You are on page 1of 15

JURNAL PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN

Volume 01 Nomor 01 - Bulan Februari 2023

KONSEP RANCANGAN KAWASAN WISATA SEJARAH


PERKOTAAN DI KOTA METRO

Ahmad Fauzan Andika Harmawan1, Fran Sinatra2, Hafi Munirwan3


123
Institut Teknologi Sumatera, Jati Agung, Lampung Selatan

1
Email : ahmad.118220113@student.itera.ac.id

ABSTRACT

The mission of the Acts on The Protection of Cultural Heritage in the Acts of The Republic of Indonesia No. 11
concerning the Protection of Cultural Heritage in 2010 emphasizes the importance of protecting cultural
heritage as a result of past civilizations. In that, from the perspective of the importance of protecting cultural
heritage for regional or national interests, the existence of cultural heritage protection is closely related to the
past history of the nation itself. This is because the protection of cultural heritage contains information from
the past, especially the results of civilization and culture that reflect the values and noble values of the nation.
Therefore, through the protection of cultural heritage, people living in the present and the future must be able
to recognize and learn the value of inherited cultural processes. The journal with the title “Designing Concept
of Urban Heritage Tourism Area in Metro City" is located in the heart of Metro City which is located in Sub
district of Metro and Sub district of Imopuro, Central Metro District and Sub district of Yosorejo, East Metro
District. This journal examines the design of the historical tourist area of Metro City with historical tourism
with the theme "The First City in Indonesia Built with the Purpose of being a Transmigration Destination
Area". Researched using aspects of urban design, tourism, and protection of cultural heritage.

Keywords: Cultural Urban Tourism, Urban Design, Urban Heritage.

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Menurut Shirvani (1985), urban design (perancangan kota) terdiri dari 8 (delapan) elemen,
antara lain penunjuk jalan (signage), ruang terbuka, jalur pejalan kaki, guna lahan, bentuk
dan massa bangunan, sirkulasi dan perparkiran, pendukung kegiatan, serta preservasi.
Preservasi dilakukan ketika mengembangkan wisata sejarah perkotaan. Preservasi dalam
perancangan kota di Indonesia dapat dilakukan dengan perlindungan terhadap bangunan
bersejarah yang berasal dari amanat UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya..
Jika ingin melakukan preservasi warisan sejarah dan budaya perkotaan, maka kita harus
mencari tahu apa itu warisan sejarah dan budaya. Dalam analisis Fadhil (2012) tentang
warisan budaya, istilah "warisan budaya" mengacu pada warisan budaya berwujud dan
warisan budaya non-fisik (Tangible and intangible cultural heritage). Keduanya
menciptakan kesinambungan yang baik untuk kemajuan satu bangsa tertentu.Terutama
untuk mengembangkan pariwisata perkotaan berbasis wisata kota pusaka.
Untuk mengembangkan pariwisata perkotaan sendiri perlu dikaji dari aspek penawaran
(supply) dan permintaan (demand) yang ada, terutama supply pariwisata. Menurut Cooper
(1993, dalam Suwena (2010)), untuk memenuhi semua persyaratan sebuah tempat wisata,
suatu daya tarik wisata tadi wajib tersedia dengan 4 (empat) aspek supply pariwisata atau

Received 27 Feb 2023 | Accepted 27 Feb 2023 | Published 27 Febr 2022


OJS (Open Journal Systems) | PKP (Public Knowledge Project) © 2021 ITERA, ASPI dan IAP
Ahmad Fauzan Andika Harmawan et al, Konsep Rancangan Kawasan …

disebut dengan “4A”, yaitu: attraction (atraksi), accessbility (aksesbilitas), amenities


