You are on page 1of 27

PROPOSAL PENELITIAN

"PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE


JIGSAW DALAM MENINGKATKAN SEMANGAT BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN
BUDIPEKERTI KELAS X SMA NEGERI 2 SEMARAPURA "

Dosen Pengampu:
Drs. I Wayan Padet, M.Pd.H
Oleh :
Ni Kadek Lisa Mayori
Nim : 2011011041
PAH VI A Bangli

PENDIDIKAN AGAMA HINDU


FAKULTAS DHARMA ACARYA
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS SUGRIWA
DENPASAR
2023
KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”
Atas asung kerta wara nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang
Maha Esa, maka penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul
"Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan
Semangat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Agama Hindu Dan Budipekerti
Kelas X SMA Negeri 2 Semarapura" ini dapat pada waktunya.
Dalam penyusunan ini penulis banyak mendapat bantuan secara
bimbingan dari berbagai pihak. Sehubung dengan hal itu, tak lupa penulis
menyampaikan penghargaan serta ucapan terimakasihbyang setulus-tulusnya.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna
yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis
miliki sehingga penulis dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran dari
semua p8hak untuk memperbaiki tugas berikut di masa mendatang. Namun
demikian, penulis berharap semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya.
"Om Shanti, Shanti, Santi, Om"

Klungkung, 15 April 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian .....................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum....................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................4
1.4.1 Manfaat Teoretis.................................................................. 4
1.4.2 Manfaat Praktis..................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI ...................6
2.1 Kajian Pustaka..........................................................................6
2.2 Konsep............................................................................................ 6
2.2.1 Pengertian Penerapan........................................................... 8
2.2.2 Pengertian Semangat Belajar Siswa...................................8
2.2.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw...................11
2.2.4 Pengertian Pendidikan Agama Hindu................................13
2.3 Teori................................................................................................ 14
BAB III PENUTUP...............................................................................17
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian ..............................................17
3.1.1 Jenis Penelitian..................................................................... 17
3.1.2 Pendekatan Penelitian.......................................................... 18
3.2 Jenis dan Sumber Data.................................................................. 18
3.2.1 Jenis Data.............................................................................. 18
3.2.2 Sumber Data......................................................................... 19
3.3 Objek dan Sumber Penelitian...................................................... 20
3.3.1 Objek Penelitian................................................................... 20
3.3.2 Subjek Penelitian.................................................................. 20
3.4 Instrumen Penelitian...................................................................... 20
3.5 Metode pengumpulan Data........................................................... 22
3.6 Teknik Analisis Data..................................................................... 23
3.7 Teknik Penyajian Analisis Data................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi seorang anak juga
menjadi salah satu faktor yang penting dalam perkembangan suatu negara.
Masa depan anak salah satunya dipengaruhi oleh pendidikan yang diberikan
kepadanya. Oleh karena itu dibutuhkan pendidikan yang berkualitas. Kualitas
pendidikan dipengaruhi oleh proses pembelajaran. Kegiatan proses belajar
mengajar yang dilakukan guru bersama murid harus dilaksanakan secara
terencana, terarah, dan sistematis guna mencapai tujuan pendidikan yang
berkualitas. Pembelajaran yang inovatif sangat diperlukan untuk
menumbuhkan perhatian siswa dalam proses pembelajaran yang
mempengaruhi hasil belajar siswa.
Guru tidak hanya cukup memberikan ceramah di depan kelas, hal ini tidak
berarti bahwa metode ceramah tidak baik, melainkan pada suatu saat siswa
akan merasa bosan apabila hanya guru sendiri yang berbicara, sedangkan
muridnya duduk diam mendengarkan. Kebosanan dalam mendengarkan
uraian guru tentu dapat mematikan semangat belajar siswa. Proses
pembelajaran hendaknya mampu mengkondisikan, dan memberikan dorongan
untuk dapat mengoptimalkan dan membangkitkan potensi siswa, sehingga
akan menjamin terjadinya dinamika di dalam proses pembelajaran dan rasa
bosan atas sikap pasif siswa.
Upaya peningkatan semangat belajar siswa juga tidak terlepas dari
berbagai faktor yang mempengaruhinya, dalam hal ini, diperlukan guru yang
kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai
oleh siswa. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa
dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat
memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada
gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal.
Menurut Hariyanti Semangat adalah kesediaan perasaan yang
memungkinkan seseorang bekerja untuk menghasilkan kerja lebih.9 Menurut

