Professional Documents
Culture Documents
DOSEN PENGAMPU:
Dengan menyebut nama Allah Subhanahu wa ta’ala Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang. Kami haturkan puja dan puji syukur atas kehadiran-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas praktek keperawatan jiwa berupa makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Jiwa Pada Klien Dengan Resiko Perilaku Kekerasan” ini dengan tepat
waktu.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-ide sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi kita semua.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULAN...............................................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................................1
B. Tujuan......................................................................................................................................2
BAB II..............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN..............................................................................................................................4
A. Definisi....................................................................................................................................4
C. Rentang Respon.......................................................................................................................7
D. Manifestasi Klinis....................................................................................................................8
F. Penatalaksanaan.......................................................................................................................9
G. Pohon Masalah......................................................................................................................10
H. ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................................................10
STRATEGI PELAKSANAAN............................................................................................20
BAB III..........................................................................................................................................28
PENUTUP......................................................................................................................................28
A.Kesimpulan.............................................................................................................................28
B. Saran......................................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................29
ii
BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrem dari marah
atau ketakutan/panik. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan sering dipandang
sebagai rentang dimana agresiv verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan
(violence) disisi yang lain. Suatu keadaan yang menimbulkan emosi, perasaan
frustasi, benci atau marah. Hal ini kan mempengaruhi perilaku seseorang
berdasarkan keadaan emosi secara mendalam tersebut terkadang perillaku menjadi
agresif atau melukai karena penggunaan koping yang kurang bagus (Wati, 2010).
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah yang di ekspresikan dengan
melakukan ancaman mencederai orang lain, dan atau merusak lingkungan. Respon
tersebut biasanya muncul akibat adanya stressor.Respon ini dapat menimbulkan
kerugian baik pada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan.Melihat dampak
dari kerugian yang di timbulkan, maka penanganan pasien dengan perilaku
kekerasan perlu di lakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga-tenaga professional
(Keliat, Model praktik keperawatan profesional jiwa, 2012).
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai orang lain atau secara fisik maupun psikologis
( Berkowitz dalam Hernawati 1993.
Hasil riset WHO dan World Bank menyimpulkan bahwa gangguan jiwa
dapat mengakibatkan penurunan produktivitas sampai dengan 8,5 %, saat ini
gangguan jiwa menempati urutan kedua setelah penyakit infeksi dengan 11,5 %
(Dayly lost (1998) dalam Rasmun,2001).
WHO menyatakan satu dari empat orang di dunia mengalami masalah
mental atau jiwa.Who memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang
mengalami gangguan kesehatan jiwa. Dalam hal ini, Azrul Azwar (Dirjen Bina
Kesehatan Masyarakat Depkes) mengatakan angka itu menunjukan jumlah
penderita gangguan kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu
dari empat penduduk indonesia menderita kelainan jiwa dari rasa cemas, setress,
1
depresi, penyalahgunaan obat, kenakalan remaja, sampai skizofrenia (Yosep,
2007). Perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan secara
verbal dan fisik ( Ketner et al., 1995 dalam Keliat, Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas, 2012).
Melihat dampak dari kerugian yang ditimbulkan, maka penanganan pasien
dengan perilaku kekerasan perlu dilakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga-
tenaga profesional. Tidak sedikit masyarakat yang beranggapan bahwa individu
yang sakit jiwa adalah aib dan memalukan, tidak bermoral bahkan tidak
beriman.Pada umumnya pasien gangguan jiwa di bawa keluarga ke rumah sakit
jiwa atau unit pelayanan kesehatan jiwa lainnya karena keluarga tidak mampu
merawat dan terganggu perilaku pasien.
Masalah tindakan kekerasan perilaku agresi merupakan kejadian kompleks
yang bukan hanya mencakup aspaek perilaku (behavior) tapi merupakan suatu
problema kesehatan jiwa yang dapat dialami oleh siapapun. Fenomena social yang
terjadi beberapa tahun belakangan ini seperti krisis berkepanjangan, adakan
penduduk yang tidak merata karena sulitnya mencari kehidupan layak sehingga
penduduk melakukan migrasi (urbanisasi) ke wilayah yang lebih menjanjikan
pendapatan layak secara ekonomi seperti di negara Indonesia banyak terjadi PHK,
antara lapangan pekerjaan yang sedikit .
