Professional Documents
Culture Documents
e-ISSN:2549-9793
Abstract
The availability of high quality potato seeds in Indonesia is only 7.4% including imports.
Improvement of soil fertility is done with PGPR and various growing media, so that soil quality
increases and can increase potato productivity. This research used a split plot design with twelve
treatments with three replicates. Treatments tested were P0M1 (without PGPR + Husk Charcoal :
Cocopeat (1:1)), P1M1 (10 ml/l PGPR + Husk Charcoal : Cocopeat (1:1)), P2M1 (20 mL L-1 PGPR
+ Husk Charcoal : Coco peat (1:1)), P0M2 (without PGPR + Soil : Husk Charcoal (1:1)), P1M2 (10
mL L-1 PGPR + Soil : Husk Charcoal (1:1)), P2M2 (20 mL L-1 PGPR + Soil : Husk Charcoal (1:1)),
P0M3 (without PGPR + Soil : Husk Charcoal : Cocopeat (1:1:1)), P1M3 (10 mL L-1 PGPR + Soil :
Husk Charcoal : Cocopeat (1:1:1)), P2M3 (20 mL L-1 PGPR + Soil : Husk Charcoal : Cocopeat
(1:1:1)), P0M4 (without PGPR + Tanah), P1M4 (10 mL L-1 PGPR + Soil), P2M4 (20 mL L-1 PGPR
+ Soil). PGPR and growing media yielded an interaction with total N-l in P2M2 treatment, with the
highest value of 1,02%,. The highest total P was in the P2M2 treatment (0,35%). Nitrogen fixing
bacteria were observed in P2M2 treatment with the highest value of 77,25 x 105 cfu mL-1.
Phosphate solubilizing bacteria were observed in P2M2 treatment with the highest value of 45 x 105
cfu mL-1. Plant height and dry weight of plants in P2M2 with the highest values of 12,99 cm and
3,61 gram, respectively. The highest yield of potato (20 tubers plant-1) was in the P2M2 treatment.
Keywords: cocopeat, husk charcoal, nitrogen fixing bacteria, phosphate solubilizing bacteria,
http://jtsl.ub.ac.id 887
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 2 : 887-899, 2018
e-ISSN:2549-9793
http://jtsl.ub.ac.id 888
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 2 : 887-899, 2018
e-ISSN:2549-9793
http://jtsl.ub.ac.id 889
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 2 : 887-899, 2018
e-ISSN:2549-9793
dengan hasil analisis pH tanah pada waktu cocopeat) dengan nilai 9,23 % pada analisis 0
pengamatan 0 BST. Namun penurunan nilai BST dan 13,8 % pada waktu pengamatan 3
pH masih dalam kriteria yang sama. Hal BST. Sedangkan nilai karbon organik terendah
tersebut disebabkan oleh penambahan bahan terdapat pada perlakuan M4 (tanah) dengan
organik yang berasal dari pupuk kandang kandungan karbon organik sebesar 6,32 %
kambing yang terdekomposisi. pada waktu pengamatan 3 BST. Arang sekam
dan cocopeat merupakan limbah pertanian yang
Tabel 2. Pengaruh pemberian PGPR dan murah, ringan dan mudah didapatkan. Arang
media tanam terhadap pH tanah sekam memiliki kandungan karbon yang tinggi
sehingga dengan penambahan arang sekam
PGPR pH Tanah
sebagai media tanam mampu meningkatkan
0 BST 3 BST nilai C-Organik. Menurut Baharuddin et al.,
P0 6,20 5,80 (2012) kandungan C-organik pada arang sekam
P1 6,45 5,82 yaitu sebanyak 31 %. Seperti yang dijelaskan
P2 6,37 5,82 Agustin et al., (2014) bahwa arang sekam sudah
Media Tanam melalui proses pembakaran sehingga kadar
M1 6,98 c 5,92 b karbon tinggi dan mudah terdekomposisi.
M2 6,35 b 5,84 ab
M3 5,97 a 5,77 a Tabel 3. Pengaruh Pemberian PGPR dan
M4 6,07 a 5,72 a Media Tanam terhadap C-Organik
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama
pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda PGPR C-Organik (%)
nyata (Uji Duncan pada taraf 5%). P0 (Kontrol), P1 0 BST 3 BST
(10 mL L-1), P2 (20 mL L-1). M1 (Arang Sekam : P0 4,48 a 5,40 a
Cocopeat), M2 (Tanah : Arang Sekam), M3 (Tanah : P1 6,82 ab 9,51 b
Arang Sekam : Cocopeat), M4 (Tanah). BST (Bulan P2 8,48 b 12,2 b
Setelah Tanam) Media Tanam
M1 9,23 b 13,8 b
Pada proses penguraian bahan organik M2 5,69 a 7,01 a
menghasilkan asam-asam organik dan dapat M3 6,39 a 9,01 a
menghasilkan ion H+, namun tidak merubah M4 5,06 a 6,32 a
kriteria status pH tanah yaitu tetap pada kriteria
Keterangan sama dengan Tabel 2
sedang atau agak masam. Pemberian media
tanam berupa cocopeat dapat membuat media Selain arang sekam pemberian media cocopeat
tanam lebih masam. Hal ini sejalan dengan dapat meningkatkan bahan organik yang ada.
