You are on page 1of 12

Referat

PEDOFILIA
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu
Kejiwaan Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Rumah Sakit Jiwa Kota Banda Aceh

Di Susun Oleh:

Muhammad Rizki Pratama

22174004

Pembimbing:

dr. Juwita Saragih, Sp.KJ

SMF ILMU KEJIWAAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA


RUMAH SAKIT JIWA KOTA BANDA ACEH

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini dengan judul “PEDOFILIA”. Shalawat
beserta salam penulis sanjungkan ke pangkuan Nabi Muhammad SAW, yang telah
membimbing umat manusia dari alam kegelapan ke alam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan. Referat ini disusun sebagai salah satu tugas menjalani kepaniteraan klinik
senior pada Bagian/SMF Ilmu Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh di
Rumah Sakit Jiwa Kota Banda Aceh.

Selama penyelesaian referat ini penulis mendapat bantuan, bimbingan,


pengarahan, dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan
terima kasih kepada dr. Juwita Saragih, Sp.KJ yang telah banyak meluangkan waktu
untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan laporan
kasus ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga, sahabat, dan rekan-
rekan yang telah memberikan motivasi dan doa dalam menyelesaikan referat ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan kasus


ini.Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sekalian demi kesempurnaan laporan kasus ini nantinya. Harapan penulis
semoga referat ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan umumnya dan
profesi kedokteran khususnya. Semoga Allah SWT selalu memberikan Rahmat dan
Hidayah-Nya kepada kita semua.

Banda Aceh, 7 Mei 2023

Muhammad Rizki Pratama S.Ked

221174004

2
DAFTAR ISI

3
4
5
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pedofilia yang diambil dari bahasa Yunani Paidos yang berarti anak. Ciri utama
gangguan ini yaitu dorongan seksual yang kuat dan berulang serta adanya fantasi terkait
aktivitas seksual dengan anak-anak dibawah umur. Dalam pedofilia objek seks yang
dipilih adalah anak-anak, keintiman biasanya melibatkan manipulasi alat genital anak.
Biasanya anak dirayu untuk memainkan organ seks pedofilia atau menggunakan fellatio
(kotak alat genital dengan mulut). Hubungan seksual biasanya jarang terjadi, meskipun
ada usaha kearah sana dan berakibat luka pada anak.Exploitasi dan penyalahgunaan anak
mempunyai sejarah lama. Orang Yunani kuno menghargai pedofilia, khususnya pada
kaum homoseksual, hingga era modern, pedofilia masih ada.1
Kepuasan seksual dari pengidap pedofilia tergantung pada jeritan si anak yang jadi
korban ketika dengan bengisnya disodomi. Penderita pedofilia seringkali digambarkan
sebagai orang terlibat dalam fixasi tinggi, berkompetensi sosial rendah, kontak rendah,
suka melukai secara fisik dan mempunyai motivasi sadistis. Sebagian pengidap adalah
alkoholic atau schizophrenic. Pedofilia dan exhibitionisme adalah jenis-jenis serangan
seksual yang paling umum yang dilakukan oleh orang yang menderita kerusakan otak
Alzheimer dan anteriasekrotik dan memiliki sindrom kepribadian organik. Di Indonesia
kekerasan terhadap anak menunjukan intensitas yang terus meningkat. Diperkirakan,
setiap satu hingga dua menit terjadi tindak kekerasan pada anak dan setiap tahun tercatat
788.000 kasus. Catatan Komnas Anak pada tahun 2013 mencapai 736 kasus, meliputi
44,43 persen kekerasan seksual, 31,66 persen kekerasan fisik, dan 23,91 persen
kekerasan psikis serta penelantaran. Sementara tahun 2014 sampai dengan pertengahan.5

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Pedofilia adalah selama periode sekurangnya enam bulan, dorongan seksual
yang kuat kepada atau terangsang oleh anak yang berusia 13 tahun atau lebih
muda. Orang dengan pedofilia sekurangnya berusia 16 tahun dan sekurangnya
berusia lima tahun lebih tua dari korbannya. Jika pelaku adalah seorang remaja
akhir yang terlibat dalam hubungan seksual yang berkepanjangan dengan
seseorang yang berusia 12 atau 13 tahun, diagnosis tidak diperlukan.2
Sebagian besar penganiayaan anak melibatkan pemegangan genital atau seks
oral. Penetrasi vagina atau anal pada anak-anak adalah jarang terjadi kecuali pada
kasus incest. Incest adalah berhubungan dengan pedofilia karena seringnya
pemilihan anak yang belum dewasa sebagai objek seks. Walaupun sebagian besar
korban anak yang yang menjadi perhatian publik adalah anak perempuan, temuan
tersebut nampaknya merupakan akibat dari proses rujukan.2

