You are on page 1of 8

Masalah pokok

1. Tuntutan transformasi tata kelola pemerintahan yang semakin profesional, cepat, efektif,
dan adaptif untuk menjawab kebutuhan masyarakat di era demokratisasi dan digitalisasi.

2. Pentingnya reformasi birokrasi sebagai arus utama pendorong gelombang revolusi tata
kelola pemerintahan untuk menempatkan masyarakat sebagai aspek terdepan dan prioritas.

3. Masih banyak permasalahan dalam kegiatan dan proses pemberian layanan kepada
masyarakat yang tidak solutif dan terkadang menimbulkan kerumitan dalam proses
pelayanan kepada masyarakat.

4. Konsep the new public management dalam administrasi negara sudah hadir untuk
meningkatkan kepercayaan publik, menjembatani harapan dan keinginan warga,
memberikan ruang bagi keterlibatan sosial dalam pemerintahan, menyegarkan kembali
birokrasi publik, membangkitkan legitimasi bagi pemerintahan, serta melahirkan konsep the
new public service.

5. Masih sedikit instansi yang wajib memberikan layanan yang berstandar operasional
prosedur, adanya kejelasan, dan aspek durasi waktu pemberian layanan masih belum ada
sehingga kurang efektif dan efisien serta dapat merugikan waktu masyarakat yang sedang
mengakses pelayanan.

6. Masih ditemukan ketidakmampuan petugas pemberi layanan disebabkan karena


kompetensi yang rendah serta kurang sesuai dengan pekerjaan untuk menyediakan
pelayanan yang baik; kurangnya sikap ramah dan sopan, serta masih banyak penyedia
layanan yang belum menggunakan sarana prasarana yang layak serta sesuai kebutuhan
konsumen.

7. Mall Pelayanan Publik (MPP) sebagai pengintegrasian pelayanan publik dari daerah dengan
berbagai pelayanan publik instansi pemerintah pusat, BUMN, dan kalau mungkin swasta
merupakan model pelayanan terpadu untuk membangun efektivitas pelayanan publik.