Berdasarkan latar belakang di atas mengenai gangguan kesehatan jiwa yang
salah satunya merupakan perilaku kekerasan maka penulis tertarik untuk menulis
makalah dengan judul asuhan keperawatan dengan perilaku kekerasan, guna
membantu klien dan keluarga dalam menangani masalah kesehatan yang di hadapi
melalui penerapan asuhan keperawatan jiwa.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mampu mengetahui konsep teori dan memberikanAsuhan Keperawatan dan
Strategi Pelaksanaan pada pasien dengan perilaku kekerasan.
2. Tujuan khusus
a. Mampu mengetahui dan menjelaskan pengertian perilaku kekerasan
b. Mampu mengetahui Etiologi dari Perilaku Kekerasan
c. Mampu mengetahui Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan
2
d. Mampu memberikan Asuhan keperawatan pada pasien dengan perilaku
kekerasan meliputi pengkajian, pohon masalah, diagnosa keperawatan,
tindakan keperawatan, serta evaluasi tindakan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk
melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya
tingkah laku tersebut (Jenny, Purba, Mahnum, & Daulay, 2008).
4
1) Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan
mengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi
perilaku kekerasan.
2) Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil
yang tidak menyenangkan.
3) Rasa frustasi.
4) Adanya kekerasan dalam rumah, keluarga, atau lingkungan.
5) Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya
ego dan membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat
memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri
serta memberikan arti dalam kehidupannya. Teori lainnya berasumsi
bahwa perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan
secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya dan rendahnya harga
diri pelaku tindak kekerasan.
6) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang
dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologik dipengaruhi oleh
contoh peran eksternal dibandingkan anak-anak tanpa faktor
predisposisi biologik.
b. Faktor sosial budaya
Seseorang akan berespons terhadap peningkatan emosionalnya
secara agresif sesuai dengan respons yang dipelajarinya. Sesuai dengan
teori menurut Bandura bahwa agresif tidak berbeda dengan respon-respon
yang lain. Faktor ini dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan
semakin sering mendapatkan penguatan maka semakin besar
kemungkinan terjadi. Budaya juga dapat mempengaruhi perilaku
kekerasan. Adanya norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi
marah yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima.
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima
perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaiannya masalah perilaku
kekerasan merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku kekerasan.
c. Faktor biologis
5
Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya stimulus elektris
ringan pada hipotalamus (pada sistem limbik) ternyata menimbulkan
perilaku agresif, dimana jika terjadi kerusakan fungsi limbik (untuk emosi
dan perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal
(untuk interpretasi indra penciuman dan memori) akan menimbulkan mata
terbuka lebar, pupil berdilatasi, dan hendak menyerang objek yang ada di
sekitarnya.
Selain itu berdasarkan teori biologik, ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai
berikut
a) Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem neurologis
mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls
agresif. Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya
perilaku bermusuhan dan respon agresif.
b) Pengaruh biokimia, menurut Goldstein dalam Townsend (1996)
menyatakan bahwa berbagai neurotransmitter (epinefrin, norepinefrin,
dopamine, asetilkolin, dan serotonin) sangat berperan dalam
memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Peningkatan hormon
androgen dan norepinefrin serta penurunan serotonin dan GABA (6 dan
7) pada cairan serebrospinal merupakan faktor predisposisi penting
yang menyebabkan timbulnya perilaku agresif pada seseorang.
c) Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat
kaitannya dengan genetik termasuk genetik tipe kariotipe XYY, yang
umumnya dimiliki oleh penghuni penjara tindak kriminal (narapidana)
d) Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan berbagai
gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada limbik dan lobus
temporal) trauma otak, apenyakit ensefalitis, epilepsi (epilepsi lobus
temporal) terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak
kekerasan.
2. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik
berupa injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor
pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut.
6
a. Klien
Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh
dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b. Interaksi
Penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa
terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun
eksternal dari lingkungan.
c. Lingkungan
Panas, padat, dan bising.
