You are on page 1of 9

Jurnal Psikologi Teori dan Terapan

2018, Vol. 8, No. 2, 124-132


p-ISSN: 2087-1708; e-ISSN: 2597-9035

Perilaku Prososial Sebagai Prediktor Status Teman Sebaya Pada Remaja


Prosocial Behaviour as Predictor of Adolescents’ Peer Status

Unita Werdi Rahajeng, Tri Yogi Adi Wigati


Jurusan Psikologi Universitas Brawijaya, Malang

Abstract: In the peer group of adolescence, peer status plays a crucial role. There
are 5 kinds of peer status, namely popular, rejected, neglected, controversial, and
average status. Social competence of the youth can be a predictor of peer status,
one of the youth’s social competences that becomes the focus of this research is
prosocial behaviour. Prosocial behavior is generally acceptable in social
environment; however, the significance of prosocial behaviour in predicting the
status of adolescents in peer groups still needs to be studied. Prosocial behaviour
was identified through Peer Assessment Prosocial Behaviour adapted from
Greener (2000), while peer status was identified through sociometric techniques by
categorizing peer status according to the techniques by Coie, Dodge, and
Cappotelli (1982). There were 114 adolescents as research participants (57.9%
male, Mean Age = 12.70 years). With multinomial logistic regression analysis, it
was concluded that prosocial behaviour was able to predict peer status (χ2 (4) =
48.68, p <0.001) with prediction ability of 56.1%. The effect of prosocial behaviour
on the establishment of each peer status will be discussed in more detail in this
article.
Key words: Adolescent, peer assessment, prosocial behaviour, peer status

Abstrak: Status di kelompok sebayanya merupakan status sosial yang berperan


penting di masa remaja. Adapun terdapat 5 macam status teman sebaya, yaitu
populer, rejected (ditolak), neglected (diabaikan), controversial (kontroversial),
dan average (rata-rata). Kompetensi sosial remaja dapat menjadi prediktor terhadap
status teman sebaya, salah satu yang akan menjadi fokus penelitian ini adalah
perilaku prososial. Sebagai bentuk perilaku yang secara umum dapat diterima
dalam lingkungan sosial, peneliti ingin mengetahui seberapa signifikan peranannya
dalam memprediksi status remaja dalam kelompok teman sebaya. Perilaku
prososial diidentifikasikan melalui Peer Assessment Prosocial Behavior yang
diadaptasi dari Greener (2000). Sedangkan status teman sebaya diidentifikasi
melalui teknik sosiometri dengan pengkategorisasian status teman sebaya
mengikuti teknik yang digagas oleh Coie, Dodge, dan Cappotelli (1982). Terdapat
114 orang remaja sebagai partisipan penelitian (57.9% laki-laki, Mean Usia =
12.70 tahun). Dengan teknik multinominal logistic regression disimpulkan bahwa
perilaku prososial remaja mampu memprediksikan status teman sebaya (χ2(4) =
48.68, p<0.001) dengan kemampuan prediksi sebesar 56.1%. Efek perilaku
prososial terhadap terbentuknya masing-masing status teman sebaya akan
didiskusikan lebih rinci dalam artikel ini.
Kata kunci: Remaja, peer assessment, perilaku prososial, status teman sebaya

Korespondensi tentang artikel ini dapat dialamatkan kepada Unita Werdi Rahajeng melalui email:
unita@ub.ac.id

