You are on page 1of 17

BAB VIII

APLIKASI PLC PADA PENGONTROLAN IRIGASI

8.1. Deskripsi Sistem


Pengaturan air pada sistem irigasi untuk pertanian secara otomatis di negara
maju sudah umum dilakukan. Disamping dapat meringankan pekerjaan manusia juga
mampu meningkatkan hasil pertanian, karena kebutuhan air terdistribusi merata. Pintu
air dapat membuka atau menutup sesuai kebutuhan dan kondisi. Pada sistem ini PLC
diterapkan untuk mengontrol 4 pintu air. Untuk itu dibutuhkan 5 buah sensor level
dan 4 buah motor penggerak, dalam hal ini digunakan motor DC manet permanent.
Pada gambar 8.1 diperlihatkan model system pengontrolan irigasi.

Gambar 8.1. Model sistem kontrol pintu air otomatis


Dimana:
 Motor 1, 2, dan motor 3 menggunakan motor DC, berfungsi untuk membuka
dan menutup pintu air pada saluran irigasi.
III-2

 Sensor level menggunkan variabel resistor dan analog to digital (ADC) untuk
mengkasifikan level air.
 Limit switch 1,2, 3 dan limit switch 4 digunakan sebagai umpan balik
pembatas gerakan motor.
 Motor 4 digunakan untuk membuka pintu air emergency pada saat sensor
level pada waduk mencapai kondisi maksimum (darurat).
 Push button digunakan untuk pilihan control manual untuk setiap actuator.
Perangkat Input/Output (I/O) yang digunakan pada system ini adalah
 Input : Sensor level berupa rangkaian Analog To Digital (ADC), limit
switch 1, 2, 3 dan limit switch 4, push button.
 Output : Motor DC 4 buah, LED (lampu indicator) 1 buah, buzzer 1 buah.

Prinsip Kerja Pengontrolan pintu air


Prinsip kerja sistem pengontrolan pintu air otomatis tersebut dapat dilakukan
dengan tahap-tahap sebagai berikut, yaitu :

1. Mengaktifkan sistem pintu air pada saluran irigasi

 Jika pada saluran irigasi terjadi kekurangan air karena


banyaknya keperluan air pada areal persawahan yang dialiri saluran irigasi
tersebut atau terjadinya kekeringan air pada musim kemarau maka level air
menunjukkan level batas low, maka sensor low level akan mendeteksi dan
akan mengaktifkan motor yang akan membuka pintu air berdasarkan level
yang diinginkan.

 Jika pada saluran irigasi terjadi kelebihan air yang dikarenakan


terlalu lebarnya pintu air atau terjadi banjir pada saluran irigasi tersebut maka
level air akan menunjukkan level batas high dan secara otomatis sensor high
level yang aktif akan menghidupkan motor untuk menutup pintu air pada
saluran irigasi berdasarkan level yang diinginkan.
III-3

2. Mengaktifkan sirene atau buzzer

 Pada tahap ini sirine atau buzzer akan aktif jika kondisi sensor
pada bendungan pada kondisi maksimum dan gangguan pada saluran irigasi
ataupun saluran pembuangan air seperti terjadi banjir bandang, sistem yang
tidak aktif atau terjadi kerusakan sistem.
Untuk lebih mudah memahami prinsip kerja sistem, dapat digambarkan blok
diagram seperti ditunjukan gambar 8.2

Gambar 8.2 Blok diagram perancangan pengontrolan pintu air otomatis

Sistem ini mempunyai lima buah sensor ADC yang berada pada tiap
saluran air, sensor ini akan memberikan informasi kepada PLC untuk menggerakan
aktuator.
III-4

8.1. Perangkat Keras Sistem


Kontrol Pintu Air Otomatis

Push button pada kontrol ini digunakan untuk start/stop sistem (tombol on/off),
menghentikan kontrol apabila terjadi emergency secara darurat (tombol emergency),
merubah dari kondisi manual ke auto atau dari auto ke manual (tombol auto manual),
menggerakkan aktuator step by step. Uraian lengkap mengenai Push buttom
dijelaskan pada bab 4. Demikian juga dengan relay, motor DC, LED, limit switch
Buzzer pada system kontrol pintu air otomatis berfungsi sebagai alarm, yang
mana prisip kerjanya, apabila terjadi kondisi level air mencapai maksimum maka
buzzer akan berbunyi sebagai peringatan telah terjadi emergency kemudian dan akan
memerintahkan motor 4 akan bergerak naik (maksimum). Motor DC