C. Rentang Respon
Menurut Yosep (2010) :
Adaptif Maladaptif
Asertif Frustasi Pasif Agresif
Amuk/PK
Asertif :
Klien mampu mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan
memberikan kelegaan
Frustasi :
7
Klien gagal mencapai tujuan kepuasan atau saat marah dan tidak dapat menemukan
alternatifnya
Pasif :
Klien marasa tidak dapat mengungkapkan perasaanya tidak berdaya dan menyerah
Agresif :
Klien mengekspresikan secara fisik, tapi masih terkontrol, mendorong orang lain
dengan ancaman
Kekerasan :
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat dan hilang kontrol, disertai amuk,
merusak lingkungan
D. Manifestasi Klinis
Menurut Direja (2011) tanda dan gejala yang terjadi pada perilaku
kekerasanterdiri dari :
1. Fisik
Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras,
kasar, ketus.
3. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan,
amuk/agresif.
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel,tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan,
dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan
kreativitas terhambat.
8
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran.
8. Perhatian
Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual
F. Penatalaksanaan
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2 yaitu:
1. Medis
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Psikoterapeutik
b. Lingkungan terapieutik
d. Pendidikan kesehatan
9
G. Pohon Masalah
Regimen Terapeutik
Inefektif
Koping Keluarga
Berduka Disfungsional
Tidak Efektif
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Menurut Keliat (2014) data perilaku kekerasan dapat diperolah melalui
observasi atau wawancara tentang perilaku berikut ini:
a. Muka amerah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengarupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar-mandir
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Mengancam secara verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda /orang lain
j. Merusak barang atau benda
k. Tidak mempunyai kemampuan untuk mencegah atau mengontrol perilaku
kekerasan.
10
2. Daftar Masalah
Menurut Keliat (2014) daftar masalah yang mungkin muncul pada perilaku
kekerasan yaitu :
a. Perilaku Kekerasan.
b. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
c. Perubahan persepsi sensori: halusinasi.
d. Harga diri rendah kronis.
e. Isolasi sosial.
f. Berduka disfungsional.
g. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif.
h. Koping keluarga inefektif.
11
mengucapkan salam terapeutik, berjabat tangan, menjelaskan tujuan
interaksi, serta membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap
kali bertemu klien.
b) Diskusikan bersama klien penyebab perilaku kekerasan yang terjadi
di masa lalu dan saat ini.
c) Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan.
Diskusikan bersama klien mengenai tanda dan gejala perilaku
kekersan, baik kekerasan fisik, psikologis, sosial, sosial, spiritual
maupun intelektual.
d) Diskusikan bersama klien perilaku secara verbal yang biasa
dilakukan pada saat marah baik terhadap diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan.
e) Diskusikan bersama klien akibat yang ditimbulkan dari perilaku
marahnya. Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku
kekerasan baik secara fisik (pukul kasur atau bantal serta tarik napas
dalam), obat-obat-obatan, sosial atau verbal (dengan
mengungkapkan kemarahannya secara asertif), ataupun spiritual
(salat atau berdoa sesuai keyakinan klien).
b. Tindakan keperawatan untuk keluarga
1) Tujuan
Keluarga dapat merawat klien di rumah
2) Tindakan
a) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan meliputi
penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul, serta akibat dari
perilaku tersebut.
b) Latih keluarga untuk merawat anggota keluarga dengan perilaku
kekerasan.
(1) Anjurkan keluarga untuk selalu memotivasi klien agar
melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh perawat.
(2) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada klien bila
anggota keluarga dapat melakukan kegiatan tersebut secara
tepat.
12
(3) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus klien
menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan.
c) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi klien yang perlu
segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul
benda/orang lain.
13
Adapun hasil tindakan yang ingin dicapai pada pasien dengan perilaku
kekerasan antara lain
a. Klien dapat mengontrol atau mengendalikan perilaku keekrasan.
b. Klien dapat membina hubungan saling pecaya.
c. Klien dapat mengenal penyebab perilaku kekerasan yang dilakukakannya.
d. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
e. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang pernah dilakukan.
f. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
g. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan
kemarahan.
h. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.
i. Klien mendapatkan dukungan dari keluarga untuk mengontrol perilaku
kekerasan.
j. Klien menggunakan obat sesuai program yang telah ditetapkan.