124
U. W. Rahajeng & T. Y. Adi Wigati: Perilaku Prososial Sebagai Prediktor..(124-132)

Penelitian sebelumnya membuktikan tinggi penerimaan lingkungan sekitar, tak


bahwa kompetensi sosial remaja memain terkecuali penerimaan dari teman sebaya
kan peran dalam menentukan status teman (Greener, 2000). Perilaku prososial cende-
sebayanya (Juntilla, Voeten, Kaukiainen, rung dianggap positif secara normatif dan
& Vauras, 2006). Kompetensi sosial dapat mudah untuk mendapatkan respon positif
didentifikasi dari munculnya perilaku pro- dari sekitarnya, sehingga tidak menghe-
sosial dan ketiadaan perilaku anti-sosial, rankan jika remaja-remaja yang memiliki
seperti perilaku agresif baik yang tampak perilaku prososial tinggi mudah untuk
maupun dalam relasional (Rose, Swenson, diterima oleh teman sebaya dan mudah
& Waller, 2004; Prinstein & Cillesen, menarik hati teman-teman untuk menjadi
2003). Fokus kompetensi sosial yang akan pusat perhatian (Gest, Graham-Bermann,
diulas dalam artikel ini adalah perilaku & Hartup, 2001).
prososial. Sebaliknya remaja yang jarang me-
Perilaku prososial dapat didefinisi- munculkan perilaku prososial biasanya
kan sebagai suatu perilaku yang membawa memiliki kecenderungan dinilai apatis dan
manfaat bagi orang lain maupun seke- acuh terhadap lingkungannya. Para remaja
lompok orang (Penner, Dovidio, Piliavin, ini tentu kurang disukai jika dibandingkan
& Schroeder, 2005) serta mengarah seba- mereka yang mudah menunjukkan perilaku
gai perilaku yang normatif dan dapat prososial. Ada kemungkinan bahwa para
diterima di dalam lingkungan (Juntilla, remaja ini kurang diperhatikan oleh ling-
Voeten, Kaukiainen, & Vauras, 2006). kungan sekitarnya, sehingga terabaikan
Contoh dari perilaku prososial adalah ber- oleh teman sebayanya.
bagi, menolong, bertindak secara sukarela, Kemungkinan lainnya adalah rendah-
dan altruisme. Dalam hubungan sosial, nya kemunculan perilaku prososial biasa-
munculnya perilaku ini menandakan motif nya berhubungan dengan banyaknya
individu untuk membangun hubungan perilaku yang kurang dapat diterima secara
sosial maupun untuk memelihara hubung- normatif. Penelitian Saleem, Barlett,
an sosial (Greener, 2000). Anderson, dan Hawkins (2016) menyata-
Pada sebagian besar remaja, perilaku kan bahwa remaja yang menunjukkan
prososial seringkali ditunjukkan melalui perilaku prososial yang rendah cenderung
perilaku yang secara langsung memberi menunjukkan kecenderungan tanggung
perhatian kepada orang lain misalnya jawab sosial rendah, kecenderungan me-
dengan membantu atau menyenangkan hati nyakiti orang lain, dan perilaku agresi
temannya (Crick & Grotpeper, 1995). lainnya yang tinggi. Terdapat kemung-
Menurut Coie, Dodge, & Kupersmith kinan bahwa remaja-remaja yang tidak
(1990), manifestasi perilaku prososial pada mampu menunjukkan perilaku prososial
remaja antara lain berupa kesediaan untuk dan disertai kemunculan perilaku-perilaku
bekerjasama maupun berpartisipasi dalam maladaptif menjadi remaja yang tidak
aktivitas kelompok. Greener (2000) me- diinginkan bahkan ditolak oleh kelompok
nyatakan bahwa perilaku prososial pada sebanya.
anak dan remaja memiliki karakter yang Teman sebaya merupakan lingkup
berbeda dibandingkan dengan perilaku sosial yang sangat bermakna bagi remaja.
prososial pada orang dewasa. Fokus peri- Sebagian besar waktu remaja dihabiskan
laku prososial pada remaja lebih banyak bersama dengan teman sebaya, bahkan
diarahkan kepada teman sebaya dan mengalahkan porsi remaja bersama dengan
memiliki motif untuk memelihara anggota keluarga. Berkaitan dengan kecen-
hubungan. derungan remaja untuk bergerak keluar
Semakin tinggi kecenderungan peri- dari keluarga, maka kecenderungan remaja
laku prososial berkaitan dengan semakin untuk lebih dekat dengan teman sebayanya

125
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, Vol. 8, No. 2, Februari 2018

