Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
ABSTRAK
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan sudah menghasilkan inovasi teknologi
pertanian berbasis padi di berbagai agroekosistem. Namun tingkat adopsinya masih relatif rendah. Evaluasi
terhadap empat pengkajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dominan mempengaruhi
proses adopsi inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi berbasis padi dan mengetahui tingkat adopsinya.
Kegiatan ini dilakukan di Kabupaten OKI, OKU Timur dan Banyuasin dengan mewawancarai 67 orang
responden pada bulan Juli – September 2007. Berdasarkan hasil analisis deskriptif kualitatif diketahui bahwa (1)
adopsi inovasi teknologi budidaya tanaman padi di Sumatera Selatan dipengaruhi oleh tingkat kebutuhan petani
terhadap inovasi teknologi, sifat kekosmopolitan petani, triabilitas dan kompleksitas teknologi dan intensitas
pembinaan, (2) indeks adopsi inovasi petani terhadap paket teknologi budidaya padi kondisinya beragam
tergantung pada jenis kegiatan, (3) petani di Sumatera Selatan umumnya memberikan apresiasi positif terhadap
peneliti-penyuluh BPTP Sumatera Selatan, terlihat dari tingginya minat petani untuk mendapatkan berbagai
media informasi pertanian BPTP Sumatera Selatan, dan (4) temuan kajian ini mengindikasikan faktor
komunikasi memegang peran utama yang dapat mempengaruhi adopsi teknologi.
1
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol.13 No. 2 Juli 2010 : 119 - 130
Analisis Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian Berbasis Padi di Sumatera Selatan dalam Perspektif Komunikasi (Jauhari
Efendy dan Yanter Hutapea)
2
PENDAHULUAN dicari solusinya agar visi dan misi Badan
Litbang Pertanian sebagai lembaga penyedia
teknologi pertanian spesifik lokasi khususnya
Pengkajian yang selama ini dilakukan kepada para petani mencapai tingkat efisiensi
oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian dan efektivitas yang tinggi.
Sumatera Selatan telah banyak menghasilkan Metode komunikasi yang tepat dalam
teknologi usahatani terapan yang siap proses penyampaian teknologi pertanian kepada
diaplikasikan di tingkat petani. Namun dalam petani dan para stakeholders merupakan kunci
perkembangannya, tingkat adopsi teknologi keberhasilan dan keberlanjutan program
hasil- hasil pengkajian tersebut belum secara pengkajian di Sumatera Selatan. Dalam
optimal diaplikasikan oleh pengguna teknologi perspektif komunikasi, terdapat tiga komponen
(petani) maupun para stakeholders lainnya. utama yang perlu diperhatikan berkaitan
Tidak jarang petani kembali melaksanakan dengan proses penyampaian informasi
kegiatan usahatani menggunakan teknologi teknologi pertanian (Rogers dan Shoemaker,
eksisting (cara lama/ tradisional) setelah 1971). Ketiga komponen tersebut adalah : (1)
kegiatan pengkajian berakhir (Efendy et al., sumber informasi (source), yaitu peneliti-
2005). penyuluh yang terlibat aktif dalam kegiatan
Untuk menyebarkan informasi penelitian dan pengkajian (litkaji); (2)
pertanian diperlukan keterlibatan berbagai pesan/informasi yang disampaikan (message)
pihak, seperti peneliti, penyuluh dan petani. kepada calon pengguna; serta (3) media/saluran
Peneliti sebagai sumber atau penghasil (channel) yang digunakan dalam
teknologi, penyuluh sebagai penyalur teknologi menyampaikan informasi. Kajian ini bertujuan
dan petani sebagi pengguna teknologi. untuk menganalisis faktor-faktor yang dominan
Keterkaitan ini tidak dapat diabaikan begitu mempengaruhi proses adopsi inovasi teknologi
saja. Adanya satu pihak yang tidak terlibat, pertanian berbasis padi dalam perspektif
mengakibatkan penyaluran informasi tersebut komunikasi kasus di Sumatera Selatan.
