You are on page 1of 26

LAPORAN PRAKTIKUM

MK. PERTANIAN ORGANIK

Kelompok 1

Atikah Bilqis (J0313201159)


Citra Buana Sari (J0313201041)
Frisilia Aneska Sirait (J0313201062)
Mirza Shofarisqi Taqwa P (J0313202191)

Hari Praktikum : Kamis

Dosen Pembimbing Praktikum:


Miesriany Hidiya S.T.P., M.Si
Yoscarini Hermita Milasari S.Hut., M.Si.
Dimas Ardi Prasetya S.T., M.Si.

Asisten Praktikum:
Lulu Siti Hanifah
Nugroho Fadillah Ridho
Muhammad Ihsan Fatawa

TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2022

1
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan segala karunia-Nya sehingga tugas akhir ini berhasil diselesaikan. Adapun
materi yang dibahas dalam tugas akhir ini yang dilaksanakan sejak pertemuan 1 hingga
pertemuan 14 ini adalah budidaya bayam dan kangkung, budidaya hidroponik pakcoy,
persemaian cabai terong dan aglonema, dan budidaya cabai dan terong.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu dan Bapak dosen yang telah
membimbing dan banyak memberi saran. Di samping itu, terima kasih juga
disampaikan kepada asisten dosen dan teman-teman yang telah memberikan dukungan
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat waktu. Semoga tugas akhir ini
bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan bagi kemajuan ilmu pengetahuan.

Bogor, 24 November 2022

Kelompok 1/B1

2
DAFTAR ISI

PRAKATA 1

DAFTAR ISI 2

DAFTAR GAMBAR 3

PENDAHULUAN 4
Latar Belakang 4
Tujuan 4

METODE 5
Tempat dan Waktu Praktikum 5
Alat dan Bahan 5
Prosedur Praktikum 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 10


1. Budidaya Kangkung dan Bayam 10
2. Budidaya Hidroponik Pakcoy 13
3. Persemaian Cabai, Terong dan Aglaonema 16
4. Budidaya Cabai dan Terong 17

KESIMPULAN DAN SARAN 20


Kesimpulan 20
Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 21

DAFTAR GAMBAR
1. Penanaman benih ayam 10
2. Penyiraman larutan pupuk NPK mutiara ke tanaman kangkung 11
3. Pemanenan kangkung 11
4. Persiapan media hidroponik 14

3
5. Pemanenan tanaman hidroponik 15
6. Penyemaian aglaonema 16
7. Pemupukan NPK Tanaman Terong 17
8. Pengajiran tanaman cabai 18

4
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada sistem pertanian organik, komponen dasar dan proses alami


ekosistem seperti aktivitas organisme tanah, pertukaran (siklus) hara tanah, serta
distribusi dan kompetisi spesies terlibat secara langsung ataupun tidak langsung
sebagai alat manajemen tanaman. Sistem pertanian organik semaksimal mungkin
dilaksanakan melalui pergiliran tanaman, penggunaan sisa-sisa tanaman, pupuk
kandang (kotoran ternak), kacangan, pupuk hijau, limbah organik off farm,
penggunaan pupuk mineral batuan serta mempertahankan pengendalian hama
penyakit secara hayati, produktivitas tanah, dan suplai hara tanaman (Alamban
2002 dalam Arofi F dan Wahyudi S 2017). Orientasi sistem pertanian organik
mampu memperbaiki karakteristik sifat fisik tanah, yaitu warna tanah menjadi
kehitaman, mampu menurunkan bulk density tanah, meningkatkan total ruang
pori tanah, dan meningkatkan permeabilitas tanah. Filosofi yang mendasari
pertanian organik adalah mengembangkan prinsip-prinsip memberi hara pada
tanah selanjutnya tanah menyediakan hara untuk tanaman (feeding the soil that
feeds the plant) dan bukan memberikan makanan langsung ke tanaman.
Pertanian organik dapat digunakan sebagai solusi pertanian
berkelanjutan. Pertanian berkelanjutan (Sustainable agriculture) adalah
pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan
sumber daya yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) untuk
proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan
seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimaksud meliputi penggunaan
sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta lingkungannya Proses
produksi pertanian yng berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan
produk hayati yang ramah terhadap lingkungan (Rachma N dan Umam A 2020).
Prioritas yang perlu difokuskan terhadap permasalahan budidaya tanaman
organik antara lain ketersediaan benih tanaman organic bermutu, teknologi
pengendalian OPT yang ramah lingkungan serta pola tanam yang tepat dan
sinergis. Penerapan budidaya sayuran organik di pekaranngan harus mengacu
pada standar pertanian organik di Indonesia seperti yang tertuang dalam SNI
6729: 2016 (Arofi F dan Wahyudi S 2017). Pengimplemantasian peraturan
tersebut dalam budidaya sayuran organik di pekarangan mutlak diperlukan
namun secara teknis memerlukan beberapa penyesuaian.
Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum adalah menganalisis implementasi sistem


pertanian organik dalam budidaya tanaman bayam dan kangkung, budidaya
hidroponik tanaman pakcoy, persemaian benih tanaman serta budidaya tanaman
cabai dan terong

METODE

Tempat dan Waktu Praktikum


Kegiatan Praktikum Mata Kuliah Pertanian Organik dilaksanakan di
Area Greenhouse Program Studi Teknik dan Manajemen Lingkungan, Kampus
Gunung Gede, Sekolah Vokasi IPB University Jalan Kumbang No. 14 RT 02/RW
06 Babakan, Kota Bogor. Waktu praktikum efektif dilakukan setiap hari kamis
pukul 08.00 WIB sampai dengan 10.00 WIB selama 12 kali pertemuan.

Alat dan Bahan


1. Budidaya Bayam dan Kangkung
Alat dan bahan yang digunakan meliputi benih kangkung, tanah, kompos
kotoran sapi, polybag berukuran besar, benih bayam merah, tanah, kompos
kotoran sapi, sekam padi, polybag berukuran besar dan kecil.
2. Budidaya Hidroponik Pakcoy
Alat dan Bahan yang digunakan yaitu benih pakcoy, air, konsentrat
nutrisi hidroponik A, dan konsentrat nutrisi hidroponik B, rockwool, gembor 1
buah, wadah plastik, cutter, penggaris, pulpen, timbangan, gelas ukur, ember,
styrofoam, netpot, dan kain flanel.
3. Penyemaian Benih Tanaman Cabai dan Terong
Alat dan bahan yang digunakan meliputi sekop (1 buah), air
(secukupnya), benih cabai dan benih terong, media tanam organik (tanah
organik) dengan komposisi : top soil, sekam bakar, pupuk kandang, dan bakteri
penyubur, pulpen atau lidi (1 buah) dan tray semai (2 buah).
4. Budidaya Cabai dan Terong
Alat dan bahan yang digunakan meliputi air (secukupnya), bibit cabai,
bibit terong, media tanam organik, polybag (4 buah), gembor, neraca analitik (1
buah), cup kecil (2 buah), lidi (1 buah), pupuk NPK Mutiara 16-16-16 (3 gram),
golok/gergaji, tali rafia, dan kayu/bambu ukuran 60 cm.