dapat dipahami sebagai usaha menciptakan digunakan sebagai referensi pada sosio-
dunia yang bebas dari intervensi orang metri adalah teman setingkat atau sekelas
dewasa, khususnya orang tua. di sekolahnya. Tidak mengherankan jika
Kelompok teman sebaya merupakan pada prakteknya, sosiometri populer digu-
individu-individu yang memiliki kesamaan nakan oleh konselor sekolah untuk meng-
kelompok usia. Pada umumnya, kelompok identifikasikan siswa-siswa yang memiliki
teman sebaya remaja merupakan teman- resiko (Cillessen & Marks, 2017). Dalam
teman di sekolahnya, utamanya teman metode ini, teman sebaya yang menjadi
sekelasnya (Cillesen & Marks, 2017). referensi (misalnya teman sekelasnya)
Tiap-tiap remaja memiliki posisi masing- membuat nominasi teman yang disukai dan
masing dalam kelompok teman sebayanya teman yang tidak disukai. Dengan metode
yang dikenal dengan status teman sebaya. tertentu, setiap remaja di kelompok ter-
Status teman sebaya ini ditentukan sebut akan memperoleh skor yang menjadi
oleh penilaian teman sebaya terkait dengan acuan keberadaannya dalam salah satu dari
penerimaan serta pengaruh remaja tersebut 5 status teman sebaya.
dalam kelompok teman sebaya (Wentzel, Teknik nominasi teman sebaya
2003). Terdapat 5 status teman sebaya merupakan teknik yang cukup handal
yang terdiri dari 4 status ekstrim yaitu digunakan dalam berbagai penelitian
popular, rejected (ditolak), neglected (di- perilaku. Tidak terkecuali untuk meneliti
abaikan), controversial (kontroversial), perilaku prososial. Dibandingkan dengan
dan 1 (satu) status average (sedang). instrumen yang bersifat self report, teknik
Setiap status memiliki karakteristik yang nominasi teman sebaya mampu mengatasi
berbeda. Remaja populer dikarakteristik- keterbatasan terkait dengan adanya social
kan sebagai remaja yang mudah diterima desirability atau munculnya faking good
dan disenangi oleh teman sebayanya. dari responden (Cillesen & Marks, 2017).
Sebagai lawannya adalah remaja rejected Faking good sering terjadi jika konstruk
(ditolak) yang cenderung mendapatkan yang ingin diidentifikasikan sangat norma-
penolakan dari teman- teman sebayanya. tif. Responden cenderung menilai dirinya
Sedangkan remaja neglected (diabaikan) menunjukkan perilaku-perilaku yang nor-
cenderung tidak dipedulikan oleh teman matif, seperti berbagi dan senang meno-
sebayanya dan memiliki interaksi yang long, sehingga memungkinkan hasil
rendah dalam kelompok teman sebaya. penelitian menjadi bias (Greneer, 2000).
Remaja yang controversial (kontroversial) Mengingat perilaku prososial meru-
adalah remaja yang disukai oleh banyak pakan perilaku yang sangat normatif dan
teman sekaligus tidak disukai oleh banyak mudah mengundang social desirability
teman. Keempat status tersebut merupakan maka teknik nominasi teman sebaya dapat
status ekstrim. Kelompok status terakhir dijadikan alternatif instrumen yang cukup
yaitu average adalah kelompok remaja objektif. Selain itu, karena berada di ranah
yang tidak dapat dimasukkan dalam 4 perilaku, maka perilaku prososial mudah
status ekstrim sebelumnya. diidentifikasi. Teman sebaya yang diasum-
Metode yang seringkali digunakan sikan menghabiskan banyak waktu dengan
untuk penentuan status teman sebaya remaja dapat dijadikan penilai yang handal
adalah metode sosiometri. Walaupun dari ragam perilaku remaja di kelompok
sudah terbilang merupakan identifikasi sebayanya. Penilaian dari teman sebaya
status sebaya yang klasik namun teknik ini dapat ditegakkan untuk menunjukkan
masih banyak digunakan sampai saat ini karakteristik perilaku anak dan remaja,
(Cillessen & Marks, 2017). Dalam ber- seperti agresivitas, perilaku menolong,
bagai penelitian menggunakan sosiometri, perilaku menghindar, atau kecenderungan
kelompok teman sebaya remaja yang menjadi korban kekerasan (Bukowski,