tidak sesuai dengan yang diharapkan
(Kartasapoetra, 1996). Para pembimbing
teknologi dituntut perannya secara aktif dalam METODOLOGI
proses transfer teknologi hasil-hasil
penelitian/pengkajian kepada petani maupun
stakeholders lainnya. Berkaitan dengan hal
tersebut, maka pemahaman terhadap metode Waktu dan Lokasi Penelitian
penyampaian informasi yang tepat merupakan Pengkajian dilakukan tahun 2007,
aspek yang penting untuk diperhatikan dalam dengan mengevaluasi adopsi empat pengkajian
rangka meningkatkan dan mempercepat adopsi yang sudah berakhir beberapa tahun
inovasi. sebelumnya. Lokasi kegiatan berada di tiga
Salah satu indikator keberhasilan kabupaten yaitu Kabupaten OKI, OKU Timur
program pengkajian teknologi pertanian adalah dan Banyuasin. Pengambilan sampel dilakukan
seberapa besar hasil-hasil pengkajian tersebut secara acak sederhana. Jumlah responden
diadopsi oleh pengguna (terutama petani) sebanyak 67 orang yang terdiri dari petani 62
untuk selanjutnya diaplikasikan dalam kegiatan orang, dan 5 orang petugas (PPL). Wawancara
usahatani (Hanafi, 1988). Rendahnya tingkat dengan responden dilakukan pada bulan Juli-
adopsi inovasi yang ditandai dengan banyaknya September 2007. Adapun sebaran responden
petani kooperator kembali melakukan aktivitas yang diambil dari masing masing kegiatan
usahataninya menggunakan cara lama (pola adalah sebagai berikut (Tabel 1):
tradisonal) menunjukkan belum optimalnya
program pengkajian teknologi pertanian di
Sumatera Selatan. Fenomena ini perlu segera
3
Tabel 1. Sebaran Responden pada Masing-masing Pengkajian yang di Evaluasi
Jumlah 62 5
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data jumlah variabel pada tahun dasar (Subagyo,
primer dan sekunder. Data primer diperoleh 1998; Dajan, 1993). Cara ini digunakan untuk
melalui wawancara menggunakan kuesioner menghitung indeks adopsi. Sebagai tahun ke
yang disusun secara terstruktur dan sistematis, n adalah tahun dilakukannya evaluasi adopsi
terhadap 67 orang responden yang terdiri dari (tahun 2007), sedangkan tahun dasarnya adalah
petani kooperator dan petugas lapang yang masing-masing tahun pada saat dilakukannya
pernah terlibat dalam kegiatan pengkajian pengkajian tersebut seperti pada Tabel 1.
dimana pembimbing teknologinya adalah para
peneliti-penyuluh dari BPTP Sumatera Selatan.
Data primer meliputi: jumlah komponen
teknologi yang diterapkan dan yang tidak
diterapkan masing-masing petani. Sedangkan
data sekunder berupa kumpulan data yang
didapat dari berbagai instansi maupun lembaga
terkait sebagai data penunjang/tambahan.
Adapun komponen teknologi pada masing-
masing pengkajian (Tabel 2). HASIL DAN PEMBAHASAN
Metode Analisis Data
Karakteristik Responden
Untuk mengevaluasi adopsi teknologi,
diukur menggunakan angka indeks tidak Umur
tertimbang (unweight index) dengan metode
agregative sederhana. Indeks tidak tertimbang Parameter umur responden menggunakan
menghitung tanpa mempertimbangkan weight ukuran lama hidup mereka sampai saat
atau bobot yang merupakan ukuran penting dilakukan pengambilan data (kegiatan
atau tidaknya variabel yang diukur indeksnya pengkajian) dalam satuan tahun. Dari 67
itu. Metode agregative sederhana responden terlihat umur responden beragam
membandingkan jumlah variabel pada tahun ke dari termuda 27 tahun, tertua 70 tahun dengan
n dengan rata-rata 48,38 tahun (Tabel 3).
