You are on page 1of 10

JURNAL REKAYASA PROSES

Review Article / Vol. 13, No. 1, 2019, hlm. 6-15

Journal homepage: http://journal.ugm.ac.id/jrekpros

Mekanisme Fouling pada Membran Mikrofiltrasi Mode Aliran Searah


dan Silang
Iqbal Shalahuddin1 dan Yusuf Wibisono2,3,*
1
Kurita Indonesia PT, Jalan Jababeka XIIA No. V-6, Cikarang Utara, Bekasi 17530
2
MILI Water Research Institute, PO Box 301 ML, Malang 65101
3
Program Studi Teknik Bioproses, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Jalan Veteran
1, Malang 65145
*
Alamat korespondensi: Y_Wibisono@ub.ac.id

(Submisi: 3 November 2019; Revisi: 31 Januari 2019; Penerimaan: 7 Februari 2019)

ABSTRACT
Microfiltration is a low pressure driven membrane process of about 1 bar trans-membrane pressure
which is used frequently for separating dissolved particles within 0.1 to 10 μm size. Microfiltration
membranes are utilized in water and wastewater treatment processes either during pretreatment,
treatment, or post-treatment steps. Moreover in bioprocessing, microfiltration is used in upstream
process for substrate sterilization or in downstream process for microbial suspension separation.
Fouling is one major concern of membrane filtration processes, including microfiltration. In this
article, the fouling mechanism on microfiltration membrane is explained based on the blocking model
refer to cake filtration due to the complexity of fouling phenomena. Fouling mechanism on dead-end
and cross-flow modes microfiltration are explained, and basically distinguished into four different
mechanisms, i.e. complete blocking, standard blocking, intermediate blocking and cake filtration. The
proposed models are based on constant pressure operation on the uniform membrane pores, both for
dead-end and cross-flow modes. Cross-flow mode, however, is restricted on the beginning of filtration
until critical flux condition is reached.
Keywords: bioprocess; blocking model; cake filtration; fouling; microfiltration; wastewater

ABSTRAK
Membran mikrofiltrasi merupakan salah satu teknologi membran yang menggunakan tekanan
rendah sekitar 1 bar sebagai gaya pendorong dan digunakan untuk proses pemisahan partikel terlarut
yang berukuran antara 0,1 hingga 10 μm. Membran mikrofiltrasi banyak digunakan baik dalam proses
pra-pengolahan, pengolahan, maupun pasca-pengolahan air dan air limbah. Pada bioproses,
mikrofitrasi juga digunakan pada proses hulu untuk sterilisasi substrat atau pada proses hilir untuk
pemisahan suspensi mikrob. Masalah yang paling utama dalam proses filtrasi membran adalah fouling.
Dalam artikel ini, mekanisme terjadinya fouling pada membran mikrofiltrasi dijelaskan dengan
menggunakan model pemblokiran yang mengacu pada filtrasi deposit partikel (cake) untuk
menguraikan kerumitan fenomena fouling dalam mikrofiltrasi. Pada tulisan ini dijelaskan lebih rinci
mengenai mekanisme fouling baik pada mikrofiltrasi searah (dead-end) maupun aliran silang (cross-
flow). Mekanisme fouling pada proses mikrofiltrasi bisa dimodelkan dengan empat model yaitu
pemblokiran pori, penyempitan pori, pemblokiran pori bersamaan dengan endapan permukaan dan
formasi endapan permukaan. Mekanisme tersebut berlaku pada kondisi operasional bertekanan tetap
dan ukuran pori yang seragam, baik pada aliran searah ataupun silang. Hanya saja, model mekanisme
pada aliran silang hanya berlaku pada kondisi awal filtrasi hingga tercapai kondisi fluks kritis.
Kata kunci: air limbah; bioproses; filtrasi cake; fouling; mikrofiltrasi; model pemblokiran
DOI: 10.22146/jrekpros.40458
Copyright © 2019 THE AUTHOR(S). This article is distributed under a e-ISSN 2549-1490 p-ISSN 1978-287X
Creative Commons Distribution-ShareAlike 4.0 International license.
Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 13, No. 1, 2019, hlm. 6-15 7