126
U. W. Rahajeng & T. Y. Adi Wigati: Perilaku Prososial Sebagai Prediktor..(124-132)

Castellanos, & Persram, 2017). “Ramah terhadap orang lain”, “Melibatkan


Berdasarkan penjelasan di atas, anak lain dalam obrolan mereka”. Setiap
dirancanglah suatu penelitian untuk mem- partisipan akan memberikan nominasi
buktikan adanya peran perilaku prososial (maksimal 3 nama teman sekelasnya) yang
dalam memprediksi status teman sebaya memiliki karakter sesuai dengan butir
pada remaja. Adapun peneliti menetapkan pernyataan. Hasil nominasi untuk setiap
hipotesis nol dalam penelitian ini adalah butir pernyataan distandarisasi berdasarkan
tidak ada hubungan antara perilaku skor kelasnya dalam bentuk z-score. Total
prososial dengan status teman sebaya pada z-score untuk seluruh butir pernyataan
remaja. merupakan skor perilaku sosial sehingga
semakin tinggi skor mengindikasikan
Metode semakin tinggi perilaku prososialnya.
2. Sosiometri
Partisipan penelitian ini adalah 114
siswa sekolah menengah pertama kelas 7 Sebagaimana instrumen sebelum-
(57.9% laki-laki, dengan rata-rata (mean) nya, sosiometri juga merupakan teknik
usia = 12.70 tahun). Ijin diperoleh dari nominasi dari teman sebaya berdasarkan 2
pihak sekolah yang bekerjasama dengan butir stimulus pernyataan yaitu “Anak
peneliti. Terdapat 5 kelas yang rata-rata yang paling disukai” (representasi Like-
siswa per kelasnya berjumlah 22.8 siswa Most/LM) dan “Anak yang paling tidak
dengan tingkat partisipasi dari keseluruhan disukai (representasi dari Like-Least/LL).
siswa sebesar 87.5% sampai dengan 96% Hasil nominasi untuk setiap butir ditotal
per kelasnya. lalu distandarisasi berdasarkan skor
Data didapatkan dari hasil pemberian kelasnya dalam bentuk z-score, sehingga
nominasi dari teman sebaya menggunakan didapatkan z-score LM (zLM) dan z-score
2 instrumen yaitu Peer Assessment Pro- LL (zLL). Kedua skor tersebut akan di-
social Behavior dan Sosiometri. Setiap gunakan untuk menentukan nilai social
partisipan mendapatkan daftar nama siswa preference (zLM + zLL) dan nilai social
di kelasnya sesuai dengan daftar presensi impact (zLM - zLL).
kelas yang didapat dari sekolah. Pada Peneliti menggunakan acuan dari
setiap butir pernyataan, partisipan diminta Coie, Dodge, & Coppotelli (1982) untuk
menuliskan paling banyak 3 (tiga) nomor menentukan status teman sebaya, yang
presensi siswa yang dinominasikan. juga banyak digunakan dalam banyak
Berikut penjelasan terperinci mengenai penelitian sejenis (Parkhurst & Hopmeyer,
instrumen pengukuran. 1998, Gest, Graham-Bermann, & Hartup,
2001). Rincian prosedur penentuan status
1. Peer Assessment Prosocial Behavior
teman sebaya dirinci sebagai berikut:
Instrumen ini diadaptasi dari Greener  Status populer jika nilai social
(2000) yang terdiri dari 10 butir preference > 1.0, zLM >0, zLL<0
pernyataan. Pada penelitian Greener  Status rejected (ditolak) jika nilai
(2000) instrumen ini memiliki reliabilitas social preference<-1.0, zLL > 0, zLM
memuaskan (cronbach alfa = 0.91). Pada <0
penelitian ini, dengan menggunakan uji  Status neglected (diabaikan) jika nilai
coba terpakai didapatkan hasil cronbach social impact < -1.0, baik zLL maupun
alfa sebesar 0,847. Oleh karena itu dapat zLM<0
disimpulkan bahwa reliabilitas instrumen  Status controversial (kontroversial)
ini juga memuaskan dan layak digunakan jika nilai social impact > 1.0, baik zLL
sebagai alat ukur penelitian. Contoh maupun zLM > 1
pernyataan pada instrumen ini antara lain:  Status average (sedang) jika tidak

127
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, Vol. 8, No. 2, Februari 2018

