You are on page 1of 32

Case Report

Prolaps Uteri

Pembimbing :

Dr.Batara Sirait, Sp.OG

Disusun oleh :

Octaviani Wijaya (04-053)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 16 November-19 Desember 2009

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA

2009

BAB I
Prolaps Uteri 1
Octaviani Wijaya/Kepaniteraan Klinik Obs & Gin/RSUD.Bekasi/ Desember 2009
PENDAHULUAN

Prolapsus uteri adalah keadaan dimana turunnya uterus melalui hiatus genitalis
yang disebabkan kelemahan ligamen-ligamen (penggantung), fascia (sarung) dan otot
dasar panggul yang menyokong uterus.

Di Indonesia, prolapsus genitalis lebih sering dijumpai pada wanita yang telah
melahirkan, wanita tua, dan wanita dengan pekerjaan berat. Djafar Siddik pada
penyelidikan selama 2 tahun (1969-1970) memperoleh 63 kasus prolapsus genitalis dari
5.372 kasus ginekologik di Rumah Sakit Dr.Pirngadi di Medan, terbanyak pada grande
multipara dalam masa menopause, dan 31,74 % pada wanita petani, dari 63 kasus
tersebut, 69 % berumur 40 tahun. Jarang sekali prolapsus uteri dapat ditemukan pada
seorang nullipara.

Di Amerika Serikat, suatu studi menjelaskan bahwa dari 16.000 juta pasien
ditemukan prolaps uteri sebesar 14,2 %. Usia rata-rata yang dilakukan operasi prolaps
genitalia berkisar 54-55 tahun. Morbiditas dari prolaps genitalia meningkat secara
signifikan karena disebabkan komplikasi sekunder dari prolaps uteri tersebut, seperti
gangguan pada saluran pencernaan, kandung kemih dan gangguan fungsi seksual.

Penyebab terutama adalah melahirkan dan pekerjaan yang menyebabkan


tekanan intraabdominal meningkat serta kelemahan dari ligamentum-ligamentum
karena hormonal pada usia lanjut. Trauma persalinan, beratnya uterus pada masa
involusi uterus, mungkin juga sebagai penyebab. Pasca histerektomi, vagina
mempunyai potensial untuk mengalami prolaps akibat hilangnya penunjang puncak
vagina.

Dalam pembahasan dibawah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai prolaps
uteri dari klasifikasi, faktor risiko, etiologi hingga upaya penatalaksanaannya.

Prolaps Uteri 2
Octaviani Wijaya/Kepaniteraan Klinik Obs & Gin/RSUD.Bekasi/ Desember 2009
BAB II

PEMBAHASAN

PROLAPS UTERI

2.1. Definisi
Prolapsus adalah jatuh atau turunnya suatu bagian uterus kedalam atau keluar
dari vagina. Prolapsus uteri adalah rahim keluar atau menonjol di vagina. Prolapsus
uteri adalah pergeseran letak uterus ke bawah sehingga serviks berada di dalam
orifisium vagina (prolapsus derajat 1), serviks berada di luar orifisium (prolapsus
derajat 2), atau seluruh uterus berada di luar orifisium.
Prolapsus uteri, sistokel, urethrokel, enterokel, rektokel dan kolpokel pasca
histerektomia merupakan bagian dari bentuk-bentuk Prolapsus Vagina. Sedangkan
Prolapsus uteri itu sendiri terjadi karena kelemahan ligamen endopelvik terutama
ligamentum tranversal dapat dilihat pada nullipara dimana terjadi elangosio koli disertai
prolapsus uteri tanpa sistokel tetapi ada enterokel. Pada keadaan ini fascia pelvis
kurang baik pertumbuhannya dan kurang ketegangannya.
Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause.
Persalinan lama dan sulit, meneran sebelum pembukaan lengkap, laserasi dinding
vagina bawah pada kala II, penatalaksanaan pengeluaran plasenta , reparasi otot-otot
dasar panggul menjadi atrofi dan melemah. Oleh karena itu prolapsus uteri tersebut
akan terjadi bertingkat-tingkat.

2.2. Insidens
Lima puluh persen wanita yang telah melahirkan akan mengalami prolapsus
alat genitalia mulai dari derajat ringan sampai berat. Prolapsus uteri ini akan meningkat
jumlahnya karena usia harapan wanita juga meningkat. Pasca histerektomi, vagina
mempunyai potensial untuk mengalami prolaps akibat hilangnya penunjang puncak
vagina.

Prolaps Uteri 3
Octaviani Wijaya/Kepaniteraan Klinik Obs & Gin/RSUD.Bekasi/ Desember 2009
2.3. Anatomi dan Patologi
Viscera pelvis ditunjang oleh dasar panggul dengan bagian pubokoksigeal
levator ani melingkari bagian bawah vagina dan uretra sebelum melekat pada bagian
anterior tulang pubis. Dinding vagina dilapisi sel epitel yang dikelilingi fascia
endopelvis yang terdiri dari otot polos, elastin dan kolagen yang melekat pada
penunjang pelvis yang terletak lebih dalam. Serviks dan sepertiga atas vagina ditunjang
oleh ligamentum sakrouterina dan ligamentum kardinale (bagian dari parakolpium).
Sepertiga tengah vagina melekat pada fascia puboservikalis serta fascia arkus tendineus
pelvis dimana berjalan sepanjang dasar panggul diantara simfisis pubis dan spina
ischiadika. Sepertiga bawah vagina bersatu dengan diafragma urogenital yang terdiri
dari fascia levator ani, membrana perineal dan badan perineal.

Gambar 1. Anatomi pelvis

Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa Prolapsus uteri terdapat dalam


berbagai tingkat, dari yang paling ringan sampai Prolapsus uteri totalis. Terutama
akibat persalinan, khususnya persalinan pervaginam yang susah dan terdapatnya
kelemahan-kelemahan ligamen yang tergolong dalam fascia endopelviks dan otot-otot
serta fascia-fascia dasar panggul. Juga dalam keadaan tekanan intraabdominal yang
meningkat dan kronik akan memudahkan penurunan uterus, terutama apabila tonus
otot-otot mengurang seperti pada penderita dalam menopouse.

