You are on page 1of 15

Jurnal Ilmu Kehutanan Hasil Penelitian

Volume VI No. 1, Januari - Maret 2012

EVALUASI KEGIATAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN MENGGUNAKAN


ANALISIS MULTIKRITERIA
(STUDI KASUS DI DESA BUTUH KIDUL KECAMATAN KALIKAJAR,
KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH)

ARIS JATMIKO1*, RONGGO SADONO2, LIES RAHAYU WIJAYANTI FAIDA3

Alumni Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta


1

*E-mail: masmiko24@gmail.com
2
Bagian Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
3
Bagian Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

ABSTRACT

Forest and land rehabilitation program aims to restore, maintain, and improve forest and land function.
The ultimate goal of this program is sustainability of forest-land capacity and productivity as supporting
life system. Evaluation to this program is a necessity in determining the success of land and forest
rehabilitation, reducing the risks and increasing the potential success. This research was carried
out to set up the criteria and indicators and to test them against the performance of forest and land
rehabilitation in Butuh Kidul Village, Kalikajar Sub District, Wonosobo District, Central Java. Multicriteria
analysis using Analytical Hierarchy Process (AHP) was adopted in this study. Evaluation process was
began by formulating a set of criteria and indicators, followed by exercising judgment and scoring by
experts, people, and other stakeholders under AHP framework. The results showed that there were
four key criteria to evaluate the success of Forest and Land Rehabilitation, namely: (i) prerequisite,
(ii) production, (iii) ecology, and (iv) socio-economic criteria. From experts judgment comparison, the
weighed preferences were, respectively : 0,05; 0,21; 0,43; and 0,31. Based on these figures, the comparative
value of Forest and Land Rehabilitation in Butuh Kidul Village, Kalikajar Sub District, Wonosobo
District, Central Java was 0,80 in the range of 0,33-1. The percentage of success rate was 70,55 %, or
the “moderate”, indicating that RHL in this case may still be enhanced.

Keywords : Evaluation of forest and land rehabilitation, multi-criteria analysis, criteria and indicators

INTISARI

Rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) merupakan upaya untuk memulihkan, mempertahankan, dan
meningkatkan fungsi hutan dan lahan.Tujuan akhir program ini adalah tetap terjaganya daya dukung,
produktivitas serta peranan hutan dan lahan dalam mendukung sistem penyangga kehidupan. Evaluasi
RHL diperlukan dalam upaya mengetahui tingkat keberhasilan RHL, menekan risiko kegagalan dan
meningkatkan kemungkinan keberhasilan. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan perangkat kriteria
dan indikator keberhasilan RHL, serta menggunakan perangkat kriteria dan indikator tersebut untuk
menilai keberhasilan RHL di Desa Butuh Kidul Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo, Jawa
Tengah.Evaluasi RHL dilakukan dengan analisis multikriteria menggunakan metode Analytical Hierarchy
Processes. Proses evaluasi dimulai dari penetapan kriteria dan indikator, kemudian diikuti dengan
pemberian bobot yang melibatkan pakar, masyarakat serta stakeholder. Langkah selanjutnya adalah
pemberian skor pada tiap indikator; dan perhitungan skor total tingkat keberhasilan RHL di desa Butuh
Kidul Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Penelitian ini menghasilkan empat

30
EVALUASI KEGIATAN REHABILITASI HUTAN ... Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume VI No. 1, Januari - Maret 2012

kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi kegiatan RHL yaitu kriteria prasyarat, produksi, ekologi,
dan sosial ekonomi. Dari perbandingan berpasangan yang dilakukan oleh tim pakar diperoleh bobot
untuk kriteria tersebut masing-masing sebesar : 0,05; 0,21; 0,43; dan 0,31. Berdasarkan bobot tersebut
maka keberhasilan RHL di Desa Butuh Kidul Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo mempunyai
skor terbobotkan sebesar 0,80, dalam rentang skor 0,33-1. Persentase tingkat keberhasilan kegiatan
RHL adalah sebesar 70,55 %, termasuk dalam predikat “sedang” sehingga masih perlu diadakan
penyempurnaan kegiatan RHL di masa yang akan datang.

Kata Kunci : Evaluasi rehabilitasi hutan dan Lahan, analisis multikriteria, kriteria dan indikator