1
Hasibuan Semangat adalah keinginan dan kesungguhan seseorang
mengerjakan pekerjaannya dengan baik serta berdisiplin untuk mencapai
prestasi kerja yang maksimal.
Menurut Lyle E. Boume JR.Bruce R.Ekstrand belajar adalah perubahan
tingkah laku yang relatif tetap yang diakibatkan oleh pengalaman dan latihan.
Menurut Diffotd T.Morgan belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif
tetap yang merupakan hasil pengolahan yang lalu. Menurut Mustofa Fahmi
Sesungguhnya belajar adalah ungkapan yang menunjukkan tingkah
laku/pengalaman. Menurut Guilfrod belajar adalah perubahan yang dihasilkan
dari rangsangan.
Mengambil beberapa definisi di atas belajar secara umum dapat di
simpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap
yang terjadi karena latihan dan pengalaman.
Sebagai salah satu metode yang dapat mengatasi fenomena di atas adalah
dengan menerapkan metode kooperatif tipe jigsaw. pendapat yang
dikemukakan oleh Johnson (1991:27) yang menyatakan bahwa
"Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw ialah kegiatan belajar secara kelompok
kecil, siswa belajar dan bekerja sama sampai kepada pengalaman belajar yang
maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok". Model
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah salah satu model yang terdiri dari
tim-tim belajar heterogen, beranggotakan 4-6 siswa, setiap siswa bertanggung
jawab atas penguasaan bagian dari materi belajar dan harus mampu
mengajarkan bagian tersebut kepada anggota tim lainnya (Trianto, 2007:56).
Tujuan dari jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, ketrampilan
belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak
mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi
sendirian.
Berpijak dari uraian diatas, maka penelitian dalam pemerapan metode
kooperatif tipe jigsaw ini sangatlah diperlukan, guna memperoleh data dan
hasil evaluasi yang akurat dalam pengembangan sekolah. Untuk itu, penullis
tertarik untuk mengadakan penelitian sekaligus mendeskripsikan penelitian

2
tersebut dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian
tindakan kelas yang diformulasikan dengan judul : "Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Semangat
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu Dan
Budipekerti Kelas X SMA Negeri 2 Semarapura"
1.2 Rumusan Masalah
Berawal dari diskripsi di atas, maka dalam penelitiannya ini penulis
memfokuskan terhadap beberapa permasalahan yang akan menjadi pokok
bahasan diantaranya:
1. Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran tipe jigsaw dalam
meningkatkan semangat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Hindu dan Budipekerti kelas X SMA Negeri 2 Semarapura?
2. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam proses penerapan
metode pembelajaran tipe jigsaw dalam meningkatkan semangat belajar
siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budipekerti
kelas X SMA Negeri 2 Semarapura?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
1. Tujuan umum dari penelitian yang dilakukan adalah untuk
mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dalam meningkatkan semangat belajar Pendidikan Pendidikan Agama
Hindu dan Budi Pekerti kelas X SMA Negeri 2 Semarapura
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui keberhasilan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan semangat belajar
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti kelas X SMA Negeri 2
Semarapura
2. Untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran Kooperatif tipe
Jigsaw pada mata pelajaran Agam Hindu dan Budipekerti.
1.4 Manfaat Penelitian

3
Manfaat dari penelitian tentang penerapan model pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw dalam meningkatkan semangat belajar Pendidikan
Agama Hndu siswa kelas X SMA Negeri 2 Semarapura tahun ajaran
2023-2024 adalah kegiatan penelitian dapat dibagi dalam suatu sifat yaitu
kegiatan yang bersifat teoritis artinya kegiatan yang berhubungan dengan
ilmu pengetahuan secara teori dan kegiatan yang bersifat praktis artinya
untuk memecah masalah yang sedang di hadapi. Manfaat penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoretis
1. Bagi Sekolah, Memberikan sumbangan pengetahuan yang berarti dan
berharga dalam rangka perbaikan pengajaran di tingkat yang semakin
besar serta meningkatkan semangat siswa terhadap mata pelajaran
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
2. Bagi Peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan dan pengalaman dalam melakukan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK).
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Manfaat bagi siswa
1) Merangsang semangat belajar siswa sehingga meningkatkan hasil
belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Hindu dan Budi Pekerti
2) Melatih siswa untuk berfikir kritis, sistematis dan ilmiah.
2. Manfaat bagi guru
1) Memperkaya model-model pembelajaran bagi guru dan
meningkatkan kinerja guru dalam perbaikan kualitas pembelajaran
dengan menerapkan model pembelajran.
3. Manfaat bagi sekolah
1) Menumbuhkan budaya penelitian tindakan kelas oleh guru di SMA
Negeri 2 Semarapura) Meningkatkan mutu pendidikan khusunya mata
pelajaran Agama Hindu dan Budi Pekerti

4
3) Sebagai pegangan sekolah (Kepala Sekolah) dalam melaksanakan
supervisi pembelajaran guru di kelas dengan menggunakan berbagai
model, demi meningkatkan mutu pendidikan.