Analisis Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian Berbasis Padi di Sumatera Selatan dalam Perspektif Komunikasi (Jauhari
Efendy dan Yanter Hutapea)
4
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol.13 No. 2 Juli 2010 : 119 - 130
5
Tabel 2. Komponen Teknologi dari Masing-masing Pengkajian
Analisis Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian Berbasis Padi di Sumatera Selatan dalam Perspektif Komunikasi (Jauhari
Efendy dan Yanter Hutapea)
6
Berdasarkan keadaan tingkat pendidikannya Lamanya pengalaman berusahatani
dapat diketahui kemampuan pemahaman disebabkan kegiatan pertanian khususnya
responden terhadap upaya pengembangan tanaman padi merupakan aktivitas yang sudah
usahatani padi baik didalam mengadopsi berlangsung secara turun-temurun dari generasi
teknologi pertanian spesifik lokasi (bagi petani) ke generasi sebagai matapencaharian dalam
maupun memberikan bimbingan dan pembinaan memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
bagi para petugas lapang. Distribusi responden
menurut tingkat pendidikan formal disajikan
dalam Tabel 4. Tabel 5. Distribusi Petani menurut Pengalaman
Berusahatani Padi*
Tingkat pendapatan
Tingkat pendidikan formal yang pernah
dicapai seluruh responden menunjukkan adanya Tingkat pendapatan responden dihitung
keragaman, yaitu mulai mereka yang tidak dari seluruh jumlah penghasilan keluarga.
pernah mengenyam pendidikan formal sampai Tingkat pendapatan tersebut diukur dari
dengan pendidikan pada tingkat perguruan penghasilan kotor yang diterima dalam kurun
tinggi/akademi atau yang sederajat. waktu satu bulan dengan satuan rupiah. Data
Berdasarkan data pada Tabel 4 menunjukkan hasil kegiatan pengkajian mengenai tingkat
bahwa pada umumnya tingkat pendidikan pendapatan responden disajikan dalam Tabel 6.
formal responden relatif rendah dimana
proporsi terbesar berpendidikan SD dengan Tabel 6. Distribusi Responden menurut Tingkat
persentase sebesar 47,76% atau sebanyak 32 Pendapatan
orang. Proporsi terbesar responden pada
pendidikan SD ini
menuntut semakin perlunya penyuluhan untuk Tingkat pendapatan Jumlah Persentase
No. (Rp)
meningkatkan kemampuan petani. (orang) (%)
1. < 500.000 7 10,45
Pengalaman usahatani padi 2. 500.000-999.000 20 29,85
Ditinjau dari aspek pengalaman 3. 1.000.000-1.499.000 22 32,84
usahatani padi menunjukkan adanya variasi 4. 1.500.000-1.999.000 10 14,93
dan kesenjangan lama waktu yang cukup tajam 5. ≥ 2.000.000 8 11,93
dimana pengalaman termuda 5 tahun sedangkan
paling lama 60 tahun dengan rata-rata 21 tahun. Jumlah total 67 100,00
Berdasarkan pengalaman berusahatani padi,
maka sebagian besar yaitu sebanyak 17 orang Data pada Tabel 6 menunjukkan
(27,42%) memiliki pengalaman berusahatani sebagian besar pendapatan responden berada
padi cukup lama yaitu antara 16-20 tahun pada kisaran Rp.1.000.000-1.499.000 dengan
(Tabel 5). rata-rata Rp.899.080,30. Kisaran angka rata-
rata tingkat
7
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol.13 No. 2 Juli 2010 : 119 - 130
Analisis Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian Berbasis Padi di Sumatera Selatan dalam Perspektif Komunikasi (Jauhari
Efendy dan Yanter Hutapea)
8
pendapatan di atas, secara umum masih berada Bila ditinjau dari status penguasaan
pada tingkatan yang cukup besar sehingga lahan, sebagian besar responden adalah pemilik
dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok penggarap. Dianataranya sekitar 12,90% juga
keluarga seperti sandang, pangan dan papan sebagai penyewa lahan.
serta berbagai kebutuhan sosial
kemasyarakatan.
Jenis lahan sawah
Tingginya pendapatan responden
tersebut disebabkan banyaknya sumber-sumber Ditinjau dari aspek daya dukung
pendapatan di luar baik dalam bidang out farm lingkungan sumberdaya alam berupa lahan
maupun off farm seperti berdagang, buruh tani, pertanian, sangat memungkinkan bagi
usaha perbengkelan dan lain sebagainya. masyarakat setempat untuk menekuni bidang
usaha pertanian terutama tanaman padi.