PENDAHULUAN pola penggunaan lahan yang dilakukan oleh


masyarakat sebelum dilaksanakannya RHL. Pola
Degradasi hutan yang terjadi serta banyaknya penggunaan lahan di lokasi penelitian didominasi
lahan kritis memberikan berbagai macam efek oleh tanaman semusim, berupa sayur-sayuran
buruk, sehingga diperlukan upaya rehabilitasi hutan dan tanaman tembakau. Pola penggunaan lahan
dan lahan untuk menekan degradasi hutan dan yang demikian menimbulkan risiko kerusakan
memperbaiki lahan kritis tersebut (Brown, 1994). lingkungan yang cukup besar.
Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) RHL merupakan program yang kompleks,
bertujuan pulihnya kondisi hutan dan lahan sehingga karena menyangkut berbagai aspek, memerlukan
dapat berfungsi kembali secara normal dan lestari jangka waktu yang lama (multiyears), melibatkan
sebagai sistem penyangga kehidupan. Menurut berbagai pihak, serta menggunakan sumber daya
Peraturan Pemerintah No 76 Tahun 2008 tentang yang tidak sedikit. Konsekuensi dari kompleksitas
Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan, rehabilitasi tersebut adalah rumitnya manajerial serta tingginya
hutan dan lahan bertujuan untuk memulihkan, risiko kegagalan pencapaian tujuan RHL. Dalam
mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan upaya mengetahui tingkat keberhasilan RHL,
dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan menekan risiko kegagalan atau meningkatkan
peranannya dalam mendukung sistem penyangga tingkat keberhasilan, maka diperlukan berbagai
kehidupan tetap terjaga (Anonim, 2008). proses tindakan manajemen salah satunya adalah
Evaluasi diperlukan untuk mengetahui apakah evaluasi RHL.
tujuan telah tercapai atau belum (Maksum, 2005), Karakteristik kegiatan yang kompleks
terlebih lagi mengingat letak kegiatan di kawasan hulu mengakibatkan proses evaluasi RHL perlu dilakukan
(Sub DAS Begaluh, DAS Serayu) yang merupakan dengan cermat, sistematis, dan menyeluruh. Evaluasi
daerah penyangga dengan ketinggian 1.388 mdpl. RHL yang sudah pernah dilakukan sampai saat
Berdasarkan letak dan ketinggian yang semestinya ini masih terfokus pada pertanggungjawaban
dijadikan kawasan lindung, tingkat keberhasilan kegiatan, hanya menggunakan ukuran persentase
RHL mempunyai pengaruh yang besar terhadap hidup tanaman, tinggi pohon, dan tingkat
kondisi daerah di sekelilingnya apalagi bila dilihat kesehatan tanaman hasil RHL, yang belum

31
Jurnal Ilmu Kehutanan EVALUASI KEGIATAN REHABILITASI HUTAN ...
Volume VI No. 1, Januari - Maret 2012

cukup untuk mengevaluasi secara total tingkat Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo.
keberhasilan RHL sebagai sebuah sistem. Untuk Penelitian dilaksanakan mulai bulan
mengetahui tingkat keberhasilan RHL sebagai September 2012 - Oktober 2012.
sebuah sistem, maka diperlukan penelitian yang
lebih mendalam dan menyeluruh dengan kriteria Data yang dibutuhkan
dan indikator yang lebih lengkap, mencakup 1. Data primer
seluruh sistem RHL. Data primer merupakan data yang didapatkan
Banyaknya aspek dan kriteria yang harus oleh pengambil data secara langsung dari
dipertimbangkan dalam evaluasi RHL, berakibat sumber data. Pada penelitian ini data
pada dibutuhkannya suatu metode yang mampu primernya meliputi : hasil jawaban
menilai tingkat keberhasilan yang melibatkan wawancara dengan anggota masyarakat
banyak kriteria, salah satunya adalah Analytical yang berperan sebagai informan kunci,
Hierarchy Process (AHP). Menurut Bourgeois pejabat Dinas Kehutanan dan Perkebunan
(2005) AHP umumnya digunakan dengan tujuan Kabupaten Wonosobo, Hasil observasi di
untuk menyusun prioritas dari berbagai alternatif/ lapangan, data pengetahuan silvikultur
pilihan yang ada dan pilihan-pilihan tersebut bersifat masyarakat, partisipasi masyarakat, data
kompleks atau multi kriteria. AHP merupakan perbandingan berpasangan pembobotan kriteria
salah satu metode dalam analisis multikriteria, dan indikator dari pakar, masyarakat, serta
yang memiliki kelebihan berupa struktur yang Pejabat Dinas Kehutanan dan Perkebunan
berhierarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang Kabupaten Wonosobo.
dipilih, sampai kepada sub-indikator yang paling 2. Data Sekunder
mendetail serta memperhitungkan validitas sampai Data sekunder adalah data yang didapatkan
dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria secara tidak langsung oleh pengambil data,
dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil misalnya berasal dari dokumen. Data sekunder
keputusan (Saaty, 1988). Selanjutnya Saaty (2001) yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi
menyatakan bahwa AHP adalah salah satu teknik jumlah tanaman hasil RHL, keterangan
pengambilan keputusan/optimasi multivariat yang mengenai kondisi lokasi penelitian, data
digunakan dalam analisis kebijakan.Aplikasi metode mengenai kondisi geografis dan curah hujan,
AHP diharapkan dapat membuat evaluasi menjadi data kependudukan, data kondisi biofisik, data
suatu proses yang holistik, sistematik, dan dapat historis rangkaian kegiatan RHL yang sudah
menghasilkan rekomendasi bagi penyempurnaan dilakukan, rancangan kegiatan RHL.
kegiatan RHL di masa mendatang.
Teknik pengumpulan data
METODE PENELITIAN 1. Penelitian lapangan
a. Wawancara
Lokasi penelitian Wawancara dilakukan untuk mem-
Penelitian ini dilakukan di Desa Butuh Kidul peroleh informasi atau data dari nara sumber.