1. Pendahuluan membran mikrofiltrasi didasarkan pada ukuran


partikel yang akan dipisahkan (size exclusion)
Mikrofiltrasi merupakan salah satu teknologi
atau berdasarkan mekanisme transport saringan
membran yang menggunakan gaya dorong
(sieving).
tekanan rendah sekitar 1 bar dan dipakai untuk
Salah satu masalah yang biasa muncul pada
memisahkan partikel terlarut yang berukuran
proses membran adalah penumpukan material
antara 0,1 hingga 10 μm (Wibisono, 2014a). Di
atau partikel di permukaan membran yang
awal pemanfaatannya secara komersial, membran
dinamakan fouling. Fouling akan menurunkan
mikrofiltrasi digunakan untuk menyaring
laju perpindahan massa atau volume melalui
mikroorganisme yang ada di dalam air minum
membran (flux) sehingga berpengaruh pada
untuk diselidiki pertumbuhan mikrobanya
penurunan akumulasi produk (permeate).
sebagai metode cepat memonitor kontaminasi.
Walaupun terjadinya fouling ini akan
Seiring dengan waktu, saat ini membran
meningkatkan tingkat pemisahan (rejection) pada
mikrofiltrasi telah banyak digunakan untuk
mikrofiltrasi, namun menurunnya fluks
sterilisasi baik di industri farmasi maupun
merupakan suatu kerugian pada sebuah proses
perusahaan makanan dan minuman, juga di
pemisahan menggunakan mikrofiltrasi ini.
pengolahan air untuk menghasilkan air ultra
Fouling dapat dibedakan dari jenis partikel
murni di industri elektronik (Devianto dkk.,
pemicu fouling (foulant) yaitu material organik,
2018; Wibisono dkk., 2018a). Walau demikian,
anorganik, atau biologis (Wibisono dkk., 2016).
kebanyakan membran mikrofiltrasi digunakan
Pada mikrofiltrasi, ketiga jenis fouling tersebut
untuk memfilter mikroorganisme, khususnya
bisa terjadi, khususnya pada rentang ukuran
bakteri untuk dihilangkan atau dimanfaatkan.
partikel antara 0,1 hingga 10 μm.
Material penyusun membran mikrofiltrasi
Fouling harus dikontrol dan diatasi untuk
dapat berasal dari material organik atau
meningkatkan efisiensi proses mikrofiltrasi, baik
anorganik. Polimer merupakan material organik
dengan pendekatan peningkatan sifat anti fouling
yang banyak dipakai. Sedangkan material
pada material penyusun membran (Wibisono
anorganik berupa membran keramik yang
dkk. 2018b), maupun optimasi proses pada
diantaranya terbuat dari material alumina,
membran filtrasi (Wibisono dkk. 2014b). Khusus
zirkonia, itrium, dan titanium. Beberapa jenis
untuk optimasi proses, pengetahuan tentang
polimer yang sering dimanfaatkan untuk
mekanisme fouling pada mikrofiltrasi harus
membran mikrofiltrasi antara lain: polisulfon
dipahami, sehingga dapat mengurangi tingkat
(PS), polipropilen (PP), poli-viniliden florida
terjadinya fouling atau strategi proses apa yang
(PVDF), polikarbonat (PC), poli-vinil klorida
paling tepat untuk mengurangi dampak negatif
(PVC), dan poli-akrilo nitril (PAN). Beragam
terjadinya fouling. Salah satu optimasi proses
jenis polimer tersebut bisa difabrikasi menjadi
yang dapat dilakukan adalah memilih mode
dua macam filter yaitu tipe kedalaman (depth
operasi yaitu mode filtrasi aliran searah (dead-
filter) dan tipe penyaring (screen filter) (Baker,
end) atau mode filtrasi aliran silang (cross-flow).
2004). Jika dibandingkan antara morfologi
Filtrasi aliran searah terjadi saat cairan umpan
polimer penyusunnya, membran mikrofiltrasi
(feed) mengalir dalam satu arah tegak lurus
dapat dibedakan menjadi membran berpori
terhadap permukaan membran (normal flow)
simetrik (symmetric porous membrane) yang
sehingga partikel akan berakhir dan tertahan di
umumnya berukuran sekitar 1–10 µm, dan
atas permukaan membran. Di lain pihak, filtrasi
membran berpori asimetrik (asymmetric porous
aliran silang terjadi saat cairan umpan mengalir
membrane) yang biasanya berukuran 0,1–1 µm.
sejajar dengan aliran cairan produk (tangential
Perbedaan ukuran pori-pori ini sangat penting
flow), sehingga mengurangi potensi fouling pada
diperhatikan dalam pemilihan membran
permukaan membran. Gambar 1 menampilkan
mikrofiltrasi yang tepat untuk sebuah proses
skema dari kedua mode operasi pada
pemisahan, karena prinsip pemisahan dalam
mikrofiltrasi.
8 Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 13, No. 1, 2019, hlm. 6-15

Tulisan ini menelaah tentang mekanisme


fouling pada mikrofiltrasi dengan pendekatan
teori model pemblokiran. Telaah akan dimulai
dengan memaparkan beberapa studi terkait
mekanisme fouling dengan model foulan,
dilanjutkan dengan penjelasan mekanisme
Laju permeat rendah fouling pada mikrofiltrasi aliran searah dan aliran
silang dengan pendekatan model pemblokiran.