Tanaman padi yang diusahakan berada pada
Karakteristik Usahatani tiga agroekosistem yang berbeda yaitu lebak
(24,20%), pasang surut (19,35%) dan irigasi
Penguasaan lahan pertanian (56,45%).
Tingkat penguasaan lahan pertanian
Tabel 8. Jenis Lahan Sawah
komunitas petani di Sumatera Selatan sebagian
besar berada pada kisaran 0,26-0,50 ha Jenis lahan Jumlah Persentase
(25,81%), sementara itu petani yang N sawah (orang) (%)
penguasaan lahan pertaniannya ≤ 0,25 ha
menduduki proporsi terendah (8,06%). Akan 1. Lebak 15 24,20
tetapi secara spesifik komunitas petani di
Kabupaten Banyuasin yang memiliki rata-rata 2. Pasang Surut 12 19,35
penguasaan lahan pertanian lebih luas yaitu
2,16 ha dibanding dengan komunitas petani di 3. Irigasi 35 56,45
kabupaten/lokasi lain. Tingginya rata-rata
Jumlah 62 100,00
penguasaan lahan usahatani ini berasal dari
pemberian pemerintah sebagai
jatah transmigran yang luas masing-masing Tata air pada lahan rawa lebak hampir
2 ha/KK. Sementara itu lahan yang dimiliki sepenuhnya alami, tergenang pada musim
komunitas petani di kabupaten/lokasi lainnya penghujan dan surutnya air pada saat musim
sebagian besar berasal dari pemberian orang tua kemarau. Kendala utama yang dihadapi petani
dan/atau membeli dengan luasan antara 0,25-1 didalam mengelola usahatani di wilayah ini
ha. adalah sulitnya meramal secara tepat mengenai
datang dan surutnya air. Pengusahaan padi di
Tabel 7. Distribusi Responden Menurut Penguasaan Lebak ini dilakukan pada musim kemarau.
Lahan Usahatani* Sejak dibangunnya bendungan melalui Proyek
Luas Upper Komering pada tahun 1991, lahan sawah
di lokasi
No. Penguasaan Jumlah Persentase pengkajian Kabupaten OKU Timur menjadi
lahan (orang) (%) sawah irigasi teknis yang sumber airnya berasal
1. (hektar) dari Sungai Komering. Mulai saat itu petani
2. ≤ 0,25 5 8,06 dapat menanam padi dua kali dalam satu tahun
0,26-0,50 16 25,81 yaitu pada musim hujan (MH), dan kemarau
3. (MK-1). Di Kabupaten Banyuasin dengan
4. 0,51-1,00 13 20,98
agroekosistem pasang surut, tanaman padinya
1,01-1,50 9 14,52
5. masih diusahakan satu kali dalam satu tahun
1,51-2,00 8 12,90 yaitu pada saat musim hujan. Peluang untuk
6.
> 2,00 11 17,73 menanam padi dua kali dalam satu tahun di
1
p asang su rut ini dapat
Jumlah total 62 100,00 dilakukan dengan memperbaiki pintu keluar dan
masuknya air dan jaringan tata air mikronya.