32
EVALUASI KEGIATAN REHABILITASI HUTAN ... Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume VI No. 1, Januari - Maret 2012

Wawancara dilakukan terhadap nara sumber pembobotan kriteria dan indikator untuk
untuk mendapatkan data yang dibutuhkan evaluasi RHL.
oleh perangkat kriteria dan indikator. Nara 2. Penelitian Pustaka
sumber di dalam penelitian ini adalah key Yaitu penelitian yang dilakukan dengan
informant atau informan kunci yang dapat mengadakan studi terhadap buku, bahan
memberikan penjelasan secara lengkap bacaan, jurnal, atau sumber data yang lain yang
tentang permasalahan yang dikaji. Informan dijadikan sebagai literatur.
tersebut antara lain adalah Pendamping
Lapangan Kegiatan RHL dari Dinas Teknik analisis data
Kehutanan dan Perkebunan Kab.Wonosobo, Proses analisis data dalam penelitian ini secara
ketua kelompok tani RHL. Informan garis besar adalah sebagai berikut ini.
tersebut merupakan informan yang 1. Penyusunan Hierarki
representatif, memahami permasalahan Menurut Saaty (1988) langkah pertama
yang dikaji sehingga diharapkan hasil dalam analisis multikriteria adalah menyusun
wawancara merupakan data yang akurat hierarkhi yang sesuai dengan prinsip RHL,
dan objektif. kemudian dijabarkan menjadi kriteria dan
b. Observasi indikator. Langkah-langkah yang ditempuh
Observasi yaitu mengadakan dalam menyusun hierarki adalah sebagai
pengamatan langsung di lapangan berikut :
terhadap objek yang diteliti. Observasi a. Mengidentifikasi prinsip/tujuan utama
atau pengamatan langsung di lapangan RHL yang telah dilakukan. Prinsip/tujuan
dipergunakan untuk mendapatkan data ini membentuk suatu payung bagi kriteria,
yang tidak bisa didapatkan dari hasil indikator, dan pengukur.
wawancara ataupun kuesioner. b. Mengidentifikasi bagian-bagian dari
c. Kuesioner tujuan. Setiap tujuan utama selalu
Kuesioner yaitu suatu teknik dihadapkan pada sejumlah batasan atau
pengumpulan data dengan memberikan masalah. Batasan atau masalah inilah yang
atau menyebarkan daftar pertanyaan dinamakan dengan subtujuan, atau faktor-
kepada nara sumber. Dalam penelitian ini, faktor yang mempengaruhi tujuan.
kuesioner yang dibagikan adalah kuesioner c. Mengidentifikasi kriteria, dan indikator
Analisis Hierarchy Process yang diberikan secara jelas dan rinci.
kepada pakar (expert), dalam hal ini adalah d. Mengidentifikasi indikator yang merupakan
Dosen-Dosen di Fakultas Kehutanan komponen atau variabel yang
UGM, tokoh masyarakat, serta pejabat mencerminkan atau mempengaruhi
Dinas Kehutanan dan Perkebunan kriteria. Indikator tersebut dinilai sebagai
Kabupaten Wonosobo. Hasil kuesioner sesuatu yang khusus yang dapat dinilai
AHP ini digunakan di dalam proses dalam hubungannya dengan kriteria.