2.2 Gejala Pedofilia

Ada enam gejala-gejala (diagnostik) seseorang yang menderita kelainan


pedofilia, diantaranya sebagai berikut:1,2

a. Dalam kurun waktu setidaknya enam bulan, orang dengan gangguan ini memiliki
fantasi hasrat seksual yang berulang dan intens, dorongan seksual, atau perilaku
yang melibatkan aktivitas seksual dengan satu atau lebih anak yang belum puber,
umumnya berusia 13 tahun atau lebih muda.
b. Orang tersebut melampiaskan dorongan seksualnya, atau fantasinya yang
menyebabkan distres (tekanan) atau impairment (gangguan mental) yang signifikan.
c. Individu dengan gangguan ini setidaknya berusia 16 tahun dan minimal 5 tahun
lebih tua dari anak yang menjadi korban.
d. Perilaku pedofilia si individu dapat dicirikan dengan ketertarikan seksual pada pria,
wanita, atau keduanya.
e. Perilaku pedofilia dicirikan dengan dibatasi atau tidaknya inses. Inses ialah
hubungan seksual oleh pasangan yang memiliki ikatan keluarga (kerabat) dekat,
biasanya ayah dengan anak perempuannya atau ibu dengan anak laki-lakinya.

7
f. Perilaku pedofilia dicirikan dengan terbatas atau tidaknya ketertarikan seksual pada
anak-anak saja.

2.3 Kriteria Pedofilia3

a. Selama waktu sekurangnya 6 bulan, terdapat khayalan yang merangsang secara


seksual, dorongan seksual, atau perilaku yang berulang dan kuat berupa aktivitas
seksual dengan anak prapubertas atau anak-anak(biasanya berusia 13 tahun atau
kurang).
b. Khayalan, dorongan seksual, atau perilaku menyebabkan penderitaan yang
bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi
penting lainnya.
c. Orang sekurangnya berusia 16 tahun dan sekurangnya berusia 5 tahun lebih lebih
tua dari anak atau anak-anak dalam kriteria A.

2.4 Klasifikasi Pedofilia

Pedofilia dapat diklasifikasikan dalam beberapa macam. Pembagian terluas dari


pelaku pelecehan seksual terhadap anak adalah berdasarkan jenis kelamin korban.
Pedofilia yang memiliki objek seksual anak dengan jenis kelamin yang berbeda disebut
sebagai pedofilia heteroseksual (heterosexual pedhopile), sedangkan pedofilia yang
tertarik terhadap anak dengan jenis kelamin yang sama disebut sebagai pedofilia
homoseksual (homosexual pedhopile). Beberapa penyidik mendapatkan sekelompok
orang dimana permasalahan utamanya bukan pada penyimpangan seksual. Mereka
adalah pelaku pelecehan seksual yang tua, psikotik, atau defisiensi mental.3

Pada kasus ini, deviasi seksual hanyalah bagian dari ganguannya yang lebih umum.
Para peneliti juga mengidentifikasi kelompok penjahat atau psikopat. Pelecehan seksual
pada anak oleh pelaku pada kelompok ini dapat merupakan bagian kecil dari gaya
kehidupan kriminal atau merupakan pelampiasan impuls agresif atau sadistik. Pedofilia
pada kelompok ini hanya merupakan sebagian kecil dari total populasi pedofilia.
Sisanya, kemungkinan sebagai mayoritas populasi pelaku pelecehan seksual dapat dibagi
menjadi 3 tipe yaitu:3

8
a. Pedofilia Tipe I
Pedofilia tipe ini tidak dapat berinteraksi social dengan wanita karena kecemasan atau
ketidakmampuan sosial atau keduanya. Individu ini dapat terangsang secara seksual
baik oleh objek normal dan anak-anak.
b. Pedofilia tipe II
Pedofilia ini dapat berinteraksi sosial dengan wanita dewasa namun tidak mampu
terangsang seksual oleh mereka. Mereka hanya dapat terangsang seksual oleh anak-
anak.
c. Pedofilia Tipe III
Pedofilia ini tidak dapat berinteraksi sosial dengan wanita dan tidak dapat terangsang
secara seksual oleh mereka. Mereka hanya terangsang secara seksual oleh anak-anak.

2.5 Pedofilia Heteroseksual

Pedofilia heteroseksual sulit dibedakan dengan populasi normal. Menurut Mohr dkk,
tidak ada perbedaan yang signifikan antara pedofilia heteroseksual dengan populasi
normal dari segi intelegensia, pekerjaan maupun pendidikan. McCaghy menemukan
bahwa mereka memiliki status sosioekonomi dan level pendidikan dan pekerjaan yang
lebih rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Gebhard pelaku heteroseksual terhadap
anak kecil sangat bervariasi dalam hal intelegensia namun pada 11% ditemukan feeble-
minded dan 34% memiliki IQ antara 70 hingga 90. Beliau juga menemukan bahwa 57%
mengecap pendidikan kurang dari 8 tahun dengan status pekerjaan unskilled dan semi-
skilled.4