14
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU
KEKERASAN
A. PENGKAJIAN
Hari/ tanggal pengkajian : Jumat, 27 November 2020
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. T
Insial : Laki-laki
Umur : 47 Tahun
Alamat : Desa Canggu Kecamatan Kalianda Lam – Sel
Agama : Islam
Informan : Klien dan Keluarga
II. RESUME
Klien Tn, T umur 47 tahun anak ke 2 dari 7 bersaudara, Karena belum berkeluarga,
klien tinggal serumah dengan ibu dan bapaknya. Sebelum sakit aktivitas sehari –
hari klien membantu orang tua dikebun dan ladang. Sejak 7 tahun terakhir klien
lebih banyak dirumah jarang berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan. Klien
sering marah – marah dan berbicara keras tanpa sebab terutama dengan ibunya,
mencekik ibunya, berteriak – teriak memecahkan kaca dan piring. Pada tahun 2016
klien pernah dibawa kekantor polisi karena melakukan pemukulan terhadap orang
lain kemudian dibawa kerumah sakit jiwa dirawat selama 15 hari dan boleh pulang
untuk rawat jalan. Karena keluarga tidak mengerti dan tidak tahu klien berobat ke
pengobatan alternative, selama lebih kurang 2 tahun klien tidak minum obat dan
tidak kontrol ke fasilitas pelayanan kesehatan, akibatnya perilaku kekerasan klien
terulang lagi, kemudian 1 tahun terakhir klien kembali kontrol kerumah sakit jiwa
untuk berobat jalan. Kakak klien mengatakan semasa kecil klien sering mengalami
kekerasan fisik oleh ibunya.
15
- Klien mengatakan mudah marah dan mengamuk kalau keinginannya tidak
dipenuhi terutama kepada ibunya,
- Klien mengatakan terganggu, kesal dan benci kalau ada orang ngobrol bertamu
dirumahnya
- Klien mengatakan tidak mau keluar rumah dan tidak mau bergaul dengan orang
lain karena malu semua orang membenci dan membicarakan keburukan dirinya
- Saat dilakukan pengkajian wajah klien tampak tegang, kaku dan berbicara
dengan nada yang keras
Masalah Keperawatan: Resiko Perilaku Kekerasan
IV. FISIK
1. Tanda-tanda vital
TD = 110/90 mmHg
N = 96 x/m
S = 370C
16
RR = 20 x/m
2. Keluhan fisik ( Tidak Ada )
Masalah keperawatan : Tidak Ada
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan :
Penjelasan :
Klien mengatakan kalau kakek dan neneknya telah meninggal dunia. Klien tinggal
serumah bersama orang tuanya. Klien merupakan anak kedua dari 7 bersaudara.
2. Konsep diri:
a. Citra tubuh
Klien mengatakan anggota tubuhnya baik dan klien menyukai tubuhnya apa
adanya
17
b. Identitas diri
Klien mengatakan anak kedua dari 7 bersaudara. Klien bersekolah hanya
sampai SD, lalu bekerja membantu orang tua sebagai tani kebun dan
ladang.
c. Peran
Klien mengatakan berperan sebagai anak ke-2 dalam keluarga. Klien belum
menikah. Biasanya klien membantu pekerjaan orang tuanya dikebun dan
ladang.
d. Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh kembali,bekerja dikebun dan ladang
serta menikah
e. Harga diri
Klien mengatakan merasa malu dengan orang lain karena belum menikah
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Hubungan sosial
a) Orang yang terdekat
Klien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah ibunya.
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
Klien tidak berperan aktif dalam kegiatan kelompok.
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Klien mengatakan memiliki hambatan dalam berhubungan dengan orang
lain karena merasa malu dirinya belum menikah, semua orang membenci
dan membicarakan keburukan dirinya.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah
4. Spriritual
a. Nilai dan keyakinan
Nilai dan keyakinan yang dipegang oleh klien adalah nilai – nilai islam dan
klien mengatakan shalat itu wajib.
b. Kegiatan Ibadah
Kegiatan ibadah klien adalah shalat.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
18
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Penampilan klien cukup rapi, rambut lurus, kemudian menggunakan baju yang
seharusnya, dan mandi 2 kali dalam sehari. Klien cukup memperhatikan
penampilannya.
2. Pembicaraan
Klien berbicara dengan keras,agak kacau serta terlihat cepat tersinggung
Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
3. Aktivitas motorik
Klien terlihat sehat dan beraktivitas didalam rumah seperti mandi, bab / bak,
makan dan minum dilakukan dengan baik tanpa bantuan.