33
Jurnal Ilmu Kehutanan EVALUASI KEGIATAN REHABILITASI HUTAN ...
Volume VI No. 1, Januari - Maret 2012

Gambar 1. Struktur Hierarki Evaluasi Keberhasilan RHL


e. Mengidentifikasi pengukur yang merupakan c. Kemampuan untuk Penggabungan
data atau informasi yang diperlukan Informasi
untuk menilai indikator. Pengukur tersebut Kriteria dan indikator dapat mencakup
dinyatakan sebagai jenis-informasi yang suatu permasalahan yang spesifik ataupun
perlu untuk dikumpulkan dan sebagai yang lebih luas. Untuk kriteria yang
petunjuk untuk menilai indikator. mencakup permasalahan spesifik harus
Mengacu kepada langkah-langkah yang dapat digabungkan sehingga merupakan
telah disebutkan, dalam penelitian ini hierarki kesatuan yang mempunyai arti lebih luas.
disusun berdasarkan tujuan kegiatan RHL, d. Kemudahan memperoleh data
diturunkan dari prinsip RHL, kemudian e. Kualitas Data Memadai
dijabarkan menjadi kriteria dan indikator, Dalam menetapkan perangkat kriteria
sehingga tersusun sebuah hierarki seperti dan indikator ini peneliti menerapkan
disajikan pada Gambar 1. pendekatan sistem. Melalui pendekatan
sistem ini, semua elemen-elemen sistem
2. Penetapan Kriteria dan Indikator RHL yang diturunkan dari tujuan dan
Dalam analisis multikriteria, penetapan prinsip RHL dipetakan dan hubungan
kriteria dan indikator menjadi hal yang sangat antar elemen-elemen RHL dijelaskan
mendasar. Pemilihan kriteria dan indikator dengan oval diagramming (diagram
didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut oval). Oval diagraming menggambarkan
(Sugiyono dalam Ridlo, 2009): masalah sebagai seperangkat hubungan
a. Sederhana, agar mudah dipahami yang kompleks antara variabel sistem
b. Dapat dipertanggungjawabkan dan variabel dalam lingkungan sistem.
Kriteria dan indikator harus mempunyai Selain menerapkan pendekatan sistem di
landasan ilmiah yang dapat dipertanggung- dalam menetapkan perangkat kriteria dan
jawabkan.

34
EVALUASI KEGIATAN REHABILITASI HUTAN ... Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume VI No. 1, Januari - Maret 2012

indikator, peneliti juga melakukan studi Menurut Pambudhi dkk. (2004) dalam Ridho
pustaka untuk mendapatkan bahan (2009) untuk mencari skor langkah yang
masukan. diperlukan adalah sebagai berikut:
3. Validasi Perangkat Kriteria dan Indikator
Perangkat kriteria dan indikator yang
digunakan dalam evaluasi tersebut diuji
terlebih dahulu (diverifikasi dan divalidasi), agar
menjadi alat yang tepat untuk mengevaluasi dalam hal ini :
tingkat keberhasilan RHL.Validasi yang pertama R : Skor pada tiap indikator;
yaitu dengan mengkonsultasikannya dengan Xi : Skor pada pengukur i ; dan
para pakar (expert). Dari hasil validasi oleh pakar Bi : Bobot pengukur i.
diperoleh saran-saran masukan dan rekomendasi
untuk penyempurnaan perangkat kriteria Setelah mengetahui nilai pada setiap
dan indikator. Validasi yang kedua adalah uji indikator, selanjutnya adalah menghitung nilai
coba alat model evaluasi tersebut dengan cara pada setiap kriteria. Untuk mendapatkan skor
mencocokkannya dengan kondisi riil di kriteria terlebih dahulu skor setiap indikator
lapangan. yang ada dalam kriteria yang bersangkutan
4. Perbandingan Berpasangan untuk mendapatkan harus dikalikan dengan bobot masing-masing
bobot perangkat kriteria dan indikator. indikator (bobot indikator terhadap kriteria)
Perbandingan berpasangan tersebut dengan rumus (2) sebagai berikut:
dilakukan dengan membagikan kuesioner AHP
kepada narasumber yang meliputi para pakar,
masyarakat, dan stakeholder.
5. Perhitungan indeks konsistensi.
Bobot yang didapatkan dari hasil dalam hal ini :
perbandingan berpasangan harus konsisten. Vi : Skor pada tiap indikator;
Nilai indeks konsistensi tidak boleh melebihi Xi : Skor pada pengukur i ;
10%. Apabila nilai indeks konsistensi di atas Bi : Bobot pengukur i.
10% maka terjadi ketidak-konsistenan pakar BVi : Bobot Indikator.
di dalam memberikan penilaian pada proses
perbandingan berpasangan (Mendoza & Masing-masing skor indikator dikalikan
Macoun, 1999). dengan bobotnya masing-masing dengan
6. Skoring untuk tiap indikator dan perhitungan rumus (2). Skor suatu kriteria merupakan
skor total keberhasilan RHL. hasil penjumlahan dari seluruh skor indikator
Proses skoring dilakukan secara bertingkat, dalam kriteria yang bersangkutan yang terlebih
dimulai dari perhitungan skor dari tiap indikator, dahulu dihitung dangan rumus (2) di atas, atau
kriteria, sampai skor total objek penelitian. dapat dirumuskan sebagai berikut:

35
Jurnal Ilmu Kehutanan EVALUASI KEGIATAN REHABILITASI HUTAN ...
Volume VI No. 1, Januari - Maret 2012

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penetapan kriteria dan indikator dilakukan


dalam hal ini : berdasarkan Prinsip kegiatan RHL, yaitu untuk
K : Skor pada kriteria mengembalikan, menjaga, dan meningkatkan
Vi : Skor pada tiap indikator. fungsi hutan dan lahan sebagai sistem penyangga
kehidupan. Untuk bisa memenuhi prinsip tersebut
Setelah diketahui skor tiap kriteria maka maka ada beberapa kriteria yang harus
skor total objek penelitian didapatkan dengan dipertimbangkan, yaitu : prasyarat kegiatan RHL,
menjumlahkan skor semua kriteria yang Produksi, Ekologi atau Lingkungan, dan Sosial
telah dikalikan terlebih dahulu dengan bobot Ekonomi. Masing-masing kriteria tersebut
masing-masing kriteria tersebut. kemudian dijabarkan menjadi indikator-indikator,
7. Konversi skor AHP ke dalam bentuk persentase. yang selanjutnya disebut perangkat kriteria dan
Skor total evaluasi keberhasilan RHL indikator. Dalam menetapkan kriteria dan indikator
selanjutnya dikonversikan ke dalam bentuk tersebut dilakukan dengan bantuan diagram oval,
persentase, dan diberikan predikat sesuai dengan yang berguna untuk memetakan sistem RHL,
nilai persentasenya. Cara konversi skor ke dalam menguraikan elemen-elemen dalam sistem RHL.
persentase adalah dengan membandingkan Adapun diagram oval sistem RHL dalam penelitian
nilai vektor skor hasil penilaian dengan ini disajikan dalam Gambar 2.
nilai vektor skor maksimal yang bisa dicapai, Diagram di atas menggambarkan sistem RHL
kemudian dikalikan seratus persen. yang terdiri dari tiga subsistem utama sesuai
Persentase tingkat keberhasilan dengan tujuan RHL, yaitu subsistem produksi,
telah didapatkan selanjutnya diberi ekologi, dan sosial ekonomi. Ketiga subsistem
predikat tingkat keberhasilannya. tersebut tidaklah berdiri sendiri tetapi saling
Adapun kelas persentase dan predikat berintegrasi dan saling terkait di dalam membentuk
keberhasilan RHL, peneliti mengadopsi sebuah sistem RHL. Selanjutnya untuk tiap-tiap
kelas persentase dan predikat keberhasilan aspek atau kriteria dapat digambarkan subsistemnya
penilaian RHL yang pernah digunakan oleh dalam bentuk diagram oval.
Dishutbun Provinsi DIY (Anonim, 2004) seperti
disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kelas Persentase dan Predikat Keberhasilan RHL


di Desa Butuh Kidul Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo

36
EVALUASI KEGIATAN REHABILITASI HUTAN ... Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume VI No. 1, Januari - Maret 2012

Gambar 2. Diagram Oval Sistem RHL

Gambar 3. Diagram Oval Aspek Produksi Sistem RHL

37
Jurnal Ilmu Kehutanan EVALUASI KEGIATAN REHABILITASI HUTAN ...
Volume VI No. 1, Januari - Maret 2012

Aspek produksi Berkaitan dengan pemilihan kriteria dan


Diagram di atas (Gambar 3) menunjukkan indikator berdasar diagram oval di atas maka
bahwa aspek produksi rehabilitasi hutan dan lahan ditetapkanlah indikator-indikator yang berasal
terdiri dari berbagai elemen yang berkaitan dengan dari subsistem aspek produksi, yaitu dinamika
kondisi tegakan. Hal ini berarti bahwa kondisi struktur tegakan, pengaturan hasil hutan, dan
tegakan mempunyai pengaruh langsung penguasaan silvikultur. Elemen dinamika tanaman
terhadap produksi hutan sebagai hasil dari kegiatan semusim tidak dijadikan indikator di dalam evaluasi
rehabilitasi hutan dan lahan. Ada beberapa elemen RHL karena dinamika tanaman semusim
yang penting di dalam subsistem produksi, yang bukan merupakan bagian yang dilaksanakan dalam
dapat dilihat dari arah panah dalam diagram oval kegiatan RHL. Produktivitas lahan merupakan
di atas. Elemen-elemen subsistem tersebut adalah tujuan RHL yang ingin dicapai, didekati
dinamika struktur tegakan, dinamika tanaman dengan indikator tingkat keberhasilan penanaman.
semusim, pengaturan hasil hutan, kesesuaian Adapun kesesuaian silvikultur dapat diindikasikan
silvikultur, serta produktivitas lahan. atau diukur dari penguasaan teknik silvikultur oleh
masyarakat.

Gambar 4. Diagram Oval Aspek Ekologi Sistem RHL

38
EVALUASI KEGIATAN REHABILITASI HUTAN ... Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume VI No. 1, Januari - Maret 2012

Aspek ekologi vegetatif adalah konservasi mekanis yang


Diagram oval di atas (Gambar 4) menunjukkan tentu berkaitan langsung dengan masalah
bahwa subsistem ekologi memiliki elemen yang pendanaan.
penting yaitu konservasi lahan. Berdasarkan Mengingat pentingnya elemen konservasi
diagram, konservasi lahan turut serta mempengaruhi lahan di dalam subsistem ekologi, maka untuk
produktivitas lahan yang merupakan bagian dari menetapkan indikator perlu diketahui kesesuaian
subsistem produksi. Konservasi lahan dipengaruhi kegiatan konservasi lahan yang telah dilakukan,
oleh elemen dinamika tanaman semusim dan struktur kesesuaian kegiatan konservasinya, serta efektivitas
tegakan. Hal tersebut berarti bahwa konservasi kegiatan konservasi lahan yang telah dilakukan
lahan bisa dilakukan melalui konservasi vegeta- baik secara vegetatif maupun mekanis.
tif. Bentuk konservasi yang lain selain konservasi

