan diperoleh pula persepsi tentang pedagang tidak dapat mempengaruhi minat berwirausaha sendiri. Sekalipun seorang
individu memiliki gambaran yang baik tentang kemampuan kewirausahaannya sendiri, hal ini tidak mengurangi minatnya untuk berwirausaha. Oleh karena itu,
kepemimpinan perilaku yang dirasakan tidak dapat digunakan sebagai faktor yang mempengaruhi kewirausahaan.
E. Simpulan
Pedagang adalah orang yang menjual barang atau jasa di lingkungan pasar atau tempat lain yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemerintah negara dan
diberi wewenang sesuai dengan tugasnya. Pedagang juga dapat diartikan sebagai individu dengan modal relatif bervariasi yang bergerak di bidang produksi dan
penjualan barang atau jasa untuk kebutuhan kelompok masyarakat. Pedagang merupakan pelaku ekonomi yang paling berpengaruh dalam bidang perdagangan karena
kontribusinya merupakan penghubung antara produsen dan konsumen. Pedagang yang berlandaskan nilai-nilai pancasila tentu terkait dan tidak dapat dipisahkan dari
semangat membangun tatanan ekonomi yang jauh lebih baik di masa depan.
Konsep berdagang dengan pancasila yang digeluti oleh para pedagang dan wirausahawan pancasila yang tumbuh dalam ekonomi kerakyatan berkarakter
keindonesiaan diharapkan dapat berkembang pesat apabila sesuai dengan budaya, adat istiadat dan karakter lokal masyarakat indonesia. Perdagangan berdasarkan
Pancasila yaitu:
a) Ketuhanan Yang Maha Esa. Kewirausahaan yang berlandaskan Ketuhanan Yang Maha Esa berarti sebagai seorang pedagang harus beriman atau percaya dan
taat kepada Sang Pencipta; Tuhan yang maha kuasa; karena segala upaya yang dilakukan tidak dapat dipisahkan untuk kepentingannya.
b) Kemanusiaan yang adil dan beradab. Pedangang yang berlandaskan kemanusiaan yang adil dan beradab berlandaskan peradaban manusia, menunjukkan bahwa
peradaban manusia yang tumbuh mendorong para pedagang untuk terus mengembangkan inovasi dan kreativitas yang meningkatkan taraf hidup manusia.
c) Persatuan Indonesia. Pedagang yang berdasarkan persatuan Indonesia membuktikan bahwa setiap warga negara/pengusaha berhak untuk berusaha di seluruh
tanah air Indonesia tanpa diskriminasi berdasarkan ras, warna kulit, jenis kelamin, tempat lahir, agama, kelas atau orientasi politik.
d) Demokrasi yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam debat perwakilan. Pedagang yang berlandaskan demokrasi, berpedoman pada kebijaksanaan
berpikir representatif.
e) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. perdagangan yang berlandaskan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia berarti pedagang bebas memilih cara
berbisnis dan harus diperlakukan adil dalam usahanya serta memperlakukan semua konsumen secara setara untuk meningkatkan hasil usahanya dan
meningkatkan kesejahteraan.
DAFTAR PUSTAKA
Silalahi, W. Membangun Nilai dan Karakter Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Kehidupan Bermasyarakat. Prosiding Nasional Ber-Isbn, 19.

Tria, P. N., Cahyaningsih, F. F. A., Suwandi, R. A., & Fitriono, R. A. (2022). Implementasi Pancasila dalam Bidang Ekonomi di Era Globalisasi. Gema Keadilan, 9(3).

Indrawati, T. (2020). Analisis Perilaku Pedagang Dalam Pembentukkan Harga Barang Kebutuhan Pokok Di Kota Pekanbaru. Jurnal Ekonomi, 21(01).

Falucky, Y. I. (2017). Analisis Terhadap Perilaku Pedagang Pasar Tradisional Dalam Perspektif Etika Bisnis Islam (Studi Kasus di Pasar Tradisional Ngentrong
Campurdarat Tulungagung).

Fadlan, F. (2018). Analisis Perbedaan Tingkat Pendapatan Pedagang Sayur Sesudah & Sebelum Relokasi Dari Pasar Merjosari Ke Pasar Landungsari (Doctoral
dissertation, University of Muhammadiyah Malang).

Arrobi, M. Z. (2019). Pancasila, Negara, Dan Masyarakat Sipil: Suatu Tinjauan Sosio-Historis. Jurnal Majelis Media Aspirasi Konstitusi, 11, 111-119.

Fauziah, F. D., & Sri Arfiah, S. H. (2016). Karakter Kejujuran Pada Pedagang Dalam Transaksi Jual Beli Di Pasar Tradisional (Studi Kasus pada Pedagang di Pasar
Sayur Kabupaten Magetan) (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Darmadi, H. (2020). Apa Mengapa Bagaimana Pembelajaran Pendidikan Moral Pancasila Dan Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan (PPKn): konsep dasar
strategi memahami ideologi pancasila dan karakter bangsa. An1mage.

Savitri, A. S., & Dewi, D. A. (2021). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan di Era Globalisasi. INVENTA: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 5(2),
165-176.

Komara, B. D., & Prasetya, A. (2019). Konstruksi Sosial pada Pedagang Tradisional dalam Menghadapi Era Kompetisi Perdagangan Bebas. Jurnal Riset
Entrepreneurship, 2(1), 1-8.

Nurgiansah, T. H. (2021). Pendidikan Pancasila. CV. Mitra Cendekia Media.

Nurgiansah, T. H. (2021). Pendidikan Pancasila sebagai upaya membentuk karakter jujur. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha, 9(1), 33-41.

Wibowo, K. A., & Najicha, F. U. (2022). Aktualisasi Pancasila dalam Kehidupan Masyarakat di Era Globalisasi. EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and
Counseling, 4(1), 22-31.

Ratri, E. P., & Najicha, F. U. (2022). Urgensi Pancasila Dalam Menanamkan Jiwa Nasionalisme Pada Generasi Muda Di Era Globalisasi. Jurnal Global Citizen: Jurnal
Ilmiah Kajian Pendidikan Kewarganegaraan, 11(1), 25-33.

Pratama, A. R. (2018). Sistem Ekonomi Indonesia dalam Perspektif Pancasila dan UUD 1945. Veritas et Justitia, 4(2), 304-332.

Ayunda, S., Hasanah, T. U., Ariska, Y. A., & Fitriono, R. A. (2022). Strategi Meningkatkan Pengembangan Ekonomi Di Era Modern Berbasis Pancasila. Gema
Keadilan, 9(2).

Albara, Analisis Pengaruh Perilaku Pedagang Terhadap Inflasi, Academia, Vol. 5, No.2, 2016, hal. 247
LAMPIRAN

Foto Kegiatan

You might also like