Prolaps Uteri 4
Octaviani Wijaya/Kepaniteraan Klinik Obs & Gin/RSUD.Bekasi/ Desember 2009
Serviks uteri terletak diluar vagina, akan tergeser oleh pakaian wanita tersebut.
Dan lambat laun menimbulkan ulkus yang dinamakan ulkus dekubitus. Jika fasia
dibagian depan dinding vagina kendor biasanya trauma obstetric, ia akan terdorong
oleh kandung kencing sehingga menyebabkan penonjolan dinding depan vagina
kebelakang yang dinamakan sistokel. Sistokel yang pada mulanya hanya ringan saja,
dapat menjadi besar karena persalinan berikutnya, yang kurang lancar, atau yang
diselesaikan dalam penurunan dan menyebabkan urethrokel. Urethrokel harus
dibedakan dari divertikulum urethra. Pada divertikulum keadaan urethra dan kandung
kencing normal hanya dibelakang urethra ada lubang, yang membuat kantong antara
urethra dan vagina. Kekendoran fasia dibagian belakang dinding vagina oleh trauma
obstetrik atau sebab-sebab lain dapat menyebabkan turunnya rektum kedepan dan
menyebabkan dinding belakang vagina menonjol kelumen vagina yang dinamakan
retrokel. Enterokel adalah hernia dari kavum Douglasi. Dinding vagina bagian
belakang turun dan menonjol kedepan. Kantong hernia ini dapat berisi usus atau
omentum. Melemahnya fasia antara vagina dan rectum menyebabkan rektokel, rektokel
besar dapat terisi oleh feses yang kadang-kadang hanya dapat dikeluarkan secara
manual dan stasis kemih yang disebabkan oleh sisitokel besar akan memudahkan
terjadinya infeksi. Sewaktu persalinan, kedua lesi dapat menghambat penurunan normal
janin kecuali apabila kedua kantung tersebut dikosongkan dan didorong keluar dari
jalan lahir.

2.4. Klasifikasi Prolapsus Uteri


Mengenai istilah dan klasifikasi prolapsus uteri terdapat perbedaan pendapat
antara lain ginekologi. Friedman dan Little (1961) mengemukakan beberapa macam
klasifikasi yang dikenal yaitu :
a. Prolapsus uteri TK I dimana serviks uteri turun sampai introitus vaginae; Prolapsus
uteri TK II, dimana serviks menonjol keluar dari introitus vaginae ; Prolapsus uteri
TK III, seluruh uterus keluar dari vagina; prolapsus ini juga dinamakan Prosidensia
uteri.
b. Prolapsus uteri TK I, serviks masih berada di dalam vagina ; Prolapsus uteri TK III,
servik keluar dari introitus, sedang pada Prosidensia uteri, uterus seluruhnya keluar
dari vagina.

Prolaps Uteri 5
Octaviani Wijaya/Kepaniteraan Klinik Obs & Gin/RSUD.Bekasi/ Desember 2009
c. Prolapsus uteri TK I, serviks mencapai introitus vaginae ; Prolapsus uteri TK II ,
uterus keluar dari introitus kurang dari ½ bagian ; Prolapsus uteri TK III, uterus
keluar dari introitus lebih besar dari ½ bagian.
d. Prolapsus uteri TK I, serviks mendekati prosessus spinosus; Prolapsus uteri TK II,
serviks terdapat antara Proc. Spinosus dan introitus vaginae ; Prolapsus uteri TK III ,
serviks keluar dari introitus.
e. Klasifikasi ini sama dengan klasifikasi d, ditambah dengan Prolapsus uteri TK IV
(Prosidensia Uteri).

Secara umum, berdasarkan lokasi dan anatomi dan tingkat prolapsusnya atas
letaknya dari introitus vagina, prolaps uteri dibagi menjadi :
 Derajat I :
Bila uterus yang turun masih diatas introitus vagina (didalam vagina)
 Derajat II :
Bila uterus yang turun telah mencapai introitus vagina
 Derajat III :
Bila uterus yang turun telah keluar dari introitus vagina

Gambar 2. Prolaps uteri grade III Gambar 3 . Prosidensia

Prolaps Uteri 6
Octaviani Wijaya/Kepaniteraan Klinik Obs & Gin/RSUD.Bekasi/ Desember 2009
2.5. Etiologi
1. Dasar panggul yang lemah, oleh karena kerusakan dasar panggul pada
persalinan yang terlampau sering dengan penyulit seperti ruptura perineum
atau oleh karena usia lanjut.
2. Kelemahan jaringan ikat pada daerah rongga panggul, terutama jaringan ikat
tranversal.
3. Tarikan pada janin pada pembukaan yang belum lengkap.
4. Prasat Crede yang berlebihan pada saat mengeluarkan plasenta.
5. Peningkatan tekanan intra abdomen : Ascites, tumor-tumor di daerah pelvis,
batuk yang kronis dan pengejan (obstipasi atau striktura pada traktus
urinarius).
6. Retinakulum uteri yang lemah (asteni atau kelainan congenital berupa :
kelemahan jaringan penyokong uterus yang sering pada nullipara.
7. Menopause : defisiensi Estrogen sehingga elastisitas dari jaringan ikat
berkurang dan otot-otot panggul mengecil yang menyebabkan melemahnya
sokongan pada rahim.
8. Pertolongan persalinan yang tak terampil sehingga meneran terjadi pada saat
pembukaan belum lengkap.
9. Terjadi perlukaan jalan lahir yang dapat menyebabkan lemahnya jaringan ikat
penyangga vagina
Dengan adanya persalinan yang sulit, menyebabkan kelemahan pada
ligamentum-ligamentum, fascia endopelvik, otot-otot dan fascia dasar panggul karena
peningkatan tekanan intra abdominal dan faktor usia. Karena serviks terletak diluar
vagina akan menggeser celana dalam dan menjadi ulkus dekubiltus (borok). Dapat
menjadi SISTOKEL karena kendornya fascia dinding depan vagina (mis : trauma
obstetrik) sehingga kandung kemih terdorong ke belakang dan dinding depan vagina
terdorong ke belakang. Dapat terjadi URETROKEL, karena uretra ikut dalam
penurunan tersebut. Dapat terjadi REKTOKEL, karena kelemahan fascia di dinding
belakang vagina, oleh karena trauma obstetri atau lainnya, sehingga rektum turun ke
depan dan menyebabkan dinding vagina atas belakang menonjol ke depan. Dapat
terjadi ENTEROKEL, karena suatu hernia dari kavum douglasi yang isinya usus halus
atau sigmoid dan dinding vagina atas belakang menonjol ke depan. Sistokel, uretrokel,
Prolaps Uteri 7
Octaviani Wijaya/Kepaniteraan Klinik Obs & Gin/RSUD.Bekasi/ Desember 2009
rektokel, enterokel dan kolpokel disebut prolaps vagina. Prolaps uteri sering diikuti
prolaps vagina, tetapi prolaps vagina dapat berdiri sendiri.