1.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah salah satu bagian penting dari keseluruhan langkah-
langkah metode penelitian. Tinjauan Pustaka adalah proses umum yang
dilalui untuk mendapatkan teori yang relevan dengan masalah yang diteliti.
Mencari beberapa kumpulan penelitian yang terkait kemudian diangkat untuk
mendukung penelitian yang dibuat agar penelitian semakin menguat. Kajian
pustaka meliputi pengidentifikasian secara sistematis, penemuan dan analisis
dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian.
Menurut Cooper dalam Creswell (2010) mengemukakan bahwa kajian
pustaka memiliki beberapa tujuan yakni menginformasikan kepada pembaca
hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan erat dengan penelitian yang
dilakukan saat itu, menghubungkan penelitian dengan literatur-literatur yang
ada, dan mengisi celah-celah dalam penelitian-penelitian sebelumnya
(Creswell, 2010). Maka dalam hal ini untuk memembedakan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya maka peneliti mengambil beberapa penelitian
terdahulu diantaranya yaitu: Implementasi Metode Jigsaw Learning Dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Bidang Studi Faqih Pada Siswa "Excellent
Class" (Kelas VIII-A) MTsN Kediri II Tahun Ajaran 2015/2016,
2.2 Konsep
Secara etimologis, istilah konsep berasal dari kata conceptum yang
berarti sesuatu yang dipahami. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret.
Ia juga berarti sebuah gambaran mental dari obyek, proses, pendapat, atau
apapun yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.
Menurut Singarimbun dan Effendi, konsep adalah sebuah istilah atau
definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak (abstraksi)
suatu kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi obyek.
Dengan adanya konsep, seorang peneliti diharapkan dapat menggunakan

6
suatu istilah untuk beberapa kejadian yang saling berkaitan. Karena konsep
juga berfungsi untuk mewakili realitas yang kompleks.
Soedjadi, mengartikan konsep ke dalam bentuk atau suatu yang abstrak
untuk melakukan penggolongan yang nantinya akan dinyatakan kedalam
suatu istilah tertentu Tidak jauh berbeda, Kant, sebagaimana dikutip oleh
Harifudin Cawidu, berpendapat bahwa konsep adalah gambaran yang bersifat
umum atau abstrak tentang sesuatu, sehingga ia mudah untuk dimengerti dan
dipahami. Demikian juga Soedjadi, ia memandang bahwa konsep memiliki
hubungan erat dengan definisi. Menurutnya, konsep adalah ide abstrak yang
dapat digunakan untuk menggolongkan sekumpulan obyek, yang pada
umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata. Lain halnya
dengan definisi, yang hanya bersifat membatasi makna untuk
mengungkapkan keterangan atau ciri dari suatu realitas.
Keberadaan konsep adalah sangat penting dalam suatu penelitian. Selain
karena dapat mempermudah dalam aktivitas generalisasi berbagai realitas
konkrit ataupun abstrak, juga karena ia menghubungkan antara dunia
abstraksi dengan realitas, dan antara teori dengan observasi.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsep adalah
sebuah ide, pengertian, gambaran mental dalam bentuk istilah atau rangkaian
kata yang mengabstraksikan suatu obyek (proses, pendapat, kejadian,
keadaan, kelompok, individu) untuk menggolongkan dan mewakili realitas
kompleks hingga dapat dipahami. Di sini, peneliti memfokuskan definisi
konsep yang digunakan dalam penelitian untuk membedakannya dengan
pengertian dari “definisi”, yaitu gambaran yang mengabstrasikan sebuah ide
dalam suatu obyek. Penulis menemukan satu hal pokok yang terdapat dalam
sebuah konsep, yaitu karakteristik. Mengingat potensi adanya kesamaan dari
berbagai konsep dengan istilah yang sama dan karakteristiknya itulah yang
memberikan warna baru karena penekanan yang berbeda.
Adapun konsep yang dimaksud dalam penelitian ini berdasarkan uraian
di atas adalah gambaran umum atau abstrak tentang Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Semangat

7
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu Dan
Budipekerti Kelas X SMA Negeri 2 Semarapura.
2.2.1 Pengertian Penerapan
Penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode,
dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang
diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan
tersusun sebelumnya. Menurut Kamus Besar Bahas Indonesia (KBBI)
pengertian penerapan adalah perbuatan menerapkan.
Menurut Usman (2002), penerapan (implementasi) adalah bermuara
pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem.
Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana
dan untuk mencapai tujuan kegiatan.
Menurut Setiawan (2004) penerapan (implementasi) adalah perluasan
aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan
tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi
yang efektif.
2.2.2 Pengertian Semangat Belajar Siswa
Semangat dalam pengertian umum di gunakan untuk mengungkapkan
minat yang menggebu dan pengorbanan untuk meraih tujuan. Para ahli
mengemukakan terkait semangat yaitu Menurut Hariyanti Semangat adalah
kesediaan perasaan yang memungkinkan seseorang bekerja untuk
menghasilkan kerja lebih. Menurut Hasibuan Semangat adalah keinginan dan
kesungguhan seseorang mengerjakan pekerjaannya dengan baik serta
berdisiplin untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal. Semangat adalah
perasaan yang sangat kuat yang di alami oleh setiap orang, dapat dilihat
sebagai bagian fundamental dari suatu kegiatan sehingga sesuatu dapat
ditujukan kepada pengarahan potensi yang menimbulkan, menghidupkan,
menumbuhkan tingkat keinginan yang tinggi.
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui pendidikan
atau lebih khusus melalui prosedur latihan. Menurut pandangan tradisional
belajar adalah usaha memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan. Sedangkan

