You are on page 1of 12

96

Vol. 4 No. 2 Desember 2020

Penegakan Hukum Lingkungan Terhadap Kerusakan Lingkungan Hidup


Muthmainnah1, Wahyu Rasyid2 , Iin Lestari3

Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Parepare, Jalan Jendral Ahmad Yani KM 6 Kota Parepare Kode Pos 91113,
Telepon : 0421-22757/Fax 0421-2554 Sulawesi Selatan Indonesia
Email : msmuthmainnah@gmail.com, wahyu_rasyid03@yahoo.com, iinlestari710@gmail.com

Abstract: This study aims to determine the enforcement of environmental law against environmental
damage and the inhibiting factors in environmental law enforcement. This type of research is
normative research. Data collection techniques used were literature study. The data analysis
technique used is qualitative descriptive. The findings obtained from this study include: (1)
Enforcement of environmental law on environmental uses three law enforcement instruments namely
firstly administrative law enforcement. The second is the enforcement of criminal law, this
reiteration through three attempts, namely, Pre-emptive Actions, preventive measures and repressive
actions. Third is civil law enforcement where the lawsuit is filed through the court; (2) inhibiting
factors in environmental law enforcement are the meaning of words in the law that are difficult to
understand and have other meanings, lack of forest police personnel, lack of facilities such as
vehicles to conduct surveillance, lack of community understanding of the effects of illegal logging,
and understanding of the community assume that the forest is a legacy from ancestors so that cutting
down is not a crime.

Keywords : Law Enforcrmrnt, Environmental Laws, Ilegal logging.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penegakan hukum lingkungan terhadap
kerusakan lingkungan hidup dan faktor-faktor penghambat dalama penegakan hukum lingkungan,
Penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
penelitian normatif. .Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan.Teknik
analisis data yang digunakan adalah Deskriptif kualitatif. Adapun temuan yang diperoleh dari
penelitian ini antara lain: adalah (1) Penegakan hukum lingkungan terhadap kerusakan lingkungan
hidup menggunakan tiga instrumen penegakan hukum yaitu pertama penegakan hukum administrasi.
Kedua penegkakan hukum pidana, Penegakang ini melalu tiga upaya yaitu, Tidakan Pre-emtif,
tindakan prefentif dan tindakan refresif. Ketiga penegkan hukum perdata dimana gugatannya
dilakukann melalui pengadilan; (2) faktor penghambat dalam penegakan hukum lingkungan yaitu
arti kata dalam undang-undang yang sulit dipahami dan memiliki arti lain, kurangnya personil polisi
hutan, kuranngya fasilitas sepert kendaraan dalam melakukan pengawasan, kurangnya pemahaman
masyarakat terhadap dampak dari illegal logging, dan pemahaman manyarakat yang menganggap
bahwa hutan adalah warisan dari nenek moyang sehingga dalam melakukan penebangan bukanlah
merupakan suatu kejahatan.

Kata Kunci : Penegakan Hukum, Hukum Lingkungan, Perusakan Hutan.