Aktor yang terlibat

1. Pemerintah Daerah
Peran pemerintah daerah dalam membangun efektivitas pelayanan publik melalui
Mall Pelayanan Publik (MPP) sangat penting. Pemerintah daerah harus berperan sebagai
koordinator dalam membangun dan menjalankan MPP, yang melibatkan berbagai instansi
pemerintah pusat, BUMN, dan swasta.
Pemerintah daerah harus menyediakan lahan yang memadai untuk membangun
MPP, merancang dan mengatur tata letak MPP, serta mengelola dan memantau seluruh
kegiatan yang terjadi di dalam MPP. Selain itu, pemerintah daerah juga harus memastikan
bahwa seluruh instansi yang terlibat dalam MPP dapat berkoordinasi dengan baik untuk
memberikan pelayanan yang terintegrasi dan efektif kepada masyarakat.
Pemerintah daerah juga harus berperan aktif dalam mempromosikan MPP sebagai
salah satu alternatif layanan publik yang mudah diakses oleh masyarakat. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengadakan kampanye, mengadakan sosialisasi, dan memanfaatkan
media sosial untuk memperkenalkan MPP kepada masyarakat.
Selain itu, pemerintah daerah juga harus berperan dalam memantau dan
mengevaluasi kinerja MPP, dan mengambil langkah-langkah perbaikan jika ditemukan
masalah atau ketidaksesuaian dengan standar pelayanan publik yang ada. Dalam hal ini,
pemerintah daerah juga harus bekerja sama dengan berbagai pihak terkait untuk
memastikan bahwa MPP dapat memberikan pelayanan publik yang berkualitas dan efektif
kepada masyarakat.
2. Pemerintah Pusat
Peran pemerintah pusat adalah untuk membangun institusi publik yang
berintegritas, responsif melayani, dan aktif memberdayakan masyarakat untuk terlibat
langsung dalam pengaturan dan implementasi berbagai kebijakan publik di tingkat pusat
maupun daerah. Pemerintah pusat juga harus menguatkan hubungan antara institusi publik
dengan pelanggan atau masyarakatnya untuk meningkatkan kepercayaan publik dan
membangun legitimasi bagi pemerintahan. Selain itu, pemerintah pusat juga dapat berperan
dalam integrasi pelayanan publik dari daerah dengan berbagai pelayanan publik instansi
pemerintah pusat, BUMN, dan kalau mungkin swasta melalui konsep Mall Pelayanan Publik.
Pemerintah pusat juga dapat memberikan standar operasional prosedur (SOP) yang jelas
dalam menyediakan pelayanan dan memastikan sarana prasarana yang layak serta sesuai
kebutuhan konsumen tersedia, seperti sarana khusus bagi difabel, ruang laktasi, antrian
khusus bagi lansia, dan sistem konektivitas jaringan komputer/internet.
3. Masyarakat
peran masyarakat sangat penting dalam membangun institusi publik yang
berintegritas, responsif, melayani, dan aktif memberdayakan masyarakat untuk terlibat
langsung dalam pengaturan dan implementasi berbagai kebijakan publik di tingkat pusat
maupun daerah. Masyarakat diharapkan untuk menjadi pelanggan yang aktif dan terlibat
dalam memberikan masukan serta pengawasan terhadap kualitas pelayanan yang diberikan.
Selain itu, masyarakat juga diharapkan untuk berpartisipasi dalam mengembangkan
program-program pelayanan publik yang dapat memenuhi kebutuhan dan harapan mereka.
Dalam konteks Mall Pelayanan Publik, masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan fasilitas
tersebut untuk mengakses berbagai layanan publik yang dibutuhkan secara mudah, cepat,
dan efektif, serta memberikan masukan dan saran terhadap peningkatan kualitas pelayanan.
4. Mall Pelayanan Publik
Peran Mall Pelayanan Publik adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pelayanan publik kepada masyarakat. Melalui MPP, pemerintah dapat menyediakan
pelayanan publik yang terpadu dan terintegrasi dari berbagai instansi pemerintah pusat,
daerah, BUMN, dan mungkin swasta. MPP juga dapat memberikan sarana prasarana yang
layak dan sesuai kebutuhan konsumen, termasuk sarana bagi difabel, ruang laktasi, antrian
khusus bagi lansia, dan sistem konektivitas jaringan komputer dan internet untuk
memfasilitasi pengurusan layanan yang membutuhkan koneksi server pusat. Dengan adanya
MPP, diharapkan masyarakat dapat memperoleh pelayanan yang lebih baik, cepat, dan
terpercaya dari berbagai instansi pemerintah, sehingga dapat membangun kepercayaan
publik dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan publik.
5. Kemenpan RB
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan
RB) berperan penting dalam artikel ini untuk mengimplementasikan reformasi birokrasi
sebagai arus utama pendorong gelombang revolusi tata kelola pemerintahan. Kemenpan RB
juga bertanggung jawab untuk mengubah paradigma para administrator publik untuk
menempatkan masyarakat sebagai aspek terdepan dan prioritas, serta membangun institusi
publik yang berintegritas, responsif melayani dan aktif memberdayakan masyarakat untuk
terlibat langsung dalam pengaturan dan implementasi berbagai kebijakan publik di tingkat
pusat maupun daerah.
Dalam konteks pembangunan efektivitas pelayanan publik, Kemenpan RB dapat
berperan dalam menyediakan standar operasional prosedur (SOP) yang jelas bagi instansi
pemerintah yang wajib memberikan layanan, serta meningkatkan kompetensi dan kualitas
pelayanan petugas pemberi layanan publik. Kemenpan RB juga dapat memfasilitasi
penggunaan sarana prasarana yang layak dan sesuai dengan kebutuhan konsumen, seperti
sarana khusus bagi difabel, ruang laktasi, antrian khusus bagi lansia, dan sistem konektivitas
jaringan komputer, internet.Mall Pelayanan Publik (MPP) juga menjadi salah satu upaya
Kemenpan RB dalam membangun efektivitas pelayanan publik di Indonesia.
6. Deputi Pelayanan Publik
Deputi Pelayanan Publik memiliki peran penting dalam membangun efektivitas
pelayanan publik melalui Mall Pelayanan Publik (MPP). MPP merupakan integrasi pelayanan
publik dari daerah dengan berbagai pelayanan publik instansi pemerintah pusat, BUMN, dan
mungkin swasta. Dalam konteks ini, Deputi Pelayanan Publik bertanggung jawab untuk
memastikan bahwa pelayanan yang disediakan di MPP sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan, terintegrasi dengan baik, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.
Deputi Pelayanan Publik juga harus memastikan bahwa para petugas pelayanan di
MPP memiliki kompetensi yang memadai, sopan dan ramah dalam memberikan pelayanan,
serta menggunakan sarana prasarana yang layak dan sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Selain itu, Deputi Pelayanan Publik juga harus memastikan bahwa MPP dapat memberikan
akses yang mudah bagi masyarakat, termasuk bagi mereka yang memiliki keterbatasan fisik
atau berada di wilayah yang sulit dijangkau.
Selain itu, Deputi Pelayanan Publik juga harus memastikan bahwa MPP dapat
mempercepat proses pelayanan publik dan memberikan layanan yang efektif dan efisien.
Hal ini dapat dilakukan melalui penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang
tepat, seperti sistem antrian online, sistem pembayaran online, dan layanan pengaduan
online. Deputi Pelayanan Publik juga harus memastikan bahwa MPP terus melakukan
evaluasi dan perbaikan terhadap pelayanan yang disediakan, sehingga dapat memberikan
pelayanan yang semakin baik kepada masyarakat.
Dengan peran yang penting ini, Deputi Pelayanan Publik memiliki tanggung jawab
yang besar dalam membangun efektivitas pelayanan publik melalui Mall Pelayanan Publik.
Soal Nomor 2