8
menurut pandangan modern belajar adalah proses perubahan tingkah laku
berkat interaksi dengan lingkungan. Dalam buku Psikologi Pendidikan,
Mustaqim mendefinisikan pengertian belajar berdasarkan pendapat para ahli
diantaranya adalah: Menurut Lyle E. Boume JR.Bruce R.Ekstrand belajar
adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang diakibatkan oleh
pengalaman dan latihan.
Menurut Diffotd T.Morgan belajar adalah perubahan tingkah laku yang
relatif tetap yang merupakan hasil pengolahan yang lalu. Menurut Mustofa
Fahmi Sesungguhnya belajar adalah ungkapan yang menunjukkan tingkah
laku/pengalaman. Menurut Guilfrod belajar adalah perubahan yang dihasilkan
dari rangsangan. Mengambil beberapa definisi di atas belajar secara umum
dapat di simpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif
tetap yang terjadi karena latihan dan pengalaman,Chalijah Hasan menjelaskan
bahwa: Perubahan yang terjadi dalam belajar bersifat secara relatif konstan
dan berbekas dalam kaitan ini maka antara proses belajar dengan perubahan
adalah dua gejala yang saling berkaitan, yakni belajar sebagai belajar dan
perubahan sebagai bukti dari hasil yang diproses.
Ciri-Ciri Siswa Yang Mempunyai Semangat Belajar Tinggi Bukan hal
yang menyulitkan untuk mengetahui siswa bersemangat dalam belajar atau
tidak ada semangat dalam belajar. Di bawah ini ciri-ciri perilaku siswa
mempunyai semangat belajar tinggi adalah :
a. Rajin, tekun dan bersungguh-sungguh Peserta didik yang bersemangat
menerima pelajaran tampak dari perilaku yang rajin memperhatikan
materi, ketekunan dalam belajar, ketertarikan dalam belajar,teliti dan
bersunguh -sunguh setiap melaksanakan tugas . Ketika anak mengalami
kesalahan mengerjakan tugas mereka bersedia mengoreksi dan
memperbaiki tugasnya.
b. Bersegera mengerjakan tugas yang diberikan guru
Peserta didik yang mempunyai semangat belajar tentu ingin segera
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, dan tidak adanya kelihatan
tanda -tanda kemalasan pada diri anak didik yang bersemangat.

9
c. Selalu ingin duduk di deretan kursi terdepan.
Anak didik yang memiliki semangat belajar biasanya menyukai dan ingin
duduk di deretan yang paling depan dengan posisi duduk paling dekat
dengan meja guru Dan Adanya hasrat keinginan berhasil.
d. Menginginkan tugas tambahan
Anak yang bersemangat menerima pelajaran biasanya meminta atau
menginginkan tugas tambahan ,karena anak didik tersebut menginginkan
tantangan yang lebih besar.
e. Tidak mudah lelah dan putus asa.
Semangat membuat anak didik tidak mudah lelah, tidak mudah menyerah
dan putus asa. Anak didik tesebut mencoba berbagai cara untuk mencapai
kesuksesan.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Semangat Belajar ada tiga macam
yaitu faktor individual, faktor sosial dan faktor struktural. Faktor individual
adalah faktor internal siswa, seperti kondisi jasmani dan rohani. Faktor sosial
adalah faktor eksternal siswa, seperti kondisi lingkungan. Adapun faktor
struktural adalah pendekatan belajar yang meliputi strategi dan metode yang
digunakan siswa dan guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
2.2.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Tipe Jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif di mana
pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama
dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran
dan mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman
individu maupun pengalaman kelompok. Pada pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw ini setiap siswa menjadi anggota dari 2 kelompok, yaitu anggota
kelompok asal dan anggota kelompok ahli. Anggota kelompok asal terdiri
dari 3-5 siswa yang setiap anggotanya diberi nomor kepala 1-5. Nomor
kepala yang sama pada kelompok asal berkumpul pada suatu kelompok yang
disebut kelompok ahli.
Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdapat 3 karakteristik
yaitu: a. kelompok kecil, b. belajar bersama, dan c. pengalaman belajar.

10
Esensi kooperatif learning adalah tanggung jawab individu sekaligus
tanggung jawab kelompok, sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap
ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok optimal. Keadaan ini
mendukung siswa dalam kelompoknya belajar bekerja sama dan tanggung
jawab dengan sungguh-sungguh sampai suksesnya tugas-tugas dalam
kelompok. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Johnson
(1991 : 27) yang menyatakan bahwa “Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
ialah kegiatan belajar secara kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama
sampai kepada pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu
maupun pengalaman kelompok”.
Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa dibagi menjadi dua
anggota kelompok yaitu kelompok asal dan kelompok ahli, yang dapat
diuraikan sebagai berikut:
1) Kelompok kooperatif awal (kelompok asal).
Siswa dibagi atas beberapa kelompok yang terdiri dari 3-5 anggota. Setiap
anggota diberi nomor kepala, kelompok harus heterogen terutama di
kemampuan akademik.
2) Kelompok Ahli
Kelompok ahli anggotanya adalah nomor kepala yang sama pada
kelompok asal.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini berbeda dengan kelompok kooperatif
lainnya, karena setiap siswa bekerja sama pada dua kelompok secara
bergantian, dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
a. Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang disebut kelompok inti,
beranggotakan 4 orang. Setiap siswa diberi nomor kepala misalnya A, B,
C, D.
b. Membagi wacana / tugas sesuai dengan materi yang diajarkan. Masing-
masing siswa dalam kelompok asal mendapat wacana / tugas yang
berbeda, nomor kepala yang sama mendapat tugas yang sama pada
masing-masing kelompok.

