Professional Documents
Culture Documents
CJR Kel 4 - Telaah Kurikulum
CJR Kel 4 - Telaah Kurikulum
KURIKULUM
KURIKULUM MERDEKA
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
DOSEN PENGAMPU :
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Critical Journal Review yang berjudul Kurikulum
Merdeka ini.
Critical Journal Review (CJR) ini ditulis sebagai salah satu tugas yang diberikan pada
mata kuliah Telaah Kurikulum. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah CJR ini. Terutama kepada dosen
pembimbing mata kuliah ini yakni ibu Yanthy Leonita P. Simanjuntak, S.Pd., M.Pd. dan ibu
Dra. Ida Wahyuni Lubis, M.Pd. yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan
Critical Journal Review ini.
Penulis menyadari bahwa makalah CJR ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis berharap makalah CJR ini dapat bermanfaat bagi semua pihak serta dapat menambah
pengetahuan dan wawasan bagi pembacanya.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
1
D. IDENTITAS JURNAL
1. Jurnal Utama
Tahun : 2022
Volume : 19
Nomor :2
2. Jurnal Pembanding
Tahun : 2022
ISSN : 2580-1147
Volume :6
Nomor :4
2
BAB II
RINGKASAN JURNAL
A. RINGKASAN JURNAL UTAMA
Perubahan merupakan sesuatu yang alamiah dan selalu akan terjadi, artinya segala
sesuatu dalam kehidupan ini sudah pasti akan terus mengalami perubahan, termasuk dalam
dunia pendidikan. Krisis pembelajaran yang telah terjadi diiringi dengan kondisi kedaruratan
pandemi COVID-19 sangat berdampak terhadap perubahan pendidikan di Indonesia.
Kurikulum Merdeka sebagai salah satu upaya dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi Kemdikbudristek untuk mengatasi krisis pembelajaran pasca pandemi
COVID-19 mulai dirancang untuk diimplementasikan pada sekolah- sekolah yang sudah
siap. Artikel mencoba mengkaji kebijakan pemerintah mengenai pengimplementasian
Kurikulum Merdeka yang diberikan kepada satuan pendidikan sebagai opsi tambahan dalam
rangka melakukan pemulihan pembelajaran selama 2022-2024.
Salah satu yang dapat terlihat adalah perubahan kurikulum di Indonesia yang dilakukan
sebagai bentuk antisipasi perkembangan dan kebutuhan abad ke-21 yang merupakan bentuk
penyempurnaan kurikulum berbasis karakter sekaligus kompetensi Darise, 2019. Segala
perubahan tersebut, terjadi akibat adanya perubahan kebutuhan kompetensi, sehingga
mempengaruhi keberlangsungan pendidikan ke depannya. Kemunculan pandemi COVID-19
pada akhir Desember 2019, menjadi salah satu titik di mana keberlangsungan pendidikan
khususnya di Indonesia mengalami perubahan. Krisis pembelajaran yang telah terjadi
diiringi dengan kondisi kedaruratan pandemi COVID-19 sangat berdampak terhadap
perubahan pendidikan di Indonesia. Pada kasus ini, pendidikan harus ikut berubah dan
berkembang mengikuti kebijakan akibat keberadaan pandemi COVID-19 agar pendidikan
dapat tetap mencapai tujuan pembelajaran sesungguhnya.