Irawan et al. (2016), bahwa penambahan bahan Cocopeat merupakan serat dari sabut kelapa,
organik dapat meningkatkan atau malah menurut Sukarman (2012) kandung C-Organik
menurunkan pH tanah, tergantung pada jenis di dalam cocopeat yaitu sebesar 5,18 %. Hal
bahan organik yang ditambahkan. Selain hal tersebut sesuai dengan pendapat Irawan et al.
tersebut, penyiraman dengan pemberian air (2016) yang menyatakan bahwa kelebihan dari
dapat menurunkan pH tanah, air yang berasal penggunaan bahan organik sebagai media
dari sumur dan air hujan memiliki pH yang tanam adalah memiliki struktur yang dapat
rendah. menjaga keseimbangan aerasi. Bahan organik
C-organik mempunyai sifat remah sehingga udara, air dan
akar mudah masuk dalam fraksi tanah dan
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa dapat mengikat air. Terjadinya peningkatan
pemberian PGPR dan media tanam terjadi kandungan karbon organik, karena media
pengaruh nyata tetapi tidak terjadi interaksi tanam yang digunakan merupakan salah satu
(Tabel 3). Perlakuan pemberian PGPR dan sumber utama dari bahan organik. Arang
media tanam mampu meningkatkan karbon sekam dan cocopeat mengandung karbon yang
organik pada waktu pengamtan 0 dan 3 BST. cukup tinggi, semakin banyak bahan organik
Kandungan karbon organik tertinggi pada 0 yang ditambahkan, semakin banyak karbon di
dan 3 BST yaitu perlakuan M1 (arang sekam + dalam tanah. Menurut Hasibuan (2015), bahan
http://jtsl.ub.ac.id 890
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 2 : 887-899, 2018
e-ISSN:2549-9793
organik adalah merupakan setiap bahan yang pengamatan 0 dan 3 BST. Semakin banyak
berasal dari sisa-sisa tanaman atau hewan yang PGPR yang diberikan nilai P-Total tanah akan
dapat diberikan di atas atau di dalam mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan
permukaan tanah yang dapat menambah PGPR yang digunakan mengandung bakteri
kandungan karbon organik dan unsur hara pelarut fosfat seperti Aspergillus sp., Pseudomonas
tanah. sp., dan Bacillus sp. Bakteri-bakteri tersebut
mampu melarutkan hara P yang terikat didalam
P-total
tanah, sehingga hara P menjadi tersedia dan
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Hal tersebut
pemberian PGPR dan media tanam tidak sejalan dengan hasil penelitian
terjadi interaksi, namun pemberian PGPR Permatasari dan Nurhidayati (2014)
menunjukan pengaruh nyata terhadap P-Total bahwa peningkatan ketersediaan unsur P
tanah pada pengamatan 0 dan 3 BST, disebabkan oleh bakteri pelarut fosfat mampu
sedangkan pemberian media tanam tidak terjadi mengeluarkan asam-asam organik seperti asam
pengaruh nyata (Tabel 4). sitrat, glutanmate, suksinat dan glioksalat yang
dapat mengkhelat Fe, Al, Ca dan Mg sehingga
Tabel 4. Pengaruh pemberian PGPR dan media fosfor yang terikat menjadi larut dan tersedia.
tanam terhadap P-total tanah Unsur P sendiri berguna untuk merangsang
pembungaan dan pembuahan, serta
PGPR P-total tanah (%)
merangsang pembentukan biji.
0 BST 3 BST
P0 0,35 a 0,23 a N-total
P1 0,40 b 0,27 b Pada uji sidik ragam menunjukkan terjadi
P2 0,44 c 0,32 c interaksi antar perlakuan (Tabel 5). Nitrogen
Media Tanam merupakan hara makro utama yang sangat
M1 0,34 0,26 diperlukan tanaman. Unsur ini disebut unsur
M2 0,42 0,28 makro primer karena paling penting dalam
M3 0,41 0,25 siklus hidup tanaman. Menurut Gustia (2013),
M4 0,42 0,29 tanaman yang cukup mendapat suplai nitrogen
Keterangan sama dengan Tabel 2 akan membentuk daun yang memiliki helaian
lebih luas dengan kandungan klorofil yang
lebih tinggi, sehingga tanaman mampu
Hara P sering tidak tersedia bagi tanaman menghasilkan karbohidrat atau asimilat dalam
disebabkan tingginya jerapan P oleh fraksi jumlah yang tinggi untuk menopang
amorf, hal ini mengakibatkan unsur P terikat pertumbuhan vegetatif.
sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Bahan Pada Tabel 5, waktu pengamatan 0 BST,
organik dapat mempengaruhi ketersediaan perlakuan P0M1 (tanpa dosis PGPR + arang
fosfat melalui dekomposisi yang menghasilkan sekam + cocopeat) memiliki nilai N-Total
asam-asam organik yang berpengaruh langsung terendah yaitu 0,44 % dan mengalami
meningkatkan jumlah P-Total dalam tanah. penurunan pada waktu pengamatan 3 BST,
Menurut Ginting et al. (2006) pada tanah dengan nilai yaitu 0,38 %. Sedangkan pada
masam, fosfat akan bersenyawa dalam bentul waktu pengamatan 0 BST, perlakuan P2M2
Al-P dan Fe-P, sedangkan pada tanah alkali, (dosis PGPR 20 mL L-1 + tanah + arang
fosfat akan bersenyawa dengan kalsium (Ca) sekam) memiliki nilai tertinggi yaitu 1,18 % dan
sebagai Ca-P membentuk senyawa kompleks pada waktu pengamatan 3 BST nilai N-Total
yang sukar larut. Dilihat dari tabel di atas tertinggi yaitu 1,01 % pada perlakuan P2M2.