6
5. Penyemaian Algonema
Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah polybag, larutan B1,
larutan rootup, tanah, cocopeat, air, sendok, gelas ukur 1 liter, aglonema.

Prosedur Praktikum

1. Budidaya Bayam dan Kangkung


1.1 Pembenihan Tanaman Kangkung
Alat dan bahan yang digunakan dalam proses persiapan media tanam
disiapkan; Polybag sebanyak 2 buah dan media tanam organik dengan komposisi
komposisi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2: 1 (2 tanah : 1
pupuk kandang) disiapkan; Polybag diberi nama menggunakan tipex dengan
format penamaan kelompok/kelas (1/B1); polybag yang telah diberi nama
dibuka hingga tidak ada yang merekat antar sisinya dan pada bagian atas
polybag dilipat ≤ 2 dengan dua kali lipatan agar tidak mengganggu pertumbuhan
benih tanaman kangkung; media tanam yang telah disiapkan dimasukkan ke
polybag menggunakan cangkul dan pastikan media tanam yang ada sudah terisi
sesuai tanda batas garis lipatan yang terbentuk dibagian atas polybag; polybag
yang telah terisi media tanam organik ditempatkan di area semi tertutup (tidak
terkena matahari dan hujan secara langsung); setelah polybag terisi dengan
media tanam, benih tanaman kangkung sebanyak kurang lebih 15 benih untuk
satu polybag ditabur pada media tanam dengan penempatan benih yang tidak
terlalu berdekatan; benih tanaman kangkung yang telah ditanam pada masing-
masing polybag ditutup kembali dengan menggunakan media tanah organik
dengan komposisi (tanah subur, kompos organik, pupuk kandang, sekam bakar,
cocopeat dan mikroorganisme) tanpa dipadatkan; Benih kangkung yang terdapat
pada polybag diberi air secukupnya untuk menjaga kelembaban dari media
tanam.
1.2 Pemupukan dengan NPK mutiara
Menyiapkan semua alat dan bahan; ditimbang pupuk NPK seberat 5 gr,
dilarutkan setiap 5 gram ke dalam 1 liter air di dalam ember, dilakukan sebanyak
5 kali pengulangan hingga total 5 liter; setelah itu dimasukan ke dalam ember 5
liter larutan NPK, kemudian dihomogenkan atau diaduk menggunakan alat
pengaduk kemudian diaplikasikan ke dalam polybag yang berisi tanaman
sebanyak 250 ml atau seukuran aqua gelas. Penyiraman dilakukan setiap
seminggu sekali.

7
1.3 Pemanenan Kangkung
Siapkan alat dan bahan yang digunakan; hasil panen dari polybag
pertama dan kedua dipisahkan; tanaman kangkung dicabut sampai ke akar;
pisahkan kangkung dengan tanah yang ada di akar tanaman; kemudian kangkung
ditimbang; tanaman kangkung yang sudah dipanen dimasukkan ke dalam
kantong kresek.
1.4 Pembenihan Tanaman Bayam
Disiapkan media tanam berupa tanah dan pupuk (2 polybag bekas
penanaman sebelumnya, dan 3 polybag baru); dimasukkan benih bayam dengan
cara menyebarkannya rata di permukaan media tanaman; disiram media tanam
berisi benih dan disimpan ditempat yang aman dan dilakukan penyiraman 2 kali
sehari.

1.5 Pemupukan dengan NPK Mutiara


Prosedur pelarutan Pupuk NPK Mutiara 16-16-16. Alat dan bahan yang
digunakan dalam proses pelarutan pupuk NPK disiapkan; Pupuk NPK ditinbang
dengan neraca digital sebanyak 5 gram menggunakan tutup botol; setelah
ditimbang, Pupuk NPK sebanyak 5 gram dilarutkan dengan air dengan kuantitas
100 liter hingga homogen; setelah larutan Pupuk NPK homogen kemudian
ditambahkan air hingga 1 liter. Prosedur pengaplikasian larutan pupuk NPK
pada tanaman bayam.Larutan pupuk NPK 16-16-16 yang telah dilarutkan
dengan air sebanyak 1 L diaplikasikan untuk 4 polybag dengan rincian 3
polybag besar dan 2 polybag kecil (diasumsikan 1 polybag); larutan pupuk NPK
diaplikasikan pada masing-masing polybag sebanyak 250 mL dengan cara
dituangkan secara merata pada sela-sela tanaman bayam.
1.6 Pemanenan Tanaman Bayam
Alat dan bahan pada kegiatan disiapkan; hasil panen dari polybag
pertama dan kedua dipisahkan; tanaman bayam dicabut sampai ke akar;
pisahkan bayam dengan tanah yang ada di akar tanaman; kemudian kangkung
ditimbang; tanaman kangkung yang sudah dipanen dimasukkan ke dalam
kantong kresek

2. Budidaya Hidroponik Pakcoy


2.1 Penyemaian Benih Pakcoy
Penyemaian benih pakcoy dilakukan dengan menyiapkan semua alat dan
bahan seperti benih pakcoy, rockwool, cutter, penggaris, wadah, dan lidi.
Selanjutnya, posisikan rockwool secara memanjang dan memotong secara
vertikal hingga terpisah. Jarak antar garis potong sekitar 3 cm, lalu bagi menjadi
beberapa bagian berbentuk kotak dengan luas 3 cm x 3 cm. Selama proses