Gambar 4. Sistokel Gambar 5. Enterokel


2.6. Gejala-Gejala Klinik
Gejala sangat berbeda-beda dan bersifat individual. Kadangkala penderita
yang satu dengan prolaps yang cukup berat tidak mempunyai keluhan apapun,
sebaliknya penderita lain dengan prolaps ringan mempunyai banyak keluhan. Keluhan-
keluhan yang hampir selalu dijumpai :
a. Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol digenitalia
eksterna.
b. Rasa sakit dipanggul dan pinggang (Backache). Biasanya jika penderita
berbaring, keluhan menghilang atau menjadi kurang.
c. Sistokel dapat menyebabkan gejala-gejala :
1. Miksi sering dan sedikit-sedikit. Mula-mula pada siang hari, kemudian lebih
berat juga pada malam hari.
2. Perasaan seperti kandung kencing tidak dapat dikosongkan seluruhnya.
3. Sisitokel sering diakibatkan oleh stress incontinence yaitu tidak dapat
menahan kencing jika batuk, mengejan. Kadang-kadang dapat terjadi
retensio urine pada sistokel yang besar sekali, hal ini akibat hilangnya sudut
uretrovesika posterior, hal ini dapat diperparah oleh kehamilan akibat
membesarnya uterus dan meningkatnya tekanan intra-abdominal. Pada
wanita ini memiliki tekanan penutupan uretra yang rendah yang tidak cukup
Prolaps Uteri 8
Octaviani Wijaya/Kepaniteraan Klinik Obs & Gin/RSUD.Bekasi/ Desember 2009
meningkat untuk mengkompensasi peningkatan progresif tekanan kandung
kemih yang ditimbulkan oleh pembesaran uterus.
d. Retrokel dapat menjadi gangguan pada defekasi :
1. Obstipasi karena feces berkumpul dalam rongga retrokel.
2. Baru dapat defakasi setelah diadakan tekanan pada retrokel dan vagina.
e. Prolapsus uteri dapat menyababkan gejala sebagai berikut :
1. Pengeluaran serviks uteri dari vulva mengganggu penderita waktu berjalan
dan bekerja. Gesekan portio uteri oleh celana menimbulkan lecet sampai luka
dan dekubitus pada portio uteri.
2. Leukorea karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan karena
infeksi serta luka pada portio uteri.
f. Enterokel dapat menyebabkan perasaan berat di rongga panggul dan rasa penuh
di vagina.

Pada bulan-bulan pertama kehamilan, serviks, dan kadang-kadang sebagian


korpus uteri, dapat menonjol dari vulva dengan derajat bervariasi. Namun, seiring
dengan kemajuan kehamilan, korpus uteri biasanya bergerak ke atas panggul, dan
hal ini dapat menarik serviks ke atas bersamanya. Apabila uterus masih dalam
posisi prolaps, dapat timbul gejala-gejala inkarserasi pada bulan ketiga dan
keempat.

2.7. Diagnosis
Sangat individual dan berbeda-beda, kadang-kadang prolapsus uterinya cukup
berat tapi keluhannya tidak ada dan sebaliknya. Keluhan-keluhan penderita dan
pemeriksaan ginekologik umumnya dengan mudah dapat menegakkan diagnosis
prolapsus genitalis.

1. Anamnesis
Carilah faktor predisposisi, termasuk trauma persalinan, penyakit paru-
paru, obstruktif menahun, perokok, batuk kronik, obesitas.
2. Pemeriksaan Fisik
Periksa kesehatan umum, apakah ada kelainan medis lain yang merupakan
faktor predisposisi.

Prolaps Uteri 9
Octaviani Wijaya/Kepaniteraan Klinik Obs & Gin/RSUD.Bekasi/ Desember 2009
3. Pemeriksaan Ginekologi
- Nilai derajat prolapsus
- Adakah sistokel atau rektokel
- Nilai keadaan serviks (adakah lesi?)
- Ukur panjang serviks dengan sondase
- Bila perlu lakukan tes Valsava

Friedman dan Little (1961) menganjurkan cara pemeriksaan sebagai berikut :


 Penderita pada posisi jongkok disuruh mengejan dan ditemukan dengan
pemeriksaan jari, apakah portio pada normal atau portio sampai introitus
vagina atau apakah serviks uteri sudah keluar dari vagina. Selanjutnya
dengan penderita berbaring pada posisi litotomi, ditentukan pula
panjangnya servik uteri. Serviks uteri yang lebih panjang dari biasanya
dinamakan Elongasio kolli.
 Pada sistokel dijumpai didinding vagina depan benjolan kistik lembek dan
tidak nyeri tekan. Benjolan ini bertambah besar jika penderita mengejan.
Jika dimasukkan kedalam kandung kencing kateter logam, kateter itu
diarahkan kedalam sistokel, dapat diraba keteter tersebut dekat sekali pada
dinding vagina. Uretrokel letaknya lebih kebawah dari sistokel, dekat
pada OUE. Menegakkan diagnosis retrokel mudah, yaitu menonjolnya
rectum kelumen vagina 1/3 bagian bawah. Penonjolan ini berbentuk
lonjong, memanjang dari proksimal kedistal, kistik dan tidak nyeri. Untuk
memastikan diagnosis, jari dimasukkan kedalam rectum, dan selanjutnya
dapat diraba dinding retrokel yang menonjol kelumen vagina. Enterokel
menonjol kelumen vagina lebih atas dari retrokel. Pada pemeriksaan
rektal, dinding rektum lurus, ada benjolan ke vagina terdapat diatas
rectum.
2.8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat menyertai Prolapsus uteri adalah :
a. Keratinasi mukosa vagina dan portio uteri
b. Dekubitus
c. Hipertropi serviks uteri dan elangasio kolli.
d. Gangguan miksi dan stress incontinence