(fasilitas), dan ancilliary (pelayanan tambahan).
Sebagai pusat transmigrasi pertama di Indonesia, Kota Metro didirikan pada tahun 1937
oleh pemerintah Hindia Belanda dan telah berdiri selama 85 tahun hingga tulisan ini dibuat.
Penetapan Hari Jadi Kota Metro didasarkan pada dibangunnya suau desa sebagai tempat
untuk menampung orang-orang transmigran sementara di sebuah induk kolonisasi yang
baru dibangun dengan nama Trimurjo. Kemudian, pada hari Minggu, 7 April 1936, para
transmigran dibagikan beberapa tanah pekarangan sebagai tempat tinggal sementara
mereka. Pemerintah Hindia Belanda menyiapkan daerah baru ini dengan sangat terencana
dengan peruntukan lahan sebagai perumahan, perkantoran, lapangan, pasar, lahan
pertanian, dan penggunaan lahan untuk keperluan lainnya yang telah berkualitas.
Dalam rangka mewujudkan visinya menjadi kota pendidikan di Provinsi Lampung, Kota
Metro kini bergerak di bidang pembangunan perkotaan. Termasuk dari segi pelestarian
cagar budaya, Baru-baru ini Walikota Metro, Wahdi Sirajuddin membentuk Tim Ahli
Cagar Budaya (TACB) Kota Metro untuk melindungi bagunan bersejarah di kota Metro.
Termasuk diantaranya mersemikan dua bangunan sebagai bangunan cagar budaya di Metro
pada Selasa, 8 Juni 2021. Bangunan yang diresmikan adalah Dokterswoning (Rumah
Dokter Kolonial Belanda) yang terletak di Jalan Brigjen Sutiyoso, tepat di depan
Sekretariat TACB Metro dan Klinik Santa Maria (sebelumnya bernama Roomsch
Katholieke Missie, didekasikan untuk St. Elisabeth), klinik milik Misi Katolik Belanda;
Yayasan St. Georgius yang berpusat di Kabupaten Pringsewu yang saat ini menjadi Rumah
Sakit Ibu dan Anak atau Rumah Bersalin Santa Maria yang terletak di Jalan Sosro Sudarmo,
di samping Gereja Katolik Paroki Hati Kudus Yesus Kota Metro. TACB Metro sendiri
dibentuk melalui SK Walikota Nomor 743/KPTS/D-01/2020 sebagai pelaksanaan amanat
UU Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya.
2. Perumusan Masalah
Dahulu sebelum Tim Ahli Cagar Budaya Kota Metro terbentuk, bangunan bersejarah pada
Kota Metro tidak dianggap sebagai aset bernilai tinggi sebagai nilai sejarah pembentukan
kota ini, yang diperkuat dengan kurangnya kebijakan pemerintah untuk memantau,
melindungi dan melestarikan bangunan bersejarah, juga perilaku masyarakat yang acuh tak
acuh dengan warisan peninggalan kolonial pada kotanya. Kota Metro sudah melahirkan
benda-benda peninggalan sejarah cikal bakal pusat transmigrasi di Lampung yang hampir
terbengkalai. Beberapa bangunan bekas pemerintahan Hindia Belanda yang sudah berjasa
menciptakan Kota Metro sebagai kota transmigrasi pertama di Indonesia saat ini
kondisinya memprihatinkan bagi siapapun yg memandang, dengan bangunan yang usang,
tak terawat, bahkan dipakai secara ilegal.
Berdasarkan latar belakang diatas dan permsalahan yang telah dijabarkan, perbedaan
mendasar antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu peneliti ingin
mengidentifikasi tentang wisata pusaka di Kota Metro sebagai pusat transmigrasi di
Lampung pada masanya dengan mengidentifikasi sebaran, potensi, dan masalah yang ada
pada cagar budaya di Metro serta mengidentifikasi potensi wisata sejarah di Kota Metro
dari segi warisan budaya perkotaan (Urban Heritage), dan perancangan kota (Urban
Design). Dari kedua penjabaran aspek diatas menghasilkan keterbaharuan penelitian, yaitu

2 Volume 01 Nomor 01 - Bulan Februari- © 2023 ITERA, ASPI dan IAP


Ahmad Fauzan Andika Harmawan et al, Konsep Rancangan Kawasan…

Kawasan Wisata Sejarah yang berbasis wisata perkotaan (Urban Tourism) sesuai dengan
aspek penawaran (supply) pariwisata dengan lokasi Kota Metro sebagai kota transmigrasi
pertama di Indonesia. Maka dari permasalahan diatas pertanyaan penelitian yang muncul
adalah :
A. Bagaimanakah sebaran, potensi dan/atau jenis warisan budaya peninggalan masa
transmigrasi pada kawasan bersejarah di Kota Metro?
B. Bagaimanakah potensi wisata sejarah di Kota Metro dari segi budaya perkotaan
(Urban Heritage), dan perancangan kota (Urban Design) sehingga dapat
mewujudkan kawasan pusaka berbasis wisata perkotaan (Urban Tourism) sesuai
dengan elemen rancang kota dan aspek supply pariwisata sebagai kota transmigrasi
pertama di Indonesia?
C. Bagaimanakah konsep perancangan kawasan wisata sejarah perkotaan di Kota
Metro?
3. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dijelaskan diatas, tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menyusun konsep perancangan kawasan wisata sejarah di Kota Metro sebagai
kota transmigrasi pertama di Indonesia. Adapun sasaran dari penelitian ini adalah:
A. Teridentifikasinya sebaran, potensi, dan/atau jenis warisan budaya peninggalan
masa transmigrasi atau bangunan bersejarah di kawasan cagar budaya kota Metro.
B. Teridentifikasinya potensi dan persoalan kawasan pusaka Kota Metro berdasarkan
elemen rancang kota dan aspek supply pariwisata.
C. Terpilihnya konsep perancangan kawasan wisata sejarah perkotaan di Kota Metro.
4. Teori
Dalam pembahasan tentang lingkup perancangan kota, Shirvani (1985) menjelaskan, dalam
menentukan aspek-aspek fisik kota, perlu dirumuskan terlebih dulu cakupan bidang
perancangan kota. perancangan kota dalam hal ini didefinisikan sebagai bagian dari proses
perencanaan kota yang berkaitan dengan kualitas fisik lingkungan kota. Ruang lingkup
perancangan kota dapat didefinisikan dari tampaknya bangunan-bangunan yang ada di kota
sampai pada ruang publik yang terletak diantara bangunan-bangunan. Dengan kata lain,
ruang lingkup tersebut mencakup ruang-ruang pada bangunan-bangunan dan diantara
bangunan-bangunan. Dalam hal ruang-ruang terbuka tersebut, berdasarkan pendapat
Wilson, dkk. (1970, dalam Shirvani (1985)), ruang-ruang dikelompokan menjadi empat
bagian, yaitu:
a. Pola dan citra internal yang mendefinisikan ruang terbuka diantara bangunan dalam
suatu kota, terutama dalam hal focal points, viewpoints, landmarks, dan pola gerak;
b. Bentuk dan citra eksternal yang menitikberatkan pada skyline (garis langit) kota, serta
citra kota;
c. Sirkulasi dan perparkiran yang mendefinisikan karakteristik jalan yang berupa kualitas
pemeliharaan jalan, kepadatan ruang, tatanan, tingkat kemonotonan, kejelasan rute,
orientasi ke tujuan, keselamatan, dan kemudahan gerakan, serta persyaratan dan lokasi
perparkiran;