LATAR BELAKANG pemangku kepentingan berkewajiban untuk
Undang-Undang Dasar Negara melakukan perlindungan dan pengelolaan
Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan lingkungan hidup dalam pelaksanaan
bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat pembangunan berkelanjutan agar lingkungan
merupakan hak asasi dan hak konstitusional hidup Indonesia dapat tetap menjadi sumber
bagi setiap warga negara Indonesia. Oleh
karena itu, negara, pemerintah dan seluruh
97
Vol. 4 No. 2 Desember 2020
penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta kelengkapan dan pembahasan yang lebih
1
makhluk hidup lain. komprehensif jika dibandingkan dengan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997, ini
Dalam implementasinya di Indonesia
dikarenakan masih banyak celah-celah hukum
yaitu melalui Undang-undang Nomor 32
yang ditinggalkan oleh Undang-Undang
Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Nomor 23 Tahun 1997 tersebut. salah satunya
Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) pasal
adalah pada konteks penyelesaian masalah
1 ayat (2) adalah upaya sistematis dan terpadu
pencemaran dan pengrusakan lingkungan
yang dilakukan untuk melestarikan fungsi
hidup, tentang bagaimana bentuk
lingkungan hidup dan mencegah terjadinya
penyelesaiannya sampai dengan berbagai
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
ancaman pidana terhadap para pelanggarnya.
hidup yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, Kesadaran terhadap lingkungan tidak
pengawasan, dan penegakan hukum. hanya menciptakan segala sesuatu yang indah
dan bersih saja, tetapi disini ada kewajiban
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009
dari setiap manusia untuk menghormati dan
dalam batang tubuhnya menguraikan beberapa
menghargai hak orang lain dalam menjalankan
asas yang salah satunya adalah asas kehati-
kegiatan. Dalam kenyataan sehari-hari sering
hatian sebagai salah satu pedoman pengaturan
kita menemukan tindakan orang yang
lingkungan hidup. Asas ini memberikan
mengejar keuntungan, kepentingan diri sendiri
pengertian bahwa ketidakpastian mengenai
tanpa menghiraukan hak orang lain dan
dampak suatu usaha dan/atau kegiatan karna
lingkungan seperti pembangunan industri dan
keterbatasan penguasaan ilmu pengetahuan
penebangan pohon secara liar. Kelalaian
dan teknologi bukan merupakan alasan untuk
tersebut dapat merugikan lingkungan yang
menunda langkah-langkah meminimalisasi
dapat berdampak pada orang lain yang berada
atau menghindari ancaman terhadap
dalam lingkungan tersebut.
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup.2 Pembangunan merupakan upaya sadar
manusia untuk meningkatkan
Berbagai cara memang telah
kesejahteraannya, yang didalamnya
diupayakan oleh pemerintah termasuk dengan
mengandung unsur perubahan besar baik
memperbaiki instrumen-instrumen hukum
terhadap struktur ekonomi, sosial, fisik,
terutama yang terkait dengan lingkungan
wilayah, pola konsumsi, sumber alam dan
hidup. Salah satu produk hukum yang telah
lingkungan hidup, teknologi maupun
disahkan oleh pemerintah adalah Undang-
budaya.Perkembangan pembangunan secara
Undang nomor 32 Tahun 2009 tentang
langsung maupun tidak langsung memiliki
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
dampak baik positif maupun negatif.
Hidup.
Pembangunan pada hakikatnya merupakan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun
proses perubahan lingkungan yaitu
2009 ini diyakini memiliki tingkat
mengurangi resiko lingkungan dan
1
Undang-Undang dasar negara republik indonesiatahun memperbesar manfaat lingkungan serta
1945 tentang lingkungan hidup.
2
Pasal 1 ayat(2) undang-undang No 32 tahun 2009 didukung penegakan hukum lingkungan.
tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan.
98
Vol. 4 No. 2 Desember 2020
Lingkungan hidup yang telah Pemberian izin, Penerapan, Penegakan
4
dikaruniakan Tuhan Yang Maha Kuasa telah hukum.
membuka jalan kemakmuran dan
Situasi yang ada di masyarakat
kesejahteraan kepada rakyat dan bangsa
sekarang ini menggambarkan banyak sekali
Indonesia.Sumber daya alam yang berlimpah
terjadi dilema sosial, dilema sosial itu sendiri
yang didayagunakan untuk kesejahteraan
didefinisikan sebagai masalah sosial yang
umum seperti yang diamanatkan Undang-
muncul karena masyarakat cenderung untuk
undang Dasar 1945 dan untuk mencapai
memberikan prioritas yang sangat tinggi
kebahagiaan hidup berdasarkan
kepada kepentingan diri sendiri yang
Pancasila.Lingkungan hidup ini perlu
berjangka pendek dibandingkan dengan
dikembangkan, dilestarikan keberadaannya
kepentingan orang banyak yang berjangka
agar tetap dapat menjadi sumber dan
panjang, secara sederhana dapat dipahami
penunjang hidup suatu peningkatan kualitas
sebagai suatu kondisi dimana kepentingan
bagi bangsa dan rakyat Indonesia, karena
pribadi lebih diutamakan dari pada
pembangunan manusia seutuhnya merupakan
kepentingan umum.
cita-cita bangsa Indonesia. Pembangunan
Menurut Liebrand, Messick dan Wilke
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan
dalam buku Agnes Sunartiningsih
dan memperhitungkan kebutuhan generasi
menjelaskan, sosial dapat didefinisikan
sekarang dan masa depan merupakan suatu
sebagai suatu keadaan dimana masing-masing
keharusan yang harus dijalankan dalam
pembuat keputusan bertindak untuk
kehidupan berbangsa.3
kepentingan sendiri tanpa menghiraukan apa
Hukum lingkungan adalah sebuah
yang orang lain lakukan.5 Bila dilihat dari
bidang atau cabang hukum dan memiliki
kasus lingkungan yang terjadi perusakan
kekhasan yang disebut sebagai bidang hukum
lingkungan hidup ditenggarai berpangkal pada
fungsional, Sebagai hukum fungsional,
lemahnya sistem penataan dan penegakan
Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan
hukum lingkungan. kelemahan tataran
Hidup (UUPLH) menyediakan tiga macam
formulasi perundangan lingkungan, peraturan
penegakan hukum lingkungan, yaitu
yang tidak ideal dalam penyusunannya. hal ini
penegakan hukum administrasi, penegakan
saling berkaitan karna penataan dalam arti
hukum pidana dan penegakan hukum
pemenuhan persyaratan-persyaratan
perdata.Penegakan hukum lingkungan
lingkungan tidak akan terwujud ketika tidak
merupakan mata rantai terakhir dari siklus
dibarengi dengan upaya penegakan khususnya
pengaturan perencanaan kebijakan tentang
oleh pemerintah.
lingkungan.yang urutannya sebagai berikut:
Dilansir dari Makassarinside.com,
Perundang-undangan, Penentuan standar,
Kepala Dinas Kehutanan (Dishut) Provinsi
Sulsel Muhammad Tamzil mengakui bila aksi