Prolaps Uteri 10
Octaviani Wijaya/Kepaniteraan Klinik Obs & Gin/RSUD.Bekasi/ Desember 2009
e. Infeksi jalan kencing
f. Infertilitas
g. Kesulitan pada waktu partus
h. Hemoroid
i. Inkarserasi usus halus

2.9. Pencegahan
Hindari faktor-faktor yang mempermudah prolapsus uteri dan dengan anjuran :
 Istirahat yang cukup, hindari kerja yang berat dan melelahkan gizi cukup
 Pimpin yang benar waktu persalinan, seperti : Tidak mengedan sebelum
waktunya, Pemendekan waktu persalinan terutama bila kala pengeluaran
dan kalau perlu dilakukan elektif (umpamanya foceps dengan kepala sudah
didasar panggul), membuat episiotomi, memperbaiki dan mereparasi luka
atau kerusakan jalan lahir dengan baik, memimpin persalinan dengan baik
agar dihindarkan penderita meneran sebelum pembukaan lengkap betul,
menghindari paksaan dalam mengeluiarkan plasenta (perasat Crede).
 Mengawasi involusi uterus pasca persalinan tetap baik dan cepat, serta
mencegah atau mengobati hal-hal yang dapat meningkatkan tekanan
intraabdominal seperti batuk-batuk yang kronik.
 Menghindari mengangkat benda-benda yang berat.
 Menghindari hal-hal yang dapat meningkatkan tekanan intraabdominal,
seperti : batuk, mengedan (obstipasi).
 Dan juga menganjurkan agar penderita jangan terlalu banyak punya anak
atau sering melahirkan.

2.10. Penatalaksanaan
Pengobatan non-operatif
Pengobatan cara ini tidak seberapa memuaskan tetapi cukup membantu. Cara
ini dilakukan pada prolapsus ringan tanpa keluhan, atau penderita masih ingin
mendapat anak lagi, atau penderita menolak untuk dioperasi, atau kondisinya tidak
mengijinkan untuk dioperasi.
a. Latihan-latihan otot dasar panggul.
b. Stimulasi otot-otot dengan alat listrik.
Prolaps Uteri 11
Octaviani Wijaya/Kepaniteraan Klinik Obs & Gin/RSUD.Bekasi/ Desember 2009
c. Pengobatan dengan pessarium. Hanya bersifat paliatif.
Prinsipnya : alat ini mengadakan tekanan pada dinding atas vagina sehingga
uterus tak dapat turun melewati vagina bagian bawah.
Biasanya dipakai pada keadaan : Prolapsus uteri dengan kehamilan, Prolapsus
uteri dalam masa nifas, Prolapsus uteri dengan dekubitus / ulkus, Prolapsus uteri
yang tak mungkin dioperasi : keadaan umum yang jelek. penderita belum siap
untuk dilakukan operasi, sebagai terapi tes, penderita menolak untuk dioperasi,
untuk menghilangkan simptom yang ada sambil menunggu waktu operasi dapat
dilakukan.

Gambar 6. Pesarium . A. Cube pessary. B. Gehrung pessary. C. Hodge with knob pessary.
D. Regula pessary. E. Gellhorn pessary. F. Shaatz pessary. G. Incontinence dish pessary.
H. Ring pessary. I. Donut pessary. (Courtesy of Milex, Cooper Surgical.)

Prolaps Uteri 12
Octaviani Wijaya/Kepaniteraan Klinik Obs & Gin/RSUD.Bekasi/ Desember 2009
Gambar 7. Teknik pemasangan pesarium
Pada awal kehamilan, uterus harus dikembalikan dan dipertahankan dalam
posisinya dengan pesarium yang sesuai. Namun, apabila dasar panggul terlalu
lemah sehingga pesarium tidak dapat dipertahankan, wanita yang bersangkutan
harus berbaring selama mungkin sampai setelah bulan keempat. Apabila sebagian
besar serviks telah berada diluar vulva dan tidak dapat dikembalikan, kehamilan
harus dihentikan. Keberhasilan kehamilan dan bahkan perlahiran pervaginam
pernah dilaporkan setelah fiksasi uterus uterosakrum sakrospinosa untuk
memperbaiki prolaps uteri yang parah.
d. Estrogen Replacement Therapy ( ERT ).

Prolaps Uteri 13
Octaviani Wijaya/Kepaniteraan Klinik Obs & Gin/RSUD.Bekasi/ Desember 2009
Pengobatan Operatif
Prolapsus uteri biasanya disertai dengan Prolapsus vagina. Maka, jika
dilakukan pembedahan untuk Prolapsus uteri, Prolapsus vagina perlu ditangani pula.
Ada kemungkinan terjadi Prolapsus vagina yang membutuhkan pembedahan, padahal
tidak ada Prolapsus uteri, atau Prolapsus uteri yang tidak ada belum perlu dioperasi.
Indikasi untuk melakukan operasi pada Prolapsus vagina adalah adanya keluhan.

Jenis-jenis operasi untuk prolaps uteri :


1. Operasi Manchester / Manchester-Fothergill
Pada operasi ini dilakukan amputasi serviks uteri (untuk memperpendek
serviks yang memanjang) dan penjahitan ligamentum kardinale yang telah dipotong
di depan serviks, sehingga uterus akan terletak dalam posisi anteversifleksi dan
turunnya uterus dapat dicegah. Dilakukan pula kolporafia anterior dan
kolpoperineoplastik. Tindakan ini dapat menyebabkan infertilitas, abortus, partus
prematurus dan distosia servikalis pada persalinan.