11
c. Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki wacana/ tugas yang
sama dalam satu kelompok sehingga jumlah kelompok ahli sama dengan
jumlah wacana atau tugas yang telah dipersiapkan oleh guru.
d. Dalam kelompok ahli ini tugaskan agar siswa belajar bersama untuk
menjadi ahli sesuai dengan wacana / tugas yang menjadi tanggung
jawabnya.
e. Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat
menyampaikan informasi tentang hasil dari wacana / tugas yang telah
dipahami kepada kelompok kooperatif (kelompok inti). Poin a dan b
dilakukan dalam waktu 30 menit.
f. Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masing-
masing siswa kembali ke kelompok kooperatif asal.
g. Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk
menyampaikan hasil dari tugas di kelompok asli. Poin c dan d dilakukan
dalam waktu 20 menit.
h. Bila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara keseluruhan,
masing-masing kelompok menyampaikan hasilnya dan guru memberikan
klarifilkasi. (10 menit).
2.2.4 Pendidikan Agama Hindu
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat
manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan suatu
kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari bahwa peran
agama amat penting bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi agama
dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh
melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun
masyarakat.
Pendidikan Agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan berakhlak mulia serta peningkatan potensi spritual. Akhlak mulia
mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan
Agama. Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan

12
penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi
spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi
yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Pendidikan Agama Hindu adalah usaha yang dilakukan secara terencana
dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta
didik untuk memperteguh keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berakhlak mulia, serta peningkatan potensi spiritual sesuai
dengan ajaran agama Hindu.
2.3 Teori
Secara umum, teori (theory) adalah sebuah sistem konsep yang
mengindikasikan adanya hubungan di antara konsep-konsep tersebut yang
membantu kita memahami sebuah fenomena.
Menurut Jonathan H. Turner mendefenisikan teori sebagai sebuah proses
mengembangkan ide-ide yang membantu kita menjelaskan bagaimana dan
mengapa suatu peristiwa terjadi. Menurut Jonathan Turner menyatakan
bahwa teori dalam ilmu sosial adalah penjelasan sistematis tentang hukum-
hukum dan kenyataan-kenyataan yang dapat diamati, yang berkaitan dengan
aspek khusus dari kehidupan manusia.
Sedangkan Menurut Neuman teori adalah seperangkat konstruk
(konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena
secara sistematis melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat
berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Selanjutnya pengertian teori menurut Djojosuroto Kinayati & M.L.A
Sumaryati, Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk, dan proposisi
untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara
merumuskan hubungan antar konsep Kata teori sendiri memiliki arti yang
berbeda-beda pada setiap bidang pengetahuan, hal itu tergantung pada
metodologi dan konteks diskusi. Secara umum, teori merupakan analisis

13
hubungan antara fakta/fenomena yang satu dengan fakta yang lain pada
sekumpulan fakta-fakta.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas secara umum dapat ditarik
kesimpulan bahwa suatu teori adalah suatu konseptualitas antara asumsi,
konstruk, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena yang diperoleh
melalui proses sistematis, dan harus dapat diuji kebenarannya, bila tidak
maka itu bukan teori. Teori semacam ini mempunyai dasar empiris, dimana
harus melalui proses eksperimen, penelitian atau observasi, sehingga teori
dapat dikatakan berhasil. Teori yang akan digunakan pada penelitian
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan
Semangat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu Dan
Budipekerti kelas X SMA Negeri 2 Semarapura yaitu teori Behavioristik
Teori Behavioristik adalah teori yang mempelajari perilaku manusia.
Perspektif behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan
tingkah laku manusia dan terjadi melalui rangsangan berdasarkan (stimulus)
yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respons) hukum-hukum
mekanistik.
Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini adalah bahwa
tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan, bisa diramalkan, dan bisa
ditentukan. Menurut teori ini, seseorang terlibat dalam tingkah laku tertentu
karena mereka telah mempelajarinya, melalui pengalaman-pengalaman
terdahulu, menghubungkan tingkah laku tersebut dengan hadiah. Seseorang
menghentikan suatu tingkah laku, mungkin karena tingkah laku tersebut
belum diberi hadiah atau telah mendapat hukuman. Karena semua tingkah
laku yang baik bermanfaat ataupun yang merusak, merupakan tingkah laku
yang dipelajari. Pendekatan psikologi ini mengutamakan pengamatan tingkah
laku dalam mempelajari individu dan bukan mengamati bagian dalam tubuh
atau mencermati penilaian orang tentang penasarannya. Behaviorisme
menginginkan psikologi sebagai pengetahuan yang ilmiah, yang dapat
diamati secara obyektif. Data yang didapat dari observasi diri dan intropeksi
diri dianggap tidak obyektif. Jika ingin menelaah kejiwaan manusia, amatilah