2. Studi Mekanisme Fouling dengan


Model Foulan
Secara umum membran mikrofiltrasi
digunakan untuk filtrasi mikroorganisme, oleh
sebab itu studi tentang mekanisme fouling pada
mikrofiltrasi dilakukan dengan menggunakan
Laju permeat tinggi
model foulan yang berasal dari mikroorganisme
atau material biologis lainnya. Jenis
Gambar 1. Proses filtrasi aliran searah dan aliran silang
mikroorganisme yang paling banyak digunakan
untuk mengetahui proses fouling pada membran
Namun demikian, pemilihan mode operasi
mikrofiltrasi adalah sel ragi atau Saccharomycess
saja tidak cukup untuk memahami fouling pada
cerevisiae. Sel ragi merupakan organisme sel-
mikrofiltrasi, sehingga diperlukan pendekatan
tunggal dan salah satu organisme eukariota
teoritis untuk memahami fouling. Teori model
paling sederhana yang setiap selnya memiliki
pemblokiran merupakan salah satu pendekatan
satu inti-sel, sehingga penanganannya mudah
teori fouling yang mudah dipergunakan untuk
untuk penelitian dan menjadi organisme model
memahami fouling pada mikrofiltrasi.
biologi di abad 21 (Botstein dan Fink, 2011).
Broeckmann dkk. (2006) melakukan simulasi
Selain itu, sel mikroorganisme memiliki
dengan mempertimbangkan adanya interaksi
kemampuan pemampatan (compressibility),
gaya tarik antara partikel dan permukaan
sehingga cake yang terbentuk akibat dari
membran, beserta pengaruh dari distribusi ukuran
akumulasi mikroorganisme yang tertahan diatas
partikel dan ukuran pori-pori membran terhadap
permukaan membran dipengaruhi oleh
fenomena fouling pada membran hollow fiber
pemampatan ini, dan sel ragi dapat digunakan
untuk pengolahan limbah. Grenier dkk. (2008)
secara mudah untuk melihat proses pemampatan
telah menganalisis dan menghitung secara baik
tersebut. Pemampatan cake untuk setiap suspensi
menggunakan model pemblokiran untuk
akan berbeda-beda dan diukur berdasarkan
memahami mekanisme fouling pada mikrofiltrasi
resistansi spesifik cake. Beberapa faktor yang
aliran searah berdasarkan persamaan matematis
mempengaruhi resistansi spesifik cake pada
hubungan antara waktu filter dan volume filter,
suspensi mikrob diantaranya adalah ukuran sel,
model ini sesuai dengan data pengujian di
bentuk sel, tekanan operasional, sifat permukaan
lapangan. Sedangkan Field dkk. (1995) mencoba
sel, komponen media, serta interaksi antara sel
mengenalkan konsep fluks kritis yang terjadi
dengan sel atau sel dengan media (Foley, 1995;
pada mikrofiltrasi aliran silang, model
Shalahuddin, 2008). Banyak penelitian yang
pemblokiran pada aliran searah dimodifikasi
menggunakan sel ragi untuk mengamati
persamaan matematisnya untuk memahami
terjadinya fouling di membran mikrofiltrasi.
mekanisme fouling yang terjadi pada aliran
silang.
Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 13, No. 1, 2019, hlm. 6-15 9

Tabel 1. Studi fouling pada mikrofiltrasi menggunakan sel ragi sebagai foulan

Peneliti Tahun Hasil Penelitian

Chen dkk. 2010 Teknik uji sensor dapat digunakan untuk mengukur ketebalan layar fouling secara in-situ,
analisis dinamik struktur lapisan fouling, dan memonitor kualitas air
Gabrus dan 2009 Polarisasi konsentrasi dan fenomena fouling pada suspensi ragi pada mikrofiltrasi dapat
Szaniawska dikontrol dengan cara backflushing selama 60 detik dan frekuensi 600 detik.
Ogunbiy dkk. 2008 Siklus pencucian fouling ragi pada mikrofiltrasi menggunakan alkali, hipoklorit, dan asam
menunjukkan peningkatan fluks seiring meningkatnya tekanan dan penurunan fluks seiring
meningkatnya konsentrasi air umpan
Tung dkk. 2008 Struktur lapisan fouling pada mikrofiltrasi dapat dianalisis dan diprediksi dengan bantuan
prototipe software FiltraDynaSim, dengan menunjukkan penurunan porositasnya disebabkan
oleh pengaturan kembali partikel dan pemampatan lapisan fouling.
Chandler dan 2006 Pemilihan geometri pori membran yang tepat dapat meminimalkan terjadinya penurunan
Zydney fluks dan mempertahankan selektivitas yang sangat tinggi.