4. Alam perasaan
Klien mengatakan merasa senang dan bahagia tinggal di rumah dan merasa
terganggu kalau ada orang lain yang datang bertamu.
5. Afek
Afek klien labil, cepat marah dan tersinggung.
Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
6. Interaksi selama wawancara
Interaksi selama wawancara klien baik, namun kontak mata tajam.wajah
tegang dan kaku serta nada bicara yang keras
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
7. Persepsi
Klien mengatakan tidak pernah mendengar bisikan – bisikan ataupun melihat
bayangan-bayangan aneh
8. Proses pikir
Proses fikir klien adalah flight of ideas karena sering megganti topic
pembicaraan tanpa menyelesaikan topic pertama.
9. Isi Pikir
Klien mengatakan sedih mengingat masa kecilnya sering mendapatkan
perilaku kekerasan dari ibunya.
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
19
10. Tingkat kesadaran
Compos mentis (Klien sadar akan dirinya)
Tingkat kesadaran klien baik dan klien tidak mengalami disorientasi terhadap
waktu, tempat dan orang. Buktinya klien masih mengingat tanggal masuk
rumah sakit dan dia tahu berada di ruang Angsoka.
11. Memori
Klien tidak mengalami gangguan daya ingat karena klien mampu menjelaskan
kegiatan sehari-hari dan juga menceritakan pengalaman – pengalaman masa
lalu.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tingkat konsentrasi Klien baik karena masih dapat berhitung dan dapat
menjawab perhitungan sederhana yang diberikan.
13. Kemampuan penilaian
Kemampuan penilaian klien mengalami gangguan penilaian ringan. Klien bisa
tidak bisa memilih antara dua pilihan.
14. Daya tilik diri
Klien mengatakan dirinya sehat.
20
Untuk pengguanaan obat Klien tidak membutuhkan bantuan karena Klien
bisa melakukannya sendiri dan mengetahui obat-obat yang di konsumsi
7. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan jarang pergi ke pusat kesehatan untuk memeriksakan diri.
8. Aktivitas di dalam rumah
Klien mampu melakukan kegiatan rumahan dengan baik misalnya, mononton
TV, menyiapkan makanan ataupun menjaga kerapian rumah.
9. Aktivitas di luar rumah
Klien masih dapat melakukan aktivitas diluar rumah secara mandiri seperti
berkendaraan ataupun berjalan-jalan dan mengobrol dengan keluarganya.
21
Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
DO :
Saat dilakukan pengkajian wajah
klien tampak tegang, kaku dan
berbicara dengan nada yang keras
2 DS :
Klien mengatakan tidak mau keluar
rumah dan tidak mau bergaul
dengan orang lain karena malu Harga diri rendah
belum menikah semua orang
membenci dan membicarakan
keburukan dirinya
DO :
Menyendiri, lebih banyak
menghabiskan waktu di kamar.
22
XIII. POHON MASALAH
Perilaku Kekerasan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perilaku Kekerasan
2. Resiko Perilaku Kekerasan
3. Harga Diri Rendah
23
C. INTERVENSI
Tgl Dx Perencanaan Paraf
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Resiko TUM: klien tidak
Perilaku menunjukan resiko
Kekerasan perilaku kekerasan
TUK:
1. Klien dapat 1. Klien menunjukkan tanda- 1. Bina hubungan saling percaya dengan:
membina hubungan tanda percaya kepada o Beri salam setiap berinteraksi
saling percaya perawat: o Perkenalkan nama, nama panggilan
o Wajah cerah, tersenyum perawat dan tujuan perawat
o Mau berkenalan berkenalan
o Ada kontak mata o Tanyakan dan panggil nama kesukaan
o Bersedia menceritakan klien
perasaan o Tunjukkan sikap empati, jujur dan
menepati janji setiap kali berinteraksi
o Tanyakan perasaan klien dan masalah
yang dihadapi klien
o Buat kontrak interaksi yang jelas
o Dengarkan dengan penuh perhatian
ungkapan perasaan klien
2.Klien dapat 2.Klien menceritakan penyebab 2. Bantu klien mengungkapkan perasaan
mengidentifikasi perilaku kekerasan yang marahnya:
penyebab perilaku dilakukannya: o Motivasi klien untuk menceritakan
kekerasan yang o Menceritakan penyebab penyebab rasa kesal atau jengkelnya
dilakukannya perasaan jengkel/kesal baik o Dengarkan tanpa menyela atau
dari diri sendiri maupun memberi penilaian setiap ungkapan
lingkungannya perasaan klien
o Bentuk dan warna obat o Jenis obat (nama, wanrna dan bentuk
Gangguan TUM :
konsep diri : Pasien mempunyai
Harga diri harga diri
rendah
TUK :
1.Pasien bisa membina Setelah 4 kali interaksi, 1. Bina hubungan saling percaya dengan
hubungan saling pasien menunjukkan menggunakan prinsip komunikasi
percaya dengan ekspresi wajah bersahabat, terapeutik :
perawat memperlihatkan rasa Sapa pasien dengan ramah, baik
senang, ada kontak mata, verbal maupun non verbal.