14
perilaku yang muncul, maka akan memperoleh data yang dapat
dipertanggungjawabkan keilmiahannya. Jadi, behaviorisme sebenarnya
adalah sebuah kelompok teori yang memiliki kesamaan dalam mencermati
dan menelaah perilaku manusia yang menyebar di berbagai wilayah, selain
Amerika teori ini berkembang di daratan Inggris,Perancis, dan Rusia.
Menurut Thorndike (1911), salah seorang pendiri aliran tingkah laku,
teori behavioristik dikaitkan dengan belajar adalah proses interaksi antara
stimulus (yang berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons (yang
juga berupa pikiran, perasaan, dan gerakan). Jelasnya menurut Thorndike,
perubahan tingkah laku boleh berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati),
atau yang non-konkret (tidak bisa diamati).

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian
3.1.1Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yaitu penelitian yang
menggambarkan data informasi yang berdasarkan dengan kenyataan
(fakta) yang diperoleh di lapangan. Penelitian deskriptif sendiri merupakan
penelitian yang paling dasar. Ditunjukkan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat ilmiah
ataupun rekayasa manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk, aktivitas,
karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaannya dengan
fenomena lain. Deskriptif kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk
mengembangkan teori yang dibangun melalui data yang diperoleh di
lapangan.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatakan
gambaran mendalam tentang Penerapan model pembelajaran Kooperatif
tipe Jigsaw dalam meingkatkan semangat belajar siswa pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budipekerti kelas X SMA Negeri
2 Semarapura.
Menurut Afrizal (2016:13) menyatakan bahwa peneletian kualitatif
adalah Metode penelitian Ilmu-ilmu Sosial yang mengumpulkan dan
menganalisis data berupa kata-kata (lisan maupun tulisan) dan perbuatan-
perbuatan manusia serta penelitian tidak berusaha menghitung atau
mengkuantifikasikan data kualitatif yang telah diperoleh dan dengan
demikian tidak menganalisis angka-angka.
Menurut Denzin dan Lincoln dalam Moleong (2013: 5) menyatakan
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar ilmiah,
dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan

16
jalan melibatkan bebagai metode yang ada. Sedangkan Menurut Creswell
dalam Imam Gunawan ( 2013 : 82 ) menyatakan Penelitian kualitatif
adalah pendekatan untuk membangun pernyataan pengetahuan
berdasarkan perspektif-konstruktif (misalnya, makna-makna yang
bersumber dari pengalaman individu, nilai-nilai sosial dan sejarah, dengan
tujuan untuk membangun teori atau pola pengetahuan tertentu), atau
berdasarkan perspektif partisipatori (misalnya : orientasi terhadap politik,
isu, kolaborasi, atau perubahan), atau keduanya). Menurut Imam Gunawan
( 2013 : 99) Secara etiomologis, didalam penelitian kualitatif, proses
penelitian merupakan sesuatu yang lebih penting dibanding dengan hasil
yang diperoleh
Jadi, dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian
yang mengumpulkan dan menganalisis data dengan latar ilmiah serta tidak
berusaha menghitung data atau tidak menganalisis angka.
3.1.2 Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati
dari subyek itu sendiri. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang
temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk
hitungan lainnya. Menurut Sukmadinata, penelitian kualitatif adalah
penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan dan menganalisis
fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi dan
orang secara individual maupun kelompok. Dalam penelitian kualitatif
metode yang biasanya di manfaatkan adalah wawancara, pengamatan,
dan pemanfaatan dokumen.
3.2 Jenis dan Sumber Data
3.2.1 Jenis Data
Data Kualitatif yaitu data yang bukan dalam bentuk angka-angka atau
tidak dapat dihitung, dan diperoleh dari hasil wawancara dengan Kepala
Sekolah dan Guru dalam Sekolah serta informasi-informasi yang diperoleh

17
dari pihak lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Menurut
Sugiyono (2018) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian
yang berlandaskan pada filsafat, yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi ilmiah (eksperimen) dimana peneliti sebagai instrumen, teknik
pengumpulan data dan di analisis yang bersifat kualitatif lebih menekan
pada makna.
3.2.2 Sumber Data
Menurut Lofland (dalam Moleong, 2013: 157)“Sumber data utama
dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah
tambahan seperti dokumen dan lain-lain". Sumber data akan diambil dari
dokumen, hasil wawancara, catatan lapangan dan hasil dari observasi.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam
yaitu data primer dan data sekunder
1. Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber
datanya diamati dan dicatat untuk pertama kalinya (Sugiyono, 2010:115).
Sumber data primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data. Dapat berupa kata-kata dan tindakan dari orang
yang diamati dan yang telah di wawancarai yang mana sumber data
tersebut nantinya dapat disimpan melalui catatan tertulis, perekaman atau
pengambilan foto dan film. Yang tergolong sumber data primer dalam
penelitian ini adalah kepala sekolah, guru yang menerapkan metode
pembelajaran koopertif tipe jigsaw pada mata pelajaran Agama Hindu dan
Budipekerti, dan siswa-siswi kelas X SMA Negeri 2 Semarapura karena
peneliti menggunakan jenis penelitian tindakan kelas yang difokuskan
pada kelas tersebut. Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung
dari hasil wawancara dan penyebaran daftar pertanyaan kepada siswa kelas
X SMA Negeri 2 Semarapura.
2. Sumber data sekunder yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat
dokumen. Jenis sumber ini merupakan pendukung dari sumber data
primer. Sehingga dapat membantu peneliti dalam memperoleh beberapa