8
pemotongan, pastikan bagian potongan rockwool tidak terpisah satu sama lain.
Kemudian, buatlah satu lubang pada setiap kotak menggunakan lidi. Isi setiap
lubang dengan dua bibit pakcoy. Setelah semua lubang terisi bibit pakcoy,
diletakkan potongan rockwool di wadah yang telah disediakan. Kemudian, siram
rockwool hingga lembab. Selanjutnya, letakkan wadah di tempat yang memiliki
sinar matahari teduh.
2.2 Persiapan Media Tanam Hidroponik
Kegiatan yang dilakukan terlebih dahulu yaitu memotong styrofoam
menjadi dua bagian dengan ukuran 50 cm x 100 cm. Setelah itu, siapkan
ember/bak dengan ukuran permukaan yang luas, dibersihkan dan dikeringkan.
Apabila ada bagian yang berlubang, tambal menggunakan metalizing foil.
Setelah itu, letakkan ember/bak secara terbalik diatas sterofoam. Kemudian,
menggambar garis tepi/pembatas sesuai dengan luas permukaan ember/bak.
Setelah itu, menggambar bulatan dengan menggunakan netpot berjumlah 11.
Lalu, melubangi sesuai dengan ukuran netpot.
2.3 Pembuatan larutan AB mix
Pembuatan larutan AB Mix dilakukan untuk memenuhi nutrisi tanaman
agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Kegiatan yang dilakukan berupa
membuat larutan stok, dari dua jenis nutrisi A dan B. Perbandingan antara
keduanya adalah 1:1 yang dilarutkan masing-masing dalam air 500 ml.
Mencampurkan larutan A dengan larutan B yang sudah dibuat pada praktikum
sebelumnya (masing-masing 100 mL). Menambahkan air ke dalam campuran
larutan A dan B sebanyak 800 mL, sehingga volume larutan 1000 mL. Menuang
larutan AB-mix ke dalam bak yang sudah disiapkan pada praktikum
sebelumnya. Kemudian, memasukkan larutan ke dalam ember dan tambahkan
air sebanyak 19 liter dengan menggunakan galon.
2.4 Transplanting Tanaman Pakcoy Untuk Hidroponik
Prosedur transplanting pakcoy hidroponik, pertama menyiapkan alat dan
bahan yang diperlukan. Gunakan netpot yang sudah digunakan sebelumnya dan
telah diberi kain flanel sebesar 2 cm x 45 cm sebanyak 11 bagian. Lalu
meletakkan styrofoam di atas ember yang sudah diberi larutan AB Mix.
Kemudian, pindahkan benih pakcoy satu persatu ke dalam netpot. SElanjutnya
mengamati hidroponik sebanyak 1 hari 2 kali, apabila pakcoy kering berilah
larutan air yang ada di dalam ember dan aduk larutan AB Mix di ember tersebut
agar tidak mengendap dan tercampur hingga merata.
2.5 Pemanenan Tanaman Pakcoy
Pemanenan pakcoy dapat dilakukan setelah jangka tanam selama 40-50
hari dengan catatan pakcoy sudah siap panen. Pakcoy yang siap dipanen
memiliki ciri batang besar dan berdaun lebar. Cara pemanenan tanaman pakcoy

9
yang pertama, mengambil netpot dari styrofoam secara hati-hati. Mengeluarkan
rockwool dari netpot dengan cara ditarik dan kain tyrofo dibiarkan tetap berada
di dalam netpot. Kemudian, menekan sedikit rockwool hingga ujung batang
pakcoy terlihat, kemudian potong ujung batang pakcoy menggunakan gunting.
Lalu, membersihkan kain flanel, netpot, dan rockwool dari sisa akar pakcoy
yang menempel. Mengulangi prosedur di atas sampai semua pakcoy terpanen.
Kemudian membersihkan netpot, kain styrofoam, dan styrofoam, menggunakan
air sampai bersih hingga dapat digunakan kembali.
3. Penyemaian Benih Tanaman Cabai, Terong dan Aglonema
3.1 Penyemaian Cabai dan Terong
Prosedur yang dilakukan pada kegiatan penyemaian benih cabai dan
benih terong, diantaranya disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Setelah itu, media tanam organik (tanah organik) ditaruh pada tray semai
tanpa perlu dipadatkan sehingga masih terdapat rongga- rongga yang terbentuk
pada media tanam organik. Setelah tray semai diisi media tanam organik (tanah
organik), dibentuk lubang pada tanah organik menggunakan pulpen atau lidi
dengan cara ditusuk sedalam 1-2 cm. Kemudian, setiap kotak yang terdapat
pada tray, ditanami dengan dua benih cabai dengan penempatan benih yang
tidak terlalu berdekatan begitupun dengan kotak tray semai untuk penyemaian
benih terong. Benih cabai dan benih terong yang telah ditanam pada masing-
masing kotak tray semai ditutup kembali dengan menggunakan media tanam
organik tanpa dipadatkan. Benih cabai dan benih terong yang terdapat pada tray
semai ditempatkan di area semi tertutup dan diberi air secukupnya untuk
menjaga kelembaban dari media tanam organik (tanah organik).
3.2. Aglaonema
Prosedur yang dilakukan pada kegiatan penyemaian aglaonema
persiapan media tanam untuk aglaonema dengan mencampurkan tanah dan
cocopeat sebanyak 1:1; bersihkan bakal akar dan tunas aglaonema dengan cara
mencucinya pada air mengalir; Pembuatan larutan B1 dengan takaran 1 sendok
larutan B1 pekat dicampur dengan 3 liter air; celupkan bakal akar dan tunas
aglaonema dalam larutan B1 selama 2 menit; lakukan pembuatan pasta dengan
menggunakan serbuk root up; celup dan baluri bakal akar dan tunas aglaonema
dengan pasta root up; angkat dan tanam pada media yang sudah disiapkan 8.
Lalu, siram tanaman yang sudah ditanam aglaonema menggunakan larutan
yang tersisa; beri label pada polybag yang digunakan untuk memudahkan
kontrol tanaman dan penyiraman.
4. Budidaya Cabai dan Terong
4.1 Transplanting Cabai dan Terong

10
Prosedur yang dilakukan pada kegiatan transplanting cabai dan terong
yaitu yang pertama menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Kemudian,
polybag berisi media tanam yang sudah disiapkan (4 buah), dibuat lubang ± 5
cm sebagai tempat ditaruhnya bibit. Selanjutnya, dilakukan pemindahan bibit
cabai pada polybag 1, 2, dan 3, serta bibit terong pada polybag 4. Setelah itu,
lubang ditutup kembali menggunakan media tanam dengan hati-hati. Terakhir,
dilakukan penyiraman kembali pada keempat polybag yang sudah berisi bibit
dengan hati-hati.
4.2 Pemberian Pupuk Susulan pada Bibit Cabai dan Terong
Prosedur yang dilakukan pada kegiatan pemberian pupuk susulan (Pupuk
NPK Mutiara) pada cibit cabai dan terong yaitu yang pertama ditimbang pupuk
NPK Mutiara sebanyak 3 gram. Lalu dibuat alur berbentuk melingkar pada
polybag berisi tanaman cabai dan terong. Kemudian dimasukkan pupuk NPK
Mutiara yang sudah ditimbang ke dalam alur. Terakhir, ditutup alur dengan
media tanam dan tanaman cabai dan terong disiram dengan air.
4.3 Pengajiran Tanaman Cabai dan Terong
Prosedur yang dilakukan pada kegiatan pengajiran tanaman cabai dan
terong yang pertama yaitu mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Kemudian, dilakukan pemotongan bambu dengan menggunakan gergaji. Lalu,
bambu dipotong-potong lagi sampai 4 bagian kecil dengan menggunakan golok.
Selanjutnya, dilakukan pengajiran dengan cara ditancapkan potongan bambu
tersebut di sekitar tanaman cabai dan terong yang ada di dalam polybag.
Terakhir, ajir diikat dengan tali rafia dengan metode ikat berbentuk angka 8.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Budidaya Kangkung dan Bayam