(Tabel 4), pada perlakuan P2 pemberian PGPR Hasil perlakuan P2M2 (dosis PGPR 20 mL L-1
sebanyak 20 mL L-1 memiliki nilai P-Total + tanah + arang sekam) pada waktu
tertinggi yaitu 0,44 % pada waktu pengamatan pengamatan 0 BST dan 3 BST berbeda nyata
0 BST dan pada waktu pengamatan 3 BST dengan perlakuan P0M4 (tanpa dosis PGPR +
dengan nilai P-Total yaitu 0,32 %. Semakin tanah).
banyak PGPR yang diberikan, nilai P-Total
akan mengalami peningkatan pada waktu
http://jtsl.ub.ac.id 891
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 2 : 887-899, 2018
e-ISSN:2549-9793
Media tanam tanah dan arang sekam dapat Menurut Baharuddin et al. (2012) kandungan C-
menambahkan unsur hara nitrogen yang dapat Organik pada arang sekam yaitu 31 %,
mendukung pertumbuhan bakteri yang berada sedangkan pada tanah yaitu 4,53 %. Banyaknya
di dalam tanah, sehingga kandunga N-Total kandungan nitrogen yang dihasilkan di dalam
tanah mengalami peningkatan. Kandungan hara tanah tergantung dari ketersediaan sumber
nitrogen pada arang sekam menurut Sukarman energi yaitu C-Organik. Kandungan C-Organik
(2012) yaitu sebesar 0,18 %, sedangkan pada yang tinggi dapat meningkatkan ketersediaan
media tanam tanah kandungan nitrogen sebesar energi yang dapat memacu perkembangan
0,17 %. Selain itu, tanah dan arang sekam populasi bakteri penambat nitrogen.
memiliki kandungan C-Organik yang tinggi.
Tabel 5. Pengaruh pemberian PGPR dan media tanam terhadap N-total tanah
Perlakuan N-total tanah (%)
0 BST 3 BST
M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4
P0 0,44 a 0,95 d 0,48 ab 0,50 ab 0,38 a 0,81 c 0,41 ab 0,42 ab
P1 0,50 abc 0,99 d 0,49 abc 0,51 bc 0,43 ab 0,85 c 0,42 ab 0,44 ab
P2 0,54 bc 1,18 e 0,54 bc 0,55 c 0,46 b 1,01 d 0,46 b 0,47 b
Keterangan sama dengan Tabel 2
Pemberian PGPR mampu menambahkan vegetatif dan berfungsi untuk sintesa asam
jumlah populasi bakteri penambat nitrogen amino dan protein dalam tanaman. Pemberian
yang dapat menyediakan unsur hara N yang perlakuan PGPR dan media tanam mangalami
dapat dimanfaatkan oleh tanaman. PGPR yang penurunan di pengamatan 3 BST. Hal ini
terkandung bakteri penambat nitrogen non diasumsikan menurunnya N-total tanah pada
simbiotik seperti Azotobacter sp., dan waktu pengamatan 3 BST dikarenakan unsur
Azospirillum sp. yang dapat mengikat N2 diudara. hara N diserap oleh tanaman kentang. Hal ini
N2 diudara jumlahnya sangat besar, tetapi sejalan dengan pendapat Patti et al. (2013),
nitrogen tersebut belum dapat dimanfaatkan bahwa ada tiga hal yang menyebabkan
oleh tanaman kecuali telah menjadi bentuk hilangnya nitrogen dari tanah, yaitu nitrogen
yang tersedia. Nitrogen tersebut dapat tersedia dapat hilang karena tercuci bersama air
dengan bantuan bakteri-bakteri penambat draenase, penguapan dan diserap oleh tanaman.
nitrogen. Bakteri penambat nitrogen akan
Populasi bakteri pelarut fosfat
melakukan perombakan bahan organik yang
mengandung nitrogen. Sehingga perlakuan Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
yang ditambahkan PGPR mampu pemberian PGPR dan media tanam tidak
meningkatkan N-Total di dalam tanah. terjadi interaksi, namun pemberian media
Pemberian pupuk kandang kambing di awal tanam yang berbeda menunjukan pengaruh
tanam dapat meningkatkan kandungan N- yang nyata terhadap total populasi bakteri
Total. Kandungan unsur nitrogen pada pupuk pelarut fosfat. Sedangkan pemberian perlakuan
kandang kambing yaitu sebesar 2,07 %. Nilai PGPR tidak terjadi pengaruh yang nyata (Tabel
N-Total tanah pada 3 BST mengalami 6). Mikroba pelarut fosfat di dalam tanah ada
penurunan dari nilai N-Total tanah pada 0 tiga kelompok, yaitu kelompok bakteri, fungi
BST. Hal ini dikarenakan hara N sudah diserap dan aktinomiset (Ginting et al., 2006). Bakteri
oleh tanaman kentang. Nitrogen dapat diserap pelarut fosfat merupakan salah satu
tanaman dalam bentuk amonium (NH4+) dan mikroorganisme tanah yang berperan dalam
nitrat (NO3-). Menurut Permatasari dan penyediaan dan penyerapan unsur hara bagi
Nurhidayati (2014) bahwa unsur N berguna tanaman. Bakteri pelarut fosfat mampu
untuk merangsang pertumbuhan tanaman melarutkan ion P yang terikat dengan kation
secara keseluruhan, merangsang pertumbuhan tanah berupa Al, Fe, Ca dan Mg, kemudian
http://jtsl.ub.ac.id 892
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 2 : 887-899, 2018
e-ISSN:2549-9793
mengubahnya menjadi bentuk tersedia untuk sebesar 0,48 %. Kandungan fosfat organik
diserap tanaman secara alami (Firdausi et al., pada media tanam beruapa tanah dan arang
2016). Pada Tabel 6, nilai total populasi bakteri sekam dapat dimanfaatkan oleh bakteri pelarut
pelarut fosfat yang tertinggi terdapat pada fosfat untuk pertumbuhannya. Menurut
perlakuan media tanam M2 ( tanah + arang Firdausi et al., (2016), media pembawa harus
sekam) yaitu 39,32 x 105 CFU mL-1 dan nilai mengandung komponen penting untuk
populasi bakteri pelarut fosfat terendah mendukung daya viabilitas dan pertumbuhan
terdapat pada perlakuan media tanam M1 mikroba. Hal ini dikarenakan media pembawa
(arang sekam + cocopeat) yaitu 19,48 x 105 CFU berfungsi untuk menumbuhkan dan
ml-1. memperpanjang masa simpan sehingga media
pembawa harus mengandung unsur bahan
Tabel 6. Pengaruh pemberian PGPR dan media organik untuk mendukung pertumbuhan
tanam terhadap total populasi bakteri bakteri. Media tanam yang sesuai akan
pelarut fosfat meningkatkan pertumbuhan bakteri pelarut
Populasi Bakteri Pelarut fosfat. Pemberian media tanam berupa tanah
PGPR dan arang sekam mampu meningkatkan bahan
Fosfat 3 BST (CFU mL-1)
P0 20,51 x 105 organik dan unsur hara P.