2. Histerektomi vaginal
Operasi ini tepat untuk dilakukan pada prolapsus uteri dalam tingkat lanjut dan
pada wanita yang telah menopause. Setelah uterus diangkat, puncak vagina
digantungkan pada ligamentum rotundum kanan kiri, atas pada ligamentu
infundibulo pelvikum, kemudian operasi akan dilanjutkan dengan kolporafi anterior
dan kolpoperinerorafi untuk mencegah prolaps vagina di kemudian hari.

3. Kolpoklelsis (operasi Neugebauer-La fort)


Operasi ini berupa menjahitkan dinding vagina depan dengan dinding
belakang, sehingga lumen vagina tertutup dan uterus terletak di atas vagina. Operasi
ini tidak memperbaiki sistokel dan rektokelnya sehingga dapat menimbulkan
inkontinensia urine. Obstipasi serta keluhan prolaps lainnya juga tidak hilang.

4. Operasi-operasi lainnya :Ventrofiksasi / histeropeksi, Interposisi


Ventrofiksasi : membuat uterus ventrofiksasi dengan cara memendekan
ligamentum rotundum ke dinding perut atau dengan cara operasi Purandare.

Prolaps Uteri 14
Octaviani Wijaya/Kepaniteraan Klinik Obs & Gin/RSUD.Bekasi/ Desember 2009
Operasi pengangkatan kandungan (histerektomi) merupakan pilihan berat bagi
seorang wanita. Pasalnya, tindakan medis ini menyebabkan kemandulan dan berbagai
efek lainnya. Oleh karena itu, histerektomi hanya dilakukan pada penyakit-penyakit
berat pada kandungan (uterus).
Banyak hal yang dapat 'memaksa' praktisi medis dan pasien untuk memilih tindakan
pengangkatan kandungan. Fibroid atau mioma merupakan salah satu penyebab
tersering. Penyebab lainnya adalah endometriosis, prolapsus uteri (uterus keluar
melalui vagina), kanker  (pada uterus, mulut rahim, atau ovarium), perdarahan per
vaginam yang menetap, dan lain-lain.
Ada tiga macam tipe histerektomi, yaitu :
1. Histerektomi total (lengkap). Pada tipe ini, uterus diangkat bersama mulut
rahim. Teknik ini paling banyak dilakukan.
2. Histerektomi sebagian. Hanya bagian atas uterus yang diangkat sedangkan
mulut rahim dibiarkan ditempatnya.
3. Histerektomi radikal. Uterus, mulut rahim, bagian atas vagina, dan jaringan
penyangga yang ada disekitarnya, semuanya diangkat. Jenis ini biasanya
dilakukan pada beberapa kasus kanker.
Sedangkan cara operasi histerektomi juga terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Histerektomi abdominal, dimana pengangkatan kandungan dilakukan melalui
irisan pada perut, baik irisan vertikal maupun horisontal (Pfanenstiel).
Keuntungan teknik ini adalah dokter yang melakukan operasi dapat melihat
dengan leluasa uterus dan jaringan sekitarnya dan mempunyai cukup ruang
untuk melakukan pengangkatan uterus. Cara ini biasanya dilakukan pada
mioma yang berukuran besar atau terdapat kanker pada uterus. Kekurangannya,
teknik ini biasanya menimbulkan rasa nyeri yang lebih berat, menyebabkan
masa pemulihan yang lebih panjang, serta menimbulkan jaringan parut yang
lebih banyak.
2. Histerektomi vaginal, dilakukan melalui irisan kecil pada bagian atas vagina.
Melalui irisan tersebut, uterus (dan mulut rahim) dipisahkan dari jaringan dan
pembuluh darah di sekitarnya kemudian dikeluarkan melalui vagina. Prosedur
ini biasanya digunakan pada  prolapsus uteri. Kelebihan tindakan ini adalah

Prolaps Uteri 15
Octaviani Wijaya/Kepaniteraan Klinik Obs & Gin/RSUD.Bekasi/ Desember 2009
kesembuhan lebih cepat, sedikit nyeri, dan tidak ada jaringan parut yang
tampak.
3. Histerektomi laparoskopi. Teknik ini ada dua macam yaitu histeroktomi vagina
yang dibantu laparoskop (laparoscopically assisted vaginal hysterectomy,
LAVH) dan histerektomi supraservikal laparoskopi (laparoscopic supracervical
hysterectomy, LSH). LAVH mirip dengan histerektomi vagnal, hanya saja
dibantu oleh laparoskop yang dimasukkan melalui irisan kecil di perut untuk
melihat uterus dan jaringan sekitarnya serta untuk membebaskan uterus dari
jaringan sekitarnya. LSH tidak menggunakan irisan pada bagian atas vagina,
tetapi hanya irisan pada perut. Melalui irisan tersebut laparoskop dimasukkan.
Uterus kemudian dipotong-potong menjadi bagian kecil agar dapat keluar
melalui lubang laparoskop. Kedua teknik ini hanya menimbulkan sedikit nyeri,
pemulihan yang lebih cepat, serta sedikit jaringan parut.
Setelah histerektomi, siklus haid atau menstruasi akan berhenti dan wanita
tidak dapat lagi hamil. Jika pada histerektomi juga dilakukan pengangkatan ovarium
(indung telur), maka dapat timbul menopause dini.Indikasi untuk melakukan operasi
pada Prolapsus uteri tergantung dari beberapa faktor, seperti umur penderita,
keinginannya untuk mendapat anak atau untuk mempertahankan uterus, tingkat
prolapsus dan adanya keluhan.
1.Masa Reproduksi
Bila uterus masih ingin dipertahankan :
- Ventrofiksasi
- Amputasi serviks (bila ada elongatio serviks)
2.Pasca menopause
Seksual aktif
- Ventrofiksasi menggunakan Mesh
- Vaginal histerektomi dengan menggantung ouncak vagina
Seksual tidak aktif
- Vaginal histerektomi dengan kolpokleisis
3.Bila terdapat sistokel
Kolporafi anterior dan dipergunakan Mesh bila ada sistokel derajat III
4. Bila terdapat rektokel
Kolporafi posterior, bila terdapat rektokel derajat III dilakukan kolporafi.
Prolaps Uteri 16
Octaviani Wijaya/Kepaniteraan Klinik Obs & Gin/RSUD.Bekasi/ Desember 2009
5. Prolapsus uteri derajat III yang lama : TVH + KA + KPR

Gambar 8. A. Marlex. B. Mersilene. C. Prolene. D. Gore-Tex. E. Gynemesh-PS. F. IVS (intravaginal


slingplasty) mesh. (From Iglesia, 1997, with permission.)