Mayoritas pedofilia heteroseksual telah menikah lebih dari 20 tahun dengan usia awal
menikah yang lebih tua. Gebhard menemukan mayoritas pedofilia menikah dalam waktu
yang relatif lama namun pernikahan tersebut tidak stabil. Pada saat melakukan serangan
hanya 31% yang masih menikah dan 41% belum pernah menikah. Dari minoritas yang
masih menikah, 75% memiliki pernikahan yang relatif bahagia. Frisbie melaporkan
adanya proporsi yang tinggi dari pelaku yang masih lajang, telah bercerai maupun
tinggal terpisah dari pasangannya. Kebanyakan peneliti setuju bahwa beberapa pelaku
pedofilia mengalami kesulitan memulai dan mempertahankan hubungan sosial. Kesulitan
ini tercermin dari data statistik status pernikahan. Menurut sejumlah peneliti, pelaku
pedofilia dapat berperilaku tidak lazim dan gaya yang aneh.4

9
2.6 Penatalaksanaan

Psikoterapi berorientasi tilikan adalah pendekatan yang paling sering digunakan untuk
mengobati. Pasien memiliki kesempatan untuk mengerti dinamikanya sendiri dan peristiwa
sehari-hari yang menyebabkan mereka bertindak atas impulsnya. Psikoterapi juga
memungkinkan pasien meraih kembali harga dirinya dan memperbaiki kemampuan
interpersonal serta menemukan metode yang dapat diterima untuk mendapatkan kepuasan
seksual. Terapi kelompok juga berguna. Terapi seks adalah pelengkap yang tepat untuk
pengobatan pasien yang menderita disfungsi seksual tertentu dimana mereka mencoba
melakukan aktivitas seksual yang tidak menyimpang dengan pasangannya. Terapi perilaku
digunakan untuk memutuskan pola pedofilia yang dipelajari. Stimuli yang menakutkan,
seperti kejutan listrik atau bau menyengat, relah dipasangkan dengan impuls tersebut, yang
selanjutnya menghilang. Stimuli dapat diberikan oleh diri sendiri dan digunakan oleh pasien
bilamana mereka merasa bahwa mereka akan bertindak atas dasar impulsnya. Terapi obat,
termasuk medikasi antipsikotik dan antidepresan, adalah diindikasikan sebagai pengobatan
skizofrenia atau gangguan depresif jika pedofilia adalah disertai dengan gangguan-
gangguan tersebut.3,4

2.7 Upaya Preventif Dari Orang Tua

Upaya agar anak terhindar dari kasus pedofilia sebagai berikut :

1. Orang tua harus mengajarkan bahwa anak-anak wajib menjaga dan melindungi
tubuh mereka.
2. Orang tua juga harus mengajarkan perbedaan sentuhan yang pantas dilakukan
orang lain terhadap tubuh anak-anak atau tidak pantas dilakukan.
3. Membedakan antara rahasia baik dan rahasia buruk. Menekankan pada anak tidak
semua rahasia wajib disimpan, terutama jika rahasia yang membuat takut, sakit
atau sedih.
4. Orang tua harus mengajarkan cara bereaksi terhadap perilaku yang mencurigakan
terhadap dirinya.

10
BAB III

KESIMPULAN

Ciri utama gangguan pedofilia yaitu dorongan seksual yang kuat dan berulang
serta adanya fantasi terkait aktivitas seksual dengan anak-anak dibawah umur. Dalam
pedofilia objek seks yang dipilih adalah anak-anak, keintiman biasanya melibatkan
manipulasi alat genital anak. Pengalaman seksual masa kanak-kanak dapat menjadi salah satu
faktor munculnya pedofilia. Gejala pelaku pedofilia ditandai dengan adanya hasrat pelaku
yang tinggi pada anak berjenis kelamin pria ataupun wanita bahkan keduanya dan berulang
dengan rentan usia minimal 5 tahun, tidak memandang apakah korban memiliki ikatan
kekerabatan yang dekat atau tidak, bahkan hubungan orang tua kandung dengan anak
kandungnya.Untuk dapat disebut sebagai pedofilia, preferensi harus dilakukan secara
berulang dan menetap. Preferensi pedofilia sulit ditentukan karena banyak kasus tak tercatat.
Statistik sulit diinterpretasikan karena pelecehan seksual pada anak-anak dicatat dalam
berbagai kategori yang berbeda.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Nevid, Jeffrey S, Rathus, Spenser A, Greene, Beverly. 2018. Psikologi Abnormal Jilid
2. Jakarta: Erlangga. [Accesed on mei 2023]
2. Kaplan, Harold I, Sadock, J Benjamin, Grebb, Jack A. 2018. Sinopsis Psikiatri Jilid 2.
Jakarta: Binarupa Aksara. [Accesed on mei 2023]
3. Maslim, Rusdi. 2017. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan
DSM-5. Jakarta: PT Nuh Jaya. [Accesed on mei 2023]
4. http://www.e-jurnal.com/2017/11/penyimpangan-seks-pedofilia.html.[Accesed on mei
2023]
5. https://psikologiforensik.com/2018/01/31/kekerasan-seksual-dan-intervensi-pelaku-
pada-kasus. [Accesed on mei 2023]

12

You might also like