Tanaman kangkung merupakan salah satu tanaman yang dapat
dibudidayakan dan diduga membutuhkan bahan organik yang cukup (Juniyati
2014). Kangkung darat (Ipomea reptans Poir) merupakan salah satu jenis
sayuran yang sangat populer bagi rakyat Indonesia dan digemari oleh semua
lapisan masyarakat, karena rasanya yang gurih. Tanaman kangkung termasuk
kelompok tanaman sayuran semusim, berumur pendek dan tidak memerlukan
areal yang luas untuk membudidayakannya, sehingga memungkinkan untuk
dibudidayakan pada daerah perkotaan yang umumnya mempunyai lahan
pekarangan terbatas. Selain rasanya yang gurih, gizi yang terdapat pada sayuran
kangkung cukup tinggi, seperti vitamin A, B dan C serta berbagai mineral
terutama zat besi yang berguna bagi pertumbuhan badan dan kesehatan (Haryoto
2009 dalam Edi 2014).

11
Tanaman bayam merupakan tanaman berbentuk perdu atau semak yang
digemari oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan karena
selain rasanya enak dan lunak, bayam juga memberikan rasa dingin dalam perut
dan dapat memperlancar pencernaan. Bayam memiliki kandungan vitamin A, B
dan C, protein, lemak, karbohidrat kalium, amaratin, serta mineral-mineral yang
penting seperti kalsium, fosfor dan besi yang bermanfaat dalam mendorong
pertumbuhan dan menjaga kesehatan. (Hidayanti 2019). Bayam merah (Celosia
argentea) merupakan tumbuhan dari keluarga Amaranthaceae. Nama
saintifiknya adalah Amaranthacea Gangeticus dan nama Inggrisnya Red
Spinach. Di Jawa, tanaman ini dinamai bayem abrit, bayem lemah atau
bayam sekul (Suwita 2012).
Kegiatan Budidaya tanaman kangkung dan bayam terdiri dari
pembenihan, pemupukan dengan npk mutiara, dan pemanenan tanaman
kangkung. Adapun pembenihan kangkung dimulai Kegiatan persiapan media
tanam dilakukan dengan menyiapkan 2 karung tanah dan 3 ember pupuk
kandang untuk dijadikan media tanam organik. Komposisi media tanam dibuat
dengan mencampurkan tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2: 1 (2
tanah : 1 pupuk kandang). Setelah media tanam telah disisipkan maka dilakukan
kegiatan penanaman benih tanaman kangkung yang dilakukan dengan
menyiapkan 2 polybag yang terlebih dahulu disi media tanam organik dengan
komposisi tanah dan kotoran sapi pada masing-masing polybag. Sebelum media
dimasukkan bagian atas polybag dilipat ≤ 2 cm dengan dua kali lipat agar tidak
menutupi bibit tanaman. Media tanam dimasukkan pada polybag menggunakan
cangkul, kemudian dipadatkan dengan mengentrok polybag hingga tanah
didalam polybag mengisi keseluruhan bagian polybag (sesuai tanda batas lipatan
bagian atas polybag). Polybag yang telah diisi media tanam ditempatkan di area
semi tertutup (tidak terkena matahari dan hujan secara langsung) dan ditabur
benih tanaman kangkung dengan penempatan yang tidak berdekatan. Setelah itu
media tanam diberi air secukupnya untuk menjaga kelembaban.

12
Gambar 1. Penanaman Benih bayam
Kemudian prosedur yang dilakukan dalam penanaman bayam ialah
menyiapkan media tanam untuk penyemaian benih kangkung menggunakan
media campuran tanah dengan kotoran sapi (kompos). Setelah itu, taburkan
benih kangkung di atas media tanam. Selanjutnya adalah pemeliharaan tanaman
dengan tujuan pemeliharaan tanaman adalah supaya pertumbuhan dan
perkembangan tanaman kangkung optimal (Gustia 2014). Tindakan
pemeliharaan yang dilakukan adalah dengan pemupukan npk mutiara dan
penyiraman tanaman, kegiatan yang dilakukan dalam pelarutan dan
pengaplikasian Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 pada media tanam adalah
disiapkan Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 yang memiliki komposisi 16 %
Nitrogen (terdiri dari 6,5 % Nitrat-N dan 9,5 % Amonium-N), 16 % fosfat
(P2O5) dan 16 % kalium (K2O) sebanyak 5 gram ditaruh pada cawan petri dan
ditimbang dengan neraca digital. Pupuk NPK Mutiara yang telah ditimbang
kemudian dilarutkan dengan 1 liter air hingga homogen (pengaplikasian 5
gram/liter larutan Pupuk NPK Mutiara dapat digunakan untuk 4 polybag).
Larutan Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 yang telah dihomogenkan, kemudian
diaplikasikan pada 2 media tanam tumbuhan kangkung sebanyak masing-masing
250 gram dengan cara dituangkan secara merata pada sela-sela tumbuhan
kangkung maupun bayam

13
Gambar 2. Penyiraman larutan pupuk NPK mutiara ke tanaman kangkung
Kemudian kegiatan pemanenan, yang pertama adalah memindahkan dua
polybag berisi kangkung/bayam siap panen di area yang telah disediakan.
Kangkung/bayam, yang siap untuk dipanen, dicabut dengan bagian akarnya dari
media tanam (tanah organik dengan komposisi tanah (2) : (1) pupuk kendang.
Kangkung/bayam yang telah dicabut dibersihkan bagian akarnya dari tanah yang
menempel, untuk mengetahui bobot basah dari kangkung secara representatif.
Akar kangkung/bayam yang telah dibersihkan kemudian ditimbang
menggunakan neraca analitik dan mengukur diameter polybag untuk
menghitung luas bidang tanam.