A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai dasar PNS, dan Pengetahuan
tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh setiap aktor yang terlibat berdasarkan
konteks deskripsi kasus.
Penerapan nilai-nilai dasar PNS yang berorientasi pelayanan publik, akuntabel,
kompeten, harmonis, loyal, adaptif, dan kolaboratif dalam membangun efektivitas
pelayanan publik melalui Mall Pelayanan Publik dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Berorientasi pelayanan publik: Mall Pelayanan Publik harus berfokus pada kepentingan
masyarakat dan mampu memberikan layanan yang cepat, mudah, dan transparan.
Pelayanan publik yang baik harus dilakukan dengan sepenuh hati dan tanpa diskriminasi.

2. Akuntabel: Mall Pelayanan Publik harus mampu memberikan layanan dengan penuh
tanggung jawab dan transparan. Semua informasi yang diperlukan oleh masyarakat harus
tersedia dan mudah diakses, termasuk informasi tentang prosedur dan biaya yang terkait
dengan layanan.

3. Kompeten: Petugas pelayanan di Mall Pelayanan Publik harus memiliki kompetensi yang
memadai dan terus mengikuti perkembangan teknologi dan informasi. Mereka harus
mampu memberikan solusi yang tepat dan memberikan informasi yang akurat serta terkini.

4. Harmonis: Mall Pelayanan Publik harus menciptakan suasana yang nyaman dan harmonis
bagi masyarakat yang datang untuk memperoleh layanan. Karyawan harus ramah, sopan,
dan bersikap profesional terhadap semua pengunjung tanpa membedakan latar belakang
atau status sosial.

5. Loyal: Petugas di Mall Pelayanan Publik harus loyal kepada negara dan masyarakat serta
memprioritaskan kepentingan publik daripada kepentingan pribadi. Mereka harus selalu siap
memberikan layanan yang terbaik dan menjaga kepercayaan publik terhadap pelayanan
publik.

6. Adaptif: Mall Pelayanan Publik harus dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan
situasi dan kebutuhan masyarakat. Mereka harus terus memperbaiki sistem dan prosedur
yang ada serta berinovasi dalam memberikan pelayanan yang lebih baik dan efektif.

7. Kolaboratif: Mall Pelayanan Publik harus mampu bekerjasama dengan lembaga pemerintah
dan swasta serta berkomunikasi dengan baik dengan masyarakat. Mereka harus mengajak
masyarakat untuk terlibat aktif dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan kebijakan
publik.