termasuk dalam 4 kriteria sebelumnya. menolak hipotesis nol. Hal ini meng-
indikasikan bahwa perilaku prososial
Penelitian ini menggunakan pen-
remaja mampu memprediksi status sosial
dekatan kuantitatif korelasional. Perilaku
remaja di kelompok sebayanya.
prososial akan dijadikan sebagai variabel
Analisis lanjutan dilakukan untuk
bebas untuk memprediksi status teman
mendapatkan gambaran lebih lanjut me-
sebaya yang berperan sebagai variabel
ngenai kemampuan prediksi dari perilaku
tergantung. Adapun data perilaku prososial
prososial terhadap masing-masing status
akan berbentuk data interval yang bersifat
teman sebaya. Hasilnya dipaparkan dalam
kontinum. Sedangkan status teman sebaya
tabel 2. Dalam analisis tersebut ditetapkan
akan menghasilkan data yang bersifat
status average (sedang) sebagai baseline
nominal atau diskrit, dengan 5 kategori
mengingat berdasarkan Coie & Dodge
yaitu status populer, neglected (diabaikan),
(1983) diketahui bahwa status populer,
rejected (ditolak), controversial (kontro-
rejected (ditolak), neglected (diabaikan),
versial), dan average (sedang). Mem-
dan controversial (kontroversial) meru-
pertimbangkan bentuk data, tujuan pene-
pakan status ekstrim. Penelitian ini meng-
litian, serta hipotesis yang akan dijawab
asumsikan bahwa status average memiliki
dalam penelitian ini maka peneliti
kriteria yang jauh berbeda dengan keempat
menggunakan teknik analisis multinominal
status lainnya.
logistic regression dengan bantuan SPSS.
Tabel 2. Prediksi perilaku prososial terhadap
Hasil masing-masing status teman sebaya
Hasil penelitian ini dapat dipaparkan B χ2 Sig.
dalam beberapa tabel berikut. Tabel 1 Populer 0.176 11.194 0.001*
menunjukkan distribusi siswa dalam status Rejected (Ditolak) -0.226 10.415 0.001*
teman sebaya berdasarkan pengelompok- Neglected -0.152 3.368 0.066
kan status teman sebaya yang diajukan (Diabaikan)
oleh Coie dkk. (1982). Controversial 0.142 3.340 0.068
(Kontroversial)
Tabel 1. Distribusi jumlah remaja dalam
*: berkorelasi signifikan
masing-masing status teman sebaya
Status Teman Sebaya n % Berdasarkan tabel 2 dapat disimpul-
Populer 30 26.3% kan bahwa perilaku prososial mampu
memprediksi dengan baik status populer
Rejected 27 23.7%
(b=0.176, χ2(1) = 11.194, p=0.001) dan
Neglected 12 10.5% status rejected (ditolak) (b=-0.226, χ2(1) =
Controversial 6 5.3% 10.415, p=0.001). Semakin tinggi perilaku
Average 39 34.2% prososial maka semakin besar kemungkin-
an seorang remaja untuk memiliki status
Proporsi terbesar partisipan adalah populer di kelompok sebayanya. Sedang-
remaja dengan status teman sebaya kan semakin tinggi perilaku prososial
average (sedang). Sedangkan proporsi maka semakin rendah kemungkinan
terkecil adalah remaja dengan status teman seorang remaja untuk memiliki status
sebaya controversial (kontroversial). rejected (ditolak) di kelompok sebayanya.
Berdasarkan analisis menggunakan multi- Namun demikian perilaku prososial tidak
nominal logistic regression didapatkan mampu memprediksikan status neglected
nilai χ2(4) = 48.68 (p<0.001). Dengan (diabaikan) (b=-0.152, χ2(1) = 3.368,
meninjau hasil analisis data dapat p=0.066) dan status controversial
disimpulkan ada bukti yang kuat untuk (kontroversial) (b=0.142, χ2(1) =3.340,