Gambar 3. Pemanenan Kangkung


Hasil pengukuran menunjukkan bobot basah kangkung yang dipanen
mencapai 375 gram (3,75 kg). Setelah mengetahui nilai bobot basah kangkung
hasil panen, pengukuran dilanjutkan dengan mengukur diameter polybag untuk
menghitung luas bidang tanam. Hasil pengukuran diameter polybag dari media
tanam kangkung mencapai 26 cm, sehingga dapat diketahui luas bidang tanam
tanaman kangkung adalah 530,66 cm2 (0,0531 m2). Dari nilai bobot basah dan

14
luas bidang tanam tanaman kangkung, nilai produktivitas pertumbuhan tanaman
kangkung dapat diketahui yakni mencapai 0,706 gr/cm2 atau 70,62 kg/m2.

2. Budidaya Hidroponik Pakcoy


Hidroponik adalah salah satu sistem budidaya yang tidak memerlukan
lahan yang luas. Budidaya hidroponik dilakukan dengan memanfaatkan air
sebagai media tanam dan larutan nutrisi sebagai nutrisi bagi pertumbuhan
tanaman (Susilawati, 2019). Banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan
sistem berkebun hidroponik. Diantaranya, produksi tanaman lebih tinggi, lebih
terjamin dari hama dan penyakit, tanaman tumbuh lebih cepat dan pemakaian
pupuk lebih hemat, bila ada tanaman yang mati bisa lebih mudah diganti dengan
tanaman baru, dan tanaman memberikan hasil yang berkelanjutan (Tusi A,
2016).
Sampai saat ini, komoditas hortikultura yang sering dibudidayakan di
Indonesia dengan sistem hidroponik adalah tanaman sayuran, yakni salah
satunya pakcoy. Pakcoy (Brassica rapa L.) termasuk dalam golongan tanaman
sawi yang mudah di dapat dengan harga yang ekonomis. Tanaman ini juga dapat
tumbuh di dataran tinggi dan dataran rendah. Tanaman pakcoy memiliki banyak
kandungan yang dibutuhkan tubuh dan bermanfaat bagi kesehatan karena
mengandung banyak vitamin, mineral, dan serat (Sarido & Junia, 2017).
Kebutuhan pakcoy terus meningkat seiring dengan tingginya permintaan akan
sayuran pakcoy.
Tanaman hidroponik menggunakan air dengan kandungan nutrisi, nutrisi
biasanya disalurkan melalui pipa-pipa dan kemudian diserap oleh akar tanaman
namun dapat juga disiramkan secara manual pada tanaman. Konsentrasi nutrisi
pada hidroponik berbeda bergantung pada jenis tanaman. Salah satu nutrisi
tanaman yang dapat digunakan adalah A-B Mix. Cara pengaplikasian AB Mix
yaitu diberikan bersamaan dengan air. Unsur hara makro dalam nutrisi AB Mix
sangat berpengaruh dalam pertumbuhan tanaman, terutama unsur hara N dan P.
Pertumbuhan tanaman dalam hidroponik juga diikuti oleh berbagai faktor yang
mempengaruhinya, seperti pH larutan nutrisi. Nilai pH cenderung
mempengaruhi ketersediaan unsur hara pada larutan nutrisi. Pada kultur
hidroponik pH yang dianjurkan antara 5 - 6, namun pada kondisi di lapangan,
nilai pH larutan nutrisi melebihi 7. Hal ini menimbulkan pengendapan unsur-
unsur mikro dalam nutrisi. Sehingga akar tidak dapat menyerap unsur hara
mikro tersebut. Salah satu unsur hara mikro yang tidak dapat diserap secara
optimal oleh akar adalah Cl (khlorin). Cl berperan sebagai aktivator enzim
selama produksi oksigen dari air. Hal inilah yang mengakibatkan kurangnya
pertumbuhan akar (Resh, 2013).

15
Nutrisi yang digunakan dalam budidaya dengan sistem hidroponik
adalah nutrisi AB mix. Nutrisi AB Mix mengandung 16 unsur hara esensial yang
diperlukan tanaman, dari 16 unsur tersebut 6 diantaranya diperlukan dalam
jumlah banyak (makro) yaitu N, P, K, Ca, Mg, S, dan 10 unsur diperlukan dalam
jumlah sedikit (mikro) yaitu Fe, Mn, Bo, Cu, Zn, Mo, Cl, Si, Na, Co (Agustina,
2004). Nutrisi AB mix adalah nutrisi yang digunakan dibagi menjadi dua stok
yaitu stok A dan stok B. Stok A berisi senyawa yang mengan di Ca, sedangkan
Stok B berisi senyawa yang mengandung sulfat dan fosfat. Pembagian tersebut
dimaksudkan agar dalam kondisi pekat tidak terjadi endapan, karena Ca jika
bertemu dengan sulfat atau fosfat dalam keadaan pekat menjadi kalsium sulfat
atau kalsium fosfat dan membentuk endapan (Sutiyoso, 2004).
Pemberian nutrisi yang sesuai akan memberikan hasil yang optimal bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu pertumbuhan dan
perkembangan tanaman juga tidak lepas dari lingkungan tumbuh. Pertumbuhan
dan perkembangan tanaman dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor
internal. Menurut Buntoro (2014), faktor eksternal merupakan faktor yang
disebabkan dari luar tanaman dapat berupa faktor lingkungan. Faktor internal
atau faktor yang berasal dari dalam tanaman dapat berupa faktor fisiologis dan
genetika tanaman. Semua hara yang terkandung pada nutrisi hidroponik adalah
unsur esensial yang diperlukan tanaman dalam pertumbuhan dan
perkembangannya. Apabila unsur hara makro dan mikro tidak lengkap
ketersediaannya, dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman
(Pairunan dkk, 1997). Pertumbuhan dan perkembangan tanaman erat
hubungannya dengan kedua faktor tersebut, apabila salah satu atau semua faktor
tidak mendukung maka pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak dapat
berjalan dengan baik.
Budidaya hidroponik pakcoy ini dilakukan selama 5-6 minggu dengan
tahapan sebagai berikut, pertama melakukan penyemaian benih pakcoy,
pembuatan nutrisi pakcoy, transplanting pakcoy dan pemanenan tanaman
pakcoy. Penyemaian benih pakcoy yang digunakan yaitu benih yang berkualitas
tinggi. Taburkan benih pada nampan yang telah diberi rockwool sebagai media
tanam. Setelah benih masuk ke media tanam, basahi dengan air, kemudian tutup
dan simpan ditempat yang teduh. Selalu rutin untuk cek kelembaban rockwool.
Siram setidaknya 1 kali sehari. Tetapi tetap perhatikan media tanam jangan
sampai basah karena yang dibutuhkan pada proses penyemaian adalah lembab
dan bukan basah. Kemudian dalam waktu 2-3 hari, biji pakcoy akan
berkecambah. Pada kondisi ini, segera perkenalkan tanaman dengan sinar
matahari namun bukan matahari yang terik. Tetap jaga kelembaban media
tanam. Bibit siap dipindahkan ketika berumur 7-10 HSS (Hari Setelah Semai)
atau daunnya berjumlah sekitar 4-5 helai.

