You are on page 1of 16

MAKALAH

DIAGNOSIS ANAK BERKESULITAN


BELAJAR
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah
Bimbingan Anak Berkesulitan Belajar

Dosen Pengampu:
Sholihul Anwar, M.Pd.I

Disusun Oleh:
Niwang Pramesti T.S ( 191024 )
PRODI:
PAI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH


BLORA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الحيم‬

Assalamu’alaikum wr.wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Diagnosis Anak
Berkesulitan Belajar. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata
kuliah Anak Berkesulitan Belajar.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian dan
apabila terdapt bantyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Blora, 8 Januari 2022


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat signifikan dalam sebuah
kehidupan berbangsa. Pendidikan merupakan media strategis dalam memacu
kualitas sumber daya manusia. Hal ini telah menjadikan pendidikan bagian
terpenting untuk keberlangsungan, perkembangan dan kemajuan suatu negara.
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.1 Dalam rangka
peningkatan dan pengembangan kemampuan peserta didik, ada peserta didik
yang mampu dengan mudah mencapainya tanpa adanya kesulitan, akan tetapi
tidak sedikit juga peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mencapai
kesulitan dalam belajar.
Permasalahan permasalahan pada peserta didik banyak kita temui seperti
rasa malas belajar, tidak disiplin, mudah putus asa, sikap acuh tak acuh,
hingga sikap menentang terhadap guru.
Guru turut berperan dalam mengatasi permasalahan permasalahan yang
dihadapi oleh peserta didik. Oleh sebab itu diagnosis disini bertujuan untuk
mengetahui dimana letak kesulitan peserta didik dalam proses
pembelajarannya, serta untuk mencari cara pemecahannya. Selain itu, peran
sekolah dalam mewujudkan tujuan pendidikan melalui proses balajar
mengajar sangat diperlukan, memang benar, tidaklah mudah dalam
mewujudkannya, banyak sekali rintangan yang akan dihadapi. Berdasarkan
permasalahan diatas, maka peran sekolah dan tenaga pendidik sangat
diperlukan dalam mengatasi permasalahan tersebut.

1
Robbins, Stephen P, Perilaku Organisasi Buku I, (Jakarta: Salemba Empat, 2007), Hal. 69
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang melatar belakangi anak yang mengalami kesulitan belajar ?


2. Bagaimana dampak dari anak yang mengalami kesulitan belajar ?
3. Bagaimana bentuk penanganan untuk anak yang mengalami kesulitan
belajar?

C. Tujuan

1. Memahami latar belakang anak yang mengalami kesulitan belajar


2. Mengetahui dampak dari anak yang mengalami kesulitan belajar
3. Memahami bentuk penanganan untuk anak yang mengalami kesulitan
belajar
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya : (a)


learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner,
dan (e) learning disabilities. Di bawah ini akan dijelaskan dari masing-masing
pengertian tersebut.

a. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana


proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang
bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar,
potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu
atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan,
sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi
yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah
raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan
mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan
lemah-gemulai.
b. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar
yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun
sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya
subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan
psikologis lainnya. Contoh : siswa yang memiliki postur tubuh
yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley,
namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia
tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
c. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya
memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal,
tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang
telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan
tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi
belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
d. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam
proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama
dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi
intelektual yang sama.
e. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada
gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar,
sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.

Dari sedikit penjelasan diatas, dirasakan bahwa orangtua perlu mengetahui


bentuk kesulitan belajar yang dialami oleh putra/puteri mereka agar lebih
mengerti bentuk kesulitan yang putera/puteri mereka hadapi. Banyak orangtua
yang juga bertanya dan bingung tentang pendidikan dan prestasi belajar anak,
baik di sekolah maupun dirumah.

Bahkan belajar menjadi 4 golongan masalah yang biasanya terjadi pada


anak kita. Pada dasarnya seorang anak memiliki 4 masalah besar yang tampak
jelas di mata orang tuanya dalam kehidupannya yaitu:

1. Out of Law / Tidak taat aturan (seperti misalnya, susah belajar, susah
menjalankan perintah, dsb)
2. Bad Habit / Kebiasaan jelek (misalnya, suka jajan, suka merengek,
suka ngambek, dsb.)
3. Maladjustment / Penyimpangan perilaku
4. Pause Playing Delay / Masa bermain yang tertunda

Perlu diketahui juga, awalnya banyak pendapat yang menyatakan


keberhasilan anak dan pendidikan anak sangat tergantung pada IQ
(intelligence quotient). Namun memasuki dekade 90-an pendapat itu mulai
berubah. Daniel Goleman mengungkapkan bahwa keberhasilan anak sangat
tergantung pada kecerdasan emosional (emotional intelligence) yang dimiliki.
Jadi IQ bukanlah satu satunya yang mempengaruhi keberhasilan anak, masih
ada emotional intelligence yang juga perlu diperhatikan.