8.2.3 Sensor Level

Untuk mendeteksi level air digunakan variabel resistor, yang dikarakterisasi


menjadi 8 level menggunakan komponen ADC (Analog to Digital Converter).
Teknik sensor ini adalah merubah tegangan analog keluaran variabel resistor menjadi
digital 4 bit dengan komponen ADC. Tabel 8.3 menunjukan pengkodean level.
Rangkaian sensor level dapat dilihat pada gambar 8.3. Keluaran sensor diinputkan ke
PLC dengan penkodean level sepeti tabel 8.3.

Tabel 8.3 Pengkodean level.

Batasan Kode

Level 1 0000 - 0100

Level 2 1001 - 1000

Level 3 1001 - 1100


III-5

Level 4 1101 - 1111

Gambar 8.3. Rangkaian sensor level

8.3. Sistem Pengawatan


Pengawatan diperlukan untuk menghubungkan input dan output dengan PLC.
Modul I/O pada PLC jumlahnya tergantung pada merek dan tipe PLC yang
digunakan. Pemasangan input pada modul input PLC harus memperhatikan tipe
sensor yang kita gunakan. Pemasangan output pada modul output PLC tergantung
kepada modul output itu sendiri.
Pengawatan pada modul I/O PLC hendaknya berurutan sehingga akan
memudahkan pada saat identifikasi alamat input dan output pada PLC.

8.3.1. Pemasangan I/O pada PLC


Pada sistem ini, sensor yang digunakan adalah tipe NPN maka common yang
dipasang adalah common positif. Pemasangan input pintu air otomatis pada PLC
dapat dilihat pada gambar 8.4
III-6

Gambar 8.4. Pemasanga input untuk kontrol pintu air otomatis pada PLC

Tabel 8.4. Simbol sensor leval


Simbol Keterangan
S1 SENSOR LEVEL PADA BLOK 1
S2 SENSOR LEVEL PADA BLOK 2
S3 SENSOR LEVEL PADA BLOK 3
S4 SENSOR LEVEL PADA BLOK 4
S5 SENSOR LEVEL PADA BENDUNGAN

Dari gambar 8.4 dapat dilihat bahwa jumlah input yang digunakan 4 input. Masing-
masing input dihubung pada modul input yang dipasang berurutan dari modul input 0
- modul input 11.

Sebelum pemasangan output pada modul output PLC perlu diperhatikan


common apa yang digunakan pada modul output PLC yang akan kita gunakan. PLC
yang digunakan pada pengontrolan pintu air otomatis ini modul output-nya ber-
III-7

common negatif, modul output yang digunakan juga memerlukan sumber tegangan
sendiri. Pemasangan output pada PLC dapat dilihat pada gambar 8.5
Pada gambar 8.5 terlihat jumlah output yang digunakan 9 output. seperti input
pemasangan pada modul output juga berurutan dari modul output 0 – modul output
14

Gambar 8.5. Pemasangan Output sistem

Tabel 8.6. Hubungan kondisi pintu dengan gerak motor


Output Simbol Keterangan
M 1 MAKS Motor 1 Naik
M 1 MIN Motor 1 Turun
M 2 MAKS Motor 2 Naik
M 2 MIN Motor 2 Turun
BUZZER Alarm M 3 MAKS Motor 3 Naik
M 3 MIN Motor 3 Turun
M 4 MAKS Motor 4 Naik
M 4 MIN Motor 4 Turun