4
Syahrul machmud,penegakan hukum lingkungan
indonesia, cetakan pertama ,(yogyakarta: grahailmu,
2012).hlm.163-169.
3 5
Siswanto Sunarso, Hukum Pidana Lingkungan Hidup Raniry, “Definisi Sosial”https://repository.ar-
dan Strategi Penyelesaian Sengketa, (Cet.I, Jakarta: PT raniry.ac.id/2968/1/SITI%20HARMAILIS%20ASA.pdf
Rineka Cipta, 2005) hlm. 1. , diakses 5 juni 2019.
99
Vol. 4 No. 2 Desember 2020
pembalakan hutan secara liar alias illegal Jenis dan Bahan Hukum
logging di kawasan hutan provinsi Sulawesi Penelitian ini menggunakan sumber-
6
Selatan belum terkontrol. sumber hukum sehingga mampu
Perjalanan panjang upaya mewujudkan menyelesaikan fokus penelitian. Sumber
suatu lingkungan hidup yang lestari dirintis hukum dalam penelitian hukum ini dapat
sejak ditetapkan Undang-Undang dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu:
pengelolahan lingkungan hidup belum 1. Bahan hukum primer terdiri dari peraturan
menunjukkan hasil yang memuaskan perundang-undangan, atau catatan-catatan
terkhusus dalam peningkatan penataan dan resmi.
penegakan hukum lingkungan hidup sangat 2. Bahan hukum tersier yaitu berupa buku-
diperlukan untuk dapat mengiringi buku teks, kamus hukum, kamus bahasa
perkembangan hukum lingkungan di inggris dan kamus bahasa indonesia.
indonesia.
Teknik Analisa Data
Berdasarkan uraian di atas, maka Bahan hukum yang telah dikumpulkan
penulis tertarik untuk mengambil judul skripsi akan dianalisis dengan cara Deskriptif
mengenai:“Penegakan Hukum Lingkungan kualitatif yaitu dengan memaparkan hasil
TerhadapKerusakan Lingkungan Hidup” obyek penelitian. Kemudian menguraikan

METODE PENELITIAN hasil, dari hasil analisis dan telaah serta


penafsiran bahan hukum kemudian
Pendekatan Penelitian
menghasilkan suatu pembahasan yang dan
Penelitian ini merupakan penelitian
ditarik konklusi dalam bentuk argumentasi.
normative, dimana penelitian normatif yaitu
penelitian hukum dengan menginventaris dan PEMBAHASAN