B. Latar Belakang Anak Berkesulitan Belajar

Pendidikan, sesungguhnya bukan merupakan tanggung jawab pemerintah


semata. Akan tetapi, merupakan tanggung jawab bersama antara pihak
pemerintah, keluarga dan masyarakat. Dengan demikian, upaya untuk
menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas tinggi dapat terealisasi
dengan baik pula.

Dalam upaya menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas, ternyata


banyak tantangan yang harus dihadapi oleh para pendidik, salah satu
diantaranya adalah kesulitan belajar pada peserta didik. Masing-masing
individu peserta didik memiliki perbedaan-perbedaan yang cukup mendasar,
baik dalam aspek minat, bakat, maupun kemampuannya. Dengan demikian,
tidak mengherankan jika dalam suatu kelas terdapat peserta didik yang
demikian menonjol prestasi belajarnya, ada yang tergolong sedang, dan ada
pula yang tergolong rendah atau sangat rendah. Kelompok peserta didik yang
terakhir tersebut dapat diindikasikan sebagai anak-anak yang mengalami
kesulitan belajar yang cukup serius, dalam arti perlu adanya penanganan
secara terencana, terpadu dan berkesinambungan.

Berbicara mengenai kesulitan belajar itu sendiri, sesungguhnya masih


dapat dipilah-pilah menjadi beberapa bagian. Dalam hal ini, ada peserta didik
yang mengalami kesulitan belajar untuk mata pelajaran tertentu, ada yang
kesulitan belajar untuk beberapa mata pelajaran. Jika kita cermati, sekecil
apapun kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, tetap merupakan
permasahalan yang serius, minimal akan menjadi rintangan dalam upaya
meningkatkan kualitas pendidikan.

Kita menyadari sepenuhnya, bahwa pendidikan dasar merupakan fondasi


bagi pendidikan selanjutnya. Jika fondasinya keropos, maka kita dapat
membayangkan apa yang akan terjadi ketika anak yang bersangkutan
mengikuti jenjang berikutnya. Oleh karena itu, sebagai pendidik atau guru,
khususnya di sekolah dasar, kita perlu mengenali peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar dan sekaligus mencari solusi yang tepat, agar
peserta didik yang bersangkutan dapat meningkatkan prestasi belajarnya
dimasa yang akan datang. Kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik
pada dasarnya disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan penyebab yang berasal dari diri murid itu
sendiri. Misalnya, kemalasan, kurangnya motivasi untuk belajar, kurang gizi,
mengalami kelainan mental dan sebagainya. Implikasi dari faktor penyebab
yang beragam tersebut memerlukan upaya pemecahan yang berbeda-beda
pula, dan ini merupakan pekerjaan rutinitas dari para guru yang notabene
memiliki peran ganda, yakni sebagai pengajar, pendidik, pembimbing, pelatih
dan sekaligus sebagai orang tua pengganti.

Setiap anak memiliki bakat, minat, dan kemampuan intelektual yang


berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Mengenai bakat dan
kemampuan intelektual itu sendiri sesungguhnya merupakan faktor bawaan,
atau sudah ada pada diri anak yang bersangkutan sejak lahir. Sedangkan minat
dapat dikategorikan sebagai faktor bawaan, akan tetapi dapat pula terjadi
karena adanya pengaruh dari luar yang sifatnya lebih dominan. Kemampuan
intelektual tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi
belajar pada peserta didik. Semakin tinggi kemampuan intelektualnya,
semakin besar pula peluangnya dalam upaya pencapaian prestasi belajar.

Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelektualnya, maka semakin


kecil kemungkinan untuk mencapai prestasi belajar. Anak-anak tersebut,
cenderung mengalami kesulitan belajar untuk semua materi pelajaran yang
disajikan guru di kelas, terutama ketika anak yang bersangkutan duduk di
kelas-kelas yang lebih tinggi, karena materi pelajaran yang disajikan semakin
kompleks. Namun demikian kesulitan belajar tersebut bisa saja terjadi pada
anak-anak yang memiliki kemampuan intelektual tinggi, karena adanya faktor-
faktor penyebab lainnya. Tidak berbeda dengan kemampuan intelektual, bakat
dan minat juga berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar pada anak-
anak yang bersangkutan. Sebagai gambaran, jika seseorang memiliki bakat
atau minat terhadap mata pelajaran Matematika misalnya, maka anak yang
bersangkutan cenderung akan memiliki prestasi yang tinggi dalam bidang
yang bersangkutan. Sebaliknya, jika anak tersebut tidak memiliki bakat atau
minat, maka ia cenderung akan mengalami kesulitan belajar.

Satu hal yang perlu dicermati dalam hal ini adalah yang berkaitan dengan
kelainan yang dialami oleh murid-murid, misalnya kurang pendengaran,
kurang penglihatan maupun lambat belajar. Kelainan yang masih dalam taraf
ringan biasanya sulit terdeteksi oleh para guru di Sekolah Dasar pada
umumnya, mengingat bahwa anak-anak yang bersangkutan secara sepintas
tidak berbeda dengan anak-anak normal lainnya. Akan tetapi, apabila tidak
mendapatkan perhatian secara khusus, maka anak-anak yang bersangkutan
akan mengalami hambatan dalam menerima informasi yang disampaikan oleh
gurunya.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang menyebabkannya antara lain lingkungan keluarga,


lingkungan sekolah, maupun lingkungan sosialnya. Keluarga merupakan
lingkungan sosial yang pertama dan utama untuk masing-masing anak
sebelum mengenal dunia luar atau masyarakat di sekelilingnya. Oleh karena
itu, keluarga mempunyai peranan yang cukup besar terhadap keberhasilan
pendidikan anak yang bersangkutan. Dalam kaitan ini, apabila pihak keluarga
kurang menaruh perhatian, kurang memberikan dukungan, bimbingan maupun
motivasi, maka anak yang bersangkutan cenderung akan mengalami kesulitan
belajar. Lebih-lebih jika orang tua memanfaatkan anaknya untuk mencari
nafkah. Jelas anak-anak yang bersangkutan tidak memiliki waktu untuk
belajar.

Lingkungan sekolah merupakan lingkungan sosial yang kedua setelah


lingkungan keluarga. Disini anak-anak ditempa, digembleng, dibina dan
dibimbing agar pada gilirannya kelak menjadi manusia-manusia yang berguna
bagi nusa, bangsa dan Negara. Minimal berguna bagi dirinya sendiri maupun
keluarganya. Dengan demikian, lingkungan sekolah dapat dikategorikan
sebagai faktor yang paling dominan dan sangat menentukan terhadap
keberhasilan upaya-upaya pembentukan sumber daya manusia yang
berkualitas.

Sekolah dalam hal ini bukan hanya sosok gedung yang berdiri dengan
anggun, tetapi termasuk di dalamnya faktor ketenagaan, sarana, prasarana,
bahan belajar dan kelengkapannya, program pendidikan, manajemen dan
sebagainya. Dari segi ketenagaan misalnya, apabila para guru tidak
mempunyai kemampuan profesional maka tidak mengherankan apabila murid-
murid tampak loyo, kurang bergairah dan sebagainya. Guru harus bisa
bersaing dengan segala kesenangan anak di luar sekolah. Proses belajar
mengajar harus menarik, menumbuhkan minat dan motivasi anak. Karena
pengaruh diluar sekolah sudah sangat mempengaruhi dan menguasai anak.
Permainan anak sekarang sudah bermacam-macam dan serba elektronik dan
acara TV untuk anak sudah bercerita tentang masa depan. Semuanya itu setiap
saat bisa mempengaruhi konsentrasi anak untuk belajar. Bagaimana mungkin
pendidikan akan berhasil apabila gurunya tidak profesional.