P1 31,04 x 105 Populasi bakteri penambat nitrogen
P2 36,30 x 105
Hasil analisis ragam pemberian PGPR dan
Media Tanam
media tanam terjadi interaksi nyata (Tabel 7).
M1 19,48 x 105 a
Menurut Permatasari dan Nurhidayati (2014)
M2 39,32 x 105 b
bakteri penambat nitrogen memiliki
M3 34,79 x 105 b
kemampuan meningkatkan efisiensi
M4 23,56 x 105 a
penggunaan N-tersedia dalam tanah. Bakteri
Keterangan sama dengan Tabel 2 tersebut menggunakan nitrogen bebas untuk
sintesis sel protein dimana protein tersebut
akan mengalami kematian, dengan demikian
Campuran atau kombinasi beberapa media
bakteri berkontribusi terhadap ketersediaan
tanam seperti tanah dan arang sekam dapat
nitrogen untuk tanaman. Bakteri penambat
menjadi sumber makanan bagi mikroba tanah
nitrogen memiliki kemampuan dalam
dan dapat mendukung viabilitas pertumbuhan
meningkatkan maupun memperbaiki
mikroba tanah, sehingga dapat meningkatkan
kandungan unsur nitrogen dalam tanah. Pada
bakteri pelarut fosfat yang ada. Media tanam
Tabel 7, perlakuan P0M1 (tanpa PGPR +
berupa tanah dan arang sekam dapat
arang sekam + cocopeat) memiliki jumlah
meningkatkan P-Total di dalam tanah yang
populasi bakteri penambat nitrogen terendah
dapat dimanfaatkan oleh bakteri pelarut fosfat.
dengan nilai 32,03 x 108 CFU mL-1. Sedangkan
Kandungan hara P pada arang sekam sebesar
pada perlakuan P2M2 (PGPR 20 mL L-1 +
585 ppm (Soemeinaboedhy dan Tejowulan,
tanah + arang sekam) memiliki jumlah populasi
2007), sedangkan pada tanah sebesar 0,12 %.
bakteri penambat nitrogen tertinggi yaitu 77,25
Selain itu, pemberian pupuk kandang kambing
x 108 CFU mL-1.
di awal tanam memiliki kandungan unsur P
Tabel 7. Pengaruh pemberian PGPR dan media tanam terhadap total populasi bakteri penambat
nitrogen
Perlakuan Populasi Bakteri Penambat Nitrogen 3 BST (CFU mL-1)
Media Tanam
PGPR
M1 M2 M3 M4
P0 32,03 x 105 a 51,04 x 105 bc 39,50 x 105 ab 43,02 x 105 ab
P1 44,62 x 105 ab 63,07 x 105 cd 64,25 x 105 cd 46,80 x 105 ab
P2 52,17 x 10 bc
5 77,25 x 10 d
5 51,36 x 10 bc
5 66,75 x 105 cd
Keterangan sama dengan Tabel 2
http://jtsl.ub.ac.id 893
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 2 : 887-899, 2018
e-ISSN:2549-9793
Tinggi 8. Pengaruh pemberian PGPR dan media tanam terhadap tinggi tanaman kentang pada 1
BST
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)
Media Tanam
PGPR
M1 M2 M3 M4
P0 5,41 ab 6,36 abc 3,18 a 4,13 ab
P1 6,01 abc 8,88 cd 6,98 bc 9,07 cd
P2 5,91 abc 12,99 e 4,10 ab 10,30 de
Keterangan sama dengan Tabel 2
Selain itu, pemberian PGPR mampu mengalami peningkatan, serta dapat diserap
meningkatkan pertumbuhan tanaman kentang oleh tanaman. Media tanam tanah dan arang
dibandingkan dengan tanaman yang tidak sekam mengalami peningkatan unsur hara N
diberi PGPR. Kandungan yang terdapat dalam dan P, dimana unsur hara tersebut berperan
PGPR yaitu bakteri penambat nitrogen seperti dalam proses pertumbuhan tanaman kentang,
Azotobacter sp., dan Azospirillum sp., dan bakteri seperti tinggi tanaman. Bakteri pelarut fosfat
pelarut fosfat seperti Aspergillus sp., Pseudomonas dan penambat nitrogen dapat meningkatkan
sp., dan Bacillus sp. Bakteri-bakteri tersebut kandungan klorofil dan kloroplas pada daun
mampu menambat nitrogen di udara dan dan proses fotosintesis akan meningkat,
melarutkan P yang terikat, sehingga unsur hara sehingga pertumbuhan tanaman lebih baik.