Salah satunya dalam proses pembelajaran yang beralih menjadi pembelajaran jarak jauh
karena terbatasnya waktu untuk berkumpul dan belajar dikelas di mana sistem ini pada
akhirnya disepakati oleh sekolah dan universitas karena keadaannya yang mendesak. Hal ini
secara tidak langsung berdampak terhadap intensitas belajar baik karena pada dasarnya tidak
3
ada yang siap 100 untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh khususnya pada negara-
negara berkembang yang memerlukan upaya lebih dari berbagai aspek untuk dapat
melaksanakannya dengan baik, serta terhambat oleh infrastruktur yang buruk seperti jaringan
listrik, jaringan Internet, aksesibilitas yang sulit, serta kemampuan digital yang cukup
rendah. Hal tersebut juga senada dengan penelitian yang disampaikan oleh Adi dkk. 2021
berkaitan dengan dampak pembelajaran jarak jauh pada masa pandemi COVID-19, yang
menyebutkan bahwa keterbatasan interaksi langsung serta ketersediaan aksesibilitas yang
terbatas menjadi hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran di masa pandemi. Pandemi
COVID-19, menyebabkan perubahan pada kurikulum sekolah sebagai panduan dalam proses
pembelajaran di sekolah. Hal ini sesuai dengan kebutuhan siswa dan guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
PENDAHULUAN
Begitu juga apa yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan Nadiem Makarim bahwa
“reformasi pendidikan tidak bisa dilakukan semata-mata menggunakan administrasi
approach, melainkan harus melakukan culture transformation” (Satriawan et al., 2021).
Sejalan juga dengan pendapat bahwa “konsep merdeka belajar ini kemudian dapat diterima
mengingat visi misi Pendidikan Indonesia kedepan demi terciptanya manusia yang
berkualitas dan mampu bersaing di berbagai bidang kehidupan” (Sibagariang et al., 2021).
4
Dengan adanya kurikulum merdeka diharapkan siswa dapat berkembang sesuai potensi dan
kemampuan yang dimiliki karena dengan kurikulum merdeka mendapatkan pembelajaran
yang kritis, berkualitas, ekspresif, aplikatif, variative dan progresif. “Serta adanya perubahan
kurikulum baru ini diperlukan kerjasama, komitmen yang kuat, kesungguhan dan
implementasi nyata dari semua pihak, sehingga profil pelajar pancasila dapat tertanam pada
peserta didik” (Fetra Bonita Sari, Risda Amini, 2020).
Dengan adanya kurikulum merdeka merupakan penataan ulang dalam sistem pendidikan
nasional di Indonesia yang mana (Yamin & Syahrir, 2020) “mengemukakan bahwa
pernyataan tersebut dalam rangka menyongsong perubahan dan kemajuan bangsa agar dapat
menyesuaikan perubahan zaman”. Begitu juga apa yang disampaikan oleh Menteri
Pendidikan Nadiem Makarim bahwa “reformasi pendidikan tidak bisa dilakukan semata-
mata menggunakan administrasi approach, melainkan harus melakukan culture
transformation” (Satriawan et al., 2021). Sejalan juga dengan pendapat bahwa “konsep
merdeka belajar ini kemudian dapat diterima mengingat visi misi Pendidikan Indonesia
kedepan demi terciptanya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing di berbagai bidang
kehidupan” (Sibagariang et al., 2021). Dengan adanya kurikulum merdeka diharapkan siswa
dapat berkembang sesuai potensi dan kemampuan yang dimiliki karena dengan kurikulum
merdeka mendapatkan pembelajaran yang kritis, berkualitas, ekspresif, aplikatif, variative
dan progresif. “Serta adanya perubahan kurikulum baru ini diperlukan kerjasama, komitmen
yang kuat, kesungguhan dan implementasi nyata dari semua pihak, sehingga profil pelajar
pancasila dapat tertanam pada peserta didik” (Fetra Bonita Sari, Risda Amini, 2020).
Berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum merdeka di sekolah penggerak pada saat ini
peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian. (Sugiyono, 2020) mengemukakan bahwa
“metode kualitatif digolongkan sebagai metode artistik karena proses penelitiannya kurang
terpola dan digolongkan sebagai metode interpretative karena data yang dihasilkan dalam
suatu penelitian cenderung berhubungan dengan interpretasi data yang dikumpulkan di
lapangan”. Penelitian kualitatif adalah proses pengumpulan data dengan cara alami untuk
tujuan menafsirkan dan menganalisis fenomena ketika peneliti dapat menjadi alat utama.