16
Gambar 4. Persiapan Media Hidroponik
Sebelum dipindahkan ke konstruksi hidroponik, kegiatan yang perlu
dilakukan adalah menyiapkan larutan nutrisi. Hal ini menjadi salah satu
komponen terpenting dalam budidaya secara hidroponik karena dari nutrisi
inilah tanaman mendapatkan sumber makanan. Nutrisi yang paling sering
digunakan adalah nutrisi tanaman AB Mix. Setiap 20 liter air dicampur dengan
nutrisi A dan sebanyak 200 mL. Pemindahan tanaman pakcoy dapat dilakukan
setelah muncul daun sejati. Ketika hal itu terjadi, artinya perakaran tanaman
sudah cukup kokoh untuk dipindah tanamkan. Bibit pakcoy dipindah bersamaan
dengan media tanam rockwool ke dalam netpot yang ditengahnya diberi kain
flanel, kain flanel berfungsi untuk menyerap nutrisi tanaman dan tempat
tumbuhnya akar tanaman. Setelah itu, netpot yang sudah berisi tanaman pakcoy
dimasukkan ke dalam lubang instalasi atau media hidroponik lainnya yang telah
diberi larutan nutrisi tanaman.
Perawatan yang perlu dilakukan cukup mudah, yaitu dengan cara
mengontrol larutan nutrisi untuk tanaman, jika nutrisi semakin berkurang maka
perlu ditambahkan. Menjaga posisi kain flanel agar selalu terendam air,
menyulam tanaman yang telah mati. Budidaya tanaman pakcoy secara
hidroponik tidak membutuhkan pengendalian hama dan penyakit, sebab hama
dan penyakit yang menyerang tanaman sangat sedikit. Hal ini adalah salah satu
kelebihan dari tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik. Pada minggu ke
8 praktikum, pakcoy siap dipanen pada umur sekitar 20 HST (Hari Setelah
Tanam) atau 22-30 HSS (Hari Setelah Semai). Ciri-cirinya yaitu daun sawi
dewasa berbentuk oval melebar, tangkai daunnya berwarna hijau cerah,
bentuknya relatif pendek, jauh berbeda dengan sawi yang berukuran panjang.

17
Gambar 5. Pemanenan Tanaman Pakcoy
Tanaman pakcoy dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas
maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun
dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh
lebih baik di dataran tinggi. Tanaman pakcoy tahan terhadap air hujan, sehingga
dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan
adalah penyiraman secara teratur (Lindawati 2015).
3. Persemaian Cabai, Terong dan Aglaonema
Cabai rawit (Capsicum frutescens L) merupakan jenis sayuran buah
yang memiliki 20-30 spesies. Cabai rawit berumur panjang, dapat hidup sampai
umur satu tahun dan dapat dipanen pada umur 4-5 bulan (Taghfir D et al. 2018).
Faktor yang menjadi pembatas rendahnya produktivitas tanaman cabai
rendahnya penggunaan benih bermutu. Padahal telah diketahui bahwa
penggunaan benih bermutu merupakan kunci keberhasilan dalam budidaya
tanaman. Penggunaan benih bermutu rendah oleh petani tidak dapat dihindari,
hal ini dikarenakan langkanya benih bermutu. Pengembangannya cabai lokal
memiliki permasalahan terutama benih mengalami dormansi sehingga
perkecambahan benih tidak seragam dan dapat mempengaruhi waktu tanam
cabai. Kultivar varietas liar capsicum memiliki perkecambahan yang lama.
Dormansi benih pada sebagian besar spesies liar Capsicum dipengaruhi oleh
metabolik utama (SMs) seperti ABA yang menghambat perkecambahan biji dan
lignin, secara struktural senyawa pelindung dan hidrofobik dari kulit biji serta
semakin kedap air jika dikeringkan (Saputra J et al. 2020).
Tanaman terong (Solanum melongena L.) termasuk salah satu tanaman
sayuran semusim yang menghasilkan buah. Berdasarkan atas kegunaan dan
habitatnya tanaman terong juga termasuk golongan tanaman hortikultura yang
pemanenannya dapat dilakukan lebih dari satu kali. Secara sistematik genetika
tanaman terong merupakan anggota Solanaceae yang berkerabat dengan cabai,

18
tomat, dan kentang. Tersedianya nutrisi, air tanah serta baiknya drainase media
memungkinkan terjadinya proses metabolisme tanaman dalam menghasilkan
glukosa (karbohidrat), sebab tersedianyakarbohidrat yang tinggi merupakan
sumber energi bagi munculnya tunas baru dan anakan (Waskito K et al. 2017)
Menurut Riyanti 2009 dalam Widiarta I et al. (2021), media tanam
memegang peranan penting bagi pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Salah
satu syarat media tanam yang baik adalah porositas yaitu kemampuan media
dalam menyerap air. Pada prinsipnya tanaman cabai memerlukan tanah yang
berstuktur remah, gembur, tidak liat, dan kaya bahan organik. Ketersediaan air
sangat menentukan keberhasilan produksi tanaman. Kekurangan air pada
tanaman menyebabkan tanaman kerdil, buah menjadi kecil dan mudah gugur,
maka penggunaan air harus dilakukan seefisien mungkin. Pemberian air dapat
meningkatkan ketersediaan air tanah dan memperpanjang masa tanam. Apabila
air diberikan setiap hari, kelembaban tanah masih di atas 30% volume, sehingga
pemberian air tidak efisien. Pemberian air dengan interval 2-4 hari masih
memungkinkan tanaman tumbuh dengan baik, karena kelembapan tanah masih
cukup tinggi (19,50-24,80% volume). Pada prinsipnya suatu media tumbuh
harus mempunyai empat fungsi pokok untuk memberikan pertumbuhan yang
baik bagi tanaman, yaitu harus dapat menahan air tersedia, menyimpan hara bagi
tanaman, menunjang tanaman dan mempunyai aerasi yang baik (Kusumawati R
et al. 2016)
Kegiatan penyemaian benih cabai dan terong dilakukan dengan
menyiapkan media tanam organik (tanah organik), tray semai dan benih cabai.
Persiapan penanaman benih cabai dilakukan dengan menyiapkan tray semai
yang terlebih dahulu disi media tanam organik dengan komposisi top soil, sekam
bakar, pupuk kandang dan bakteri penyubur pada masing-masing kotak tray
semai. Media tanam organik ditaruh pada tray semai tanpa perlu dipadatkan
sehingga masih terdapat rongga-rongga yang terbentuk pada media tanam
organik. Setelah tray semai diisi media tanam organik (tanah organik), dibentuk
lubang pada tanah organik menggunakan pulpen dengan cara ditusuk sedalam 1-
2 cm untuk memberikan ruang tanam pada benih cabai dan terong. Setelah
terbentuk setiap kotak yang terdapat pada tray, ditanami dengan dua benih cabai
dan terong. Setelah benih cabai dan terong ditaruh pada lubang yang telah
dibentuk, benih cabai dan terong pada masing-masing kotak tray terpisah ditutup
dengan tanah organik dan diratakan. Benih cabai dan benih terong yang terdapat
pada tray semai ditempatkan diarea semi tertutup (tidak terkena matahari dan
hujan secara langsung) dan dilakukan penyiraman secukupnya.
Tanaman Aglaonema atau Sri Rejekimerupakan tanaman hias daun yang
dapat hidup pada wilayah beriklim tropis. Tanaman ini memiliki ciri khas pada
daunnya yang besar, bentuk bervariasi, serta corak warna yang juga bervariasi,
karena ciri khas tersebut tidak heran jika tanaman ini menjadi primadona bagi