N dan P di dalam tanah menjadi tersedia dan Menurut Suhaeni (2010), meningkatnya
http://jtsl.ub.ac.id 894
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 2 : 887-899, 2018
e-ISSN:2549-9793
fotosintesis akan meningkatkan pertumbuhan peningkatan. Hal tersebut sesuai dengan hasil
dan perpanjangan sel, sehingga pertumbuhan penelitian Gustia (2013) bahwa tanaman yang
tinggi tanaman yang terbentuk semakin tinggi. terpenuhi kebutuhan unsur haranya, akan dapat
merangsang pertumbuhan daun baru. Menurut
Jumlah daun tanaman kentang
Nasrulloh, Mutiarawati dan Sutari (2016),
Hasil analisis ragam pemberian perlakuan jumlah daun dipengaruhi oleh faktor genetis
PGPR dan media tanam tidak terjadi interaksi dan lingkungan, faktor tersebut berperan pada
nyata pada parameter jumlah daun pada waktu kecepatan pertumbuhan tanaman. Selain
pengamatan 1, 2 dan 3 BST. Pada waktu dipengaruhi oleh lingkungan pertumbuhan
pengamatan 1 BST, pemberian perlakuan jumlah daun juga dipengaruhi oleh faktor
media tanam terjadi pengaruh nyata terhadap genetik sehingga meskipun diberikan perlakuan
jumlah daun (Tabel 9). Sedangkan pada waktu lingkungan tumbuh yang beda namun peran
pengamatan 2 dan 3 BST masing-masing genetik terlihat dominan mempengaruhi jumlah
perlakuan PGPR dan media tanam tidak terjadi daun tanaman.
pengaruh nyata terhadap jumlah daun.
Jumlah umbi kentang
Tabel 9. Pengaruh pemberian PGPR dan media Pemberian perlakuan PGPR dan media tanam
tanam terhadap jumlah daun tanaman pada Tabel 10, tidak terjadi interaksi nyata.
kentang Pemberian PGPR dan media tanam terjadi
pengaruh nyata terhadap jumlah umbi kentang.
Jumlah Daun (helai)
PGPR Jumlah umbi kentang disajikan pada Tabel 10.
1 BST 2 BST 3 BST
P0 6,83 9,29 7,61 Tabel 10.Pengaruh pemberian PGPR dan
P1 6,89 9,34 8,08 media tanam terhadap jumlah umbi
P2 7,29 7,57 7,35 kentang
Media
Tanam PGPR Jumlah Umbi Kentang
M1 5,36 a 7,22 6,44 (umbi/tanaman)
M2 8,08 c 9,50 8,81 P0 11 a
M3 6,63 b 8,25 7,27 P1 13 ab
M4 7,94 c 9,97 8,19 P2 16 b
Media Tanam
Keterangan sama dengan Tabel 2
M1 10 a
M2 16 c
Secara umum perlakuan tidak memberikan M3 15 bc
pengaruh nyata terhadap jumlah daun pada M4 13 b
tanaman kentang. Dari Tabel 9, jumlah daun Keterangan sama dengan Tabel 2
tertinggi pada umur 1, 2 dan 3 BST terdapat
pada perlakuan pemberian media tanam dan Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa pemberian
dosis PGPR yaitu M2 (tanah + arang sekam). PGPR dengan dosis 20 ml/l (P2) memiliki nilai
Pertumbuhan jumlah daun tanaman akan jumlah umbi kentang tertinggi yaitu 16 umbi.
mengalami peningkatan apabila unsur hara Semakin banyak PGPR yang diberikan, jumlah
dapat terpenuhi. Pemberian media tanam umbi tanaman kentang akan mengalami
berupa tanah dan arang sekam mampu peningkatan. PGPR berperan dalam
memenuhi unsur hara N dan P yang pertumbuhan tanaman kentang. Bakteri-bakteri
dibutuhkan oleh tanaman kentang. Unsur hara yang terkandung dalam PGPR mampu
N sangat berpengaruh pada masa pertumbuhan meningkatakan unsur hara untuk pertumbuhan
vegetatif. Unsur N berperan dalam tanaman kentang. PGPR yang digunakan
pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun. mengandung bakteri pelarut fosfat seperti
Selain unsur hara, genetik dari tanaman Aspergillus sp., Pseudomonas sp., dan Bacillus sp.,
kentang itu sendiri juga mempengaruhi serta bakteri penambat nitrogen seperti
pertumbuhannya. Semakin tinggi pertumbuhan Azotobacter sp., dan Azospirillum sp. Bakteri-
tanaman kentang, jumlah daun akan mengalami bakteri tersebut mampu melarutkan hara P
http://jtsl.ub.ac.id 895
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 2 : 887-899, 2018
e-ISSN:2549-9793
yang terikat didalam tanah, sehingga hara P penambat nitrogen yang dapat mengikat N2 di
menjadi tersedia dan dapat diserap dalam udara. Sehingga unsur hara N dan P dapat
bentuk H2PO4- oleh tanaman serta bakteri meningkat dan dapat dimanfaatkan dalam
penambat nitrogen yang dapat mengikat N2 di proses pembentukan umbi. Pemberian tanah,
udara dan diserap oleh tanaman dalam bentuk arang sekam dan PGPR dapat meningkatkan
NH4+ atau NO3-. Hal ini sejalan dengan unsur hara P.