“Dalam penelitian kualitatif data tidak dicari melalui cara statistik atau metode pengukuran
kuantitatif yang lainnya” (Anggito dkk, 2018). Begitu juga metode deskriptif menurut
(Sugiyono, 2020) “metode yang digunakan untuk menganalisis atau menjelaskan temuan,
namun tidak digunakan untuk menarik kesimpulan yang luas”.
5
METODE
Hasil dari observasi dan wawancara dalam penelitian di salah satu sekolah penggerak di
kota Bandung salah satu unsur yang penting dalam sekolah penggerak yaitu kepala sekolah
yang mempunyai nilai juang yang tinggi untuk memajukan sekolah. Kepala sekolah harus
mampu membimbing, mengarahkan, dan menginspirasi semua elemen sekolah untuk mau
bergerak menuju kearah Pendidikan lebih baik agar dapat menghasilkan lulusan yang
berkualitas. Sekolah penggerak bukan berarti sekolah besar dengan sarana prasarana yang
lengkap namun sekolah penggerak merupakan sekolah yang dipimpin oleh seorang kepala
sekolah yang telah lulus pelatihan sekolah penggerak dan tentunya kepala sekolah tersebut
mau melakukan perubahan di bidang pendidikan.
Supervisi dan diskusi serta pendampingan dilakukan secara berkala untuk memantau
berjalannya proses pembelajaran apabila ada hambatan dalam pelaksanaanya. Hal menarik
yang peneliti temui yaitu kepala sekolah membuat inovasi baru dalam pengelolaan
administrasi sekolah yaitu mengusung konsep paperless, yaitu sudah mulai mengurangi
penggunaan kertas.
Selain kepala sekolah, guru di sekolah penggerak juga merupakan faktor yang penting
dalam keberhasilan penerapan kurikulum merdeka di sekolah penggerak guru harus mampu
menjadi tutor, fasilitator, dan pemberi inspirasi bagi anak didiknya sehingga bisa memotivasi
peserta didik menjadi siswa yang aktif, kreatif dan inovatif. (Savitri, 2020)(Mulyasa, 2021).
6
Keberadaan sarana dan prasarana juga sangat menunjang terhadap keberhasilan
implementasi penerapan kurikulum merdeka di sekolah penggerak. Sarana dan prasarana
yang lengkap sangat menunjang terhadap pelaksanaan kurikulum merdeka di sekolah
penggerak terutama dalam ketersediaan alat-alat IT.
KESIMPULAN
7
BAB III
PEMBAHASAN
A. JURNAL UTAMA
1. Kelebihan Jurnal
Kelebihan dari jurnal "Kurikulum Merdeka untuk Pemulihan Krisis Pembelajaran" yang
ditulis oleh Tono Supriatna Nugraha adalah:
1) Relevansi dengan topik: Jurnal ini membahas tentang kurikulum Merdeka yang
dirancang untuk mengatasi krisis pembelajaran pasca pandemi COVID-19. Hal ini
sangat relevan dengan situasi saat ini dan memberikan wawasan tentang upaya
pemulihan pembelajaran.
2) Penggunaan sumber yang akurat: Jurnal ini mengacu pada kebijakan pemerintah dan
penelitian terkait dalam menjelaskan implementasi kurikulum Merdeka. Penggunaan
sumber yang akurat dan terpercaya meningkatkan keandalan jurnal.
3) Pengungkapan tujuan penelitian: Jurnal ini menjelaskan dengan jelas tujuan
penelitian, yaitu mengkaji kebijakan pemerintah tentang pengimplementasian
kurikulum Merdeka sebagai opsi tambahan dalam rangka pemulihan pembelajaran.
Hal ini membantu pembaca memahami fokus penelitian.
2. Kekurangan Jurnal
1) Keterbatasan penulis: Jurnal ini hanya ditulis oleh satu penulis, Tono Supriatna
Nugraha. Adanya kolaborasi antara penulis dengan peneliti atau akademisi lain dapat
memberikan sudut pandang yang lebih luas dan mendalam tentang topik ini.