128
U. W. Rahajeng & T. Y. Adi Wigati: Perilaku Prososial Sebagai Prediktor..(124-132)

p=0.068). tidak mampu memunculkan perilaku pro-


sosial cenderung kurang disenangi oleh
Pembahasan lingkungan sebayanya. Keengganan para
remaja dalam memunculkan perilaku pro-
Dari keempat status teman sebaya, sosial dapat dianggap sebagai keengganan
status populer dan rejected (ditolak) dapat mereka untuk terlibat lebih jauh dengan
diprediksikan dari tingkat perilaku pro- lingkungan sekitarnya.
sosialnya. Semakin tinggi perilaku pro- Status teman sebaya juga memiliki
sosialnya maka semakin besar probabilitas dampak dalam perkembangan remaja.
remaja tersebut masuk dalam kelompok Dalam beberapa penelitian sebelumnya
remaja-remaja populer dan semakin rendah dinyatakan bahwa penerimaan positif dari
probabilitasnya untuk masuk ke dalam teman sebaya dapat memprediksi kompe-
kelompok remaja rejected (ditolak). tensi sosial remaja di masa mendatang.
Sesuai yang disampaikan sebelum- Sebaliknya penolakan dari teman sebaya
nya, bahwa perilaku prososial merupakan juga merupakan prediktor faktor resiko
perilaku yang normatif dan diharapkan di perkembangan remaja di tahap selanjutnya
lingkungan sosial. Perilaku prososial di- seperti penyesuaian diri yang buruk,
anggap sebagai perilaku yang memiliki kesulitan belajar, dan buruknya prestasi
motif untuk memulai dan memelihara hu- akademik (Zimmer-Gembeck, Geiger, &
bungan interpersonal yang positif. Dalam Crick, 2015). Hasil penelitian ini dapat
konteks hubungan remaja dengan teman menjadi gambaran bahwa perilaku pro-
sebaya, munculnya perilaku prososial me- sosial secara tidak langsung akan mem-
nunjukkan motif remaja untuk ingin di- pengaruhi perkembangan masa remaja ke
terima di lingkungan teman sebayanya. masa mendatang.
Remaja yang mampu menunjukkan Implikasi dari temuan ini adalah
perilaku prososial yang tinggi akan mudah bahwa perilaku prososial merupakan hal
mendapatakan perhatian teman sebayanya yang dianggap penting dan berfungsi untuk
dan cenderung lebih disukai. Tidak meng- membangun penerimaan remaja di ling-
herankan jika mereka yang memiliki peri- kungan sebayanya. Kepedulian remaja ke-
laku prososial menjadi remaja yang mudah pada kelompok sebayanya merupakan
dikenal dan selalu diinginkan oleh teman modalitas penting bagi remaja untuk dapat
sebayanya. Sesuai dengan temuan ini, diterima di lingkungan pertemanan dengan
perilaku prososial yang tinggi akan sebaya. Tampaknya lingkungan sebaya
memudahkan remaja tersebut untuk masuk pada remaja memandang penting arti kepe-
dalam kelompok remaja-remaja populer. dulian terhadap kelompok sebaya.
Umumnya remaja yang masuk dalam Berdasarkan Knafo-Noam, Israel,
kelompok rejected (ditolak) adalah remaja Davidov, & Zahn-Waxler (2015) perilaku
yang menunjukkan perilaku mengganggu prososial juga dapat menggambarkan
atau tidak dapat diterima secara normatif, bagaimana norma sosial di kelompok
seperti agresif atau memberontak. Walau- sosial tersebut. Ditinjau dari aspek latar
pun belum tentu, para remaja yang cende- belakang budaya, masyarakat Indonesia
rung memunculkan perilaku prososial yang banyak dipengaruhi oleh budaya
rendah memiliki perilaku mengganggu komunal maka perilaku prososial meru-
ataupun tidak dapat diterima secara norma- pakan salah satu perilaku yang dianggap
tif, namun rendahnya perilaku prososial positif. Kepedulian terhadap pihak lain dan
cukup mampu membuat remaja memiliki intensi untuk membantu merupakan bagian
kecenderungan untuk ditolak oleh ling- dari perilaku yang diterima di lingkungan
kungan sosialnya. pergaulan. Hal ini juga merupakan salah
Remaja yang jarang atau bahkan satu pengaruh dari diterimanya perilaku

129
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, Vol. 8, No. 2, Februari 2018