Perbaikan prolaps uteri, sistokel, rektokel dan enterokel secara bedah jangan
dilakukan selama periode antepartum dan intrapartum. Perbaikan definitive, sering
dengan histerektomi vagina untuk prolaps uteri terkait dan sterilisasi, harus dilakukan
setelah hiperemia panggul yang dipicu oleh kehamilan mereda.

Prolaps Uteri 17
Octaviani Wijaya/Kepaniteraan Klinik Obs & Gin/RSUD.Bekasi/ Desember 2009
BAB III

IKHTISAR KASUS

I. IDENTITAS
Nama : Ny. E
Umur : 73 thn
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Alamat : Karawang
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku bangsa : Sunda
Tanggal masuk RS : 29-11-2009
Jam masuk RS : 16.45 WIB

Prolaps Uteri 18
Octaviani Wijaya/Kepaniteraan Klinik Obs & Gin/RSUD.Bekasi/ Desember 2009
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama :
Keluar daging dari kemaluan ± sejak 2 tahun yang lalu.
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RSUD Bekasi dengan keluhan keluar sesuatu seperti
daging warna merah keluar dari kemaluannya terutama saat pasien
mengedan dan harus dimasukkan dengan tangan.
C. Riwayat Menstruasi :
 Menarche : 14 tahun
 Siklus : teratur
 Lama haid : ± 4 hari
 Banyak : 3x ganti pembalut
 Dismenorrhea : tidak ada

D. Riwayat Perkawinan :
Menikah satu kali, usia waktu menikah 19 tahun.

E. Riwayat Kehamilan Lalu :


I. ♂, cukup bulan, normal, 2750gr, bidan

II. ♀, cukup bulan, normal, 3000gr, bidan

III. ♀, cukup bulan, normal, 2600gr, bidan

IV. ♀, cukup bulan, normal, 3100gr, bidan

V. ♂, cukup bulan, normal, 2800gr, bidan

VI. ♂, cukup bulan, normal, 2700gr, bidan

VII. ♀, cukup bulan, normal, 2650gr, bidan

F. Riwayat KB : Pil (+).

G. Riwayat Penyakit Dahulu :

Prolaps Uteri 19
Octaviani Wijaya/Kepaniteraan Klinik Obs & Gin/RSUD.Bekasi/ Desember 2009
Hipertensi (+), DM (-), Asma (-), Alergi (-).

H. Riwayat Operasi : (-)

I. Riwayat Penyakit Keluarga :


Hipertensi (-), DM (-), Asma (-), Alergi (-).

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. STATUS GENERALIS
Keadaan umum : Tamapak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : TD : 130/90 mmHg
N : 88 x / menit
RR : 20 x / menit
Suhu : 36, 5 º C
Mata : Conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema
palpebra -/-
Leher : KGB tidak membesar, tiroid tidak teraba membesar.
Thorax
Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : Sn. vesikuler, Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen : Datar, supel, NT (-).
Hepar dan Lien tidak teraba membesar
Ekstremitas : Akral hangat (+), edema (-)

B. STATUS GINEKOLOGIK
Inspeksi : benjolan (+) keluar dari introitus vagina sebesar telur angsa
Palpasi : benjolan (+) konsistensi kenyal, nyeri tekan (-)

Prolaps Uteri 20
Octaviani Wijaya/Kepaniteraan Klinik Obs & Gin/RSUD.Bekasi/ Desember 2009
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium

Tanggal Pemeriksaan Hasil

Prolaps Uteri 21
Octaviani Wijaya/Kepaniteraan Klinik Obs & Gin/RSUD.Bekasi/ Desember 2009
30 Desember 2009 Darah Lengkap :

Hb 10,1 g/dl

Ht 28,1 %

Leukosit 13.000 /ul

Trombosit 337.000 /ul

VER (MCV) 59,6 fl

HER (MCH) 19,4 fl

MCHC 32,5 g/dl

B/E/B/S/L/M 0/3/2/55/40/0

LED 7

Fungsi Hati :

Protein total 8,81

Albumin 5,49

Globulin 3,32

SGOT 30

SGPT 25

Ureum Darah 38

Kreatinin Darah 0,61

GDS 145

Hemostasis

Masa perdarahan 2’ 00’’

Masa pembekuan 11’ 00’’

Pro-trombin 16,2

URINE LENGKAP :

Warna/kejernihan Kuning keruh

pH 6,0

Berat Jenis 1,025

Prolaps Uteri 22
Octaviani Wijaya/Kepaniteraan Klinik Obs & Gin/RSUD.Bekasi/ Desember 2009
+2

Albumin Negative

Glukosa Negative

Keton 1,0

Urobilinogen Negative

Bilirubin Negative

Nitrit Negative

Leukosit (+2)

Darah samar

Sedimen Urine 20-30 / LPB

Eritrosit 0-5 / LPB

Leukosit Gepeng +1

Epitel Negative

Silinder Negative

Kristal Negative

Bakteri

V. RESUME
Pasien datang ke RSUD Bekasi dengan keluhan adanya benjolan pada
vagina sejak ± 2 tahun yang lalu. Pada mulanya benjolan tersebut dapat
dimasukkan kembali kedalam vaginanya, namun 1 tahun terakhir benjolan
tersebut tidak dapat dimasukkan kembali. Benjolan keluar dari vagina terutama
pada saat batuk atau mengedan (BAB). Benjolan tersebut tidak menimbulkan
rasa nyeri. BAK sering, sedikit-sedikit, nyeri (-) dan merasa tidak puas. BAB
biasa. Demam (-), Mual (-), Muntah (-), Keluar darah dari vagina (-).