Tabel 1 menunjukkan beberapa hasil sehingga persamaan matematis sederhananya


penelitian yang mengamati karakteristik fouling dapat ditulis seperti Persamaan (1).
yang menggunakan suspensi sel ragi sebagai
(1)
model mikroorganisme. Selain dari sel ragi,
beberapa peneliti juga menggunakan protein dan
dengan J adalah fluks dengan satuan m3/m2.s
sakarida sebagai model, seperti Bovine Serum
atau m/s, V adalah volume permeate (m3), t
Albumin (BSA) (Bowen dkk., 1995), kasein, ß-
adalah waktu (s), dan A adalah luas permukaan
silodekstrin, asam tanik, (+)-katekin hidrat,
membran (m2). Keempat model filtrasi mengacu
xantan gum, pektin (Marroquin dkk., 2014) atau
pada bentuk turunan kedua-nya seperti
juga dengan produk yang diinginkan misalnya
ditunjukkan pada Persamaan (2).
minuman anggur (Rayess dkk., 2012) dan
Biotreated-POME (Palm Oil Mill Effluent)
(2)
(Amosa dkk., 2017).
3. Mekanisme Fouling pada Filtrasi dengan nilai n dan k adalah sifat-sifat dari
Searah model mekanisme fouling. Terdapat empat model
mekanisme fouling berdasarkan nilai n nya, yaitu
Pada filtrasi searah (dead-end), banyak teori
sebagai berikut (Bowen dkk., 1995):
model telah dikemukakan untuk memahami
1. Jika n = 2: maka terjadi pemblokiran
terjadinya fouling. Tulisan ini akan membahas
keseluruhan (complete blocking)
model mekanisme pemblokiran (blocking model)
2. Jika n = 1,5: maka terjadi pemblokiran
karena memiliki kelebihan dengan teori model
standard (standard blocking)
lainnya, yaitu sifatnya yang tidak ambigu maka
3. Jika n = 1: maka terjadi pemblokiran
kerumitan fenomena fouling dapat dijelaskan
intermediate (intermediate blocking)
lebih mudah. Model mekanisme pemblokiran
4. Jika n = 0: maka terjadi filtrasi cake (cake
pertama kali diusulkan oleh Hermans dan Bredee
filtration)
(1936), yang kemudian ditinjau kembali oleh
Hermia (1982). Model ini hanya berlaku saat
Skema keempat model mekanisme fouling
kondisi pengoperasian bertekanan konstan, serta
tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 dan
ukuran panjang dan diameter pori membran
selanjutnya keempat model akan dijelaskan
mikrofiltrasi seragam. Dikarenakan model
secara lebih rinci.
pemblokiran mengacu pada terjadinya penurunan
fluks seiring dengan waktu akibat dari penutupan
pori-pori membran pada tekanan yang konstan,
10 Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 13, No. 1, 2019, hlm. 6-15

(4)

dengan A0 merupakan permukaan pori membran


awal atau dalam kondisi bersih sebelum
terjadinya pemblokiran (m2). Total volume
permeate, V (m3) yang dihasilkan pada waktu
tertentu dapat dihitung dengan Persamaan (5).

(5)

Sementara itu, Persamaan (5) harus


berhubungan antara hasil data penelitian di
lapangan dengan turunan volume pertama dan
kedua seperti pada Persamaan (6).

(6)

Gambar 2. Empat model mekanisme pemblokiran dengan nilai k = ka = KA J0.


pada membran mikrofiltrasi aliran searah

3.2 Pemblokiran Standar


3.1 Pemblokiran Keseluruhan
Pemblokiran standar terjadi pada saat molekul
Pemblokiran keseluruhan terjadi pada saat
yang tertahan lebih kecil dari diameter pori
partikel yang tertahan di atas permukaan
(dpartikel < dpori). Ukuran molekul yang lebih kecil
membran lebih besar dari diameter pori (dpartikel >
dari pori-pori membran menyebabkan beberapa
dpori). Ukuran partikel yang lebih besar akan
molekul akan teradsorpsi di dinding pori
menutupi keseluruhan pori dan fluks akan
membran. Akumulasi molekul kecil ini secara
menurun, sehingga terjadi mekanisme
bertahap akan memperkecil diameter pori,
pemblokiran keseluruhan. Partikel yang telah
sehingga fluks yang dihasilkan seiring waktu
menutupi pori tidak dapat digantikan atau digeser
akan semakin kecil. Mekanisme terjadi fouling
tempatnya oleh partikel baru yang datang ke
ini disebut juga penyempitan pori (pore
permukaan membran, sehingga proses fouling ini
constriction). Pada fenomena mekanisme fouling
bersifat tetap dan jumlah penurunan fluks diukur
ini, maka laju aliran volume selama periode
dari jumlah pori yang tidak tertutup oleh partikel.
waktu tertentu dapat dihitung dengan Persamaan
Berdasarkan kondisi tersebut, maka dapat
(7).
dihitung hubungan linear laju aliran volume
selama periode waktu tertentu dengan Persamaan (7)
(3).
Nilai kb yaitu konstanta pemblokiran standard
(3) -1
(s ) yang menunjukkan terjadinya penyempitan
dengan Q dan Q0 adalah laju aliran volume pada pori akibat akumulasi partikel di dalam dinding
periode waktu tertentu dan awal waktu (m3/s), pori, nilainya dapat dihitung berikut kb = KB J0,
sedangkan ka yaitu konstanta dari model dengan KB merupakan penurunan luas area pori
pemblokiran keseluruhan (s-1). Nilai ka = KA J0, per unit volume permeate yang melewati
dengan KA yaitu permukaan membran yang membran (m2/m3 atau m-1). Dari persamaan
terblokir per unit volume permeate yang tersebut dapat dihitung total volume permeate
melewati membran (m2/m3 atau m-1). Sedangkan pada waktu tertentu menggunakan Persamaan
J0 yaitu fluks saat kondisi bersih sebelum terjadi (8).
pemblokiran atau di awal filtrat (m3/m2.s atau (8)
m/s) yang dihitung menggunakan Persamaan (4).
Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 13, No. 1, 2019, hlm. 6-15 11