Lingkungan masyarakat termasuk lingkungan sosial anak merupakan salah


satu penyebab timbulnya kesulitan belajar bagi anak-anak yang bersangkutan.
Dalam konteks ini, jika anak-anak bergaul dengan anak-anak yang tidak
bersekolah, maka motivasi belajarnya cenderung kurang menguntungkan.
Dengan demikian, tidak mustahil jika anak-anak yang bersangkutan
mengalami kesulitan belajar. Selain teman bergaul, masyarakat di sekitarnya
juga memiliki peranan penting terhadap motivasi belajar anak-anak. Sebagai
gambaran, apabila anak berada di lingkungan industri yang banyak
memanfaatkan tenaga di bawah umur misalnya, maka cepat atau lambat anak
yang bersangkutan akan tergiur untuk mendapatkan upah dari pekerjaan kasar
yang diiming-imingkan oleh pihak perusahaan yang bersangkutan. Selain itu,
lingkungan bermain anak juga mempunyai pengaruh yang cukup besar.
Apabila teman-teman bermainnya rata-rata tidak bersekolah atau drop out dari
sekolah, maka motivasi belajarnya kian lama kian menurun. Satu hal lagi yang
perlu dicermati, yakni kian maraknya acara tayangan TV maupun permainan
elektronik seperti halnya Playstation, Game online dan sejenisnya, merupakan
faktor penyebab menurunnya motivasi untuk belajar. Sebagai akibatnya anak
akan lamban menerima pelajaran dari guru.

Selain faktor-faktor eksternal di atas, ada juga faktor-faktor eksternal


lainnya yang menyebabkan murid-murid mengalami kesulitan belajar. Adapun
faktor-faktor tersebut antara lain adalah:

1. Kurangnya kemampuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik.


kemampuan dasar merupakan wadah bagi kemungkinan keberhasilan belajar
yang diharapkan. jika kemampuan dasar rendah, maka hasil belajar yang akan
dicapai akan rendah pula.

2. Kurangnya bakat khusus untuk suatu situasi belajar tertentu.


sebagaimana halnya intelegensi, bakat juga merupakan wadah untuk mencapai
hasil belajar tertentu. peserta didik yang kurang atau tidak berbakat untuk
suatu kegiatan belajar tertentu akan mengalami kesulitan dalam belajar.

3. Kurangnya motivasi atau dorongan untuk belajar. Tanpa motivasi


yang besar maka peserta didik akan banyak mengalami kesulitan dalam
belajar, karena motivasi merupakan faktor pendorong kegiatan belajar.
Persaingan yang sehat baik antar individu maupun kelompok dapat
meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
4. Situasi pribadi terutama emosional yang dihadapi peserta didik
pada waktu tertentu dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar, misalnya,
konflik yang dialaminya, kesedihan dan lain-lain.

5. Faktor jasmaniah yang tidak mendukung kegiatan belajar, seperti


gangguan kesehatan, cacat tubuh, gangguan penglihatan, gangguan
pendengaran dan lain sebagainya.

6. Faktor hereditas yang tidak mendukung kegiatan belajar seperti


buta warna, kidal, cacat tubuh dan lain-lain.

Adapun faktor yang terdapat dari luar diri peserta didik yang dapat
mempengaruhi hasil belajar adalah:

1. Faktor lingkungan sekolah yang kurang memadai bagi situasi


belajar peserta didik, seperti cara mengajar, sikap guru, kurikulum atau materi
yang akan dipelajari, perlengkapan belajar yang kurang memadai, teknik
evaluasi yang kurang tepat, ruang belajar yang tidak nyaman, situasi sekolah
yang kurang mendukung dan lain sebagainya.

2. Situasi dalam keluarga mendukung situasi belajar peserta didik,


seperti rumah tangga yang kacau, kurangnya perhatian orang tua karena sibuk
dengan pekerjaannya, kurangnya kemampuan orang tua dalam memberi
pengarahan dan lain sebagainya.

C. Dampak Kesulitan Belajar

Dampak Kesulitan Belajar terhadap peserta didik, yaitu:

a. Segi psikologik : masalah penggunaan bahasa lisan/tertulis dalam


mendengarkan, berpikir, membaca, mengeja, matematik, penekanan
pada reaksi, ketidak mampuan memahami dan mengungkapkan
(bahasa reseptif dan ekspresif), kondisi motorik yang buruk, gerakan
ceroboh sehingga mempengaruhi fungsi belajarnya.
b. Segi sosial emosional : ketidakstabilan emosi dan impulsivitas yang
ditandai seringnya terjadi perubahan yang menyolok dalam suasana
hati dan temperamen. impulsivitas ditunjukkan dengan kurang dapat
mengontrol impuls-impuls. Pada anak tiba-tiba menyerang orang
lain/benda tanpa ada provokasi sebelumnya atau tiba-tiba berdiam diri
pada waktu yang tidak sepantasnya. Hiperakitf dikaitkan dengan
kesukaran belajar disamping adanya kegelisahan, toleransi yang
rendah terhadap frustasi, agresif, persepsi sosial dan harapan
interpersonal yang buruk serta perilaku yang tidak sesuai.
c. Segi pendidikan : Kesulitan belajar prasekolah perlu segera ditangani
karena dapat mempengaruhi masa selanjutnya atau disebut ‘high risk’
karena sulitnya mengidentifikasinya