mengkaji dokumen-dokumen hukum dan 1. Penegakan Hukum Terhadap


karya tulis lainnya serta penerapannya pada Kerusakan Lingkungan Hidup (Illegal
Logging)
peristiwa hukum.
Undang-Undang 32 Tahun 2009
Teknik Pengumpulan Data
memperkenalkan berbagai ketentuan baru
Teknik pengumpulan data dilakukan
yang dimaksudkan untuk lebih mampu
melalui 2 (dua) cara, yaitu:
memberikan perlindungan dan pengelolaan
1. Studi kepustakaan, merupakan upaya dalam
lingkungan hidup, termasuk hutan di
mencari bahan hukum primer dan sekunder
dalamnya. Upaya pencegahan dini atau
antara lain melalui berbagai peraturan
preventif diupayakan melalui antara lain
perundang-undangan, buku, surat kabar;
Kajian Lingkungan Hidup Strategis, Izin
koran, majalah, sumber internet dan bahan
Lingkungan dan AMDAL sedangkan upaya
dokumentasi lain yang relevan dengan isu
upaya preventif dalam rangka pengendalian
yang dikaji dalam penelitian ini.
dampak lingkungan hidup perlu dilaksanakan
dengan mendayagunakan secara maksimal
instrumen pengawasan dan perizinan. Jika
6
Makassarinside, “ilegal kerusakan lingkungan hidup sudah terjadi,
logging”https://makassarinside.com/illegal-logging-di-
perlu dilakukan upaya represif berupa
sulsel-belum-terkontrol/, diakses, 07 agustus 2019.
100
Vol. 4 No. 2 Desember 2020
penegakan hukum yang efektif, konsekuen, logging perlu diperluas dan diintegrasikan
dan konsisten terhadap kerusakan lingkungan dengan menggunakan aspek lain dalam
hidup yang sudah terjadi, melalui pemberian peraturan perundangan yang ada, Upaya
sanksi administrasi, penyelesaian sengketa penanggulangan kejahatan telah dan terus
keperdataan dan penerapan sanksi pidana7. dilakukan oleh Kepolisian bersama dengan
masyarakat, berbagai program dan kegiatan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
telah dilakukan sambil terus menerus mencari
sebagai ketentuan pokok yang memberikan
cara yang paling tepat dan efektif untuk
jaminan perlindungan terhadap hutan,
mengatasi masalah tersebut. Upaya
memiliki prinsip bahwa hak atas pemanfaatan
penanggulangan kejahatan dengan hukum
hutan merupakan hak asasi bagi setiap
pidana pada hakikatnya juga merupakan
manusia, untuk itu perlu jaminan kepastian
bagian dari usaha penegakan hukum
hukum bagi upaya-upaya pelestarian fungsi
(khususnya penegakan hukum pidana).Oleh
hutan.Kejahatan terhadap lingkungan hidup
karena itu, sering juga dikatakan, bahwa
yang sekarang sedang marak adalah kejahatan
politik atau kebijakan hukum pidana juga
di bidang kehutanan. Pembalakan liar (illegal
merupakan bagian dari kebijakan penegakan
logging) merupakan perbuatan melanggar
hukum (law enforcement policy).9
hukum yang jika dilihat dari aspek lingkungan
mengakibatkan rusaknya kelestarian hutan Upaya menangani perusakan hutan
yang selanjutnya akan menimbulkan bencana sesungguhnya telah lama dilakukan, tetapi
alam yang lebih dahsyat seperti tanah longsor belum berjalan secara efektif dan belum
dan banjir di musim hujan atau kekeringan dan menunjukkan hasil yang optimal. Hal itu
kebakaran hutan di musim kemarau. Rusaknya antara lain disebabkan oleh peraturan
hutan di Indonesia juga menyumbang perundangundangan yang ada belum secara
pemanasan global, sedangkan jika dilihat dari tegas mengatur tindak pidana perusakan hutan
aspek ekonomi, pembalakan liar yang dilakukan secara terorganisasi. Undang-
mengakibatkan kerugian negara karena Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang
8
hilangnya potensi hasil hutan. Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan
Hutan merupakan payung hukum baru agar
Banyaknya peraturan yang diterbitkan
perusakan hutan terorganisasi dapat ditangani
oleh pemerintah khusus yang menangani
secara efektif dan efisien serta pemberian efek
illegal logging, merupakan bukti nyata bahwa
jera kepada pelakunya. Upaya pemberantasan
pemberantasan illegal logging telah lama
perusakan hutan melalui undang-undang ini
dilakukan, namun upaya tersebut dapat
dilaksanakan dengan mengedepankan asas
dikatakan masih mengalami kegagalan.Fakta
keadilan dan kepastian hukum, keberlanjutan,
menunjukkan kondisi hutan Indonesia
tanggung jawab negara, partisipasi
semakin memprihatinkan. Proses penegakan
masyarakat, tanggung gugat, prioritas, serta
hukum dalam penanganan kasus illegal
keterpaduan dan koordinasi.10
7
Wikipedia “Penegakan Hukum Terhadap illegal 9
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan
logging”,Illegal_logging, di akses tanggan 25 Januari Hukum Pidana, (Jakarta: Kencana 2014), hlm. 28.
2020. 10
Hakunix, “illegal logging” hakunix.blogspot.com,
8
Wikipedia “Penegakan Hukum Terhadap illegal
logging”,Illegal_logging, di akses tanggan 25 Januari diakses 29 Januari 2020.
2020.
101
Vol. 4 No. 2 Desember 2020
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 berdasarkan Hukum Administrasi (sanksi
tentang Pencegahan dan Pemberantasan administrasi), sedang isu (hukum) pelaku
Perusakan Hutan memiliki tujuan untuk pembalakan liar (illegal logging) berkenaan
menjamin kepastian hukum dan memberikan dengan pelaku sehingga pola penanganannya
efek jera bagi pelaku perusakan hutan dan adalah dengan menggunakan instrumen
menjamin keberadaan hutan secara Hukum Pidana, adapun isu (hukum) korban
berkelanjutan dengan tetap menjaga pembalakan liar (illegal logging) berkaitan
kelestarian dan tidak merusak lingkungan serta erat dengan persoalan kerugian, oleh karena
ekosistem sekitarnya.Penjelasan Undang- itu penyelesaiannya adalah dengan
Undang Nomor 18 Tahun 2013 menyatakan menggunakan instrumen Hukum Perdata
bahwa perusakan hutan sudah menjadi (gugatan ganti kerugian). 12
kejahatan yang berdampak luar biasa,
Adapun Instrumen Penegakan Hukum
terorganisasi, dan lintas negara yang dilakukan
Lingkungan hidup yang yaitu :
dengan modus operandi yang canggih, telah
1. Instrumen Penegakan Hukum
mengancam kelangsungan kehidupan
Administrasi
masyarakat sehingga dalam rangka
Upaya penegakan sanksi administrasi oleh
pencegahan dan pemberantasan perusakan
pemerintah daerah secara konsisten sesuai
hutan yang efektif dan pemberian efek jera
dengan kewenangan yang ada akan berdampak
diperlukan landasan hukum yang kuat dan
bagi penegakan hukum, dalam rangkan
yang mampu menjamin efektivitas penegakan
menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.
hukum.11
Sehubungan dengan hal ini, maka penegakan
Penegakkan hukum terhadap tindak
sanksi administrasi merupakan garda terdepan
pidana illegal logging dapat ditempuh dengan
dalan penegakan hukum lingkungan.
penegakkan hukum secara represif.Upaya
represif dalam meningkatkan penegakkan Jika sanksi administrasi dinilai tidak
hukum lingkungan terkait maraknya efektif, berulan dipergunakan sarana sanksi
pembalakan liar (Illegal logging) yaitu pidana sebagai senjata pamungkas. Ini berarti
dilaksanakan melalui penerapan sanksinya, bahwa kegiatan penegakan hukum pidana
seperti sanksi administrasi, sanksi pidana dan terhadap suatu tindak pidana lingkungan hidup
sanksi perdata.Mencermati kasus pembalakan baru dapat dimulai apabila aparat yang
liar (illegal logging) yang terjadi di Indonesia, berwenang telah menjatuhkan sanksi
maka ada tiga isu hukum (legal issues) yang administrasi dan telah menindak pelanggar
mengemuka, yaitu pembalakan liar, pelaku degan menjatuhkan suatu sanksi administrasi
pembalakan liar, dan korban pembalakan liar. tesebut, namun ternyata tidak mampu
menghentikan pelanggaran yang terjadi, atau
Isu (hukum) pembalakan liar (illegal
antara perusahaan yang melakukan
logging) terkait dengan perbuatan dan
pelanggaran dengan pihak masyarakat yang
karenanya penyelesaiannya dilakukan
menjadi korban akibat terjadi pelanggaran,