Karakteristik turunan kedua untuk fenomena mikroorganisme atau molekul yang tertahan
pemblokiran standar ditunjukkan pada Persamaan karena ukurannya lebih besar atau hampir sama
(9). dengan diameter pori membran. Ketebalan cake
akan meningkat seiring dengan waktu akibat dari
(9)
menumpuknya molekul-molekul di atas
permukaan membran. Laju alir volume dihitung
sehingga nilai k = 2kb / Q01/2 = 2KB J01/2 / A01/2.
dengan Persamaan (13).

3.2 Pemblokiran Intermediate (13)


Model mekanisme fouling ini mirip dengan
pemblokiran keseluruhan, yaitu molekul yang dengan nilai kc menunjukkan penutupan pori
tertahan akan menutupi diameter pori (dpartikel ≥ akibat terbentuknya cake di atas permukaan
dpori). Akan tetapi, molekul mampu melakukan membran, dan nilainya yaitu kc = (2Rr) KC J0.
superposisi artinya molekul yang menutupi ini Adapun KC menunjukkan area cake per unit total
ada kemungkinan digeser dan digantikan oleh volume permeate (m-1) dan Rr = Rc/Rm, adalah
molekul baru yang datang ke permukaan rasio perbandingan resistansi cake (Rc) terhadap
membran dan selanjutnya menutupi pori resistansi membran saat masih bersih (Rm). Total
membran. Pada fenomena pemblokiran volume permeate didapat dari Persamaan (14).
intermediate, maka perhitungan laju aliran
volume terhadap waktu menggunakan Persamaan (14)
(10).
Adapun persamaan karakteristik filtrasi cake
(10) ditunjukkan dengan Persamaan (15).

Oleh karena pemblokiran intermediate (15)


menyerupai pemblokiran keseluruhan dengan
dengan nilai k = kc/2Q02 = Rr KC/J0 A02.
perbedaan terletak pada kemampuan terjadi
superposisi molekul, sehingga konstanta yang
Pada filtrasi searah untuk partikel yang tidak
digunakan sama yaitu ka yang menunjukkan
dapat dimampatkan (incompressible) maka
terjadinya penutupan pori oleh molekul diatas
perhitungan ketebalan cake sebanding dengan
permukaan membran. Adapun perhitungan total
volume yang difilter dan nilai total resistansinya
volume permeate dihitung menggunakan
dihitung dengan Persamaan (16).
Persamaan (11).

(11) (16)

Sehingga persamaan model mekanisme dengan α adalah resistansi spesifik cake (m/kg),
pemblokiran intermediate menjadi Persamaan m adalah massa cake per area unit, dan cf adalah
(12). konstanta filtrasi cake sebagai sifat-sifat fisika
cake (kg/m3). Seiring dengan waktu maka
(12) penurunan fluks pada filtrasi cake dapat ditulis
persamaannya yakni Persamaan (17).
dengan nilai k = ka / Q0 = KA / A0.
(17)
3.2 Pemblokiran Standar
Mekanisme yang terakhir yaitu filtrasi cake. Untuk dapat membedakan setiap model
Model ini menggambarkan bahwa endapan mekanisme fouling pada membran mikrofiltrasi
partikel atau cake akan terbentuk diatas aliran searah berdasarkan persamaan
permukaan membran akibat banyak matematisnya, Tabel 2 meringkas
karakteristiknya berdasarkan nilai k dan n.
12 Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 13, No. 1, 2019, hlm. 6-15

Tabel 2. Ringkasan nilai n dan k untuk model mekanisme fouling mikrofiltrasi aliran searah
Hubungan
Mekanisme Fouling n k Konsep mekanisme
bentuk linier
Pemblokiran keseluruhan
2 ka = KA J0 Q = f (V) Pemblokiran pori
(complete blocking)
Pemblokiran standar
1,5 2kb / Q01/2 = 2KB J01/2/A01/2 Q1/2 = f (V) Penyempitan pori
(standard blocking)
Pemblokiran intermediate Pemblokiran pori dan
1 ka/Q0 = KA/A0 1/Q = f (t)
(intermediate blocking) endapan permukaan
Filtrasi cake Formasi endapan
0 kc/2Q02 = Rr KC/J0 A02 1/Q = f (V)
(cake filtration) permukaan