* : Data yang dianalisis berasal dari responden
kelompok petani
Analisis Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian Berbasis Padi di Sumatera Selatan dalam Perspektif Komunikasi (Jauhari
Efendy dan Yanter Hutapea)
1
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adopsi beranggapan bahwa persoalan yang paling
Inovasi Teknologi Pertanian penting untuk segera ditangani adalah adanya
Bagi seorang petani menentukan bantuan modal usahatani pada saat musim
suatu pilihan terhadap hadirnya suatu inovasi tanam. Fenomena di atas menunjukkan bahwa
merupakan proses panjang yang harus dilalui disamping aspek inovasi teknologi maka aspek
sebelum memutuskan untuk menerima kelembagaankhususnyalembagakeuanganmikro
(adoption) maupun menolak (rejection) inovasi di perdesaan menjadi kebutuhan yang sangat
tersebut. Keputusan inovasi merupakan suatu mendesak untuk segera dicarikan
tipe pengambilan keputusan yang khas karena solusinya.Dari segi kemudahan dalam
mereka harus memilih alternatif baru (inovasi) menerapkan inovasi teknologi (kompleksitas)
dan meninggalkan teknologi lama. sebanyak 88,71% petani menyatakan mudah
menerapkannya. Sisanya 9,67% menyatakan
Persepsi petani terhadap pesan atau kurang bisa dipahami dan 1,62% menyatakan
inovasi teknologi yang disampaikan menjadi sulit memahaminya. Untuk mencoba inovasi
penentu keberhasilan dalam proses adopsi yang dianjurkan tersebut, sebagian besar petani
inovasi. Rogers dan Shoemaker (1986) (93,55%) menyatakan mudah untuk
menyatakan bahwa cepat lambatnya proses menerapkannya, sebanyak 4,83% petani
adopsi inovasi dipengaruhi oleh ciri-ciri yang menyatakan agak sulit dan sisanya 1,62%
melekat pada inovasi terbut. Beberapa menyatakan sulit untuk menerapkannya.
karakteristik dari inovasi teknologi pertanian
berbasis padi diantaranya meliputi tingkat Petani memiliki persepsi yang baik
kesulitan (kompleksitas) inovasi teknologi, terhadap inovasi teknologi berbasis padi
mudah dalam penerapan (triabilitas) serta dengan persentase rata-rata petani 87,10%
kesesuaian dengan kebutuhan petani (selective (persentase tertinggi dari kesesuaian dengan
exposure). tingkat kebutuhan, kompleksitas dan
triabilitas). Dengan demikian secara umum
Berdasarkan hasil pengkajian sebanyak dapat dinyatakan bahwa inovasi teknologi
49 petani (79,03%) menyatakan bahwa tingkat sistem usahatani padi yang diintroduksikan
kebutuhan terhadap suatu inovasi menjadi pada empat kegiatan pengkajian, teknologinya
faktor utama yang mendukung dan memotivasi memang dibutuhkan, mudah dipahami dan
mereka untuk mengadopsi suatu teknologi. diterapkan. Faktor lain yang juga berpengaruh
Kenyataan ini dapat dibuktikan dengan inovasi dalam pengadopsian suatu inovasi adalah sifat
beberapa varietas unggul padi yang internal dari seseorang (petani) seperti tingkat
diintroduksikan di berbagai lokasi pengkajian kekosmopolitan.
dimana hampir seluruh petani mengadopsi
varietas unggul tersebut. Berdasarkan hasil pengkajian menunjuk-
kan bahwa sebanyak 6 orang (9,67%) yang
Penggunaan varietas lokal sebagaimana memiliki tingkat kekosmopolitan relatif
yang selama ini digunakan ternyata hasilnya tinggi ternyata lebih bersifat terbuka terhadap
kurang memuaskan sehingga munculnya hadirnya suatu inovasi walaupun mereka
varietas unggul yang secara signifikan belum mengetahui secara pasti keunggulan dan
produksinya lebih tinggi menjadi daya tarik kehandalan inovasi tersebut. Sebagian besar di
tersendiri bagi petani untuk mengadopsinya. antara mereka (79,03%) digolongkan dalam
Fenomena di atas sejalan dengan pendapat kategori kekosmopolitan sedang dimana
Hanafi (1988) yang menyatakan bahwa jarang mereka ini merasa perlu untuk mengetahui
sekali seseorang membuka diri terhadap suatu keberhasilan dari teknologi yang diintroduksi
inovasi jika mereka belum membutuhkan walaupun baru sebagian kecil orang yang
inovasi tersebut. menerapkan dan mereka nilai berhasil. Hal ini
Sebanyak 11,30% responden menyatakan berbeda dengan beberapa petani lainnya
inovasi teknologi tersebut kurang sesuai dengan (11,30%) dimana untuk mengadopsi suatu
kebutuhan dan 9,67% menyatakan tidak sesuai inovasi mereka membutuhkan waktu relatif
kebutuhan (Tabel 9). Petani yang menyatakan lama karena mereka harus melihat sebagian
teknologi introduksi kurang atau bahkan tidak besar orang berhasil dan meyakini terlebih
sesuai dengan kebutuhan petani karena mereka dahulu bahwa inovasi tersebut benar-benar
menguntungkan secara ekonomi.
