Professional Documents
Culture Documents
Makalah Perawatan Inkontinensia Urin Fekal
Makalah Perawatan Inkontinensia Urin Fekal
INKONTINENSIA FEKAL
Oleh:
Kelompok 7
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan izin dan
hidayah-nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “Perawatan
Inkontinensia Urine dan Perawatan Inkontinensia Fekal” ini sehingga para pembaca
dapat memahami dan mengetahui proses perawatan individu dengan inkontinensia
urin dan fekal.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampuh mata kuliah
yang terhormat Ibu Ns. Wirda Y. Dulahu, M.Kep yang senantiasa membimbing dan
mengajarkan kepada kami sehigga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memberikan pengetahuan kepada kita semua
mengenai bagaimana konsep dan manajemen perawatan pasien dengan inkontinensia
urin dan fekal serta standar prosedur operasional dalam tindakan perawatan
inkontinensia urin dan fekal. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini belum bisa
dikatakan sempurna karena terbatasnya pengalaman dan pengetahuan kami. Oleh
karena itu kami memohon kepada para pembaca agar kiranya dapat memberikan
segala bentuk kritikan dan saran yang bersifat membangun dalam perbaikan makalah
ini.
Akhir kata, kami mengharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada para pembaca dan dalam dunia pendidikan. Semoga allah SWT memberikan
balasan yang setimpal kepada kita semua, Amiin ya Rabbal Alamin...
Kelompok 7
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.3 Tujuan.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
3.1. Kesimpulan...............................................................................................33
3.2. Saran.........................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................34
ii
BAB I
PENDAHULUAN
oleh beberapa hal seperti usia dan penyakit yang diderita. Inkontinensia urin
adalah 14,6%, dimana sekitar 5,8% berasal dari Indonesia (Ulfiana, 2020).
fekal atau alvi. Inkontinensia alvi disebabkan oleh penurunan fungsi usus yang
Masalah inkontinensia urin dan fekal yang tidak di tangani akan menjadi
1
inkontinensia urin dan fekal yang komprehensif agar kenyamanan individu
teratasi.
1.3 Tujuan
urin da fekal.
dan fekal.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
kebocoran urin atau feses secara tidak sengaja yang memberikan dampak
pada masalah kesehatan dan atau masalah sosial dan secara objektif dapat
sebagai berikut.
(Ulfiana, 2020).
3
demikian urge incontinence dapat terjadi pada invidu yang tidak
(Ulfiana, 2020).
3. Etiologi
prostat.
b) Usia
4
abnormal dari dinding kandung kemih, sehingga walaupun
berkemih.
c) Kelainan Neurologis
d) Kelainan Sistemik
e) Kondisi Fungsional
5
otot-otot dasar panggul rusak akibat regangan otot dan jaringan
atas), akan terjadi penurunan tonus otot vagina dan otot pintu
inhibitor kolinestrase.
4. Patofisiologis
lain fungsi sfingter yang terganggu menyebabkan kandung kemih bocor bila
batuk atau bersin. Bisa juga disebabkan oleh kelainan di sekeliling daerah
6
detrusor pada lesi suprapons dan suprasakral. Ini sering dihubungkan
dengan frekuensi dan bila jaras sensorik masih utuh, akan timbul sensasi
(Fadillah, 2019).
a) Sering Berkemih
atau lebih sering dari normal yang umumnya di terima, yaitu setiap
b) Frekuensi
c) Nokturia
Malam hari sering bangun lebih dari satu kali untuk berkemih
(Fadillah, 2019).
7
d) Urgensi
e) Urge Inkontinensia
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Urinalisis
8
digunakan untuk mengevaluasi struktur dan fungsi ginjal, ureter dan
kandung kemih (Fadillah, 2019).
e. Kateterisasi Residu Pascakemih
Digunakan untuk menentukan luasnya pengosongan kandung kemih
dan jumlah urine yang tersisa dalam kandung kemih setelah pasien
berkemih (Fadillah, 2019).
f. Laboratorium
Elektrolit, ureum, creatinin, glukosa, dan kalsium serum dikaji
untuk menentukan fungsi ginjal dan kondisi yang menyebabkan poliuria
(Fadillah, 2019).