Pelanggaran
Pelanggaran nilai-nilai dasar PNS dalam konteks pelayanan publik yang disebutkan dalam
artikel tersebut adalah:

1. Berorientasi Pelayanan Publik: Masih terdapat kekurangan dalam penyediaan standar


operasional prosedur (SOP) yang jelas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Beberapa instansi masih belum memiliki SOP yang memadai, sehingga mengakibatkan
masyarakat kesulitan dalam memperoleh pelayanan yang efektif dan efisien.

2. Akuntabel: Beberapa penyedia layanan masih belum menggunakan sarana prasarana yang
layak dan sesuai kebutuhan konsumen, seperti sarana khusus bagi difabel, ruang laktasi,
antrian khusus bagi lansia, dan sistem konektivitas jaringan komputer/internet. Hal ini
menghambat proses pelayanan dan dapat merugikan masyarakat.

3. Kompeten: Terdapat ketidakmampuan petugas pemberi layanan dalam menyediakan


pelayanan yang baik disebabkan oleh rendahnya kompetensi dan kurang sesuai dengan
pekerjaan yang diemban.

4. Harmonis: Masih terdapat penyedia layanan yang bersikap kurang ramah, kurang sopan atau
tidak jelas dalam berbicara, sehingga memberikan informasi dengan tidak ramah/santun.

5. Loyal: Tidak dijelaskan secara spesifik pelanggaran terhadap nilai loyal dalam artikel
tersebut.

6. Adaptif: Tidak dijelaskan secara spesifik pelanggaran terhadap nilai adaptif dalam artikel
tersebut.

7. Kolaboratif: Tidak dijelaskan secara spesifik pelanggaran terhadap nilai kolaboratif dalam
artikel tersebut.

Bentuk Pengetahuan pada kasus tersebut juga membahas tentang pengetahuan tentang
kedudukan dan peran PNS dan NKRI. Dalam konteks pemberian pelayanan publik,
pemerintah harus memastikan bahwa penyedia layanan menggunakan sarana prasarana
yang layak serta sesuai kebutuhan konsumen, misalnya sarana khusus bagi difabel, ruang
laktasi, antrian khusus bagi lansia, dan sistem konektivitas jaringan komputer, internet. Hal
ini penting karena Indonesia adalah negara yang tumbuh dalam era demokratisasi, juga
memasuki era digitalisasi dan virtualisasi, serta memiliki proyeksi menjadi the big five state
in the world. Oleh karena itu, pemerintah harus memastikan bahwa pelayanan publik yang
disediakan mampu menjangkau semua lapisan masyarakat dan sesuai dengan
perkembangan zaman.

B. Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang kedudukan dan
peran PNS dalam NKRI berdasarkan konteks deskripsi kasus
Tidak menerapkan nilai-nilai dasar PNS seperti berorientasi pelayanan publik, akuntabel, kompeten,
harmonis, loyal, adaptif, dan kolaboratif dapat memberikan dampak negatif pada efektivitas
pelayanan publik. Berikut ini adalah beberapa dampak yang mungkin terjadi:

1. Menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan institusi publik: Jika


pelayanan publik tidak optimal, masyarakat akan kehilangan kepercayaan terhadap
pemerintah dan institusi publik. Hal ini dapat menyebabkan kecemasan dan kebingungan di
antara masyarakat serta memperburuk citra pemerintah.
2. Berkurangnya partisipasi masyarakat: Ketika masyarakat tidak puas dengan pelayanan
publik, mereka cenderung kurang berpartisipasi dalam kegiatan pemerintah dan mungkin
bahkan menjadi apatis terhadap masalah publik.
3. Menurunnya efisiensi dan efektivitas pelayanan: Jika PNS tidak berorientasi pada pelayanan
publik yang baik, maka proses pelayanan publik akan menjadi kurang efektif dan efisien,
bahkan dapat memakan waktu yang lama. Hal ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi
masyarakat yang membutuhkan layanan publik.
4. Meningkatnya tingkat korupsi: Jika PNS tidak akuntabel, loyal, dan kolaboratif, maka risiko
korupsi dapat meningkat. Hal ini dapat mengakibatkan adanya penyalahgunaan kekuasaan,
penyelewengan dana, dan praktek-praktek yang merugikan masyarakat.
5. Berkurangnya kemampuan adaptasi: Jika PNS tidak adaptif, maka mereka tidak dapat
mengikuti perubahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya, seperti teknologi atau kebijakan
baru. Hal ini dapat menghambat kemampuan pemerintah untuk menangani masalah-
masalah yang muncul.
6. Tidak terciptanya harmonisasi antara PNS dan masyarakat: Jika PNS tidak bersikap harmonis
dan ramah terhadap masyarakat, maka hubungan antara PNS dan masyarakat akan menjadi
tegang dan tidak produktif. Hal ini dapat menyulitkan dalam memberikan pelayanan publik
yang baik.