4. Mekanisme Fouling pada Filtrasi dengan nilai n dan k sebagai sifat fenomena
Aliran Silang fouling tiap model dengan nilai sama seperti pada
Pada mikrofiltrasi aliran silang (cross-flow), aliran searah dengan n = 2: pemblokiran
fenomena fouling jauh lebih rumit dijelaskan keseluruhan, n = 1,5: pemblokiran standar, n = 1:
dibandingkan pada aliran searah. Hal ini sama pemblokiran intermediate, dan n = 0: filtrasi
dengan model Brownian back diffusion yang cake. Untuk setiap kasus fenomena fouling, nilai
dapat menggambarkan fluks yang teramati di J* diartikan sebagai fluks kritis.
aliran searah tetapi tidak untuk aliran silang
karena hasil data penelitian di lapangan selalu 4.1 Pemblokiran Keseluruhan
lebih besar sehingga seringkali terjadi paradoks Diketahui bahwa pada filtrasi searah, untuk
fluks. Mengacu pada model mekanisme pemblokiran keseluruhan memiliki nilai n = 2,
pemblokiran di aliran searah, Field dkk. (1995) sehingga didapat –dJ/dt = kJ. Laju penghilangan
telah mengadaptasi perhitungan dari Hermia partikel dari tempat masuk pori pada aliran silang
(1982) untuk digunakan pada aliran silang. akan ditambahkan. Kecepatan melalui pori yang
Pendekatan ini cukup berhasil diterapkan pada tidak terblokir tidaklah berpengaruh, sehingga
mikrofiltrasi aliran silang. Fenomena fouling di penurunan fraksi pada fluks akan sama dengan
awal filtrasi akan cenderung menyerupai aliran penurunan fraksi pada area terbuka. Maka
searah hingga tercapai fluks kritis dalam kondisi persamaannya dapat ditulis seperti pada
stabil (steady-state) saat tekanan yang diberikan Persamaan (20).
konstan. Tulisan ini akan mengulas perhitungan
(20)
model pemblokiran yang diadaptasikan pada
filtrasi aliran silang. Untuk menghitung model
Dengan a menunjukkan area yang terbuka (m2)
persamaan yang umum untuk aliran silang,
atau pori yang tidak tertutupi oleh partikel,
pertama akan ditulis ulang Persamaan (2) dengan
sedangkan A0 = ε0 A, sebagai area yang terbuka
memasukkan persamaan (1) sehingga didapat
saat membran bersih dan ε0 diartikan porositas
Persamaan (18).
permukaan membran bersih. Adapun nilai a
dapat dihitung dengan Persamaan (21).
(18)
(21)
Selanjutnya mengacu konsep Persamaan (18),
akan didapat model persamaan yang berlaku Dengan menggabungkan Persamaan (20) dan
untuk keempat model fenomena fouling pada (21), maka akan didapat nilai fluks seiring
mikrofiltrasi aliran silang seperti Persamaan (19). dengan waktu seperti ditunjukkan pada
Persamaan (22).
(19)
(22)
Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 13, No. 1, 2019, hlm. 6-15 13

Jika aliran silang mengarah pada laju


penghilangan partikel secara konstan di tempat (27)
masuk pori, maka persamaan saat terjadi
penurunan fluks di area yang terbuka dapat Dengan demikian dari Persamaan (27), dapat
dimodifikasi menjadi Persamaan (23): ditambahkan fluks aliran silang dengan faktor ka,
sehingga persamaannya menjadi seperti
(23) Persamaan (28).

Dengan ka merupakan sifat model pemblokiran (28)


keseluruhan berupa konstanta yang berhubungan
4.2 Filtrasi Cake
dengan porositas membran dan laju penghilangan
Model mekanisme filtrasi cake pada
partikel per unit area (s-1), seperti halnya pada
mikrofiltrasi aliran silang untuk partikel yang
aliran searah. Oleh karena itu, Persamaan (23)
tidak bisa dimampatkan mengacu pada
dapat ditulis menjadi Persamaan (24).
Persamaan (17). Cake dapat mengalami erosi
(24) sehingga Persamaan (16) dapat ditulis ulang
menjadi Persamaan (29).