D. Penanganan Anak Berkesulitan Belajar

Penanganan berasal dari persepsi medis dan persepsi psikoedukasional.

a. Ahli mengatakan bahwa kesukaran belajar karena kerusakan fungsi


otak dapat dikurangi dengan obat misalnya megavitamin atau
manajemen diet.
b. Psikolog dan ahli yang lain mengatakan bahwa kesukaran belajar
karena defisit keterampilan perseptual motorik, akan mencari bantuan
yang dapat meningkatkan fungsi tersebut, dan jika karena kekurangan
dibidang akademik dengan memodifikasi perilaku, latihan pengamatan
dll.

Bentuk penanganan lain :

1. REMEDIAL : Usaha perbaikan yang dilakukan pada fungsi belajar


yang terhambat. Prosedurnya :
Analisis hasil diagnosis
Menentukan bidang yang perlu mendapat perbaikan
Menyusun program perbaikan
Melaksanakan program perbaikan
Menilai perbaikan belajar-mengajar
2. TUTORING : Bantuan yang diberikan langsung pada bidang studi
terhambat pada siswa sekolah dengan tujuan mengejar ketertinggalan
di kelas.
3. KOMPENSASI : Diberikan bila hambatan yang dimiliki berdampak
negatif dalam proses pembentukkan konsep dirinya. Misalnya anak
yang mengalami hambatan auditif dapat digunakan saran belajar yang
lain.

Untuk menangani anak dengan kesulitan belajar Khusus tidak hanya


dilakukan oleh pihak sekolah atau psikolog saja, tapi orang tua juga harus
dilibatkan dalam hal ini. Pelibatan orang tua dalam hal ini yaitu : membantu
anak untuk berhasil, menghargai usaha anak, mencoba membuat rutinitas
dalam kegiatan sehari-hari (agar anak tahu apa yang harus dilakukan terlebih
dahulu), memberikan tugas satu per satu / bertahap (agar anak tidak bingung),
berlaku simpatik tetapi tegas, jangan terlalu memaksa anak, membantu anak
untuk bergaul atau berteman.

Dari uraian diatas diharapkan bagi para oang tua / guru agar lebih
bijaksana lagi dalam menilai anak. Anak yang selalu mendapat nilai jelek
bukan berarti ia bodoh tapi mungkin ada penyebab-penyebab lainnya. Nah
tugas orang tua / guru lah yang mencari tahu apa penyebab tersebut sehingga
kita dapat membantu si anak.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kesulitan belajar merupakan kondisi dimana peserta didik tidak dapat


belajar secara maksimal, dikarenakan adanya faktor-faktor yang menjadi
hambatan, kendala maupun gangguan dalam belajarnya. Terdapat dua faktor
penyebab anak mengalami kesulitan belajar, yakni faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal merupakan penyebab yang berasal dari diri murid itu
sendiri. Misalnya, kemalasan, kurangnya motivasi untuk belajar, kurang gizi,
mengalami kelainan mental dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk faktor
eksternal antara lain lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun
lingkungan sosialnya.

Anak yang mengalami kesulitan dalam belajar akan berdampak buruk bagi
dirinya. Seperti masalah penggunaan bahasa lisan/tertulis dalam mendengarkan,
berpikir, membaca, mengeja, matematik, penekanan pada reaksi, ketidak
mampuan memahami dan mengungkapkan, kondisi motorik yang buruk, gerakan
ceroboh sehingga mempengaruhi fungsi belajarnya. Selain itu mereka akan
mengalami ketidakstabilan emosi dan impulsivitas yang ditandai seringnya terjadi
perubahan yang menyolok dalam suasana hati dan temperamen. impulsivitas
ditunjukkan dengan kurang dapat mengontrol impuls-impuls.

Jika kesulitan anak dalam belajar tidak teratasi dengan baik, maka tujuan
pembelajaran tidak akan tercapai dengan baik. Untuk menangani anak dengan
kesulitan belajar Khusus tidak hanya dilakukan oleh pihak sekolah atau psikolog
saja, tapi orang tua juga harus dilibatkan dalam hal ini.
DAFTAR PUSTAKA

You might also like