Gambar 5. Diagram Oval Aspek Sosial Ekonomi Sistem RHL

39
Jurnal Ilmu Kehutanan EVALUASI KEGIATAN REHABILITASI HUTAN ...
Volume VI No. 1, Januari - Maret 2012

Aspek sosial ekonomi kriteria dan indikator. Usulan perangkat kriteria


Diagram oval subsistem sosial ekonomi di atas dan indikator tersebut selanjutnya divalidasi oleh
(Gambar 5) menunjukkan bahwa elemen penting pakar dan disesuaikan dengan kondisi lapangan
dalam subsistem tersebut adalah pendapatan. sehingga menghasilkan perangkat kriteria dan
Pendapatan tersebut berasal dari pendapatan tanaman indikator keberhasilan RHL yang akan digunakan
semusim maupun pendapatan dari hasil hutan. dalam penelitian ini. Perangkat kriteria dan indikator
Selain elemen pendapatan, ada elemen yang sangat yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai
berpengaruh terhadap pendapatan tersebut, yaitu perbedaan dengan perangkat kriteria dan indikator
elemen aksebilitas pasar. Adapun aksesibilitas pasar yang pernah digunakan untuk menilai keberhasilan
dipengaruhi oleh performa kelembagaan yang RHL. Beberapa indikator diadopsi untuk dijadikan
ditunjukkan dari partisipasi masyarakat serta pengukur (verifier) dalam perangkat kriteria dan
tumbuhnya modal sosial. Berdasarkan situasi indikator yang dipakai dalam penelitian.
dalam peta subsistem sosial ekonomi maka elemen Kriteria dan indikator yang digunakan sebagai
aksesibilitas pasar, pendapatan, partisipasi, dan alat ukur dalam proses evaluasi keberhasilan RHL
modal sosial dijadikan indikator keberhasilan pada tentunya mempunyai tingkat kepentingan yang
aspek sosial ekonomi. berbeda-beda. Besarnya tingkat kepentingan suatu
Pada prinsipnya, proses penetapan kriteria dan kriteria dan indikator dinilai atau ditunjukkan
indikator dilakukan dengan mengkaji dan melihat dengan bobot kriteria dan bobot indikator. Untuk
elemen-elemen subsistem yang berperan penting mendapatkan bobot kriteria dan indikator tersebut
di dalam diagram oval, yang ditunjukkan oleh dilakukan dengan melakukan perbandingan
anak panah serta interaksi elemen sistem tersebut berpasangan melalui kuesioner AHP yang diberikan
di dalam sistem RHL. Tanda (+) menunjukkan kepada para pakar (expert). Dari hasil perhitungan
adanya hubungan yang linear, sedangkan tanda (-) dengan metode AHP diperoleh bobot masing-
menandakan hubungan yang tidak linear atau masing kriteria seperti disajikan pada Tabel 2.
saling berlawanan. Dalam memetakan elemen- Berdasarkan bobot dalam Tabel 2 tersebut maka
elemen sistem RHL ke dalam diagram oval, kriteria ekologi mempunyai skor yang tertinggi
referensi memegang peranan yang penting diikuti oleh kriteria sosial ekonomi, produksi, dan
sebagai bahan masukan ataupun pembanding. prasyarat. Nilai bobot tersebut berarti bahwa dalam
Selain berdasarkan diagram oval di atas, evaluasi RHL di desa Butuh Kidul kriteria ekologi
keberadaan referensi tentang kriteria dan indikator dan kriteria sosial ekonomi mempunyai peran atau
keberhasilan RHL yang pernah diaplikasikan juga kontribusi yang besar.
dapat digunakan untuk memperkaya pengetahuan Untuk dapat melakukan analisis dengan AHP
peneliti di dalam menetapkan perangkat kriteria maka selain mengetahui bobot kriteria dan indikator,
dan indikator keberhasilan RHL. juga diperlukan skor masing-masing indikator.
Dengan mengacu kepada diagram oval sistem Setelah melalui penilaian kondisi lapangan
RHL di atas maka diusulkanlah sebuah perangkat berdasarkan verifier tiap indikator, selanjutnya dapat

40
EVALUASI KEGIATAN REHABILITASI HUTAN ... Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume VI No. 1, Januari - Maret 2012