pendapat Dewi (2015) bahwa PGPR berperan
penting dalam pertumbuhan perakaran sampai Tabel 11.Pengaruh pemberian PGPR dan
pembentukan buah. PGPR berperan sebagai media tanam terhadap berat umbi
pemacu pertumbuhan tanaman karena kentang
mengandung bakteri penambat N dan pelarut
PGPR Berat Umbi Kentang
P. Menurut Bashri (2007), pada tanaman
(g tanaman-1)
kentang, penambahan pupuk hayati selain
meningkatkan produksi umbi, juga dapat P0 110,8
meningkatkan jumlah umbi berukuran besar. P1 113,9
Sedangkan pemberian media M2 (tanam tanah P2 147,6
+ arang sekam) memiliki jumlah umbi tertinggi Media Tanam
dengan jumlah 16 umbi. M1 46,9 a
Pemberian tanah dan arang sekam M2 197,6 c
mampu meningkatkan memperbaiki porositas M3 107,7 b
tanah sehingga tanah menjadi gembur dan baik M4 144,0 bc
untuk pertumbuhan umbi. Pemberian tanah, Keterangan sama dengan Tabel 2
arang sekam dan PGPR dapat meningkatkan
unsur hara N dan P. Kandungan unsur fosfor
pada tanah sebesar 0,12 % dan pada arang Bakteri pelarut fosfat yang terkandung dalam
sekam sebesar 585 ppm (Soemeinaboedhy dan PGPR mampu melarutkan unsur P yang terikat
Tejowulan, 2007). Bakteri pelarut fosfat yang sehingga unsur P manjadi tersedia (H2PO4-)
terkandung dalam PGPR mampu melarutkan dan dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Unsur P
unsur P yang terikat sehingga unsur P manjadi berperan dalam pertumbuhan tanaman, seperti
tersedia dan dapat dimanfaatkan oleh tanaman. pembungaan, pembuahan dan pembentukan
Unsur P berperan dalam pertumbuhan biji. Pemberian tanah dan arang sekam dapat
tanaman, seperti pembungaan, pembuahan dan meningkatkan unsur hara N dan P yang
pembentukan biji. Hal ini sejalan dengan hasil dimanfaatkan dalam proses pembentukan
penelitian Suryani et al. (2017), pada tanah yang umbi. Kandungan unsur nitrogen dan fosfor di
ditambahkan arang sekam menghasilkan dalam tanah sebesar 0,17 % dan 0,12 %,
jumlah umbi berukuran besar dan banyak. sedangkan menurut Sukarman (2012)
kandungan nitrogen pada arang sekam sebesar
Berat umbi kentang 0,18 % dan kandungan fosfor sebesar 585 ppm
Pemberian perlakuan PGPR dan media tanam menurut Soemeinaboedhy dan Tejowulan
terhadap berat umbi kentang tidak terjadi (2007). Selain itu, pemberian tanah dan arang
interaksi nyata. Pemberian perlakuan media sekam mampu memperbaiki porositas tanah
tanam terjadi pengaruh nyata terhadap berat sehingga tanah mudah ditembus akar, media
umbi kentang sedangkan pemberian PGPR tanam menjadi gembur sehingga umbi menjadi
tidak berpengaruh nyata (Tabel 11). PGPR lebih besar. Sejalan dengan pertumbuhan
yang digunakan mengandung bakteri pelarut jumlah umbi, semakin banyak jumlah umbi
fosfat seperti Aspergillus sp., Pseudomonas sp., dan tanaman kentang maka berat umbi tanaman
Bacillus sp., serta bakteri penambat nitrogen kentang akan meningkat. Tetapi, selain jumlah
seperti Azotobacter sp., dan Azospirillum sp. umbi yang mempengaruhi, diameter dari umbi
Bakteri-bakteri tersebut mampu melarutkan tanaman kentang juga mempengaruhi berat
hara P yang terikat didalam tanah, sehingga umbi, semakin besar umbi yang dihasilkan
hara P menjadi tersedia dan dapat maka berat umbi tanaman kentang akan
dimanfaatkan oleh tanaman serta bakteri mengalami peningkatan. Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian Suryani et al. (2017), pada tanah
http://jtsl.ub.ac.id 896
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 2 : 887-899, 2018
e-ISSN:2549-9793
yang ditambahkan arang sekam menghasilkan hara N dan P. Unsur hara N berperan untuk
jumlah umbi berukuran besar dan banyak. Hal pertumbuhan vegetatif tanaman kentang,
ini dikerenakan arang sekam mampu seperti pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah
menyediakan air yang lebih melimpah sehingga daun dan cabang serta akar. Selain itu, unsur N
pembesaran umbi lebih cepat. juga membantu dalam pembentukan zat hijau
daun atau klorofil sehingga daun menjadi lebih
Berat basah tanaman
luas. Sejalan dengan pendapat Nasrulloh et al.
Pemberian perlakuan PGPR dan media tanam (2016), bahwa unsur hara N berperan untuk
terhadap berat basah tanaman tidak terjadi pertumbuhan terutama dalam peningkatan
interaksi nyata, tetapi pemberian perlakuan berat basah tanaman. Bakteri penambat
media tanam memberi pengaruh nyata nitrogen seperti Azotobacter sp., dan Azospirillum
terhadap berat basah tanaman (Tabel 12). sp. dan bakteri plearut fosfat seperti Aspergillus
sp., Pseudomonas sp., dan Bacillus sp., yang
Tabel 12.Pengaruh pemberian PGPR dan terkandung dalam PGPR mampu
media tanam terhadap berat basah meningkatkan jumlah unsur hara N dan P di
tanaman kentang dalam tanah tersebut. PGPR mampu
PGPR Berat Basah/Tanaman menambat nitrogen di udara menjadi N
(gram) tersedia (NH4+ dan NO3-) dan melarutkan
P0 10,88 unsur hara P yang terikat manjadi terlarut dan
P1 14,41 tersedia (H2PO4-), sehingga unsur hara N dan P
P2 15,96 dapat tersedia di dalam tanah dan dapat diserap
Media Tanam oleh tanaman.