Soal nomor 3

1. Menggunakan Teknologi Digital


Pemanfaatan teknologi digital seperti aplikasi mobile dan platform daring dapat membantu
meningkatkan kualitas pelayanan publik. Contohnya adalah penggunaan aplikasi untuk
mengajukan permohonan pelayanan publik, sehingga prosesnya dapat lebih cepat dan
mudah.
2. Menerapkan Sistem Pengaduan Online
Masyarakat dapat melaporkan keluhan terkait pelayanan publik secara online, sehingga
pengaduan dapat segera ditangani dan direspon dengan cepat.
3. Melakukan Pelatihan ASN
Melakukan pelatihan secara berkala untuk ASN pemerintah yang bertanggung jawab dalam
memberikan pelayanan publik, agar mereka memiliki keterampilan dan pengetahuan yang
memadai dalam menjalankan tugasnya.
4. Membuat Standar Pelayanan Publik yang Jelas
Membuat standar pelayanan publik yang jelas dan mudah dipahami oleh masyarakat.
Standar pelayanan ini harus menyebutkan persyaratan, waktu, dan biaya yang dibutuhkan
untuk memperoleh layanan publik.
5. Meningkatkan Partisipasi Masyarakat
Mendorong partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan
dalam penyediaan pelayanan publik. Masyarakat dapat diberikan kesempatan untuk
memberikan masukan dan umpan balik terkait dengan layanan publik yang disediakan.
6. Melakukan Evaluasi Terhadap Kinerja Pelayanan Publik
Melakukan evaluasi secara berkala terhadap kinerja pelayanan publik, baik dari sisi kualitas
maupun kuantitasnya. Evaluasi ini akan membantu mengidentifikasi masalah yang ada dan
menentukan langkah-langkah perbaikan yang harus dilakukan.
7. Membuat Sistem Reward dan Punishment yang Transparan
Membuat sistem reward dan punishment yang transparan dan adil untuk ASN yang
bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan publik. Hal ini akan memberikan insentif
bagi ASN yang berkinerja baik dan mendorong perbaikan kinerja bagi ASN yang masih belum
mencapai standar yang diinginkan.
8. Membuat Budaya Pelayanan Publik yang Baik
Membangun budaya pelayanan publik yang baik di kalangan ASN pemerintah, dengan
mengedepankan etika dan moral yang baik dalam memberikan pelayanan publik.
9. Menerapkan Prinsip One Stop Service
Menerapkan prinsip one stop service dalam penyediaan pelayanan publik, sehingga
masyarakat dapat memperoleh semua layanan yang dibutuhkan dalam satu tempat yang
sama.
10. Meningkatkan Keterbukaan Informasi Publik
Meningkatkan keterbukaan informasi publik, sehingga masyarakat dapat dengan mudah
mengakses informasi terkait dengan pelayanan publik yang disediakan. Hal ini akan
membantu meningkatkan transparan
11. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana, seperti menyediakan fasilitas khusus bagi
difabel, ruang laktasi, antrian khusus bagi lansia, dan sistem konektivitas jaringan komputer,
internet sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih cepat, mudah, dan efisien.