mau berjabat tangan, mau Perkenalkan diri dengan sopan
menyebutkan namanya, Tanyakan nama lengkap dan nama
mau menjawab salam, panggilan yang disukai klien
pasien mau duduk Jelaskan tujuan pertemuan
berdampingan dengan Jujur dan menepati janji
perawat, mau mengutarakan Tunjukkan empati dan menerima
masalah yang dihadapi pasien apa adanya
Beri perhatian dan perhatikan
kebutuhan dasar pasien
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien tenang, kooperatif, klien mampu menjawab semua pertanyaan yang
diajukan.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3 Tujuan Khusus
a. Dapat terbina hubungan saling percaya dengan klien
b. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
c. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
d. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya
e. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya.
f. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah / mengendalikan perilaku
kekerasannya.
g. Pasien dapat mencegah / mengontrol perilaku kekerasannya secara
fisik, spiritual, social, dan dengan terapi psikofarmaka.
SP 2 Pasien RPK :
Evaluasi kemampuan klien menyebutkan penybab kemarahan, tanda dan
gejala, perilaku kemarahan serta akibat atau kerugian yang ditimbulkan.
Latihan fisik cara ke1 (satu) mengontrol kemarahan dengan cara menarik
nafas dalam.
1. Fase Orientasi :
a. Salam terapeutik
Assalamualaikum, sesuai kesepakatan kita kemarin pada pagi hari ini
kita akan berbincang – bincang lagi, apakah abang sudah siap?
b. Evaluasi validasi
Bagaimana perasaan abang hari ini, adakah ada hal yang
menyebabkan abang marah?coba abang ceritakan lagi penyebab
kemarahan itu apa saja, tanda dan gejalanya, perilaku kemarahannya
seperti apa serta kerugian yang ditimbulkan dari kemarahan?bagus
sekali.
c. Kontrak topik waktu dan tempat
Pagi ini kita akan berlatih bagaimana cara mengendalikan atau
mengontrol kemarahan dengan latihan fisik menarik nafas dalam,
selama 15 menit, menurut abang tempatnya dimana, bagaimana
kalau disini saja.
2. Fase Kerja
Kalau timbul tanda – tanda kemarahan seperti rasa kesal, dada berdebar
– debar, mata melotot, mulut terkatup, bisa kita cegah dan kendalikan
dengan cara latihan menarik nafas dalam. Saya contohkan terlebih
dahulu ya, begini bang kalau tanda – tanda marah tadi sudah abang
rasakan, langkah yang pertama adalah abang berdiri, lalu tarik nafas
dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan / tiupkan secara perlahan –
lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan,dilakukan selama
5 kali ya. Nah sekarang abang bisa coba mempraktekkannya. Tarik dari
hidung tahan keluarkan lewat mulut…bagus sekali, diulang sampai 5
kali. Abang sudah bisa melakukannya, bagaimana perasaan abang?