M1 10,93 a Menurut Permatasari dan Nurhidayati
M2 16,86 b (2014), peningkatan ketersediaan unsur P
M3 14,72 ab disebabkan karena mikroba pelarut fosfat yang
M4 12,48 ab mampu mengeluarkan asam-asam organik
seperti asam sitrat, glutamate, suksinat dan
Keterangan sama dengan Tabel 2 glioksalat yang dapat mengkhelat Fe, Al, Ca
dan Mg sehingga fosfor yang terikat menjadi
Berat basah tanaman menunjukkan besarnya larut dan tersedia. Sedangkan unsur N berguna
kandungan air dan bahan organik yang untuk merangsang pertumbuhan tanaman
terkandung dalam jaringan atau organ tanaman secara keseluruhan, merangsang pertumbuhan
sedangkan berat kering tanaman merupakan vegetatif dan berfungsi untuk sintesa asam
akibat efisiensi penyerapan dan pemanfaatan amino dan protein dalam tanaman. Sejalan
radiasi matahari yang tersedia sepanjang masa dengan pertumbuhan tinggi tanaman dan
pertanaman oleh tajuk tanaman (Kastono et al., jumlah daun tanaman kentang, semakin tinggi
2005). Berat basah tanaman kentang tertinggi jumlah pertumbuhannya, maka berat basah
yaitu pada perlakuan M2 (tanah + arang sekam) tanaman kentang akan mengalami peningkatan.
dengan nilai 16,86 gram. Hal ini sejalan dengan Tingginya berat basah tanaman karena jumlah
pendapat Sukaryorini dan Arifin (2007) yang hara yang dibutuhkan oleh tanaman kentang
menyatakan bahwa penambahan arang sekam tercukupi, terikat dan sekaligus mampu
pada media tanam tanah mampu memberikan memproduksi hormon tumbuh (IAA).
respon yang lebih baik terhadap berat basah Berat umbi kentang
tanaman dan berat kering tanaman.
Pemberian perlakuan PGPR dan media tanam
Pemberian media tanam berupa tanah dan
terhadap berat kering tanaman terjadi interaksi
arang sekam menjadikan media tanam lebih
nyata (Tabel 13). Nilai berat kering tanaman
gembur serta dapat memperbaiki porositas.
kentang tertinggi yaitu pada perlakuan P2M2
Akar tanaman kentang mampu menyerap unsur
(PGPR 20 mL L-1 + tanah + arang sekam)
hara dengan baik. Sehingga pertumbuhan
dengan nilai 3,61 gram. Permatasari dan
tanaman kentang akan mengalami peningkatan.
Nurhidayati (2014) menyatakan bahwa semakin
Pemberian media tanam tanah dan arang
tinggi nilai berat kering tanaman yang
sekam, serta PGPR dapat meningkatkan unsur
http://jtsl.ub.ac.id 897
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 2 : 887-899, 2018
e-ISSN:2549-9793
dihasilkan, maka pertumbuhan tanaman akar tanaman kentang dapat lebih banyak
semakin baik dan unsur hara yang terserap menyerap unsur hara N dan P untuk
semakin banyak. Arang sekam lebih cepat pertumbuhan tanaman kentang. Selain itu,
terdekomposisi. Pemberian media tanam pemberian PGPR dapat menyumbang bakteri-
berupa tanah dan arang sekam menjadikan bakteri bermanfaat yang dapat menyediakan
media tanam tersebut lebih gembur, sehingga unsur hara N dan P di dalam tanah.
Tabel 13. Pengaruh pemberian PGPR dan media tanam terhadap berat kering tanaman kentang
Perlakuan Berat Kering (g tanaman-1)
Media Tanam
PGPR
M1 M2 M3 M4
P0 0,71 a 3,18 b 3,37 b 2,10 ab
P1 1,48 ab 3,18 b 2,61 ab 2,11 ab
P2 2,25 ab 3,61 b 1,87 ab 2,01 ab
Keterangan sama dengan Tabel 2
Bakteri penambat N dapat menambat nitrogen nilai yaitu 45 x 105 CFU mL-1 dan 77,25 x 105
di udara, sehingga mampu meningkatkan CFU mL-1. Pemberian Plant Growth Promoting
efisiensi penggunaan unsur hara N di dalam Rhizobacteria (PGPR) dan media tanam dapat
tanah. Selain bakteri penambat nitrogen, PGPR meningkatkan pertumbuhan dan produksi
juga mengandung bakteri pelarut fosfat yang kentang. Pada parameter pertumbuhan
maningkatkan unsur hara P. Peningkatkan tanaman kentang yaitu tinggi tanaman dan
tersebut dikarenakan bakteri pelarut fosfat berat kering tanaman terjadi pengaruh interaksi
mampu mengeluarkan asam-asam organik yang dengan nilai tertinggi yaitu pada perlakuan
dapat melarutkan P yang terjerat, sehingga P2M2 (20 mL L-1 PGPR + tanah + arang
fosfor yang terikat menjadi terlarut dan tersedia sekam) dengan nilai 12,99 cm dan 3,61 gram.
untuk tanaman. pemberian tanah dan arang Pada parameter produksi kentang yaitu jumlah
sekam mampu meningkatkan unsur hara yang umbi tertinggi pada perlakuan P2M2 sebanyak
dibutuhkan oleh tanaman kentang yang dapat 20 umbi/tanaman.
diserap oleh tanaman kentang dan mendorong
pertumbuhan mikroba tanah, sehingga unsur
hara N dan P mengalami peningkatan.
Daftar Pustaka
Agustin, A.D., Riniarti, M. dan Duryat. 2014.
Pemanfaatan limbah serbuk gergaji dan arang
Kesimpulan sekam padi sebagai media sapih untuk cempaka
Pemberian Plant Growth Promoting Rhizobacteria kuning (Michelia champaca). Jurnal Sylva Lestari
2(3): 49-58.