1
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol.13 No. 2 Juli 2010 : 119 - 130
Analisis Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian Berbasis Padi di Sumatera Selatan dalam Perspektif Komunikasi (Jauhari
Efendy dan Yanter Hutapea)
1
Tabel 9. Faktor yang Mempengaruhi Adopsi Inovasi Teknologi
Analisis Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian Berbasis Padi di Sumatera Selatan dalam Perspektif Komunikasi (Jauhari
Efendy dan Yanter Hutapea)
1
oleh Soekartawi (1988) bahwa adopsi inovasi Kisaran angka indeks adopsi inovasi
mengandung pengertian yang kompleks dan tersebut menunjukkan petani rata-rata hanya
dinamis karena menyangkut proses mengadopsi sebagian saja dari teknologi yang
pengambilan keputusan (decision making diintroduksikan. Dari beberapa jenis inovasi
behaviour) dimana banyak faktor yang yang diperkenalkan, varietas padi unggul
mempengaruhinya. merupakan komponen teknologi yang paling
Menurut petani dari beberapa komponen banyak diadopsi petani.
teknologi yang diperkenalkan pada umumnya Sementara itu terhadap teknologi
masih merupakan sesuatu yang baru. Tingkat penataan air (tata air mikro) walaupun memiliki
adopsi inovasi petani terhadap paket teknologi tingkat urgensi yang cukup tinggi
budidaya tanaman padi menunjukkan adanya pemanfaatannya di agroekosistem lahan rawa
keragaman atau variasi berdasarkan komponen pasang surut oleh petani kurang optimal.
teknologi yang diintroduksikan. Distribusi
adopsi inovasi teknologi pertanian spesifik
lokasi disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Distribusi Tingkat Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian Berbasis Padi
Komponen Komponen
Indeks adopsi teknologi paling teknologi paling
No. Judul Pengkajian banyak diadopsi sedikit diadopsi
teknologi
(komponen) (komponen)
1. Pengkajian Model Sistem Usahatani 47,98 3 5
Pertanian Berbasis Komunitas Lokal di
Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan
1
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol.13 No. 2 Juli 2010 : 119 - 130
Analisis Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian Berbasis Padi di Sumatera Selatan dalam Perspektif Komunikasi (Jauhari
Efendy dan Yanter Hutapea)
1
Tabel 11. Distribusi Persepsi Petani terhadap Komunikator
1
juga mendapatkan pendistribusian media
tersebut melalui kelompok-kelompok tani. KESIMPULAN
Tipe Komunikasi dalam Adopsi Inovasi 1. Adopsi inovasi teknologi budidaya tanaman
Seorang petani dalam menerima padi di Sumatera Selatan dipengaruhi oleh
informasi baik secara lisan ataupun berdasarkan tingkat kebutuhan petani terhadap inovasi
objek yang mereka lihat, pada akhirnya akan teknologi, sifat kekosmopolitan petani,
membentuk persepsi. Pembentukan persepsi triabilitas dan kompleksitas teknologi dan
dalam kaitannya dengan aktivitas komunikasi intensitas pembinaan.
merupakan suatu proses dimana informasi yang 2. Indeks adopsi inovasi petani terhadap paket
diterima oleh seseorang kemudian disusun teknologi budidaya tanaman padi
menjadi satu kesatuan yang bermakna kemudian kondisinya beragam tergantung pada jenis
diinterpretasikan. kegiatan. Karena itu kegiatan identifikasi
Komunikasi pada adopsi inovasi terhadap komponen teknologi inovasi
teknologi pertanian berbasis padi ini memiliki merupakan aspek yang penting.
dua tipe yaitu komunikasi intra personal 3. Petani di Sumatera Selatan umumnya
(intrapersonal communication) dan komunikasi memberikan apresiasi positif terhadap
antar personal (interpersonal communication). peneliti-penyuluh BPTP Sumatera Selatan
Komunikasi intra personal adalah komunikasi selaku komunikator dalam menyampaikan
yang terjadi dalam diri individu, sedangkan informasi teknologi pertanian berbasis padi.