2) Kurangnya analisis yang mendalam: Jurnal ini lebih cenderung menggambarkan
situasi dan kebijakan terkait kurikulum Merdeka daripada memberikan analisis
mendalam tentang kelebihan dan kekurangan kurikulum ini dalam konteks pemulihan
pembelajaran.
3) Tidak adanya data empiris: Jurnal ini tidak menyajikan data empiris atau temuan
penelitian baru. Sebagai gantinya, jurnal ini lebih menggambarkan kebijakan dan
pandangan umum terkait kurikulum Merdeka.
B. JURNAL PEMBANDING
1. Kelebihan Jurnal
1) Relevansi topik: Jurnal ini membahas topik yang relevan dalam konteks pendidikan,
yaitu implementasi kurikulum merdeka di sekolah penggerak. Topik ini penting untuk
pemahaman tentang perkembangan pendidikan di Indonesia.
2) Metode penelitian: Jurnal ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang sesuai
untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang penerapan kurikulum merdeka
di sekolah penggerak. Metode ini memungkinkan peneliti untuk menggambarkan situasi
dan data yang diperoleh secara detail.
8
3) Informasi yang berguna: Jurnal ini memberikan gambaran dan informasi yang berguna
tentang implementasi kurikulum merdeka di sekolah penggerak. Hasil penelitian ini
dapat menjadi referensi bagi pihak-pihak yang terlibat dalam pendidikan untuk
memahami tantangan dan peluang yang terkait dengan penerapan kurikulum merdeka.
2. Kekurangan Jurnal
1) Batasan subjek penelitian: Jurnal ini hanya dilakukan di satu sekolah dasar di kota
Bandung, sehingga generalisasi temuan penelitian ini mungkin terbatas. Penelitian
yang melibatkan sampel yang lebih luas dapat memberikan pemahaman yang lebih
komprehensif tentang penerapan kurikulum merdeka di sekolah penggerak.
2) Terbatasnya informasi tentang metodologi: Meskipun jurnal ini menyebutkan
menggunakan metode deskriptif kualitatif, informasi yang lebih rinci tentang langkah-
langkah penelitian, instrumen yang digunakan, dan proses analisis data tidak disajikan
dengan lengkap. Informasi ini akan membantu pembaca memahami validitas dan
reliabilitas temuan penelitian.
3) Keterbatasan sumber informasi: Jurnal ini hanya menggunakan observasi dan
wawancara sebagai teknik pengumpulan data. Menggunakan variasi metode
pengumpulan data, seperti studi dokumenter atau survei, dapat memberikan sudut
pandang yang lebih luas dalam memahami implementasi kurikulum merdeka di
sekolah penggerak.
9
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari kedua jurnal yang telah dibahas keduanya sudah membahas dengan baik mengenai
kurikulum merdeka. Jurnal utama yang berjudul Kurikulum Merdeka untuk Pemulihan
Krisis Pembelajaran ini, lebih memfokuskan pembahsannya pada implementasi kurikulum
merdeka sebagai solusi yang diambil pemerintah pasca Covid-29. Jurnal ini memiliki
beberapa kelebihan dan juga beberapa kekurangan, namun diatas semua itu semuanya sudah
sangat baik.
B. SARAN
Disarankan pada penulis jurnal utama agar berkolaborasi dengan penulis lain, karena
dengan adanya kolaborasi pasti lebih menyempurnakan tulisan pada jurnal tersebut.
Sementara untuk jurnal pembanding, karena penelitiannya hanya dilakukan di satu sekolah
disarankan kedepannya agar dapat dilakukan dengan cakupan yang lebih luas sehingga
pemahaman yang diberikan juga lebih luas.
10
DAFTAR PUSTAKA
Nugraha, Tono. (2022). Kurikulum Merdeka untuk Pemulihan Krisis Pembelajaran. Inovasi
Kurikulum, 19(2), 251-262.
11