Volume 01 Nomor 01 - Bulan Februari - © 2023 ITERA, ASPI dan IAP 3


Ahmad Fauzan Andika Harmawan et al, Konsep Rancangan Kawasan …

d. Kualitas lingkungan yang berkaitan dengan (9) sembilan faktor, yaitu kecocokan
penggunaan, kehadiran unsur alam, jarak ke ruang terbuka, visual dari fasad jalan,
kualitas pandangan, kualitas pemeliharaan, kebisingan, dan iklim setempat.
Unsur -unsur tersebut, dijelaskan oleh Shirvani (1985), meliputi delapan butir, yaitu:
a. Guna Lahan
b. Bentuk dan Massa Bangunan
c. Sirkulasi dan Perparkiran
d. Ruang Terbuka
e. Jalur Pedestrian
f. Pendukung Kegiatan
g. Perpapanan/Nama (Signage)
h. Preservasi.
Untuk melakukan perlindungan cagar budaya yang ada, maka dilakukanlah preservasi.
Bersumber dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Preservasi berasal dari bahasa
Inggris yang berarti pemeliharaan atau pengawetan. Preservasi adalah suatu upaya
perlindungan warisan-warisan budaya bersejarah untuk mengurangi kerusakan fisik dan
non-fisik dengan tujuan untuk menghindari kehilangan informasi penting tentang suatu
kebudayaan yang terdapat di dalamnya.
Sedangkan konservasi berasal dari bahasa Inggris yang berarti pelestarian atau
perlindungan. Konservasi dapat berarti sebagai upaya pelestarian (sebagai contoh
pelestarian lingkungan), tetapi tetap dengan memikirkan nasib jangka panjang
keberlanjutan dari setiap komponen lingkungan tersebut.
Menurut Regensburg (2011), pelestarian warisan budaya perkotaan menjadi permasalahan
yang berkembang cukup signifikan. Tujuan dilakukannya pelestarian ini cenderung kepada
bagaimana menyeimbangkan antara pelestarian nilai yang ada pada warisan budaya kota
dengan pembangunan ekonomi, sosial dan budaya. Menurut Fadhil (2012, dalam
UNESCO, 1972), dalam jenis-jenis warisan budaya, kita mengenal adanya warisan budaya
berupa warisan budaya benda (Tangible cultural heritage) maupun warisan budaya tak
benda (Intangible cultural heritage).
Menurut Page (1995), sebagai fenomena kepariwisataan dunia saat ini yang menjadikan
kota sebagai daya tarik wisata, kota dilihat sebagai suatu tahapan yang rumit yang
berhubungan dengan budaya, gaya hidup, dan beberapa tuntutan yang berbeda terhadap
liburan dan perjalanan. Page (1995) juga menjelaskan akibat dari perkembangan tourism
urbanization, teridentifikasi tipologi bagi pariwisata perkotaan sebagai berikut :
1) Ibu kota (Paris, London, New York, Jakarta, Bandung) dan Kota Budaya (Roma,
Yogyakarta).
2) Pusat Metropolitan (Jakarta), kota sejarah (Rengasdengklok), dan kota- kota
pertahanan.
3) Kota-kota sejarah yang besar (Oxford, Cambridge, Venesia, Jakarta)
4) Daerah dalam kota (Manchester)
5) Daerah waterfront yang direvitalisasi (London Dockland, Taman Impian Jaya
Ancol)
6) Kota-kota industri (Bradford, Bekasi, Karawang)