19
para pedagang tanaman hias dan nursery. Aglaonema merupakan tanaman hias
berbatang basah (herbaceous), yang batangnya bersifat lunak dan berair. Oleh
karena itu, Aglaonema tidak menyenangi media yang terlalu basah karena dapat
menimbulkan bakteri yang menyebabkan terjadinya pembusukan akar pada
tanaman. Media tanam yang baik harus memenuhi beberapa syarat baik dari
faktor fisika, kimia, dan biologi, antara lain porositas, kapasitas air dan udara,
pH, EC, dan lain-lain. Salah satu komposisi media tanam yang biasa digunakan
untuk tanaman Aglaonema ialah campuran pakis, humus, pasir malang, dan
cocopeat dengan perbandingan 2:1:1:1 (Wiryanta 2007 dalam Mubarok S et al.
2012).

Gambar 6. Penyemaian Aglonema


Kandungan sitokinin yang diproduksi di akar dapat memacu
pertumbuhan tunas lateral, sehingga tanaman tumbuh menyemak. Dengan
terhambatnya pertumbuhan tunas apikal, maka tanaman relatif lebih pendek.
Tunas lateral yang tumbuh pada Aglaonema umumnya berasal dari tunas pada
batang yang berada di bawah permukaan tanah, sehingga dengan meningkatnya
jumlah tunas yang tumbuh menyebabkan tanaman tumbuh menyemak dan
rimbun. Media tanam yang memenuhi persyaratan sifat fisika, kimia, dan bilogi
yang baik dapat dimanfaatkan oleh tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh
dengan baik. Bila kondisi media tanam buruk untuk pertumbuhan perakaran,
maka akar memberikan sinyal ke bagian atas tanaman, sehingga dapat
menghambat pertumbuhan daun (Passioura 2002 dalam Mubarok S et al. 2012)
4. Budidaya Cabai dan Terong
Budidaya tanaman cabai dan terong dilakukan mulai dari minggu
pertama praktikum, yaitu persiapan media tanam dan persemaian benih cabai
dan terong. Pada minggu keenam, saat benih cabai dan terong yang disemai
sudah tumbuh menjadi bibit, barulah proses transplanting dilakukan.
Transplanting adalah kegiatan pindah tanam benih hasil semai (bibit) ke dalam

20
polybag. Menurut Vavrina (1998) dalam Damanto et al. (1993) dalam
Firmansyah et al (2009), waktu pindah tanam yang tepat ditentukan, selain oleh
jenis tanaman dan kultivar, juga ditentukan oleh kondisi lingkungan tempat
tanaman dipindah tanamkan serta teknik budidayanya. Contohnya seperti
budidaya tanaman terong, benih terong ditransplanting jika sudah memiliki
3–5 helai daun atau umur 1 minggu hingga 1,5 bulan, tetapi petani belum
mengetahui dengan pasti umur benih tanaman terong yang tepat untuk
ditransplanting (Buhaerah dan Kuruseng 2016). Pada praktikum ini,
transplanting dilakukan pada 3 polybag untuk tanaman cabai, dan 1 polybag
tanaman terong. Setelah proses transplanting dilakukan, tidak lupa tanaman
disiram dan dirawat setiap harinya.
Selanjutnya pada budidaya tanaman cabai dan terong, dilakukan
pemupukan susulan dengan Pupuk NPK Mutiara pada minggu ketujuh dan
kesembilan praktikum. Menurut Yayuk dan Nurmauli (2010), pemupukan NPK
susulan merupakan salah satu upaya agronomik dalam produksi benih untuk
mendapatkan vigor awal yang tinggi. Vigor sendiri adalah kemampuan tanaman
untuk tumbuh normal. Pemupukan NPK susulan ini dilakukan dengan metode
alur, yaitu pupuk NPK Mutiara sebanyak 3 gram ditambahkan ke media tanam
dengan dibentuk alur melingkari tanaman cabai ataupun terong.

Gambar 7. Pemupukan NPK Tanaman Terong


Pada budidaya tanaman cabai dan terong, terdapat suatu teknik yang tak
kalah penting untuk dilakukan. Teknik tersebut adalah ajir atau pengajiran yang
dilakukan pada praktikum minggu kesepuluh. Menurut Nugraha et al. (2014),
penggunaan ajir merupakan upaya dalam optimalisasi fotosintesis. Penggunaan
ajir dan mulsa mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman pada jumlah daun,
luas daun dan indeks klorofil tanaman lebih baik dibandingkan tanpa
penggunaan ajir dan mulsa.