(PGPR) dan media tanam dapat meningkatkan
Baharuddin, T.K dan Lamba, S.E. 2012. Percepatan
P-Total sebesar 16,67 % dan N-Total sebesar Ketersediaan Benih Kentang Unggulan Lokal
137,2 %. Perlakuan P2M2 (20 mL L-1 PGPR + melalui Introduksi Paket Bioteknologi Ramah
tanah + arang sekam) memiliki nilai tertinggi Lingkungan di Kabupaten Toraja Utara.
pada parameter P-Total dan N-Total dengan Bashri, A. 2007. Respon Pertumbuhan beberapa
nilai yaitu 0,35 % dan 1,02 %. Pemberian Plant Aksesi Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)
Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) dan terhadap Pupuk Hayati selama Pembibitan.
media tanam dapat meningkatkan populasi Kediri: Universitas Nusantara PGRI.
bakteri pelarut fosfat sebesar 215,34 % dan FAO. 2002. Pusat Perkembangan Data Produksi
bakteri penambat nitrogen sebesar 79,6 %. Hasil Tanaman Pertanian Manca Negara untuk
Dunia.
Perlakuan P2M2 (20 mL L-1 PGPR + tanah +
Firdausi, N., Muslihatin, W. dan Nurhidayati, T.
arang sekam) memiliki nilai tertinggi pada 2016. Pengaruh kombinasi media pembawa
parameter jumlah populasi bakteri pelarut pupuk hayati bakteri pelarut fosfat terhadap pH
fosfat dan bakteri penambat nitrogen dengan
http://jtsl.ub.ac.id 898
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 2 : 887-899, 2018
e-ISSN:2549-9793
dan unsur hara fosfor dalam tanah. Jurnal Sains Patti, P.S., Kaya, E. dan Silahooy, Ch. 2013. Analisis
dan Seni ITS 5(2): 53-56. Status nitrogen tanah dalam kaitannya dengan
Ginting, R.C., Saraswati, B.R. dan Husen, E. 2006. serapan N oleh tanaman padi sawah di Desa
Mikroorganisme Pelarut Fosfat. Dalam: Pupuk Waimital, Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram
Organik dan Pupuk Hayati. Balai Penelitian bagian Barat. Agrologia 2(1): 51-58.
Tanah. Hlm. 265-271. Permatasari, A.D. dan Nurhidayati, T. 2014.
Gustia, H. 2013. Pengaruh penambahan sekam Pengaruh inokulan bakteri penambat nitrogen,
bakar pada media tanam terhadap pertumbuhan bakteri pelarut fosfat dan mikoriza asal Desa
dan produksi tanaman sawi. E-Journal Widya Condo, Lumajang, Jawa Timur terhadap
Kesehatan dan Lingkungan 1(1): 12-17. Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit. Jurnal
Hasibuan, A.S.Z. 2015. Pemanfaatan bahan organik Sains dan Seni Pomits 3(2): 44-48.
dalam perbaikan beberapa sifat tanah pasir Rahni, N.M. 2012. Efek fitohormon PGPR
pantai selatan Kulon Progo. Planta Tropika terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea
Journal of Agro Science 3(1): 31-40. mays. CEFARS: Jurnal Agribisnis dan
Irawan, A., Jufri, Y. dan Zuraida. 2016. Pengaruh Pengembangan wilayah 3(2): 27-35.
pemberian bahan organik terhadap perubahan Soemeinaboedhy, IN dan Tejowulan. 2007.
sifat kimia Andisol, pertumbuhan dan produksi Pemanfaatan berbagai macam arang sekam
gandum (Triticum eastivum L.). Jurnal Kawista sebagai sumber unsur hara P dan K serta sebagai
1(1): 1-9. pembenah tanah. Jurnal Agroteksos. 17(2): 114-
Irfan, M. 2014. Isolasi dan enumerasi bakteri tanah 122.
gambut di perkebunan kelapa sawit PT. Suhaeni, N. 2010. Petunjukan Praktis Menanam
Tambang Hijau Kecamatan Tambang Kentang. Bandung: Nuansa.
Kabupaten Kampar. Jurnal Agroekoteknologi Sukarman, Kainde, R., Rombang, J. dan Thomas, A.
5(1): 1-8. 2012. Pertumbuhan bibit sengon pada berbagai
Kastono, D., Sawitri, H. dan Siswandono. 2005. media tumbuh. Eugenia 18(3): 215-220.
Pengaruh nomor ruas setek dan dosis pupuk Sukaryorini, P. dan Arifin, M. 2007. Kajian
urea terhadap pertumbuhan dan hasil kumis pembentukan caudex adenium obesum pada
kucing. Ilmu Pertanian 12(1): 56-64. diversifikasi media tanam. Jurnal Pertanian
Kusmarwiyah, R. dan Erni, S. 2011. Pengaruh Maperta 10(1): 31-41.
media tumbuh dan pupuk organik cair terhadap Suryani, L., Putra, E.T.S. dan Dianawati, M. 2017.
pertumbuhan dan hasil tanaman seledri (Apium Pengaruh komposisi media tanam hidroponik
graveolens L.). Crop Agro 4(2): 7-12. agregat terhadap produksi benih G0 tiga kultivar
Lestari, P.W.A., Defiani, M.R. dan Astarini, A. 2014. kentang (Solanum tuberosum L. Vegetalika 6(2): 1-
Produksi bibit kentang (Solanum tuberosum L.) G1 13.
dari stek batang. Jurnal Simbiosis II. 2(2): 215- Van Loon. L/C. 2007. Plant Responses to Plant
225. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Growth Promoting Rhizobacteria. European
Udayana. Journal of Plant Pathology 119: 243-254.
Nasrulloh, A., Mutiarawati, T. dan Sutari, W. 2016.
Pengaruh penambahan arang sekam dan jumlah
cabang produksi terhadap pertumbuhan
tanaman, hasil dan kualitas buah tomat kultivar
doufu hasil sambung batang pada Inceptisol
Jatinangor. Jurnal Kultivasi 15(1): 26-36.
http://jtsl.ub.ac.id 899