Tabel 2. Perangkat dan Bobot Kriteria dan Indikator Keberhasilan RHL


di desa Butuh Kidul Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo

Tabel 3. Hasil Skoring Indikator Keberhasilan RHL


di Desa Butuh Kidul Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo

41
Jurnal Ilmu Kehutanan EVALUASI KEGIATAN REHABILITASI HUTAN ...
Volume VI No. 1, Januari - Maret 2012

diperoleh skor untuk masing-masing indikator. tahun dilakukan penanaman. Kegiatan RHL
Skor untuk tiap-tiap indikator tersebut disajikan sudah dilakukan selama 3 tahun. Pada 3 tahun
pada Tabel 3. tersebut selalu dilakukan penanaman dengan
Berdasarkan perhitungan dari skor yang tanaman yang baru untuk menyulami tanaman
didapatkan dan dengan memperhitungkan yang mati atau rusak. Apabila kegiatan
bobot kriteria dan indikator maka skor keberhasilan penyulaman atau penanaman tanaman baru
RHL di Desa Butuh Kidul Kabupaten Wonosobo tersebut dilanjutkan oleh petani atau pemilik
adalah sebesar 0,80; dalam rentang skor 0,33-1. lahan secara swadaya, tidak mengandalkan
Skor tersebut kemudian dikonversikan ke dalam bantuan dari pemerintah maka akan terbentuk
bentuk persentase, sehingga diketahui persentase struktur tegakan yang menjamin kelestarian
keberhasilan RHL di Desa Butuh Kidul 70,55 %. hutan.
Berdasarkan kelas persentase dan predikat Selain masalah dinamika tegakan, yang
keberhasilan yang diadopsi di dalam penelitian menjadi kekurangan di dalam kriteria produksi
ini, maka keberhasilan RHL di desa Butuh Kidul adalah belum adanya pengaturan hasil hutan.
mendapat predikat “sedang”, sehingga diperlukan Oleh karena itu untuk penyempurnaan
penyempurnaan kegiatan RHL. Upaya-upaya pengelolaan hutan dibutuhkan suatu
untuk menyempurnakan kegiatan RHL di masa pengaturan hasil hutan yang baik untuk
datang yang bisa dilakukan pada tiap-tiap kriteria mencapai kelestarian hasil hutan serta
adalah sebagai berikut : kelestarian ekonomi.
1. Kriteria Prasyarat Terkait dengan kriteria produksi,
Ditinjau dari kriteria prasyarat, kegiatan penguasaan silvikultur menjadi hal yang
RHL memiliki skor yang maksimal sehingga penting untuk diperhatikan. Penelitian
sudah memenuhi prasyarat untuk mencapai menunjukkan bahwa penguasaan teknik
keberhasilan RHL. Dengan kata lain untuk silvikultur oleh masyarakat masih rendah. Hal
kriteria prasyarat tersebut sudah tidak ada ini tidak mengherankan karena masyarakat di
kendala, sehingga yang diperlukan adalah lokasi penelitian adalah petani sayuran dan
mempertahankan kondisi yang telah tercapai petani perkebunan yang tidak pernah menggeluti
tersebut. tanaman kehutanan. Untuk meningkatkan
2. Kriteria Produksi keberhasilan kegiatan RHL maka dibutuhkan
Berdasarkan tinjauan dari kriteria produksi, usaha-usaha untuk meningkatkan penguasaan
yang menjadi permasalahan adalah bahwa teknik silvikultur, diantaranya dengan kegiatan
tegakan yang ada belum bisa menjamin penyuluhan maupun pelatihan ataupun sekolah
kelestarian. Hal ini tidak bisa dijadikan ukuran lapangan.
bahwa kegiatan RHL belum berhasil. 3. Kriteria Ekologi
Apabila dilihat dari kondisi yang sudah ada, Kegiatan RHL di Desa Butuh Kidul hanya
ada harapan bahwa di masa yang akan datang berupa kegiatan penanaman belum mencakup
kelestarian hutan akan tercapai, apabila di tiap kegiatan koservasi secara mekanis, misalnya

42
EVALUASI KEGIATAN REHABILITASI HUTAN ... Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume VI No. 1, Januari - Maret 2012