21
Gambar 8. Pengajiran Tanaman Cabai

Pada praktikum ini, teknik ajir dilakukan dengan memotong sebilah


bambu menjadi 4 bagian kecil, pengajiran dilakukan dengan cara menancapkan
potongan bambu tersebut di sekitar tanaman cabai dan terong yang ada di dalam
polybag (1 bagian bambu untuk 1 polybag). Ajir pun diikat dengan tali rafia
dengan metode ikat berbentuk angka 8. Teknik ajir ini adalah kegiatan terakhir
dalam budidaya tanaman cabai dan terong yang dilakukan pada praktikum mata
kuliah pertanian organik. Selanjutnya, tanaman cabai dan terong hanya perlu
disiram setiap harinya dan ditunggu buah-buahnya besar agar dapat dipanen.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh adalah pada budidaya bayam dan
kangkung adalah berhasil dilakukan hingga panen dengan memperhatikan mulai
proses penanaman bayam dan kangkung, penjarangan bayam dan kangkung,
pemupukan bayam dan kangkung serta pemanenan tanaman bayam dan
kangkung hingga hasil panennya dapat diolah menjadi makanan yang lezat. Pada

22
budidaya pakcoy hidroponik, dapat dikatakan telah berhasil, karena panen
dilakukan sebanyak 2 kali dalam waktu kurang lebih 3 bulan. Budidaya pakcoy
hidroponik dilakukan dengan memperhatikan dari awal proses penyemaian
pakcoy hingga, pembuatan larutan AB mix, transplanting tanaman pakcoy
untuk hidroponik, hingga pemanenan pakcoy. Persemaian cabai dan terong yang
dilakukan adalah tanaman cabai dan terong dapat tumbuh serta berkembang
dengan baik sehingga dapat dilanjutkan ke tahapan berikutnya yaitu
transplanting cabai dan terong hingga pemanenan cabai dan terong. Persemaian
aglaonema yang dilakukan adalah tunas aglaonema tidak dapat tumbuh serta
berkembang dengan baik, tunas tersebut mengalami pembusukan, karena jika
dilihat pada kondisi tunas sebelum ditanam, akar tanaman tersebut terlihat sakit,
dengan ciri-ciri tunas yang tampak kurus dan berwarna coklat.

Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada tugas akhir pertanian organik
ini adalah hasil yang diperoleh maksimal pada proses pertanian pasti ada kendala
baik dalam proses pertumbuhan tanaman, serangan hama dan kelalaian dari
petani dalam perawatan tanaman adapun penyelesaian permasalahan tersebut
dapat membuat teknologi alternatif seperti melakukan pengecekan tanaman
menggunakan kamera pengawas, penyiraman tanaman dengan sprayer dan
pencegahan hama dengan pemutakhiran teknologi green house yang sudah ada.

23
DAFTAR PUSTAKA

Arofi F, Wahyudi S. 2017. Budidaya sayuran organik dipekarangan. Jurnal Perbal.


5(1): 1-9.
Buhaerah, Kuruseng M. 2016. Pengaruh transplanting terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman terong. Jurnal Agrisistem. 12 (2) : 203-214
Firmansyah F,. Anngo T, Akyas A. 2009. Pengaruh umur pindah tanam bibit dan
populasi tanaman terhadap hasil dan kualitas sayuran pakcoy yang ditanam
dalam naungan kasa di dataran medium. Jurnal Agrikultura. 20 (3) : 216-224
Edi, S. 2014. Pengaruh pemberian pupuk organik terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman kangkung darat (Ipomea reptans Poir). Bioplantae, 3(1): 17-24.
Gustia, H. 2014. Pengaruh penambahan sekam bakar pada media tanam terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brassica Juncea L.). E-Journal Widya
Kesehatan dan Lingkungan, 1(1): 36807.
Hidayanti, L, Kartika, T. 2019. Pengaruh nutrisi AB Mix terhadap pertumbuhan
tanaman bayam merah (Amaranthus tricolor L.) secara hidroponik. Sainmatika:
Jurnal Ilmiah Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 16(2) : 166-175.
Juniyati, T, Adam, A, Patang, P. 2016. Pengaruh komposisi media tanam organik arang
sekam dan pupuk padat kotoran sapi dengan tanah timbunan terhadap
pertumbuhan dan kelangsungan hidup tanaman kangkung darat (Ipomea reptans
Poir). Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, 2(1):9-15.
Kusumawati R, Hariyono D Aini N. 2016. Pengaruh komposisi media tanam dan
interval pemberian air sampai dengan kapasitas lapang terhadap produksi
tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.). Journal of Agricultural Science.
1(2): 64-71.
La Sarido dan Junia. 2017. Uji pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoy (brassica rapa l.)
dengan pemberian pupuk organik cair pada system hidroponik. Jurnal
AGRIFOR, 14(1):65-74.
Mubarok S, Salimah A, Farida, Rochayat Y, Setiati Y. 2012. Pengaruh Kombinasi
Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi Sitokinin terhadap Pertumbuhan
Aglaonema. J. Hort. 22(3): 251-257.
Nugraha M, Sumarni T, Suryanto A. 2014. Penggunaan ajir dan mulsa untuk
meningkatkan produksi kentang varietas granola. Jurnal Produksi Tanaman. 2
(8) : 640-648.
Rachma N, Umam A. 2020. Pertanian organik sebagai solusi pertanian berkelanjutan di
era new normal. Jurnal pembelajaran pemberdayaan masyarakat. 1(4): 328-
338.

24
Saputra J, Amir R, Mumin N, Sutariati G. 2020. Persistensi dan pematahan dormansi
benih cabai rawit lokal menggunakan teknik bio-invigorasi benih. J. Agrotek
Tropika. 8(2): 391-400.
Siti Maulizar, Muslich Hidayat, dan Nurbaiti. 2016. Budidaya pakcoy (Brassica Rapa
L.) dengan menggunakan teknik hidroponik sistem nutrient films technique
(NFT). Jurnal Agrosains, 5(1):80-97.
Suwita, I, Razak M, Putri R. 2012. Pemanfaatan bayam merah (Blitum rubrum) untuk
meningkatkan kadar zat besi dan serat pada mie kering. Agromix, 3(1) : 18-34.
Roza Yolanda, Nia Ramadhanti, Nurul Pratiwi, Haqil Triyatdipa, Wulandari. 2021.
Budidaya tanaman hidroponik pakcoy hibrida varietas samhong jade f1 (Pakcoy
Hybrid Hydroponic Plants Samhong Jade F1 variety). Prosiding SEMNAS BIO,
4(2):734-742.
Taghfir D, Anwar S, Kristanto B. 2018. Kualitas benih dan pertumbuhan bibit cabai
(Capsicum frutescens l.) pada perlakuan suhu dan wadah penyimpanan yang
berbeda. J. Agro Complex. 2(2):137-147.
Waskito K, Aini N, Koesriharti. 2017. Pengaruh komposisi media tanam dan pupuk
nitrogen terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terong (Solanum melongena
l.). Jurnal Produksi Tanaman. 5(1): 1586 – 1593.
Widiarta I, Mayun I, Astiningsih A. 2021. Pengaruh jenis media tanam terhadap
pertumbuhan benih cabai rawit (Capsicum frutescens L.). Jurnal
Agroekoteknologi Tropika. 10(2): 173-184.
Yayuk, Nurmauli. 2010. Pengendalian agronomik melalui NPK susulan dan waktu
panen dalam menghasilkan vigor benih kedelai. Jurnal Penelitian Pertanian
Terapan. 10 (1) : 29-37.

25

You might also like