Tentunya akan terasa lebih lega. Sebaiknya latihan ini dilakukan secara
rutin, sehingga sewaktu – waktu rasa marah itu muncul abang sudah
terbiasa melakukannya.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subyektif
Sekarang bagaimana perasaan abang setelah kita latihan menarik
nafas dalam untuk mengontrol kemarahan? Tentunya akan terasa
lega.
b. Evaluasi obyektif
Coba abang ulangi lagi cara menarik nafas dalam yang sudah kita
latih tadi?Bagus sekali..latihan fisik menarik nafas dalam dilakukan
selama 5 kali.
c. Rencana tindak lanjut
Baiklah bang, selama saya tidak ada, Jangan lupa latihan nafas
dalam dipraktekkan ya bang. Sekarang kita buat jadwal latihannya,
berapa kali sehari mau latihan nafas dalamnya bang? Jam berapa
saja, setiap habis latihan dimasukkan dalam buku jadwal latihan ya.
d. Kontrak yang akan datang
Untuk besok kita akan berbincang – bincang lagi tentang cara lain
untuk mencegah atau mengontrol marah. Menurut abang kita
bertemu jam berapa? Bagaimana kalau jam nya sama dengan hari
ini, jam 10 pagi, waktunya selama 15 menit. Tempatnya disini saja
SP 3 Pasien RPK :
Evaluasi Latihan Nafas dalam
Latihan fisik cara ke2 (dua) mengontrol kemarahan dengan cara memukul
kasur dan bantal.
Menyusun jadwal kegiatan harian latihan fisik cara ke2 (dua)
1. Fase Orientasi :
a. Salam terapeutik
Assalamualaikum, apa kabar bang, sesuai dengan kesepakatan kita
kemarin, bahwa pada pagi ini kita akan berbincang – bincang lagi.
b. Evaluasi Validasi
Bagaimana perasaan abang saat ini? Adakah hal yang menyebabkan
abang marah? Latihan fisik menarik nafas dalam apakah sudah
dilakukan dan dicatat dibuku jadwal kegiatan harian? Coba abang
praktekkan lagi? Bagus sekali.
c. Kontrak tempat waktu dan topic
Baik pagi ini kita akan latihan mengontrol perasaan marah dengan
kegiatan fisik cara ke2 (dua). Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20
menit saja? Tempatnya yang menurut abang dimana? Bagaimana
kalau diruang tamu saja.
2. Fase Kerja :
Kalau ada yang menyebabkan abang marah dan mucul perasaan kesal,
berdebar debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, selain menarik
nafas dalam, abang dapat melakukan pukul kasur dan bantal. Sekarang
saya contohkan terlebih dahulu, dimana kamar abang? Jadi kalau nanti
abang kesal dan ingin marah, langsung kekamar dan lampiaskan
kemarahan tersebut dengan memukul kasur atau bantal. Nah, coba
abang lakukan pukul kasur dan bantal. Bagus sekali abang bisa
melakukannya. Cara ini dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan
marah. Kemudian jangan lupa merapihkan tempat tidurnya.a
3. Terminasi
a. Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan abang setelah latihan menyalurkan marah tadi?
Tentunya bertambah lagi cara mengontrol atau mengendalikan
marah.
b. Evaluasi obyektif
Ada berapa cara latihan fisik mengontrol marah yang sudah kita
pelajari? Betul sekali sudah 2 (dua) yang kita pelajari. Coba abang
praktekkan lagi kedua cara tersebut? Bagus sekali.
c. Rencana tindak lanjut
Mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari – hari. Pukul
kasur bantal mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur
dan sebelum tidur? Baik , jadi jam 05.00 pagi dan jam 21.00 malam
ya. Kalau ada keinginan marah sewaktu – waktu gunakan kedua cara
tadi ya bang, mau berapa kali abang latihan menarik nafas dalam dan
memukul kasur atau bantal setiap harinya? Bagaimana kalau masing
– masing cara dilakukan 2 kali dalam sehari.
d. Kontrak topik waktu dan tempat
Besok pagi kita ketemu lagi, kita akan membahas latihan
mengontrol marah dengan belajar berbicara yang baik.besok kita
sepakati jam berapa bang? Baik jam 10 pagi ya. Sampai bertemu
besok, assalamualaikum
SP 4 Pasien RPK :
Evaluasi jadwal harian untuk mengontrol marah dengan cara dua
latihan fisik
Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal :
- Menolak dengan baik
- Meminta dengan baik
- Mengungkapkan perasaan dengan baik
Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal, masukkan
dalam kegiatan harian.