7. Penatalaksanaan
a. Terapi Farmakologi
1) Antikolinergik
9
2) Agonis Beta 3
3) Terapi Hormonal
10
4) Tindakan Pembedahan
b. Terapi Non-farmakologi
1) Bantuan Toileting
2) Bladder Training
4) Diet Cairan
5) Manajemen Lingkungan
1. Definisi
2. Etiologi
11
3. Tanda dan Gejala
cair atau belum berbentuk dan feses keluar yang sudah berbentuk, sekali
atau dua kali sehari dipakaian atau tempat tidur. Perbedaan penampilan
(berkaitan dengan penyakit usus besar), akibat gangguan saraf pada proses
2020).
(Nadya, 2019).
5. Patofisiologis
12
kurang efisien pada lansia. Selain itu, sfingter gastroesofagus gagal
utama biasanya berpusat pada perasaan penuh, nyeri ulu hati, dan gangguan
masih tetap adekuaT. Fungsi hepar, kandung empedu dan pangkreas tetap
terhadap lemak. Impaksi feses secara akut dan hilangnya kontraksi otot
6. Pemeriksaan Penunjang
mengevaluasi sfingter.
13
c) Proctography : Menunjukan berapa banyak feses yang dapat
jaringan parut.
7. Penatalaksanaan
sebagai berikut:
a. Terapi farmakologis
14
tekanan sfingter ani istirahat dan mengurangi berat feces (Ulfiana,
2020).
b. Terapi biofeedback
15
kanal, mereka yang memiliki penyakit neurologis, dan mereka
d. Bedah
16
pendekatan ini memiliki rentang antara 20% dan 58% (Ulfiana,
2020).
1. Pengkajian
meliputi :
absorbent.
17
lama klien dapat melakuka aktivitas antara waktu
berkemih.
ginekologi.
nocturia.
b. Pengkajian Fisik
18
ketangkasan. Metode yang dapat digunakan untuk
19
- Pengkajian rektal, pada wanita kepentingan pengkajian
prostat.
e. Tes Laboratorium
20
yang dapat berhubungan UI seperti darah, glukosa, pus,
2. Intervensi Perilaku
a. Jadwal Berkemih
21
b. Latihan Merubah Kebiasaan
2) Bladder Training
22
bladder training, klien mampu secara fisik, kognitif dan memiliki
23
adalah untuk mencegah kerusakan pada otot detrusor sebagai akibat
retensi urin dan tidak dapat dikelola, pada klien dengan penyakit
alat yaitu penile clamp dan inftable compression cuff. Alat ini jarang
24
Klien yang menggunakan alat ini harus memiliki kulit penis yang
intact.
4) Perawatan Kulit
segara bila terkena bocoran urin atau feses, Gunakan pembersih kulit
6) Modifikasi Lingkungan
25
peralatan bantu seperti urinal didekat tempat tidur agar mudah
dijangkau.
4. Intervensi Pendidikan
dan dikelola. pendidikan yang diberikan pada klien dan caregiver sangat
sebagai berikut.
1. Melatih kebiasaan defekasi (buang air besar) yang teratur, yang akan
pasien.
kenyamanan pasien.
26
5. Mengurangi rasa malu perlu dilakukan dukungan semangat dalam
perawatan.
perut yang dihubungkan dengan usus besar. Anus ditutup (dijahit) dan
27
2.4 SOP Perawatan Inkontinensia Urin
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Eliminasi
Definisi :
buang air kecil yang ditandai dengan pengeluaran urine secara involunter (tidak
disadari)
Diagnosis Keperawatan :
- Inkontinensia Urine
Luaran Keperawatan :
Prosedur :
28
gangguan medullaspinalis, gangguan refleks detrusor, obat-obata, usia,
f. Bengkok
29
hari
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Eliminasi
Definisi :
buang air besar yang ditandai dengan pengeluaran feses secara involunter (tidak
disadari)
Diagnosis Keperawatan :
- Inkontinensia Fekal
30
Luaran Keperawatan :
Prosedur :
- Bengkok
31
10. Identifikasi perubahan frekuensi defekasi dan karakteristik feses.
32
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
urin atau feses secara tidak sengaja yang memberikan dampak pada masalah
kesehatan dan atau masalah sosial dan secara objektif dapat teramati (Ismail,
seperti intervensi perilaku (bantuan toileting, bladder training, dan latihan otot
Inkontinensia fekal merupakan keluarnya feses atau gas secara involunter atau
pada pasien tirah baring. SOP perawatan inkontinensia fekal dilakukan oleh
3.2. Saran
33
DAFTAR PUSTAKA
34