18
data tambahan berupa tulisan. Data Sekunder merupakan data yang
diperoleh tidak langsung (Sugiyono, 2010:116), data tersebut diperoleh
penulis dari dokumen-dokumen sekolah dan buku-buku literatur yang
memberikan informasi terkait penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw.
3.3 Objek dan sumber Penelitian
3.3.1 Objek Penelitian
Yang dimaksud obyek penelitian, adalah hal yang menjadi sasaran
penelitian (Kamus Bahasa Indonersia; 1989: 622). Menurut (Supranto
2000: 21) obyek penelitian adalah himpunan elemen yang dapat berupa
orang, organisasi atau barang yang akan diteliti. Kemudian dipertegas
(Anto Dayan 1986: 21), obyek penelitian, adalah pokok persoalan yang
hendak diteliti untuk mendapatkan data secara lebih terarah. Adapun
Obyek penelitian dalam tulisan ini adalah Penerapan model pembelajaran
Kooperatif tipe Jigsaw dalam meingkatkan semangat belajar siswa pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budipekerti kelas X SMA
Negeri 2 Semarapura.
3.3.2 Subjek Penelitian
Yang dimaksud subyek penelitian, adalah orang, tempat, atau benda
yang diamati dalam rangka pembumbutan sebagai sasaran (Kamus
Bahasa Indonesia, 1989: 862). Adapun subyek penelitian dalam tulisan
ini, adalah Kepala Sekolah, Wali Kelas, Dan Guru Pendidikan Agama
Hindu kelas X SMA Negeri 2 Semarapura.
3.4 Instrumen Penelitian
Salah satu ciri penelitian kualitatif adalah peneliti bertindak sebagai
instrumen sekaligus pengumpil data. Instrumen selain manusia (seperti;
angket, pedoman wawancara, pedoman observasi dan sebagainya) dapat
pula digunakan, tetapi fungsinya terbatas sebagai pendukung tugas
peneliti sebagai instrumen kunci. Oleh karena itu dalam penelitian
kualitatif kehadiran peneliti adalah mutlak, karena peneliti harus
berinteraksi dengan lingkungan baik manusia dan non manusia yang ada

19
dalam kancah penelitian. Kehadirannya di lapangan eneliti harus
dijelaskan, apakah kehadirannya diketahui atau tidak diketahui oleh
subyek penelitian. Ini berkaitan dengan keterlibatan peneliti dalam
kancah penelitian, apakah terlibat aktif atau pasif (Murni, 2017).
Menurut Gulo, Instrumen penelitian adalah pedoman tertulis tentang
wawancara, atau pengamatan, atau daftar prtanyaan, yang dipersiapkan
untuk mendapatkan informasi. Instrumen itu disebut pedoman
pengamatan atau pedoman wawancara atau kuesioner atau pedoman
dokumenter, sesuai dengan metode yang dipergunakan (Gulo, 2000).
Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan penelitian dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, sehingga mudah diolah (Arikunto, 2006)
Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan
fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data
dan membuat kesimpulan atas semuanya (Sugiyono, 2019). Dalam
penelitian kualitatif instrument utamanya adalah peneliti itu sendiri,
namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka
kemungkinan akan dikembangkan instrument penelitian sederhana, yang
diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan data yang telah
ditemukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi (Sugiyono,
2019).
Dalam penelitian kualitatif, alat atau instrumen utama pengumpulan
data adalah manusia atau peneliti itu sendiri dengan cara mengamati,
bertanya, mendengar, meminta dan mengambil data penelitian. Peneliti
harus mendapatkan data yang valid sehingga tidak sembarang
narasumber yang diwawancarai. Oleh karena itu, kondisi informan pun
harus jelas sesuai dengan kebutuhan data agar dapat diakui kebenaran
datanya.
3.5 Metode Pengumpula Data