komunikasi antar personal berlangsung antara Terlihat dari tingginya minat petani untuk
dua orang individu atau lebih (Cangara, 2007). mendapatkan berbagai media informasi
Komunikasi intrapersonal pada proses pertanian BPTP Sumatera Selatan.
adopsi inovasi teknologi, umumnya terjadi 4. Temuan kajian ini mengindikasikan faktor
pada tahap evaluasi mengenai kehandalan komunikasi memegang peran utama yang
inovasi teknologi tersebut. Pada tahap ini, calon dapat mempengaruhi adopsi teknologi.
adopter (petani) mulai mempertimbangkan
berbagai aspek yang dapat mendukung maupun
berbagai faktor penghambat yang diakibatkan
oleh diadopsinya teknologi tersebut. Biasanya DAFTAR PUSTAKA
komunikasi intrapersonal terjadi setelah proses
komunikasi interpersonal. Sementara itu, hal-
hal yang dikomunikasikan antar pribadi terkait Abuasir, S., N. Hakim dan Y. Sumitro. 2004.
dengan inovasi seperti penggunaan varietas Faktor-faktor yang mempengaruhi
unggul, penanaman, pemupukan, pengairan, adopsi sistem usahatani mina padi di
dan penanggulangan hama/penyakit baik antar Desa Pujo Rahayu Kecamatan Belitang
dua individu atau dalam kelompok kecil yang Kabupaten Ogan Komering Ulu. Jurnal
berlangsung secara tatap muka dan mereka KPM Komunikasi dan Pengembangan
saling berinteraksi. Penjelasan yang diterima Masyarakat. Vol.1 No.1, April 2004.
oleh calon adopter baik dari penyuluh, kontak
tani maupun sesama teman menimbulkan Bestina, Supriyanto, S. Hartono dan A. Syam.
kesan tersendiri bagi petani, yang kemudian 2005. kinerja penyuluh pertanian dalam
akan diolah dalam pikirannya. Secara pribadi, pengembangan agribisnis nenas di
petani dapat memberikan arti terhadap inovasi Kecamatan Tambang, Kabupaten
yang diamatinya, kemudian mengalami proses Kampar. JPPTP Vol. 8 No. 2, Juli 2005.
dalam pikiran setelah mendapat rangsangan
dari pancainderanya. Hasil kerja pikiran yang Dajan, A. 1993. Pengantar Metode Statistik.
ditimbulkan baik oleh komunikasi intra Lembaga Penelitian, Pendidikan dan
personal maupun interpersonal menimbulkan Penerangan Ekonomi dan Sosial, Jakarta.
keputusan bagi petani untuk menerima atau
menolak suatu inovasi.
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol.13 No. 2 Juli 2010 : 119 - 130
Analisis Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian Berbasis Padi di Sumatera Selatan dalam Perspektif Komunikasi (Jauhari
Efendy dan Yanter Hutapea)
1
Departemen Pertanian. 2001. Keputusan
Menteri Pertanian Nomor : 350/Kpts/ Sarworini, S., Nurhidayat, Mardianis, Y.
OT.2001/6/2001 Tentang Organisasi dan Hutapea dan B. Raharjo. 2001. Laporan
Tata Kerja Balai Pengkajian Teknologi Akhir Pengkajian Model Sistem Usaha
Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. Pertanian Berbasis Komunitas Lokal
di Lahan Rawa Pasang Surut Sumatera
Selatan. Proyek Pengkajian Teknologi
Efendy, J., Muzhar, Y. Hutapea, IKW. Edi, Pertanian Partisipatif Sumatera Selatan.
Suparwoto dan Masrifawati. 2005.
Laporan Akhir Jaringan Komunikasi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Komunitas Petani di Lahan Rawa Sumatera Selatan. Badan Penelitian dan
Sumatera Selatan. Balai Pengkajian Pengembangan Pertanian. Departemen
Teknologi Pertanian Sumatera Selatan. Pertanian.
Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian. Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Universitas Indonesia Press.
Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.