 STATUS GENERALIS
Prolaps Uteri 23
Octaviani Wijaya/Kepaniteraan Klinik Obs & Gin/RSUD.Bekasi/ Desember 2009
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : TD : 130 / 90 mmHg
N : 88 x / menit
Rr : 20 x / menit
Suhu : 36, 5 º C

 STATUS GINEKOLOGIK
Inspeksi : benjolan (+) keluar dari introitus vagina sebesar telur angsa
Palpasi : benjolan (+), konsistensi kenyal, nyeri tekan (-)

 PEMERIKSAAN PENUNJANG
30 November 2009
– Hb / Ht / L /Tr : 10,1 / 28,1 / 13.000 / 228.000
– LED : 7
– B / E / B / S / L / M : 0 / 3 / 2 / 55 / 40 / 0

VI. DIAGNOSIS
- P7A0 dengan Prolaps Uteri derajat III

VII. PROGNOSIS
- ad vitam : dubia ad bonam
- ad functionam : dubia ad malam
- ad sanationam : dubia

VIII. PENATALAKSANAAN
 TVS (Trans Vaginal Histerektomi) pada tanggal 30 November 2009

Instruksi Post-Op :

Prolaps Uteri 24
Octaviani Wijaya/Kepaniteraan Klinik Obs & Gin/RSUD.Bekasi/ Desember 2009
1. Observasi TTV, KU tiap ½ jam selama 2 jam I selanjutnya tiap 1 jam
selama 4 jam.
2. Cek Hb 6 jam post-op, bila Hb < 8 gr/dl → transfuse
3. Observasi diuresis 24 jam
4. Aff tampon 2x24 jam
5. Terapi :
Injeksi :
- Ceftriaxone 2x1 gr i.v
- Asam traneksamat 3x1 amp
- Tramadol 3x1
- Metronidazole 2x1
Oral (setelah obat injeksi habis)
- Cefixime tab 2x1
- Mefinal tab 3x1
- Ferofort 1x1

IX. FOLLOW UP
Tgl. 1 Desember 2009
S : OS masih merasa sakit didaerah kemaluan, flatus (+), BAB (-)
O : Status Generalis
KU / Kes : sakit sedang / compos mentis
TD : 130/80 mmHg, N : 80 x/mnt, S : 36, ˚C , RR : 20 x/ menit
Mata : CA -/-, SI -/-
Thoraks : C/ BJ I & II normal, Gallop (-), Murmur (-)
P/ BND Vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Ekstermitas : akral hangat (+), edema (-)
Status Ginekologik
Inspeksi : Perut tampak datar, perdarahan didaerah kemaluan (+)
Palpasi : supel, NT (-)
Perkusi : timpani, NK (-)
Auskultasi : BU (+), 4x/menit
Produksi urin hari ini (pkl.07.40) : 300cc
Balance Cairan
Prolaps Uteri 25
Octaviani Wijaya/Kepaniteraan Klinik Obs & Gin/RSUD.Bekasi/ Desember 2009
Input : 800cc
Output : 300 cc
Balance : +500 cc
A : Post op. Histerektomi vaginal a.i prolaps uteri derajat III
P : Injeksi
Ceftriaxone 2x1 gr i.v
Asam traneksamat 3x1 amp
Tramadol 3x1
Oral ( setelah obat injeksi habis)
Cefixime 2x1
Mefinal 3x1
Ferofort 1x1

Tgl 2 Desember 2009


S : BAB (-)
O : Status Generalis
KU / Kes : sakit sedang / compos mentis
TD : 120/70 mmHg, N : 60 x/mnt, S : 36,4 ˚C , RR : 19 x/ menit
Mata : CA -/-, SI -/-
Thoraks : C/ BJ I & II normal, Gallop (-), Murmur (-)
P/ BND Vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Ekstermitas : akral hangat (+), edema (-)
Status Ginekologik
Inspeksi : Perut tampak datar, perdarahan didaerah kemaluan (-)
Palpasi : supel, NT (-)
Perkusi : timpani, NK (-)
Auskultasi : BU (+), 4x/menit
Produksi urin hari ini (pkl.07.20) : <100 cc

A : Post op. Histerektomi vaginal a.i prolaps uteri derajat III


P : Cefixime 2x1
Mefinal 3x1
Ferofort 1x1
Prolaps Uteri 26
Octaviani Wijaya/Kepaniteraan Klinik Obs & Gin/RSUD.Bekasi/ Desember 2009
R/ aff tampon sore ini pkl.15.00

BAB IV

ANALISA KASUS

Prolaps Uteri 27
Octaviani Wijaya/Kepaniteraan Klinik Obs & Gin/RSUD.Bekasi/ Desember 2009
Pada kasus ini wanita, 73 tahun dengan diagnosa Prolaps uteri derajat III.
Dalam kasus ini, diagnosis Prolaps Uteri ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang disesuaikan dengan literatur.
Dari anamnesis didapatkan bahwa pada pasien ini menyadari adanya benjolan
yang keluar dari vagina sejak ± 2 tahun. Benjolan tersebut pada mulanya masih dapat
dimasukkan kembali kedalam vagina. Benjolan tersebut keluar terutama disaat pasien
batuk atau mengedan (BAB). Namun selama 1 tahun terakhir ini, benjolan tersebut
makin lama makin keluar dari vagina dan tidak dapat dimasukkan kembali.
Pasien adalah seorang ibu, dengan P7A0 dengan riwayat persalinan yang
kurang baik. Semua persalinan dikatakan normal dan ditolong oleh dukun di
kampungnya.
Pada pasien ini tidak ada riwayat trauma ataupun infeksi. Pasien juga mengaku
tidak punya kebiasaan minum alkohol, merokok, dan minum obat- obatan lama. Pasien
juga tidak memiliki binatang peliharaan.
Pada pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan ginekologik, pada inspeksi
didapatkan benjolan sebesar telur angsa keluar dari introitus vagina. Benjolan tersebut
konsistensi kenyal dan diyakini benjolan tersebut sebagai prolaps uteri.
Pada pemeriksaan laboratorium, didapatkan pemeriksaan darah dalam batas
normal.
Penyebab prolaps uteri pada umumnya bisa disebabkan karena dasar panggul
yang lemah, oleh karena kerusakan dasar panggul pada persalinan yang terlampau
sering dan manajemen yang kurang baik, peningkatan tekanan intra abdomen (batuk
kronis, obstipasi), dan juga karena defisiensi Estrogen (menopause).
Pada pasien ini, penyebab dari prolaps uteri diduga karena lemahnya dasar
panggul akibat banyaknya melahirkan dan manajemen persalinan yang kurang baik,
sebagaimana menurut keterangan pasien semua persalinannya ditolong oleh dukun.
Bisa juga dikarenakan kekurangan hormon estrogen, mengingat pada pasien ini sudah
berusia 73 tahun.
Penatalaksanaan pada pasien ini sesuai dengan literatur, yaitu dilakukan dengan
TVH (Trans Vaginal Histerektomi). Indikasi untuk melakukan TVH pada pasien ini