11 12
Syahrial, “Tujuan Pencegahan dan Pemberantasan Syahrial, “Tujuan Pencegahan dan Pemberantasan
Perusakan Hutan” id.portalgaruda.orgWahana Perusakan Hutan” id.portalgaruda.orgWahana
Forestra: Jurnal Kehutanan Vol.11, No.1 (Januari Forestra: Jurnal Kehutanan Vol.11, No.1 (Januari
2016). diakses 23 Januari 2020. 2016). diakses 23 Januari 2020.
102
Vol. 4 No. 2 Desember 2020
sudah diupayakan penyelesaian sengketa dan koordinasi antar lembaga penegak hukum
melalui mekanisme altenatif di luar pengadilan dalam pemberantasan perusakan hutan.15
dalam bentuk musyawarah /perdamaian/
Adapun Upaya penegakan hukum
negoisasi/ mediasi, namun upaya yang
lingkungan (illegal logging) melalui instrumen
dilakukan menemui jalan buntu, dan atau
hukum pidana yang dimaksud yaitu :
litigasi melalui pengadilan pedata, namun
a. Melalui Tindakan Pre-emtif
upaya tersebut juga tidak efektif, baru dapat
upaya pre-emtif disini adalah upaya-
digunakan instrumen penegakan hukum
upaya awal yang dilakukan oleh pihak
pidana lingkungan hidup.13
kepolisian untuk mencegah terjadinya tindak
2. Instrumen Penegakan Hukum Pidana pidana.Usaha-usaha yang dilakukan dalam
Tindak pidana illegal logging adalah penanggulan kejahatan secara pre-emtif
tindak kejahatan terhadap kerusakan hutan menanamkan nilai-nilai/norma-norma yang
dalam hal bidang kehutanan.Tindak pidana baik sehingga norma-norma tersebut
illegal logging meliputi penebangan kayu terinternalisai dalam diri seseorang.
yang dilakukan di dalam kawasan hutan
b. Melalui Tindakan Preventif
dengan secara tidak sah atau tanpa izin dari
Upaya-upaya preventif ini adalah
pemerintah atau pihak yang berwenang.
merupakan tindak lanjut dari upaya pre-emtif
Kejahatan illegal logging diatur dalam
yang masih dalam tataran pencegahan sebelum
Undang-Undang No 18 Tahun 2013 Tentang
terjadinya kejahatan.Dalam upaya preventif
Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan
ditekankan adalah menghilangkan kesempatan
Hutan.Pelaksanaan pemberantasan tindak
untuk dilakukannya. Tindakan Preventif
pidana illegal logging dalam Sistem Peradilan
adalah suatu tindakan yang diambil untuk
Pidana tidak terlepas dari lembaga-lembaga
mengurangi atau menghilangkan kemungkinan
yang berperan penting seperti Kepolisian,
terjadinya suatu kejadian yang tidak
Kejaksaan, Badan Pengadilan dan Lembaga
diinginkan dimasa depan. Tindakan Preventif
Permasyarakatan.14
merupakan tindakan pengendalian sosial yang
Lembaga-lembaga tersebut akan berjalan dilakukan untuk dapat mencegah atau juga
terorganisir dalam membangun dan mengurangi kemungkinan terjadinya hal-hal
mengembangkan sistem informasi pencegahan yang tidak diinginkan di masa mendatang.16
dan pemberantasan perusakan hutan yang
c. Tindakan Represif
terintegrasi, melakukan penyelidikan,
Upaya represif adalah suatu upaya
penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan
penanggulangan kejahatan secara
disidang pengadilan, melakukan kerja sama
konsepsional yang ditempuh setelah terjadinya
kejahatan. Penanggulangan dengan upaya
represif untuk menindak para pelaku sesuai
dengan perbuatannya serta memperbaikinya
13
Sodikin, “instrumen penegakan hukum”
15
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/kanun/article/download Sodikin, “instrumen penegakan hukum”
/6308/5197, diakses tanggal 20 Januari 2020.. http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/kanun/article/dow nlo
14
Sodikin, “instrumen penegakan hukum” ad/6308/5197, diakses tanggal 20 Januari 2020..
16
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/kanun/article/dow nlo Hariannusa, “Pengertian Preventif”
ad/6308/5197, diakses tanggal 20 Januari 2020.. https://hariannusa.com/, di akses 15 Januari 2020.
103
Vol. 4 No. 2 Desember 2020
kembali agar mereka sadar bahwa perbuatan undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
yang dilakukannya adalah perbuatan Kehutanan dijelaskan bahwa dalam rangka
melanggar hukum dan merugikan masyarakat, pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan
sehingga tidak mengulanginya dan orang lain hutan, organisasi bidang kehutanan berhak
juga tidak akan melakukannya mengingat mengajukan gugatan perwakilan untuk
sanksi yang ditanggungnya sangat berat.17 kepentingan pelestarian fungsi hutan.