4 Volume 01 Nomor 01 - Bulan Februari- © 2023 ITERA, ASPI dan IAP


Ahmad Fauzan Andika Harmawan et al, Konsep Rancangan Kawasan…

7) Resor tepi laut (Pangandaran) dan resor olahraga musim dingin (Lillehamer)
8) Kawasan wisata hiburan (Disneyland, Las Vegas, Taman Impian Jaya Ancol).
9) Pusat pelayanan wisata khusus (destinasi ziarah: Lourdes, Cirebon, Demak; Spa:
Denpasar).
10) Kota seni/budaya (Florence, kota-kota di Bali, Bandung).
Tipologi lain dikemukakan oleh Law (1996) yang mengelompokkan pariwisata perkotaan
ke dalam empat kategori, yaitu:
1) Ibukota: memiliki peran administratif dan bisnis yang dapat menarik wisatawan.
Biasanya memiliki museum nasional, bangunan, dan monumen memiliki nilai
sejarah nasional.
2) Kota-kota industri: karakter dan citra industrial menjadi daya tarik bagi wisatawan.
3) Kota dengan high-amenities: memiliki beragam fasilitas dari mulai pemandangan
alam, hiburan, sampai bisnis yang dapat menarik wisatawan.
4) Kota-kota daya tarik utama: kota yang fokus pada wisatawan dari luar
daerah/negara, biasanya kota dengan multifungsi.
Menurut Sunaryo (2013) menjelaskan bahwa komponen-komponen utama dalam sebuah
destinasi adalah 4A, yaitu atraksi, amenitas, aksesibilitas, infrastruktur pendukung, dan
kelembagaan. Sedangkan menurut Zakaria & Suprihardjo (2014) supply dan demand
pariwisata mencakup segala sesuatu yang ditawarkan kepada wisatawan meliputi lima
aspek, yaitu atraksi wisata, akomodasi, transportasi, infrastruktur, dan fasilitas pendukung.
Untuk menyimpulkan beberapa pemahamam para ahli diatas dalam pemahaman tentang
aspek penawaran pariwisata (supply) atau Daya Tarik Wisata (DTW) yang juga disadur
dari Cooper (1993) dan Medlik (1980, dalam Ariyanto, 2005) mengemukakan bahwa untuk
memenuhi segala kebutuhan dan pelayanan tersebut, suatu daerah tujuan wisata tersebut
harus didukung oleh 4 (empat) komponen utama dalam pariwisata atau biasanya dikenal
dengan istilah “4A” yang harus dimiliki oleh sebuah daya tarik wisata.
5. Sintesa Variabel
Tabel 1 Sintesa Variabel

No. Sasaran Variabel Sub-Variabel Keterangan


1. Teridentifikasinya Urban Warisan Budaya Melakukan
sebaran, potensi dan jenis Heritage Klasifikasi Warisan
warisan budaya di kota Budaya sesuai
Metro. dengan arahan
Undang-Undang
Nomor 10 Tahun
2010 tentang Cagar
Budaya.
2. Teridentifikasinya Urban Design 8 Elemen Shirvani Potensi & Masalah
potensi dan persoalan Urban Tourism Aspek-aspek Kawasan dan Potensi
kawasan pusaka Kota supply pariwisata Pengembangan
Metro berdasarkan Kawasan Wisata dari
elemen rancang kota dan Potensi Daya Tarik
aspek supply pariwisata. Cagar Budaya.

Volume 01 Nomor 01 - Bulan Februari - © 2023 ITERA, ASPI dan IAP 5


Ahmad Fauzan Andika Harmawan et al, Konsep Rancangan Kawasan …

3. Terpilihnya konsep Urban Design Perancangan Kota Studi Preseden &


perancangan kawasan Secara Kriteria Penerapan
wisata pusaka sejarah Substansial. Konsep
perkotaan di Kota Metro.
Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2021
B. METODE PENELITIAN
1. Metode Pendekatan Penelitan
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dilihat dari jenis datanya adalah
pendekatan deduktif serta metode penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Sudjana dan
Ibrahim (1989), dengan menggunakan metode ini, peneliti lebih mampu mengumpulkan
data historis dan mengidentifikasi aspek-aspek relevan yang terhubung dengan masalah
yang sedang dipelajarinya. Peneliti kemudian dapat menyortir data yang telah mereka
kumpulkan dan melakukan analisis yang sejalan dengan teori yang digunakan dalam
penelitian untuk menarik kesimpulan tentang masalah yang sedang mereka pelajari.
2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu data primer dan
sekunder. Dilakukan dengan mengumpulkan data mentah dengan observasi lapangan dan
wawancara dengan berbagai instansi terkait penelitian. Juga data sekunder dikumpulkan
melalui survey kepada stakeholder terkait dan penelitian olah pustaka.
3. Metode Pengambilan Sampel
Menurut Sugiyono (2011), Populasi adalah cakupan wilayah yang terdiri dari
obyek/subyek yang mempunyai sifat dan karakteristik tertentu yang dicatat oleh peneliti
sebagai bahan penelitian untuk dikaji dan dievaluasi temuannya. Sebaliknya, Sampel
adalah bagian dari ukuran dan karakteristik populasi yang relevan. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini dikenal dengan istilah non-probability
sampling, artinya tidak memberikan peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unit atau
anggota populasi untuk menjadi sampel.
Dalam menentukan jumlah sampel, peneliti menggunakan metode purposive sampling
yang termasuk dalam non-probability sampling. Menurut Sugiyono (2011), purposive
sampling adalah cara pengambilan sampel dengan menetapkan ciri yang sesuai dengan
tujuan.
4. Metode Analisis Data
Metode Analisis Data dilakukan per sasaran yang dijabarkan sebagai berikut:
1) Sasaran 1 (Identifikasi Warisan Budaya Peningalan Masa Transmigrasi di Kota
Metro) Analisis yang dilakukan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif.
Analisis identifikasi warisan budaya ini dilakukan untuk mengidentifikasi sebaran,
potensi, dan/atau jenis warisan budaya yang ada dengan melakukan observasi,
wawancara kepada pihak terkait, dan olah pustaka. Data yang disajikan berupa data
warisan budaya benda dan tak benda Kota Metro (tangible & intangible).
2) Sasaran 2 (Identifikasi Potensi dan Persoalan Kawasan Pusaka Kota Metro
Berdasarkan Elemen Rancang Kota dan Analisis Supply Pariwisata) Analisis yang
dilakukan berupa analisis perancangan kota, analisis SWOT dan analisis spasial yang
bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik fisik kawasan dengan menganalisis
aspek-aspek fisik lingkungan alamiah dan binaan, dan analisis terhadap sosial, budaya,