melalui kegiatan pembangunan teras ataupun RHL (khususnya penanaman pohon) tidak bisa
konservasi mekanis dengan berbagai bangunan dilepaskan dari kultur masyarakat setempat
sipil teknis. Pada masa yang akan datang di sana yang masih menjadikan tembakau
apabila kembali diadakan kegiatan RHL maka dan sayuran sebagai primadona. Masyarakat
konservasi mekanis seperti pembuatan teras menganggap bahwa pohon dapat mengganggu
ataupun kegiatan sipil teknis dipandang perlu pertumbuhan tanaman tersebut dikarenakan
untuk dilakukan dengan pertimbangan kondisi efek naungan pohon.
kelerengan, curah hujan, serta potensi erosi Aspek kelembagaan juga penting untuk
yang besar. Pelaksanaan kegiatan konservasi ditingkatkan karena dengan kelembagaan
secara mekanis tersebut merupakan upaya yang kuat dan baik, adanya aturan atau norma-
untuk memanipulasi faktor penyebab erosi, norma, serta jaringan yang kuat antar masyarakat
dengan tujuan untuk meminimalkan erosi. maka akan semakin menguatkan ikatan antar
Kondisi topografi yang curam, serta perannya petani serta memberikan berbagai manfaat bagi
sebagai kawasan penyangga bagi daerah di petani. Manfaat tersebut diantaranya adalah
sekitarnya semakin menegaskan arti penting adanya transfer pengetahuan antar petani yang
kegiatan RHL di Desa Butuh Kidul. Oleh karena lebih baik, adanya peningkatan posisi tawar
itu maka dibutuhkan keberlanjutan kegiatan petani dalam hal pemasaran hasil hutannya.
RHL di kawasan tersebut. Keberlanjutan
kegiatan tersebut tidak hanya mengandalkan KESIMPULAN
pemerintah sebagai penyandang dana, namun
diharapkan masyarakat dapat berperan aktif di Berdasarkan kriteria : prasyarat, produksi,
dalam melakukan kegiatan RHL. ekologi, dan sosial ekonomi dengan bobot masing-
4. Kriteria Sosial Ekonomi masing sebesar 0,05; 0,21; 0,43; dan 0,31 maka
Ditinjau dari sudut pandang sosial persentase tingkat keberhasilan kegiatan RHL di
ekonomi, permasalahan yang harus diselesaikan Desa Butuh Kidul Kecamatan Kalikajar Kabupaten
adalah tentang kesadaran masyarakat dalam Wonosobo adalah sebesar 70,55 %, termasuk dalam
melaksanakan kegiatan RHL. Masyarakat predikat “sedang”. Hal tersebut berarti bahwa
memang sudah sadar akan pentingya kegiatan masih perlu dilakukan tindakan perbaikan atau
penanaman tanaman keras, dan sudah tergerak penyempurnaan dalam kegiatan RHL, khususnya
untuk menanam pohon secara lebih lanjut, pada indikator yang skornya kecil atau belum
namun belum semua masyarakat. Oleh karena maksimal.
itu maka perlu untuk menumbuhkan kesadaran
tentang arti penting RHL bagi lingkungan SARAN
maupun bagi kehidupannya, serta melakukan
tindakan nyata untuk melaksanakan kegiatan 1. Untuk meningkatkan Persentase Keberhasilan
RHL skala kecil secara swadaya. RHL maka kegiatan RHL harus berkelanjutan,
Belum sadarnya semua masyarakat tentang baik oleh pemerintah maupun masyarakat.

43
Jurnal Ilmu Kehutanan EVALUASI KEGIATAN REHABILITASI HUTAN ...
Volume VI No. 1, Januari - Maret 2012

2. Perlu adanya usaha untuk meningkatkan DAFTAR PUSTAKA


penguasaan masyarakat tentang teknik
Anonim. 2004. Penilaian dan Pengawasan
silvikultur. Penanaman GN-RHL Tahun 2003 Provinsi
3. Perlu adanya kegiatan konservasi secara Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta.
mekanis untuk mendampingi kegiatan Dishutbun Prov. DIY.
___. 2008. PP No 76 Tahun 2008 Tentang
konservasi vegetatif yang telah dilakukan.
Rehabilitasi Hutan dan Reklamasi Lahan.
Departemen Kehutanan. Jakarta.
Bourgeois R. 2005. Analytical Hierarchy Process,
an Overview. Bogor. UNCAPSA-UNESCAP.
UCAPAN TERIMA KASIH
Brown S. 1994. Rehabilitation of Tropical Lands.
A Key to Sustaining Development. Restoration
Peneliti mengucapkan terima kasih dan Ecology 2(2): 97-111.
Maksum M. 2005. Monitoring dan Evaluasi.
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
Bahan Ajar Manajemen Proyek. Fakultas
semua pihak yang tidak dapat disebut satu per Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada.
satu atas peran dan jasanya di dalam persiapan, Yogyakarta.
Mendoza GA & Macoun P. 1999. Panduan Untuk
pelaksanaan dan penyelesaian penelitian.
Menerapkan Analisis Multikriteria dalam
Selanjutnya peneliti menyampaikan banyak terima Menilai Kriteria dan Indikator. CIFOR. Bogor.
kasih kepada para reviewer yang menjadikan Ridlo MR. 2009. Pemilihan Jenis Pohon Sistem
naskah menjadi jauh lebih baik. Agroforestry dengan Metode Analytical
Hierarchy Process. Skripsi. Fakultas Kehutanan
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Saaty TL. 1988. Multicriteria Decision Making.
The Analytic Hierarchy Process. University of
Pittsburgh. RWS Publication. Pittsburgh.
___. 2001. Decision Making For Leaders. Forth
edition. University of Pittsburgh, RWS
Publication. Pittsburgh.

44

You might also like