20
Menurut Sugiyono, metode pengumpulan data merupakan langkah
yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian
adalah mendapatkan data. Prosedur pengumpulan data dapat juga diartikan
sebagai suatu usaha untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Wawancara yang mendalam (in-dept interviewing) adalah merupakan
istilah yang sekarang lazim digunakan dalam penelitian kualitatif.
Kemudian wawancara mendalam dilakukan dengan lebih bersifat lentur,
penuh nuansa dan terbuka, tidak instruktur ketat, tidak dalam suasana
formal, agar suasana informan tidak merasa diwawancarai sehingga
informasinya utuh apa adanya secara wajar dan merupakan data yang
sebenarnya. Dalam hal ini wawancara mendalam dilakukan dengan para
para guru, siswa, kepala sekolah, pegawai administrasi dan lain-lain yang
memahami informasi objek penelitian.
2. Observasi adalah dilakukan secara langsung oleh peneliti. Menurut
Spradley yang dikutip H.B Sutopo bahwa Observasi langsung dalam
penelitian kualitatif sering disebut observasi berperan pasif baik yang
dilakukan secara formal maupun informal untuk mengamati berbagai
aktivitas, dan dapat dilakukan beberapa kali sesuai dengan kebutuhan.
Dalam hal ini observasi dilakukan dengan empatik supaya dapat mengerti
tentang bagaimana dan apa makna yang dibentuk dari berbagai aktivitas,
beragam peristiwa saat penerapan metode jigsaw berlangsung.
3. Pencatatan dan Dokumen adalah dilakukan untuk mengumpulkan data
yang bersumber dari arsip dokumen, dalam hal ini yang ada kaitannya
dengan tema penelitian yang diangkat serta objek penelitian
dilaksanakan.
3.6 Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2019), analisis data dalam penelitian kualitatif
dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai
pengumpulan data dalam periode tertentu. Menurut Dwi Prastowo
Darminto dan Rifka Julianty (2002: 52), Teknik analisis data merupakan

21
penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian
itu sendiri, serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian
yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.
Teknik analisis data yang sesuai dengan pendekatan penelitian ini
adalah deskriptif kualitatif. Data kualitatif digambarkan dengan kata-kata
ataupun dengan kalimat. Pengolahan dari data kualitatif ini dilakukan
dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mereduksi data, yaitu mencatat atau mengetik kembali dalam bentuk
uraian atau laporan terperinci, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok,
diberi susunan yang lebih sistematis supaya mudah dikendalikan.
Djam’an dan aan (2013: 218) berpendapat bahwa data yang diperoleh
dan ditulis dalam bentuk laporan atau data yang terperinci, laporan yang
disusun berdasarkan data yang direduksi, dirangkum, serta diambil hal-
hal pokok yang berfokus pada hal-hal yang penting. Reduksi data ini
dilakukan dengan memilih data yang diperlukan dalam penelitian
tersebut.
2. Mendisplay data, yaitu melihat gambaran sesuatu itu secara keseluruhan.
Data display merupakan suatu cara untuk memperlihatkan data mentah
sehingga terlihat perbedaan antara data yang diperlukan dalam penelitian
dan data yang tidak diperlukan (Zulfa, 2010: 132). Sedangkan fungsi dari
display adalah untuk memudahkan dalam memahami apa yang terjadi
serta merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan dengan yang telah
dipahami (Djam’an & Aan, 2013: 219).
3. Memverifikasi data, yaitu mencari makna data yang dikumpulkan
melalui penafsiran, dan mengkarifikasikan data yang telah terkumpul
untuk kemudian dilakukan deskripsi secara objektif dan sistematis.
Menurut Dja,’an dan Aan (2013: 219) Suatu kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, serta dapat berubah jika tidak
diemukan bukti-bukti yang kuat untuk mendukung data yang
dikumpulkan, tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap
awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat penelitian

22
kembali kelapangan pengumpulan data, maka kesimpulan yang
kemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel.
3.7 Teknik Penyajian Analisis Data
Apa yang telah dipaparkan di atas maka, Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif deskriptif. Sesuai dengan namanya analisis data
didasarkan maka kata-kata yang tersusun secara teratur dalam bentuk teks.
Metode diskreptif sebagai cara yang digunakan dalam penyajian hasil
penelitian yang dilakukan dengan jalan menyususn secara sistimatis data-data
yang telah dihimpun sehingga diperoleh suatu simpulan umum yang
disesuaikan dengan pedoman penulisan ilmiah.
Peneliti mendiskrepsikan tentang subjek, objek, tempat, kejadian,
aktivitas dan percakapan. Pada saat melakukan kegiatan, terbuka dalam
menuangkan ide-ide, strategi, refleksi yang berupa catatan-catatan. Dapat
disimpulkan bahwa catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang
didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data
dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif

23
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2015, maret selasa). pengertian konsep menurut parah ahli. Diambil
kembali dari idtesis: http://www.idtesis.com/konsep-menurut-para-ahli/
Anonim. (2020, Januari 1). BAB II Landasan Pustaka. Diambil kembali dari
Repostory: htto://www.repository.stei.ac.id/5508/3/BAB%20II.pdf
Arif, F. (1992). Pengantar Metodologi Penelitian Kualitatif. Surabaya:Usaha
Nasional.
Asnawi, S. (2010). semangat kerja dan gaya kepemimpinan. jurnal Piskologi
Universitas Parisada , No. 2: 87.
ikhsanaira. (2017, Agustus 2). Proposa Kualitatif. Diambil kembali dari
wordpress: http://www.ikhsanaira.files.wordpress.com/2017/02/proposal-
kualitatif.pdf
Imam, G. (2013). Metode Penelitian Kualitati, Teori Dan Praktek. Jakarta: Bumi
Aksara.
Nahar, N. I. (2016, Desember). Penerapan teori belajar behavioristik dalam proses
pembelajaran. Jurnal Ilmu pengetahuan Sosial, vol. 1, 20.
Noeng, M. (1996). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rakesarasin.

24

You might also like