6 Volume 01 Nomor 01 - Bulan Februari- © 2023 ITERA, ASPI dan IAP


Ahmad Fauzan Andika Harmawan et al, Konsep Rancangan Kawasan…

dan lingkungan sekitar. dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif.


Data yang disajikan adalah dalam bentuk deskriptif dan ada yang disajikan dalam
bentuk peta tiap aspek nya untuk mengidentifikasi karakteristik fisik kawasan.
3) Sasaran 3 (Penyusunan Konsep Perancangan Kawasan Wisata Pusaka Sejarah
Perkotaan di Kota Metro) Hasil analisis berupa hasil rancangan dalam bentuk dua
dimensi (2D) dan tiga dimensi (3D) yang dijelaskan menggunakan metode analisis
deskriptif eksplanasi yaitu dengan menjelaskan hasil rancangan.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Identifikasi Warisan Budaya Peningalan Masa Transmigrasi di Kota Metro
Pada analisis Identifikasi Cagar Budaya terdiri dari dua bagian pengelompokan yaitu
Warisan Budaya Nyata (Tangible Cultural Heritage) atau disebut Cagar Budaya. Pada
bagian ini dibagi lagi menjadi empat bagian, yaitu warisan budaya yang tidak bisa bergerak
(immovable) yang berupa cagar budaya spasial yang berupa pembagian sistem bedeng, dan
bangunan cagar budaya (BCB) yang berupa:
 Dokterswoning (Rumah Dokter Belanda)
 Klinik Santa Maria
 Health Centre, dan
 Rumah Asisten Wedana
Lalu ada struktur cagar budaya yang berupa Menara Masjid Taqwa, Sumur Putri, Jalan
Raya dan Irigasi serta warisan budaya yang bisa bergerak (movable) yang berupa
komoditas di daerah transmigrasi dan benda cagar budaya yang dipamerkan di Rumah
Informasi Sejarah Dokterswoning dan Galeri Museum Mini Klinik Santa Maria. Berikut
adalah persebaran cagar budaya yang ada di dalam kawasan perancangan.

Volume 01 Nomor 01 - Bulan Februari - © 2023 ITERA, ASPI dan IAP 7


Ahmad Fauzan Andika Harmawan et al, Konsep Rancangan Kawasan …

Gambar 1 Peta Sebaran Cagar Budaya yang Ada Di Dalam Kawasan Perancangan

Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2022

Lalu juga ada Warisan Budaya Maya (Intangible Cultural Heritage) dengan pencapaian
berupa teridentifikasinya sebaran, potensi, dan/atau jenis cagar budaya peninggalan masa
transmigrasi di Kota Metro. Hal yang dilakukan adalah mengidentifikasi Intangible
Cultural Heritage baik kearifan lokal Kota Metro, kebudayaan yang dibawa oleh para
transmigran, atau akulturasi dari keduanya yang dapat ditemui di Kota Metro dan/atau Citra
Kawasan Cagar Budaya. Untuk kearifan lokal Kota Metro sendiri adalah warisan budaya
Lampung Pepadun Abung Siwo Mego yang berupa:
A. Nuwo (Rumah Adat) Pepadun dan Sessat Agung (Balai Adat),
B. Tari Cangget,
C. Tari Ngigel,
D. Begawi (Upacara Adat) Cakak Pepadun (Pemberian Gelar),
E. Kain Tapis,
F. Sulam Usus,

8 Volume 01 Nomor 01 - Bulan Februari- © 2023 ITERA, ASPI dan IAP


Ahmad Fauzan Andika Harmawan et al, Konsep Rancangan Kawasan…

G. Kerajinan Tembikar,
H. Seruit, dan
I. Gulai Taboh.
Untuk seni budaya yang dibawa oleh para transmigran ada Gamelan Jawa, Jatilan, Reog,
Wayang Kulit dan keterampilan dalam membuat ornamen hiasan khas Jawa.
2. Identifikasi Potensi dan Persoalan Kawasan Pusaka Kota Metro Berdasarkan
Elemen Rancang Kota dan Analisis Supply Pariwisata
Pada Bagian ini dilakukan identifikasi potensi dan persoalan kawasan pusaka Kota Metro
berdasarkan elemen rancang kota dan analisis supply pariwisata dengan elemen dan aspek
yang berupa Guna Lahan, Bentuk dan Massa Bangunan, Ruang Terbuka Publik, Preservasi,
Atraksi, Aksesibilitas, Fasilitas dan Pelayanan Tambahan dengan peta deliniasi kawasan
perancangan sebagai berikut.

Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2022


Gambar 2 Peta Kawasan Perancangan

Lalu dilakukan analisis SWOT dari tiap kedelapan elemen dan aspek sehingga
menghasilakn isu beserta tujuan pengembangan kawasan perancangan didapatkan dari

Volume 01 Nomor 01 - Bulan Februari - © 2023 ITERA, ASPI dan IAP 9


Ahmad Fauzan Andika Harmawan et al, Konsep Rancangan Kawasan …

hasil SWOT yang telah dilakukan. Isu strategis pengembangan kawasan perancangan
adalah :
“Dibutuhkannya perbaikan sarana dan prasarana penunjang wisata untuk mendukung
kegiatan walking tour pada kawasan wisata sejarah Kota Metro”.
Dengan tujuan sebagai berikut:
“Mengembangkan kawasan wisata sejarah Kota Metro dengan mengembangkan daya
tarik wisata yang ada dan melakukan perbaikan pada sarana dan prasarana penunjang
wisata untuk mendukung kegiatan walking tour pada kawasan wisata sejarah Kota
Metro”.
3. Penyusunan Konsep Perancangan Kawasan Wisata Sejarah Perkotaan di Kota
Metro
Berdasarkan pada ide dasar yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka dirumuskan sebuah
visi bagi pengembangan kawasan wisata sejarah Kota Metro, yaitu:
“Mewujudkan Konsep Non-Motorized Heritage Trail pada Kawasan Wisata Sejarah Kota
Metro”
Diharapkan kawasan wisata sejarah Kota Metro menjadi ruang publik baru yang menarik
minat pengunjung dengan konsep non-motorized heritage trail. Konsep non-motorized
heritage trail ini merupakan sebuah konsep heritage trail dengan aksesibilitas dalam
kawasan yang mudah jika diakses tanpa kendaraan bermotor dalam menciptakan kawasan
yang nyaman dan menarik yang mengutamakan kenyamanan pengunjung dan
meminimalisir tingkat polusi udara untuk menarik minat wisatawan.
Dalam mencapai visi yang sudah dirumuskan, terdapat misi-misi perancangan dan
pengembangan kawasan wisata sejarah Kota Metro, yaitu :
A. Menjadikan Bangunan Cagar Budaya yang ada menjadi ruang publik yang baru
namun tetap tidak meninggalkan kegiatan preservasi pada cagar budaya.
B. Merevitalisasi Ruang Terbuka Hijau pada kawasan perancangan untuk menciptakan
ruang publik yang menarik dengan karakter Tempoe Doeloe yang dipadukan dengan
gaya modern dan kearifan lokal.
C. Menciptakan jalan raya beserta koridor jalan dan jalur pejalan kakinya yang
mengedepankan kenyamanan bagi para penggunanya (pejalan kaki dan kendaraan
non-motorized) dan menjadikannya sebagai ruang publik yang memiliki karakter
Tempoe Doeloe yang dipadukan dengan gaya modern, juga perpeduan kearifan lokal
dan budaya yang dibawa oleh transmigran.
Berikut Hubungan Antar Ruang serta Organisasi Antar Ruang dalam kawasan
perancangan.

10 Volume 01 Nomor 01 - Bulan Februari- © 2023 ITERA, ASPI dan IAP


Ahmad Fauzan Andika Harmawan et al, Konsep Rancangan Kawasan…

Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2022

Gambar 3 Hubungan Antar Ruang

Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2022

Gambar 4 Organisasi Antar Ruang

4. Rancangan Umum Kawasan Wisata Sejarah Kota Metro


Pada bagian ini hanya akan dijabarkan siteplan kawasan.

Volume 01 Nomor 01 - Bulan Februari - © 2023 ITERA, ASPI dan IAP 11


Ahmad Fauzan Andika Harmawan et al, Konsep Rancangan Kawasan …

Gambar 5 Siteplan
Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2022
D. KESIMPULAN
Jurnal dengan judul “Konsep Rancangan Kawasan Wisata Sejarah Perkotaan di Kota
Metro” berlokasi di jantung Kota Metro yang terletak di Kelurahan Metro dan Imopuro,
Kecamatan Metro Pusat dan Kelurahan Yosorejo, Kecamatan Metro Timur. Pada
penelitian dan perancangan ini peneliti menerapkan satu konsep Heritage Trail yaitu Non-
Motorized Heritage Trail. Yaitu konsep mengunjungi banyak tempat wisata bersejarah
dengan jarak yang dekat dengan hanya berjalan kaki atau menaiki kendaraan non-
motorized (sepeda, becak, dan lainnya). Mengacu kepada konsep Heritage Trail, maka
pada perancangan kawasan wisata sejarah Kota Metro, peneliti melakukan pengembangan
konsep menjadi Non-Motorized Heritage Trail yaitu dengan menyiapkan konsep heritage
trail yang dapat ditempuh dengan hanya berjalan kaki. Pada hakikatnya, konsep Non-
Motorized Heritage Trail ini adalah masih merupakan suatu konsep dengan pengertian
yang luas, yang berarti konsep ini belum secara spesifik menyatakan elemen-elemen kota
apa saja yang menjadi fokus penerapannya. Karena itu untuk mewujudkan konsep ini
kedalam perancangan kawasan wisata sejarah Kota Metro maka peneliti menggunakan
delapan elemen rancang kota ala Shirvani yang dikawinkan dengan analisis supply
pariwisata 4A, yaitu Attraction, (Daya Tarik Wisata), Amenity (Fasilitas), Accessibility
(Aksesibilitas), dan Ancillary (Pelayanan Tambahan).