Prolaps Uteri 28
Octaviani Wijaya/Kepaniteraan Klinik Obs & Gin/RSUD.Bekasi/ Desember 2009
yaitu prolaps uteri yang terjadi sudah tingkat lanjut (derajat III) dan pasien ini telah
menopause.

Edukasi pada pasien ini ialah penjelasan mengenai faktor-faktor yang dapat
menimbulkan gejala ini walaupun pada pasien ini sudah dilakukan histerektomi vagina.
Menurut data statistik, wanita pasca histerektomi mempunyai potensial untuk
mengalami prolaps vagina akibat hilangnya penunjang puncak vagina. Hal-hal yang
perlu dihindari pada pasien ini adalah hal-hal yang dapat meningkatkan tekanan
intraabdominal, seperti : mengangkat benda-benda berat, batuk dan mengedan yang
berlebihan.

BAB V

Prolaps Uteri 29
Octaviani Wijaya/Kepaniteraan Klinik Obs & Gin/RSUD.Bekasi/ Desember 2009
PENUTUP

KESIMPULAN

 Prolapsus adalah jatuh atau turunnya suatu bagian uterus kedalam atau keluar
dari vagina. Prolapsus uteri, sistokel, urethrokel, enterokel, rektokel dan
kolpokel pasca histerektomia merupakan bagian dari bentuk-bentuk
Prolapsus Vagina. Sedangkan Prolapsus uteri itu sendiri terjadi karena
kelemahan ligamen endopelvik terutama ligamentum tranversal dapat dilihat
pada nullipara dimana terjadi elangosio koli disertai prolapsus uteri tanpa
sistokel tetapi ada enterokel. Pada keadaan ini fascia pelvis kurang baik
pertumbuhannya dan kurang ketegangannya.
 Pada pasien ini ditegakkan diagnosis Prolaps uteri berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan fisik.
 Pada pasien ini, penyebab dari prolaps uteri diduga karena lemahnya dasar
panggul akibat banyaknya melahirkan dan manajemen persalinan yang
kurang baik, sebagaimana menurut keterangan pasien semua persalinannya
ditolong oleh dukun. Bisa juga dikarenakan kekurangan hormon estrogen,
mengingat pada pasien ini sudah cukup tua karena sudah berusia 73 tahun.
 Penatalaksanaan pada pasien ini sesuai dengan literatur, yaitu dilakukan
denganTVH. Indikasi untuk melakukan TVH pada pasien ini yaitu prolaps
uteri yang terjadi sudah tingkat lanjut (derajat III) dan pasien ini telah
menopause.
 Prognosis pada pasien ini baik setelah dilakukannya TVH dan tidak ada
komplikasi yang menyulitkan dalam penanganannya.

SARAN

Prolaps Uteri 30
Octaviani Wijaya/Kepaniteraan Klinik Obs & Gin/RSUD.Bekasi/ Desember 2009
Untuk pasien ini, saran yang dapat diberikan adalah hindari faktor-faktor yang
mempermudah prolapsus genitalia dan dengan anjuran :
 Istirahat yang cukup, hindari kerja yang berat dan melelahkan.
 Makan makanan yang bergizi.
 Menghindari mengangkat benda-benda yang berat.
 Menghindari hal-hal yang dapat meningkatkan tekanan intraabdominal,
seperti : batuk, mengedan (obstipasi).
 Terapi hormon dapat dipertimbangkan apabila ada indikasi.

DAFTAR PUSTAKA
Prolaps Uteri 31
Octaviani Wijaya/Kepaniteraan Klinik Obs & Gin/RSUD.Bekasi/ Desember 2009
1. Wiknjosastro Hanifa, Prof, dr. DSOG, Kelainan letak alat-alat genital dalam
Ilmu Kandungan, Cetakan Ke III, Penerbit Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta 1999)
2. Cuningham FG., Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap III LC, Hauth, JC., Wenstrom
KD. Williams Obstetrics Edisi ke 21. New York : McGraw-Hill 2001
3. Didi K, dr. Sp.OG. Prolaps Uteri : Peranakan turun. POGI KEPRI, RSU Prop
Kepri Tanjung Uban. Blog dokter spesialis Obgyn : 2008
4. Iman Santoso, Budi, dr. Sp.OG (K). Prolapsus Genitalia. Divisi Uroginekologi
Rekonstruksi. Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSUPN-CM. Jakarta:
2009
5. Lazarou George, MD, FACOG. Uterine Prolapse. Department of Obstetrics and
Gynecology, Urogynecology/Reconstructive Pelvic Surgery. Bronx-Lebanon
Hospital Center : 2007
diakses dari www.emedicine.medscape.com/article
6. Maihot Thomas, MD. Uterine Prolapse. Department of Emergency Medicine,
University of Sourthern California, Los Angeles Country : 2006
diakses dari www.emedicinehealth.com/prolapsed_uterine

Prolaps Uteri 32
Octaviani Wijaya/Kepaniteraan Klinik Obs & Gin/RSUD.Bekasi/ Desember 2009

You might also like