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Assalamualaikum, sesuai kesepakatan kita kemarin sekarang kita
bertemu kembali
b. Evaluasi validasi
Bagaiamana bang sudah dilakukan tarik nafas dalam dan pukul
kasur bantal? Bagus sekali. Apa yang abang rasakan setelah
melakukan latihan secara teratur? Boleh saya lihat jadwal kegiatan
hariannya? Bagus, kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri
ditulis M artinya mandiri, kalau diingatkan orang lain tulis B
artinya dibantu, nah kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum
bisa melakukan.
c. Kontrak topik waktu dan
tempat
Baiklah pagi ini selama 15 menit kita akan latihan cara bicara yang
baik untuk mencegah marah, bagaimana kalau tempatnya diruang
tamu saja.
2. Fase Kerja
Sekarang kita latihan cara yang baik untuk mencegah marah. Kalau
marah sudah disalurkan dengan cara menarik nafas dalam atau pukul
kasur bantal, dan rasanya sudah lega, maka kita perlu berbicara
dengan orang yang membuat kita marah. Caranya ada 3 (tiga) bang ;
a. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah
serta tidak menggunakan kata – kata kasar. Kemarin abang bilang
penyebab marahnya karena tidak suka melihat orang lain bertamu
dan ngobrol dirumah dengan suara yang keras dan tertawa,
Meminta uang dengan orang tua. Coba abang bilang secara baik –
baik. Pak / bu kalau ngobrol suaranya jangan keras – keras,
menggangu orang lain yang sedang beristirahat. Coba abang
praktekkan. Bagus..sekarang cara meminta uang dengan baik.
Pak/bu saya perlu uang untuk beli rokok. Bagus.nanti bisa dicoba
untuk meminta baju, meminta obat – obatan, meminta makan dan
lain sebagainya. Sekarang coba abang praktekkan semua. Bagus
sekali.
b. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan abang tidak
ingin melakukannya, katakan maaf saya tidak bisa melakukannya
karena sedang ada pekerjaan. Coba abang praktekkan. Bagus
sekali.
c. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain
yang membuat kesal, abang dapat mengatakan saya jadi ingin
marah dengan perkataan mu itu, kemudian lakukan menarik nafas
dalam. Coba abang praktekkan. Bagus.
3. Terminasi
a. Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan abang setelah kita bercakap – cakap tentang
cara mengontrol marah dengan bicara yang baik?
b. Evaluasi obyektif
Coba abang sebutkan lagi cara bicara yang baik yang sudah kita
pelajari tadi. Bagus sekali. Sekarang mari kita masukkan dalam
jadwal kegiatan harian. Berapa kali sehari abang mau melakukan
latihan bicara yang baik? Ok kita buat jadwalnya ya.
c. Rencana tindak lanjut
Setelah ini abang bisa latihan dan langsung mempraktekkan
berbicara yang baik dalam aktivitas sehari – hari misalnya
meminta uang, meminta makan, meminta obat dan lain – lain.
d. Kontrak topik waktu dan tempat
Besok siang kita ketemu lagi ya, kita akan membicarakan cara lain
mengatasi marah yaitu dengan cara ibadah, abang setuju? Bagus.
Bagaimana kalau jam 2 siang, tempat nya disini saja. Baik sampai
bertemu besok. Assalamualaikum .
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Perilaku kekerasan atau tindakan kekerasan merupakan ungkapan
perasaan marah dan bermusuhan sebagai respon terhadap kecemasan atau
kebutuhan yang tidak terpenuhi yang mengakibatkan hilangnya control diri
dimana individu bisa berperilaku menyerang atau melakukan suatu tindakan
yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingungan
B. Saran
Berdaarkan kesimpulan diatas saran yang dapat kami berkan yaitu
kepada pembaca agar dapat memberikan masukan demi kemajuan dalam
penulisan selanjutnya dan keppada kita bersama memperdalam lagi tentang
asuhan keperawatan dengan resiko perilaku kekerasan karna dalam
pembuatan makalah tentunya kami masih banyak kekurangan
DAFTAR PUSTAKA
Depkes, RI. 2007. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Magelang: RSJ Prof. Dr.
Soeroyo Magelang.
Farida, K., & Yudi, H. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Fitria, N. 2010. Prinsip Dasar dan aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:
Salemba Medika.
Jenny, M., Purba, S. E., Mahnum, L. N., & Daulay, W. 2008. Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan
Jiwa. Medan: USU Press.