12 Volume 01 Nomor 01 - Bulan Februari- © 2023 ITERA, ASPI dan IAP


Ahmad Fauzan Andika Harmawan et al, Konsep Rancangan Kawasan…

DAFTAR PUSTAKA
Adhiati, Sri, M.Adriana, Armin Bobsien. 2001. Indonesia’s Transmigration Programme –
An Update.
Afrizal, Siti Gomo Attas. 2021. Media Industri Kreatif Bahasa, Sastra dan Seni dalam
Kemasan Musik Kontemporer. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Agustina, Eka Sofia. 2015. Pemakaian Bahasa Lampung di Daerah Rajabasa. Bandar
Lampung: Univeristas Lampung.
Amboro, K., dkk. 2021, Identifications of Character Values from the History of
Dokterswoning Cultural Heritage Buildings and Potentials for Learning History Resources
in Schools. Metro: Tim Ahli Cagar Budaya Kota Metro.
Asoka, Andi. 2005. Sawahlunto, Dulu, Kini dan Esok: Menyongsong Kota Wisata
Tambang yang Berbudaya. Sawahlunto: Universitas Andalas; Kerja Sama dengan Kantor
Pariwisata, Seni dan Budaya, Kota Sawahlunto, Sumatra Barat.
Badan Pusat Statistik Kota Metro. 2021. Produk Domestik Regional Bruto Kota Metro
Menurut Lapangan Usaha 2017-2021. Metro: Badan Pusat Statistik Kota Metro.
Badan Pusat Statistik Kota Metro. 2022. Kota Metro dalam Angka 2022. Metro: Badan
Pusat Statistik Kota Metro.
Barnawi, Erizal. 2013. Penelitian Erizal Barnawi Talo Balak Dalam Upacara Adat Begawei
Mupadun Mewaghei Bumei. Kota Alam Lampung Utara:
http://erizalbarnawi.blogspot.com/2014/05/marga-nyunyai-masyarakatyang-
melakukan.html
Cibinskiene, dkk. 2015. Evaluation of City Tourism Competitiveness. Kaunas: Kaunas
University of Technology.
Creswell, John W. 2014. Qualitative, Quantitative and Mixed Methods Approaches.
Singapore: SAGE.
Darmawan, Edy. 2005. Ruang Publik dan Kualitas Ruang Kota. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Del Monte, Maria Sheela. 2013. Reviving Intramuros “The City within the walls” (Manila,
Philippines) Conservation and Adaptive Reuse of San Ignacio Church to Museo de
Intramuros. Auckland: Unitec Institute of Technology.
Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan, Kementerian Pariwisata
Republik Indonesia. 2019. Pengembangan Wisata Perdesaan & Wisata Perkotaan:
Rancangan Pola Perjalanan GELANG PROJO (Magelang, Kulon Progo, Purworejo),
Belitung Timur, dan Malang Raya. Jakarta: Kementerian Pariwisata.
Funke, Friedrich W. Tanpa Tahun. Orang Abung
Garbea R.V. 2013. Urban Tourism Between Content and Aspiration for Urban
Development. Iaşi: Alexandru loa Cuza University.
Hidayat, Muhammad Anas. 2018. Daya Tarik Pariwisata Perkotaan di Singapura.
Yogyakarta: Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta.
Indrasari, Benedikta May. 2015. Masuk dan Berkembangnya Agama Katolik di Paroki
Metro. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Volume 01 Nomor 01 - Bulan Februari - © 2023 ITERA, ASPI dan IAP 13