prososial di dalam lingkup pergaulan prososial dapat menjadi prediktor status


remaja di Indonesia. teman sebaya pada remaja, khususnya
Ditinjau dari metode peer assessment untuk status populer dan status rejected
yang dipraktikkan dalam penelitian ini, (ditolak). Perilaku prososial memiliki
menunjukkan alternatif pengidentifikasian korelasi yang positif dengan kelompok
perilaku dalam ranah psikologi. Ke- status teman sebaya popular. Semakin
banyakan penelitian di bidang psikologi tinggi perilaku prososial maka semakin
yang meneliti perilaku prososial remaja besar kemungkinan untuk masuk dalam
menggunakan instrumen self report (misal kelompok status populer. Sebaliknya se-
Wardani & Trisnani, 2015; Dewi & makin rendah perilaku prososial remaja
Saragih, 2014). Pengidentifikasian perilaku yang muncul maka semakin kecil kemung-
dengan meminta penilaian dari teman kinan untuk masuk dalam kelompok
sebaya diharapkan menjadi instrumen populer. Di sisi lain, perilaku prososial
alternatif yang minim social desirability. memiliki korelasi yang negatif dengan
Begitu pula teknik nominasi untuk kelompok status teman sebaya rejected
menentukan status teman sebaya, juga (ditolak). Semakin tinggi perilaku pro-
merupakan salah satu model pengidenti- sosial maka semakin rendah remaja masuk
fikasian yang tidak banyak digunakan di dalam kelompok status rejected (ditolak).
ranah psikologi, khususnya di Indonesia. Namun semakin rendah memunculkan
Metode yang terbilang klasik ini masih perilaku prososial maka semakin besar ke-
banyak digunakan di penelitian-penelitian mungkinan untuk masuk dalam kelompok
internasional (Cillessen & Marks, 2017). status rejected (ditolak).
Secara praktis, metode ini merupakan Dari hasil penelitian ini, remaja yang
metode yang mudah ditegakkan mampu menunjukkan perilaku prososial
(Gommans & Cillesen, 2014) karena mendapatkan banyak keuntungan dengan
partisipan hanya diminta memberikan kemudahan diterima di lingkungan teman
respon 2 butir pernyataan. Metode ini sebaya. Oleh karena itu secara praktis,
dapat menjadi pilihan untuk penelitian remaja perlu didukung untuk mampu me-
terkait pengidentifikasian status teman munculkan perilaku tersebut di kelompok
sebaya pada partisipan muda, bahkan sebayanya. Pihak sekolah dan orang tua
untuk partisipan siswa taman kanak-kanak dapat mendukung dengan cara menum-
(Endedijk & Cillesen, 2015). Namun buhkan iklim kooperatif dan membiasakan
demikian metode ini perlu diteliti lebih perilaku prososial pada remaja yang
lanjut untuk meningkatkan keyakinan akan dididik atau diasuhnya.
keterandalannya. Untuk penelitian selanjutnya, dapat
Salah satu cara yang dapat digunakan dilakukan kajian mengenai dampak lebih
untuk memastikan keterandalannya adalah jauh perilaku prososial dengan status
dengan melakukan konfirmasi status teman teman sebaya sebagai salah satu mediator
sebaya dengan menggunakan kelompok atau moderatornya, misalnya untuk mem-
referensi yang berbeda, misalnya dengan prediksi penyesuaian dalam aktivitas
kelompok pertemanan di luar sekolah. akademik, prestasi akademik, atau perilaku
Pendekatan longitudinal juga dapat di- di masa mendatang. Metode nominasi
tegakkan untuk memeriksa reliabilitas teman sebaya juga dapat digunakan se-
penggunaan metode ini. bagai instrumen alternatif dalam berbagai
penelitian perilaku sosial di bidang
Simpulan dan Saran psikologi, khususnya yang membutuhkan
kepraktisan administrasi, seperti untuk
Dari hasil dan pembahasan penelitian anak-anak dan remaja yang masih muda.
ini dapat disimpulkan bahwa perilaku Secara metodologis, terdapat kesempatan

130
U. W. Rahajeng & T. Y. Adi Wigati: Perilaku Prososial Sebagai Prediktor..(124-132)

yang besar untuk mengembangkan metode atau dengan cara memeriksa validitasnya
nominasi teman sebaya dan memeriksa dengan menggunakan kelompok teman
keterandalannya dengan metode test-retest sebaya lain sebagai kelompok referensi.