Soal nomor empat

1. Menggunakan Teknologi Digital


Konskuesi dari penerapan teknologi digital dalam pelayanan publik adalah meningkatnya
efisiensi dan efektivitas dalam proses pelayanan, sehingga dapat mempercepat penyelesaian
permintaan masyarakat. Selain itu, penggunaan teknologi digital dapat memperkecil resiko
kesalahan manusia dalam proses pelayanan, sehingga meningkatkan akurasi dan kualitas
pelayanan.
2. Menerapkan Sistem Pengaduan Online
Dengan adanya sistem pengaduan online, konsekuensinya adalah meningkatnya
responsifitas pemerintah dalam menangani pengaduan masyarakat dan memperbaiki
masalah yang ada dalam pelayanan publik. Hal ini juga dapat memperbaiki citra pemerintah
di mata masyarakat, karena masyarakat dapat merasa lebih terlibat dan dihargai dalam
proses penyediaan pelayanan publik.
3. Melakukan Pelatihan ASN
Dengan adanya pelatihan ASN, konsekuensinya adalah peningkatan kualitas pelayanan
publik yang disediakan oleh ASN. ASN akan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
memadai untuk memberikan pelayanan yang baik, sehingga meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintah.
4. Membuat Standar Pelayanan Publik yang Jelas
Dengan adanya standar pelayanan publik yang jelas, konsekuensinya adalah meningkatnya
transparansi dalam proses penyediaan pelayanan publik. Masyarakat akan mengetahui
persyaratan, waktu, dan biaya yang dibutuhkan untuk memperoleh layanan publik, sehingga
dapat mempersiapkan diri dan menghindari kemungkinan penipuan.
5. Meningkatkan Partisipasi Masyarakat
Dengan meningkatkan partisipasi masyarakat, konsekuensinya adalah meningkatnya
transparansi dan akuntabilitas dalam proses penyediaan pelayanan publik. Masyarakat
dapat memberikan masukan dan umpan balik terkait layanan publik yang disediakan,
sehingga pemerintah dapat memperbaiki masalah yang ada dan meningkatkan kepuasan
masyarakat.
6. Melakukan Evaluasi Terhadap Kinerja Pelayanan Publik
Dengan melakukan evaluasi terhadap kinerja pelayanan publik, konsekuensinya adalah
meningkatnya akuntabilitas dan transparansi dalam proses penyediaan pelayanan publik.
Pemerintah dapat mengidentifikasi masalah yang ada dan menentukan langkah-langkah
perbaikan yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas pelayanan
publik.
7. Membuat Sistem Reward dan Punishment yang Transparan
Dengan adanya sistem reward dan punishment yang transparan, konsekuensinya adalah
meningkatnya kinerja ASN dalam memberikan pelayanan publik. ASN yang berkinerja baik
akan mendapatkan insentif, sedangkan ASN yang tidak memenuhi standar akan dikenai
sanksi. Hal ini akan mendorong ASN untuk meningkatkan kinerjanya dan memberikan
pelayanan yang lebih baik.
8. Membuat Budaya Pelayanan Publik yang Baik Penerapan budaya pelayanan publik yang baik
dapat meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap layanan publik yang diberikan oleh ASN
pemerintah. Hal ini dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan
memperbaiki citra pemerintah di mata masyarakat.
9. Menerapkan Prinsip One Stop Service Menerapkan prinsip one stop service dapat
mempermudah dan mempercepat proses pelayanan publik, sehingga masyarakat tidak perlu
berkunjung ke berbagai instansi untuk mendapatkan layanan publik yang dibutuhkan. Hal ini
dapat menghemat waktu dan biaya yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam memperoleh
layanan publik.
10. Meningkatkan Keterbukaan Informasi Publik Meningkatkan keterbukaan informasi publik
dapat membantu masyarakat dalam mengakses informasi terkait dengan layanan publik
yang disediakan oleh pemerintah. Hal ini dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
pemerintah, serta membantu masyarakat dalam memantau kinerja pemerintah.
11. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana Peningkatan kualitas sarana dan prasarana
dalam penyediaan pelayanan publik dapat memperbaiki kualitas layanan publik yang
diberikan. Penyediaan fasilitas khusus bagi difabel, ruang laktasi, antrian khusus bagi lansia,
dan sistem konektivitas jaringan komputer, internet dapat memudahkan masyarakat dalam
mendapatkan layanan publik yang dibutuhkan dan meningkatkan efisiensi pelayanan publik
yang diberikan.

You might also like