Ahmad Fauzan Andika Harmawan et al, Konsep Rancangan Kawasan …

Irham, Muhammad Aqil. 2013. Lembaga Perwatin dan Kepunyimbangan Dalam


Masyarakat Adat Lampung: Analisis Antropologis. Bandar Lampung: Universitas Islam
Negeri Raden Intan.
Kementerian Agraria dan Tata Ruang Badan Pertanahan Nasional. 2021. Peraturan Menteri
Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2021 tentang Tata Cara Penyusunan, Peninjauan Kembali, Revisi, dan Penerbitan
Persetujuan Substansi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, Kota, dan
Rencana Detail Tata Ruang.
Kementerian Pariwisata Republik Indonesia. 2019. Pedoman Pengembangan Wisata
Sejarah dan Warisan Budaya. Jakarta: Kementerian Pariwisata.
Kementrian Pekerjaan Umum. 2017. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
06/PRT/M/2007 Tanggal 16 Maret 2007 Tentang Pedoman Umum Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2017. Pedoman Bahan Konstruksi
Bangunan dan Rekayasa Sipil : Perencanaan Teknis Fasilitas Pejalan Kaki.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia. 2016. Diklat Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Tingkat Dasar I.
Modul 1 Rencana Umum dan Panduan Rancangan. Semarang: Kementrian Pekerjaan
Umum.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia. 2016. Diklat Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Tingkat Dasar I.
Modul 4 Rencana Umum dan Panduan Rancangan. Semarang: Kementrian Pekerjaan
Umum.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 1984. Sejarah Sosial Daerah Lampung dan
Kotamadya Bandar Lampung. Bandar Lampung: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Modul Pelatihan Pelestarian Cagar
Budaya. Depok: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2021. Buletin Cagar Budaya Vol. VIII/No.
1/2021. Jakarta: Direktorat Pelindungan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi.
Kuswono, dkk. 2020. Metro Tempo Dulu: Sejarah Metro era Kolonisasi 1935-1942. Metro:
LADUNY
Law, Christopher. 2002. Urban Tourism – The Visitor Economy and Growth of Large
Cities. EMEA: Thomson Learning.
Lynch, Kevin. 1960. The Image of The City. Cambridge: The MIT Press
Mayshle, Peter. 2014. Walled Memoria: Presencing Memory Sites in Intramuros, Manila.
Madison: University of Wisconsin Madison.
Montero, Claudia Isabelle, Glenn Orbon, Ludivina Lozano. Heritage Cities in the Tropics:
Analysis on the Urban Fabric and Tropical Design Considerations of Intramuros and Vigan,
Philippines. Quezon City: University of the Philippines Diliman.
Nisa, Jakiatin. 2007. Studi Kelayakan Perkebunan Teh Gunung Mas Bogor Sebagai Daerah
Tujuan Wisata di Jawa Barat. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

14 Volume 01 Nomor 01 - Bulan Februari- © 2023 ITERA, ASPI dan IAP


Ahmad Fauzan Andika Harmawan et al, Konsep Rancangan Kawasan…

Palarca, Honorio T., Nappy L. Navarra, Stanley Don Barroga. 2021. Methodologies in
Identification, Analysis, and Measurement of Visual Pollution: The Case Study of
Intramuros. Quezon City: University of the Philippines Diliman.
Paramitasari, Angela Upitya. 2017. Identifikasi Karakter Kawasan Cagar Budaya
Pakualaman Yogyakarta. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Patria, Teguh Amor. 2013. Tinjauan Proses Perencanaan Heritage Trails Sebagai Produk
Pariwisata Dalam RIPPDA Kota Bandung. Jakarta: Universitas Bina Nusantara.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2021 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.
Pratama, Fery Mulya, Nia Suryani. 2020. Penataan dan Pelestarian Kawasan Bersejarah
Kota Sawahlunto Sebagai Kota Pusaka Indonesia. Jakarta: Universitas Indraprasta PGRI.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan
Infrastruktur Wilayah. 2017. Modul Pelestarian Bangunan Gedung. Semarang: Kementrian
Pekerjaan Umum.
Putra, Muhammad Ridho P., Tanpa Tahun. Jejak Pengarung Samudera Di Bhumi Lampung
Romli, K. The Relation Dynamics between Javanese Migrants and Lampung Community
of Lampung Selatan Regency, Lampung Province.
Setiadi, Amos, Catharina Dwi Astuti Depari. 2014. Makna Ruang Kampung Kauman
Yogyakarta dan Semarang Berdasar Konsep Relasi Dalam Pandangan Jawa. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Shirvani, Hamid. 1982. Urban Design: A Review of American Practice. Athena: Athens
Center of Ekistics, http://www.jstor.org/stable/43621798.
Subing, Abdullah A. Tanpa Tahun. Kedatuan di Gunung dan Keratuan di Muara
Subing, Abdullah A. Tanpa Tahun. Recako Wawai Ningek
Sudarmono, Edi Ribut Harwanto. 2004. Metro: Desa Kolonis Menuju Metropolis (dalam
bahasa Indonesia). Metro: Bagian Humas dan Protokol Sekretaris Daerah Kota Metro.
Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Pendidikan.
Susanti, Ardina, dkk. 2020, Pemahaman Adaptive Reuse Dalam Arsitektur dan Desain
Interior Sebagai Upaya Menjaga Keberlanjutan Lingkungan: Analisis Tinjauan Literatur.
Denpasar: Sekolah Tinggi Desain Bali.
Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: ANDI.
Suwena, I.K. 2010. Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata. Denpasar: Udayana University
Press.
Ulya, Farichatul. 2018. Redesain Pasar Sentul Berbasis Morfologi Elemen Catur Gatra
Tunggal di Kawasan Pakualaman Yogyakarta. Sleman: Universitas Islam Indonesia.
Yoga, Hendra. 2017. Revitalisasi Kawasan Kota Lama, Sawahlunto Menuju Kota Wisata.
Yoeti, Oka A. 1985. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa.
Yoeti, Oka A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa.

Volume 01 Nomor 01 - Bulan Februari - © 2023 ITERA, ASPI dan IAP 15

You might also like