4.2 Pemblokiran Standar (29)


Untuk mendapatkan persamaan pada filtrasi
dengan S adalah laju erosi dari cake per area unit
aliran silang, maka penurunan rumus berasumsi
(kg/m2.s). Diasumsikan S tidak berubah seiring
bahwa volume pori menurun akibat dari
dengan waktu, sehingga Persamaan (29) dapat
pengendapan partikel di dalam pori untuk model
ditulis menjadi Persamaan (30).
mekanisme pemblokiran standar. Maka hubungan
linier antara t dan t/V terjadi pada filtrasi aliran
(30)
searah. Jika dibuat persamaan pada filtrasi aliran
silang, didapat persamaan penurunan fluks Denfan demikian, didapat Persamaan (31).
seperti Persamaan (25).
(31)
(25)
Jika dituliskan bahwa G = αcf /(J0Rm) dan J* =
Berdasarkan persamaan (18), nilai n = 3/2 agar
S/cf, maka Persamaan (31) dapat ditulis menjadi
berlaku seperti yang didefinisikan oleh Hermia
Persamaan (32).
(1982) menjadi Persamaan (26).
(32)
(26)
dengan J* sebagai fluks kritis.
Diasumsikan model mekanisme ini tidak akan
berubah banyak pada aliran silang, disebabkan Pada realitas di lapangan, biasanya terjadi
partikel yang mengendap di dalam internal pori lebih dari satu mekanisme fouling sehingga
tidak terpengaruh banyak oleh laju alir umpan. keempat model pemblokiran baik pada filtrasi
searah maupun filtrasi aliran silang belum tentu
4.2 Pemblokiran Intermediate sesuai jika hanya satu model yang digunakan.
Pada model mekanisme pemblokiran
intermediate, bahwa setiap partikel ada 5. Kesimpulan
kemungkinan terjadi superposisi sehingga hal ini Pada proses filtrasi menggunakan membran
diperhitungkan, maka persamaannya dapat ditulis mikrofiltrasi, terdapat kemungkinan beberapa
seperti Persamaan (27). model mekanisme fouling yang dapat terjadi. Hal
ini dipengaruh oleh banyak faktor. Adapun model
14 Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 13, No. 1, 2019, hlm. 6-15

pemblokiran dapat digunakan untuk kc : konstanta dari model filtrasi cake (s-1)
menerangkan mekanisme fouling membran KA : permukaan membran yang terblokir per
mikrofiltrasi saat kondisi operasional bertekanan unit volume permeate di pemblokiran
tetap dan ukuran pori yang seragam baik panjang keseluruhan atau intermediate (m2/m3 atau
maupun diameternya. Secara garis besar, m-1)
persamaan umum untuk model mekanisme KB : penurunan luas area pori per unit volume
fouling pada filtrasi aliran searah menggunakan permeate (m2/m3 atau m-1)
membran mikrofiltrasi sebagai berikut: KC : luas area cake per unit volume permeate
(m2/m3 atau m-1)
R : total resistansi saat filtrasi atau hidraulik
resistansi (m-1)
Persamaan umum untuk filtrasi aliran silang yang Rr : rasio resistansi cake terhadap resistansi
didasarkan pada kondisi awal filtrasi hingga membran
tercapai fluks kritis dalam kondisi stabil dapat Rm : resistansi membran saat bersih (m-1)
mengadopsi model pemblokiran pada filtrasi Rc : resistansi cake saat terjadi filtrasi cake
searah yaitu (m-1)
ε0 : porositas permukaan membran
cf : konstanta filtrasi cake (kg/m3)
α : resistansi spesifik cake (m/kg)
dengan nilai n dan k sebagai sifat fenomena
fouling tiap model. Pada saat n = 2 terjadi
pemblokiran keseluruhan, n = 1,5 terjadi
Daftar Pustaka
pemblokiran standar, n = 1 terjadi pemblokiran Amosa, M.K., Alkhatib M., Jami M.S., and
intermediate, dan n = 0 terjadi filtrasi cake. Serta Majozi T., 2017, Cake compressibility
saat aliran silang J* diartikan sebagai fluks kritis. analysis of BPOME from a hybrid adsoprtion-
microfiltration process, Water Environ. Res.,
Daftar Notasi 292-300.
Baker, R.W., 2004, Membrane Technology and
J : fluks permeate (m3/m2.s atau m/s)
Applications, John Willey & Sons, Ltd,
J0 : fluks permeate di awal waktu (m3/m2.s atau
second ed, Sussex, England.
m/s)
Botstein, D., and Fink, G.R., 2011, Yeast: an
J* : fluks kritis permeate pada aliran silang
experimental organism for 21st century
(m3/m2.s atau m/s)
biology, Genetics, 189, 695-704.
V : volume permeate (m3)
Bowen, W.R., Calvo, J.I., and Hernández, A.,
A : luas permukaan membran (m2)
1995, Steps of membrane blocking in flux
A0 : luas permukaan membran saat membran
decline during protein microfiltration, J.
bersih (m2)
Membr. Sci., 101, 153-165.
a : luas area permukaan membran yang tidak
Broeckmann, A., Busch, J., Wintgens, T., and
tertutupi partikel pada pemblokiran
Marquardt, W., 2006, Modeling of pore
keseluruhan (m2)
blocking and cake layer formation in
n : derajat sifat fouling tiap model
membrane filtration for wastewater treatment,
t : waktu (s)
Desalination, 189, 97-109.
Q : laju aliran volume saat filtrasi (m3/s)
Chandler, M., and Zydney, A., 2006, Effects of
Q0 : laju aliran volume di awal waktu (m3/s)
membrane pore geometry on fouling behavior
k : sifat dari fouling tiap model
during yeast cell microfiltration, J. Membr.
ka : konstanta dari model pemblokiran
Sci., 285, 334-342.
keseluruhan atau intermediate (s-1)
Chen, W.H., Hsieh, Y.H., Tung, K.L., Li, Y.L.,
kb : konstanta dari model pemblokiran standar
Lai, S.C., and Lin, S.J., 2010, An integrated
(s-1)
Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 13, No. 1, 2019, hlm. 6-15 15