Daftar Pustaka

Bukowski, W. M., Castellanos, M., & J.D Coie, Peer rejection in


Persram, R.J. (2017). The current childhood. New York: Cambridge
status of peer assessment techniques University Press
and sociometric methods. Dalam Dewi, N. K., & Saragih, S. (2014).
Peter E.L. Marks & Antonius H.N. Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler
Cillesen (Eds.), New directions in Kepramukaan Terhadap Perilaku
peer nomination methodology. New Prososial Remaja di SMP Santa
Directions for Child and Adolescent Ursula Jakarta. Persona Jurnal
Development, 157, 75-82. DOI: Psikologi Indonesia, 3 (03), 253-268.
https://doi.org/10.1002/cad.20209.
Endedijk, H.M., & Cillesen, A. H. N.
Cillesen, A. H. N., & Marks, P. E. L. (2015). Computerized sociometric
(2017) Methodological choices in assessment for preschool children.
peer nomination research. New International Journal of Behavioral
directions for child and adolescent Development, 39 (4), 383-
development, (157) : 21-44. DOI: 388. Diperoleh pada 25 Desember
10.1002/cad.20206 2017 dari: https://www.learntechlib.
org/p/157755/.
Crick, N. R., & Grotpeper, J. K. (1995).
Relational aggression, gender, and Gest, S. D., Graham-Bermann, S. A., &
social-psychological adjustment. Hartup, W. W., (2001), Peer
Child development, 66 (3), 710-722. experience: Common and unique
URL:http://www.jstor.org/stable/113 features of number of friendships,
1945. DOI: 10.2307/1131945. social network centrality, and
sociometric status. Social develop-
Coie, J. D., Dodge, Κ. Α., & Coppotelli, H.
ment, 10 (1), 23-40. DOI:
(1982). Dimensions and types of
http://dx.doi.org/10.1111/1467-
social status: A cross-age
9507.00146
perspective. Developmental
Psychology, 18 (4), 557-570. DOI: Gommans, R., & Cillessen, A. H. N.
http://dx.doi.org/10.1037/0012- (2014). Nominating under
1649.18.4.557 constraints: a systematic comparison
of unlimited and limited peer
Coie, J. D., & Dodge, K. A. (1983).
nomination methodologies in
Continuities and Changes in
elementary school. International
Children's Social Status: A Five-
Journal of Behavioral Development.
Year Longitudinal Study. Merril-
39 (1), 77–86. DOI:
Palmer Quartely, 29 (3), 261-282.
10.1177/0165025414551761
Http://psycnet.apa.org/record/1984-
01054-001 Greener, S. H. (2000). Peer Assessment of
Children's Prosocial Behaviour.
Coie, J. D., Dodge, K. A., & Kupersmith,
Journal of Moral Education, 29 (1),
J. B (1990) Peer group behavior and
47-60. DOI: http://dx.doi.org/10.
social status. Dalam S.R Asher &
1080/030572400102925

131
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, Vol. 8, No. 2, Februari 2018

Juntilla, N., Voeten, M., Kaukiainen, A., & peer aggression associated with high
Vauras, M. (2006). Multisource levels of peer status. Merril-Palmer
assessment of children’s social Quarterly, 49 (3), 310-342.
competence. Educational and Diperoleh dari: http://www.jstor.org/
psychological measurement, 66 (5), stable/23096058
874-895. DOI: https://doi.org/ Rose, A.J., Swenson, L.P., & Waller, E.M.
10.1177/0013164405285546 (2004). Overt and relational
Knafo-Noam A, Uzefovsky F, Israel S, aggresion and perceived popularity:
Davidov M, & Zahn-Waxler C. Developmental differences in
(2015). The Prosocial Personality concurrent and prospective relations.
and its Facets: Genetic and Developmental psychology, 40 (3),
Environmental Architecture of 378-387. DOI: http://dx.doi.org/10.
Mother-reported Behavior of 7-year 1037/0012-1649.40.3.378
old Twins. Frontiers in Psychology. Saleem, M., Barlett, C.P, Anderson, C.A,
6, 112. & Hawkins, I. (2016). Helping and
Parkhurst, J.T., & Hopmeyer, A. (1998). hurting others: Person and situation
Sociometric popularity and peer- effects on aggressive and proscocial
perceived popularity: Two distinct behavior as asssessed by the tangram
dimensions of peer status. Journal of task. Aggressive Behavior, 43 (2),
Early Adolescence, 18 (2), 125-144. 133-146. DOI: https://doi.org/10.
DOI: https://doi.org/10.1177/027243 1002/ab.21669
1698018002001
Wardani, S.Y., & Trisnani, R. P. (2015)
Penner, L. A., Dovidio, J. F., Piliavin, J. Konseling Sebaya untuk
A., & Schroeder, D.A. (2005). Meningkatkan Perilaku Prososial
Prosocial behavior: Multilevel Siswa, Psikopedagogia, 4 (2), 87-92.
perspectives. Annual review of Wentzel, K. R. (2003). Sociometric status
psychology, 56, 365-392. DOI: and adjustment in middle school: A
10.1146/annurev.psych.56.091103.0 longitudinal study. the Journal of
70141 Early Adolescence, 23(5), 4-28.
Prinstein, M.J., & Cillesen, A.H.N. (2003). DOI:10.1177/0272431602239128
Forms and functions of adolescent

132

You might also like