3. Instrumen Penegakan HukumPerdata Penggunaan instrumen hukum perdata


Hukum Perdata memberikan dalam menyelesaikan sengketa kehutanan
kemungkinan untuk mengajukan gugatan ganti menurut ketentuan yang terdapat dalam Pasal
kerugian atas kerusakan hutan terhadap pihak 74 ayat (1) Undang-undang Nomor 41 Tahun
yang menyebabkan timbulnya kerusakan 1999 tentang Kehutanan dapat ditempuh
tersebut, yang biasanya dilakukan melalui melalui pengadilan atau di luar pengadilan
gugatan perbuatan melawan hukum, dengan berdasarkan pilihan secara sukarela para pihak
demikian tujuan penegakan hukum kehutanan yang bersengketa. Terkait dengan
melalui penerapan kaidahkaidah hukum penyelesaian sengketa kehutanan di luar
perdata terutama adalah untuk lebih pengadilan, menurut Pasal 75 ayat (2)
memberikan perlindungan hukum terhadap Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999
alam lingkungan/hutan maupun korban yang tentang Kehutanan dimaksudkan untuk
menderita kerugian sebagai akibat dari mencapai kesepakatan mengenai
perusakan hutan. 18 pengembalian suatu hak, besarnya ganti rugi,
dan atau mengenai bentuk tindakan tertentu
Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999
yang harus dilakukan untuk memulihkan
tentang Kehutanan mengatur mekanisme
fungsi hutan.
penggunaan instrumen hukum perdata
dilakukan melalui gugatan perwakilan (class Adapun penyelesaian sengketa kehutanan
action) dan hak gugat organisasi bidang melalui pengadilan diatur dalam Pasal 76
kehutanan (ius standi). Mekanisme gugatan Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999
perwakilan (class action) diatur dalam Pasal tentang Kehutanan.Penggunaan jalur litigasi
71 ayat (1) Undangundang Nomor 41 Tahun ini dimaksudkan untuk memperoleh putusan
1999 tentang Kehutanan di mana disebutkan mengenai pengembalian suatu hak, besarnya
bahwa masyarakat berhak mengajukan ganti rugi, dan atau tindakan tertentu yang
gugatan perwakilan ke pengadilan dan harus dilakukan oleh pihak yang kalah dalam
terhadap kerusakan hutan yang merugikan sengketa.Selain putusan untuk melakukan
kehidupan masyarakat. Hak tersebut terbatas tindakan tertentu, pengadilan dapat
pada tuntutan terhadap pengelolaan hutan menetapkan pembayaran uang paksa atas
yang tidak sesuai dengan peraturan keterlambatan pelaksanaan tindakan tertentu
perundang-undangan yang berlaku. Adapun tersebut setiap hari.
mengenai isu standi, dalam Pasal 73 Undang-

17
Hariannusa, “Pengertian Represif”
https://hariannusa.com/, di akses 15 Januari 2020.
18
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang
Pencegahan dan pemberatas perusakan hutan.
104
Vol. 4 No. 2 Desember 2020
2. Kendala Dalam Penegakan Hukum organisasi yang baik, peralatan yang cukup
Lingkungan (Illegal Logging) memadai, keuangan yang cukup dan
seterusnya. Kalau hal-hal tersebut tidak
Adapun faktor yang mempengaruhi
dipenuhi, maka sulit penegakan hukum dapat
penegakan hukum lingkungan illegal logging
mencapai tujuannya. Tenaga manusia yang
yaitu :
berpendidikan tinggi disini diartikan sebagai
1. Faktor Hukum para penegak hukum yang mumpuni dan
Untuk tindak pidana illegal logging saat berkualitas yaitu mampu atau dapat melayani
ini berlaku Undang-Undang Nomor 18 Tahun dan mengayomi masyarakat sesuai dengan
2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan tugas dan bidangnya masing-masing.
Perusakan Hutan. Undang-undang ini Proses penerimaan menjadi penegak
mengganti beberapa pasal tindak pidana yang hukum sebenarnya sudah memenuhi syarat
diatur dalam Undang-undang yang telah ada menghasilkan, misalnya, aparat kepolisian
sebelumnya yaitu Undang-Undang No 41 yang memiliki kemampuan baik melayani
Tahun 1999 tentang Kehutanan yang dianggap masyarakat. Tetapi di dalam kenyataannya,
tidak memadai dan belum mampu menangani sering kali proses penerimaan tersebut dinodai
pemberantasan secara efektif terhadap dengan adanya suap atau jumlah orang yang
perusakan hutan.. sedikit untuk mau menjadi anggota penegak
Aturan perundang-undangan ini sangat hukum. Sehingga, kualitas daripada anggota
jelas mengatur bagaimana kejahatan pidana penegak hukum tersebut perlu dipertanyakan
yang harus berhadapan dengan hukum, beserta dan banyak yang tidak sesuai dengan yang
ketentuan dalam penegakan hukum terhadap telah ditentukan. Akibatnya para penegak
pelanggarnya sehingga tidak terjadi multitafsir hukum cenderung lebih sedikit daripada
dari penegak hukum atau unsur sistem jumlah masyarakatnya yang terus bertambah
peradilan pidana lainnya. banyak, sehingga aparat penegak hukum tidak
2. Faktor Penegak Hukum dapat menjalankan tugasnya dengan maksimal
Faktor penegak hukum disini mencakup sebagai sarana penegakan hukum.19
kehakiman, kejaksaan, kepolisian/Polisi
Hutan, pengacara dan pemasyarakatan.Namun 4. Faktor Masyarakat