fouling monitoring technique for a water Rayess, Y.E., Albasi, C., Bacchin, P., Tailandier,
treatment microfiltration process, Chem. Eng. P., Peuchot, M.M., and Devatine, A., 2012,
Technol., 33 (8), 1269-1275. Analysis of membrane fouling during cross-
Devianto, L.A., Aprilia, D.N., Indriani D.W., flow microfiltration of wine, Innov. Food Sci.
Sukarni, S., Sumarlan, S.H., Wibisono, Y. Emerg. Technol., 16, 398-408.
(2018) Marine microalge Nannochloropsis Shalahuddin, I., 2008, Dead end microfiltration
oculata biomass harvesting using of crosslinked Saccharomyces cerevisiae
ultrafiltration in cross-flow mode, IOP Conf suspensions, Master Thesis, Chung Yuan
Ser Earth Environ , 131 (1), 012042. Christian University, Taiwan.
Field, R.W., Wu, D., Howell, J.A., and Gupta, Tung, K.L., Li, Y.L., Hwang, K.J., and Lu,
B.B., 1995, Critical flux concept for W.M., 2008, Analysis and prediction of
microfiltration fouling, J.Membr. Sci., 100, fouling layer structure in microfiltration,
259-272. Desalination, 234, 99-106.
Foley G, 2006, A review of factors affecting Wibisono, Y., 2014a, Two-phase flow for fouling
filter cake properties in dead-end control in membranes, PhD Thesis, University
microfiltration of microbial suspensions, J. of Twente, The Netherlands.
Membr. Sci., 274, 38-46. Wibisono, Y., Cornelissen, E.R., Kemperman,
Gabrus, E., and Szaniawska, D., 2009, A.J.B., Van der Meer, W.G.J., and Nijmeijer,
Application of backflushing for fouling K., 2014b, Two-phase flow in membrane
reduction during microfiltration of yeast processes: a technology with a future, J.
suspensions, Desalination, 240, 46-53. Membr. Sci., 453, 566-602.
Grenier A, Meireles M, Aimar P, Carvin P. 2008. Wibisono, Y., Ahmad, F., Cornelissen, E.R.,
Analysing flux decline in dead-end filtration. Kemperman, A.J.B., Nijmeijer, D.C., 2016,
Chem. Eng. Res. Des., 86, 1281-1293. Dominant factors controlling the efficiency of
Hermans, P.H., and Bredee, H.L., 1936, two-phase flow cleaning in spiral-wound
Principles of the mathematical treatment of membrane elements, Desalin. and Water
constant pressure filtration, J.Soc. Chem. Treat., 57 (38), 17625-17636.
Indust., 55(1), 1-11. Wibisono, Y., Sucipto, S., Perdani, C.G., Astuti,
Hermia, J., 1982, Constant pressure blocking R., Dahlan, M., 2018a, Halal compliance on
filtration laws – Application to power-law drinking water industries: a future perspective,
non-Newtonian fluids, Trans.Inst. Chem. dalam: Muhammad Hashim N., Md Shariff
Eng., 60, 183-187. N., Mahamood S., Fathullah Harun H.,
Marroquin, M., Vu, A., Bruce, T., Shahruddin M., Bhari A. (eds.) Proceeding of
Wickramasinghe, S.R., Zhau, L., and Husson, the 3rd International Halal Conference
S.M., 2014, Evaluation of fouling (INHAC2016), Springer, Singapore.
mechanisms in asymmetric microfiltration Wibisono, Y., Faradilla, A., Utoro, P.A., Sukoyo,
membranes using advanced imaging, J. A., Izza, N., Dewi, S.R., 2018b, Anti-
Membr. Sci., 465, 1 – 13. biofoulan Alami Moringa oleifera Sebagai
Ogunbiy, O.O., Miles, N.J., and Hilal, N., 2008, Bahan Pengisi Membran Mixed Matrix
The effects of performance and cleaning Selulosa Asetat untuk Klarifikasi Jus Buah, J.
cycles of new tubular ceramic microfiltration Rekayasa Kimia dan Lingkungan, 13 (2), 100-
membrane fouled with a model yeast 109.
suspension, Desalination, 220, 273-289.

You might also like