You are on page 1of 2

Ahsyabila Fazira

1808213

PKN 2018 B

Perbedaan Verstek dan Verzet

Verstek

Berdasarkan sistem hukum di Indonesia, yakni ketentuan pasal 125 HIR, pasal 129 HIR dan
pasal 149 RBG, Putusan Verstek, adalah apabila tergugat tidak hadir pada hari perkara itu
akan diperiksa, ataupun tidak pula menghadiri orang lain menghadap untuk mewakilinya,
tanpa alasan yang sah dan dapat dibenarkan, sedangkan ia telah dipanggil secara patut, dan
Penggugat hadir serta mohon putusan, maka hakim dapat memutuskan gugatan penggugat
tersebut dapat diterima dengan putusan Verstek, kecuali jika gugatan penggugat tersebut
melawan hukum atau tidak beralasan.

Syarat - syarat dari Putusan Verstek:

1. Tergugat telah dipanggil secara resmi dan patut.


2. Tergugat tidak hadir tanpa alasan yang sah dan dapat dibenarkan.
3. Penggugat hadir di persidangan.
4. Penggugat mohon keputusan

Pada satu sisi Undang-undang menghadirkan kedudukan Tergugat di persidangan sebagai


hak, bukan kewajiban yang bersifat imperatif. Hukum menyerahkan sepenuhnya, apakah
tergugat mempergunakan hak itu untuk membela kepentingannya atau tidak. 

Di sisi lain Undang-undang tidak memaksakan acara verstek secara imperatif. Hukum tidak
mesti menjatuhkan putusan verstek terhadap tergugat yang tidak hadir memenuhi panggilan.
Penerapannya bersifat fakultatif, kepada Hakim diberi kebebasan untuk menerapkannya atau
tidak. Sifat penerapan yang fakultatif tersebut, diatur dalam Pasal 126 HIR sebagai acuan:

1. Ketidak hadiran Tergugat pada sidang pertama, langsung memberi wewenang kepada
Hakim menjatuhkan putusan Verstek.
2. Mengundurkan sidang dan memanggil Tergugat sekali lagi.
3. Batas toleransi pengunduran.

Pasal 126 HIR tidak mengatur batas toleransi atau batas kebolehan pengunduran sidang
apabila Tergugat tidak mentaati panggilan. Pasal itu hanya mengatakan Pengadilan atau
Hakim dapat memerintahkan pengunduran, namun tidak menjelaskan berapa kali
pengunduran dapat dilakukan, akan tetapi penerapannya harus disesuaikan dengan asas
peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan.
Verzet (Perlawanan)

Verzet, atau Perlawanan adalah upaya hukum terhadapan putusan yang dijatuhkan pengadilan
karena tergugat tidak hadir pada waktu perkara tersebut diperiksa atau perkara yang diputus
secara verstek. Kepada pihak yang dikalahkan serta diterangkan kepadanya bahwa ia berhak
mengajukan perlawanan (verzet) terhadap putusan tak hadir itu kepada pengadilan. Dalam hal
perlawanan telah diajukan dan ternyata pada hari sidang yang telah ditentukan terlawan atau
kuasanya tidak datang menghadap di persidangan, terlawan yang semula penggugat, dapat
dipanggil sekali lagi sesuai dengan ketentuan pasal 126 HIR. Dan apabila terlawan/ dahulu
penggugat tidak juga datang menghadap pada hari sidang berikutnya, terlawan/ dahulu
penggugat dianggap tidak hendak melawan atas perlawanan yang telah diajukan terhadap
putusan verstek tersebut. 

Karena itu perlawanan ini akan diputus secara contradiktoir dengan membatalkan putusan
verstek yang semula serta mengadili lagi dengan menolak gugatan semula. Terhadap putusan
ini bahwa terlawan/ dahulu penggugat, dalam tenggang waktu yang ditentukan dapat
mengajukan permohonan banding. Yang berhak mengajukan perlawanan atau Verzet adalah
hanya hanya terbatas tergugat saja, sedangkan kepada penggugat tidak diberi hak untuk
mengajukan perlawanan kembali, sesuai Pasal 129 ayat (1) dan Pasal 83 Rv. 

Ketentuan ini sesuai dengan penegasan putusan MA Nomor. 524 K/ Sip/ 1975 yang
menyatakan, verzet terhadap verstek hanya dapat diajukan oleh pihak-pihak dalam perkara.
Upaya yang dapat diajukan penggugat adalah banding. Undang undang tidak memberi hak
kepada penggugat mengajukan perlawanan (verzet) terhadap putusan verstek. Namun
demikian, secara seimbang dan timbal balik, pasal 8 ayat (1) UU no. 20 tahun 1947 memberi
upaya hukum kepada penggugat.

You might also like