dari segi jumlah polisi/polisi hutan yang ada Faktor masyarakat memang merupakan
terlihat masih belum cukup.Keterbatasan salah satu faktor penghambat penegakan
aparat penegak hukum yang ada di daerah hukum terhadap peruakan hutan ataui illegal
serta koordinasi yang kurang hal ini logging, Dari sudut sosial dan budaya,
menyebabkan persoalan dalam penegakan Indonesia merupakan suatu masyarakat yang
hukum lingkungan. majemuk dengan sekian banyaknya golongan
3. Faktor Sarana dan Prasarana etnik dengan ragam kebudayaan-kebudayaan
Tanpa adanya atau dukungan sarana atau yang berbeda. Seorang penegak hukum harus
fasilitas yang memadai, maka tidak mudah mengenal stratifikasi sosial atau pelapisan
penegakan hukum berlangsung dengan baik, masyarakat yang ada dalam suatu lingkungan
yang antara lain mencakup tenaga manusia
19
Soejono soekanto, sosiologi sebagai sebuah
yang berpendidikan tinggi dan terampil, pengantar, (Jakarta :Rajawali Pers, 2017).,hlm.13.
105
Vol. 4 No. 2 Desember 2020
beserta tatanan status/kedudukan dan peranan Setiap stratifikasi sosial memiliki dasar-
yang ada.Setiap stratifikasi sosial pasti ada dasarnya tersendiri, sehingga dapat dilakukan
dasar-dasarnya.Hal lainnya yang perlu dengan berbagai cara antara lain pemberian
diketahui dan dipahami adalah perihal pengetahuan hukum kepada masyarakat yang
lembaga-lembaga sosial yang hidup, serta mungkin tidak begitu mengerti akan hukum
sangat dihargai oleh bagian terbesar warga- sehingga memudahkan mereka untuk
warga masyarakat yang ada. Dengan mengidentifikasikan nilai-nilai dan norma-
mengetahui dan memahami hal-hal tersebut, norma yang berlaku di lingkungannya. 21
maka dapat memudahkan penegak hukum
5. Faktor Kebudayaan
untuk mengidentifikasikan nilai-nilai dan
Kebudayaan menurut mempunyai fungsi
norma-norma atau kaidah-kaidah yang berlaku
yang sangat besar bagi manusia dan
di lingkungan tersebut.Dalam garis besar,
masyarakat, yaitu untuk mengatur agar
masyarakat di Indonesia terbagi dua yaitu
manusia dapat mengerti bagaimana
masyarakat kalangan atas (orang kaya) dan
seharusnya bertindak, berbuat, dan
kalangan bawah (orang miskin).Penegakan
menentukan sikapnya ketika berhubungan
hukum diantara keduanya pun sangat berbeda
dengan orang lain. Pada dasarnya, kebudayaan
penyelesaiannya.Hal ini karena pola pikir dan
mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum
pengetahuan yang jelas berbeda.Jika orang
yang berlaku, nilai-nilai mana yang
kalangan bawah, keinginan atau taatnya pada
merupakan konsepsi-konsepsi abstrak
suatu hukum oleh seseorang sangat kecil
mengenai apa saja yang dianggap baik
kemungkinannya atau tidak mau mematuhi
(sehingga dianuti) dan apa yang dianggap
hukum yang telah diatur.20
buruk (sehingga dihindari). Sebenarnya, faktor
Hal ini, disebabkan kurang pengetahuan kebudayaan memiliki kemiripan dengan faktor
dan pendidikan yang mereka miliki sangat masyarakat. Hanya saja, di dalam faktor
terbatas, dan tidak dapat mengetahui bahwa kebudayaan lebih ditekankan mengenai
ada sanksi yang akan mengikat jika dilanggar masalah sistem nilai-nilai yang ada di
22
(blue collar crime).Sedangkan, orang-orang tengahnya masyarakat.
kalangan atas cenderung mengikuti hukum Dalam faktor masyarakat, dikatakan
atau aturan-aturan yang ada, karena mereka bahwa tingkat kepatuhan masyarakat terhadap
lebih memiliki pengetahuan yang banyak ketataan aturan masyarakat masih rendah. Hal
tentang hukum dan mengetahui sanksinya.Hal ini, dikarenakan adanya budaya kompromistis
ini terjadi cenderung lebih bersifat tertib.Pada sering terjadi. Kenyataannya, akan terdapat
kalangan atas ini jika terjadi kejahatan, maka kecenderungan budaya masyarakat untuk
dapat dikatakan white collar crime (untuk meloloskan diri dari aturan yang berlaku
kepentingan semata).Masyarakat di Indonesia menjadi-jadi.23
semakin lama, jumlah masyarakat miskinnya
semakin banyak.Sehingga jika dilihat dari
21
faktor masyarakat, maka masalah kejahatan Ernest Runtukahu, “Faktor penghambat penegkan
hukum” https://ejournal.unsrat.ac.id/ Lex et Societatis,
atau penegakan hukum ini ada di lapisan ini. Vol.2,No.2 (Februari 2014):68. Diakses 17 Januari
2020
22
Soejono Soekanto, Op.cit.
20 23
Ibid., Soejono Soekanto, Op.cit.
106
Vol. 4 No. 2 Desember 2020
Kebudayaan (sistem) hukum pada bersangkutan atau pada raja supaya apa yang
dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari diinginkannya cepat tercapai.25
hukum yang berlaku, maka nilai-nilai mana
KESIMPULAN
merupakan konsepsi-konsepsi abstrak
mengenai apa yang dianggap baik dan apa Berdasarkan hasil penelitian dan
yang dianggap buruk. Nilai-nilai tersebut pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
lazimnya merupakan pasangan nilai-nilai yang Penulis ambil kesimpulan sebagai berikut :
mencerminkan dua keadaan ekstrim yang
Pertama, Penegakan hukum lingkungan
harus diserasikan. Pasangan nilai-nilai
terhadap kerusakan lingkungan hidup
konservatisme dan nilai inovatisme, senantiasa
dilakukan dengan melalui Tigan instrumen
berperan di dalam perkembangan hukum, oleh
yaitu Instrumen Penegakan Hukum
karena di satu pihak ada yang menyatakan
Administrasi yaitu berupa penerapan sanksi
bahwa hukum hanya mengikuti perubahan
terhadap pelaku illegal logging, kemudian
yang terjadi dan bertujuan untuk
melalui Instrumen Penegakan Hukum Pidana,
mempertahankan status quo. Dengan kondisi
Pada penegakan ini dilakukan Tiga tindakan
demikian, maka penegakan hukum harus juga
yaitu, Tidakan Pre-emtif (melakukan
dapat memahami permasalahan unsur budaya
sosialisasi), tindakan Preventif (melakukan
yang dapat mempengaruhi tegaknya hukum.
patroli) dan tindakan Represif (Proses

Budaya hukum diibaratkan sebagai a menjatuhkan hukuman). Dan penegakan yang

working machine system hukum atau terakhir adalah Instrumen Penegakan Hukum

merupakan the element of social attitude and Perdata, penegakan ini merupakan pengajuan

value. Jadi budaya hukum berkaitan dengan tuntutan ganti rugi terhadap kerusakan hutan

sikap budaya masyarakat pada umumnya, terhadap pihak yang menyebabkan kerusakan

karena menyentuh keyakinan (belief), nilai tersebut.

(value), cita (idea), dan harapan (expectation) Kedua, Dalam penegakan hukum terhadap
sehingga dapat dikatakan, kesadaran hukum kerusakan lingkungan hidup dalam hal ini
masyarakat merupakan salah satu perusakan hutan atau illegal logging terdapat
24
pencerminan budaya hukum mereka. olehnya beberapa faktor diantaranya yaitu, Faktor
itu iniyang menjadi perhatian dalam Hukum, Faktor Penegak Hukum, Faktor
penegakan hukum. Sarana dan Prasarana, Faktor Masyrakat, dan
Penegakan hukum jika dilihat dari Faktor Budaya.
kebudayaan, dapat ditelusuri dari zaman
dahulu kala, pada saat masa-masa zaman
kerajaan. Orang-orang tertentu jika ingin
bertemu raja atau menginginkan sesuatu
jabatan dari raja atau keinginan lainnya akan
memeberikan upeti pada orang yang

24
Firmansyah, Asram AT. "Kiprah Densus 88 Dalam
Penanganan Teroris Di Indonesia." PROSIDING
25
KONFERENSI NASIONAL KE-6 (2017).hlm.151 Soejono Soekanto, Op.cit.19.
107
Vol. 4 No. 2 Desember 2020
DAFTAR PUTAKA Wikipedia “Penegakan Hukum Terhadap
Sunarso. Siswanto, Hukum Pidana illegal logging”, Illegal_logging, di
Lingkungan Hidup dan Strategi akses tanggan 25 Januari 2020.
Penyelesaian Sengketa,Cet.I, Jakarta: Hakunix, “illegal logging”
PT Rineka Cipta, 2005 hakunix.blogspot.com, diakses 29
Januari 2020.
Nawawi. Arief. Barda, Bunga Rampai
Kebijakan Hukum Pidana,Jakarta: Sodikin, “instrumen penegakan hukum”
Kencana 2014 http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/kanun/
Machmud. Syahrul, penegakan hukum article/dow nlo ad/6308/5197, diakses
lingkungan indonesia, cetakan pertama tanggal 20 Januari 2020.
,(yogyakarta: grahailmu, Hariannusa, “Pengertian Represif”
2012).hlm.163-169. https://hariannusa.com/, di akses 15
Soekanto, Soejono, sosiologi sebagai sebuah Januari 2020.
pengantar, Jakarta :Rajawali Pers, Jogloabang, “Faktor Hukum”
2017. https://www.jogloabang.com/, diakses
Ernest Runtukahu, “Faktor penghambat 7 Februari 2020.
penegkan hukum” Undang-Undang dasar negara republik
https://ejournal.unsrat.ac.id/ Lex et indonesiatahun 1945 tentang
Societatis, Vol.2,No.2 (Februari lingkungan hidup.
2014):68. Diakses 17 Januari 2020.
Firmansyah, Asram AT. "Kiprah Densus 88 Undang-Undang No 32 tahun 2009 tentang
Dalam Penanganan Teroris Di perlindungan dan pengelolaan
Indonesia." PROSIDING lingkungan.
KONFERENSI NASIONAL KE- Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013
6 (2017). tentang Pencegahan dan pemberatas
Syahrial, “Tujuan Pencegahan dan perusakan hutan.
Pemberantasan Perusakan Hutan” Undang-undang No. 9 Tahun 1960 tentang
id.portalgaruda.org Wahana Forestra: Pokok-pokok Kesehatan.
Jurnal Kehutanan Vol.11, No.1
(Januari 2016). diakses 23 Januari
2020.
Raniry,“DefinisiSosial”https://repository.arran
iry.ac.id/2968/1/SITI%20HARMAILIS
%20ASA.pdf, diakses 5 juni 2019.
Makassarinside, “ilegal
logging”https://makassarinside.com/ill
egal-logging-di-sulsel-belum-
terkontrol/, diakses, 07 agustus 2019.

You might also like