8.3.3 Alamat I/O pada PLC


III-8

Setelah dilakukan pemasangan I/O pada PLC maka kita dapat mengidentifikasi
alamat input dan output pada PLC. Jumlah input yang digunakan pada kontrol
otomatis pintu air 64 adalah 12 input dan jumlah output yang digunakan adalah 15
output.
Alamat input pada PLC :
 Sensor M 1 : 46.00
: 46.01
: 46.02
: 46.03
 Sensor M 2 : 46.04
: 46.05
: 46.06
: 46.07
 Sensor M 3 : 46.08
: 46.09
: 46.10
: 46.11
 Sensor M 4 : 46.12
: 46.13
: 46.14
: 46.15
 Sensor Bendungan : 45.12
: 45.13
: 45.14
: 45.15
 Push button 1 : 44.06
 Push button 2 : 44.03
 Push button 3 : 44.11
 Push button 4 : 44.05
III-9

 Push button 5 : 44.12


 Push button 6 : 44.02
 Push button 7 : 44.09
 Push button 8 : 44.10
 Tombol on/off : 44.07
 Limit swicth M1 : 47.03
 Limit swicth M 2 : 47.02
 Limit swicth M 3 : 47.01
 Limit swicth M 4 : 47.00

Alamat output pada PLC :


 Motor 1 (naik) : 141.07
 Motor 1 (turun) : 141.06
 Motor 2 (naik) : 141.05
 Motor 2 (turun) : 141.04
 Motor 3 (naik) : 141.03
 Motor 3 (turun) : 141.02
 Motor 4 (naik) : 141.01
 Motor 4 (turun) : 141.00
 Buzzer : 141.09
 Led : 141.09

Tabel 8.4 Modul masukan sistem pengontrolan pintu air otomatis

Simbol Alamat Keterangan


S1 46.00 SENSOR M 1

46.01
46.02
46.03
III-10

46.04
46.04
46.06
S2 46.07 SENSOR M 2

46.08
46.09
S3 SENSOR M 3
46.10
46.11
46.12
46.13
S4 SENSOR M 4
46.14
46.15
45.12
45.13
S5 SENSOR BENDUNGAN
45.14
45.15
PB 1 44.06 PUSH BUTTON

PB 2 44.03 PUSH BUTTON

PB 3 44.11 PUSH BUTTON

PB 4 44.05 PUSH BUTTON

PB 5 44.12 PUSH BUTTON

PB 6 44.02 PUSH BUTTON

PB 7 44.09 PUSH BUTTON

PB 8 44.10 PUSH BUTTON

PB 9 44.07 PUSH BUTTON

LS 1 47.03 LIMIT SWICTH

LS 2 47.02 LIMIT SWICTH


III-11

LS3 47.01 LIMIT SWICTH

LS4 47.00 LIMIT SWICTH

Tabel 8.5 Modul keluaran sistem pengontrolan pintu air otomatis

Output
Simbol Alamat Keterangan
M1 141.07 Motor maks

M1 141.06 Motor min

M2 141.05 Motor maks

M2 141.04 Motor min

M3 141.03 Motor maks

M3 141.02 Motor min


M4 141.01 Motor mak

M4 141.00 Motor min

BUZZER 141.09 Alarm

LED 141.09 Bahaya

8.4. Kebenaran dari sistem kontrol pintu air.


Pada tabel 8.5 dapat dijelaskan bahwa sistem kontrol pintu air ini bekerja
karena memiliki rancangan berupa tabel kebenaran dari input dan output sistem.

Tabel 8.5. Tabel hasil dari pengujian kontrol pintu air

INPUT OUTPUT
S1 S2 S3 S4 S5 M1 M2 M3 M4
1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1

0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1
III-12

0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0

0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1

8.5. Perangkat Lunak


Untuk merancang ladder diagram agar sistem bekerja sesuai yang diharapkan,
maka diperlukan flowcar seperti gambar 8.6
III-13

Gambar 8.6. Flowchart sistem


Penulisan program pengontrolan pintu air ini menggunakan ladder diagram.
Gambar tampilan ladder pada layar monitor dengan menggunakan software SYSWIN
3.12. dapat dilihat pada gambar 8.6 di bawah ini:

Gambar. 8.7 Ladder diagram pengoperasian motor

Seperti yang diperlihatkan oleh gambar 8.7 dapat dijelaskan motor 1 bergerak
berdasarkan informasi dari sensor level pada kondisi minimum. Apabila sensor
berada pada kondisi normal motor akan berhenti dan motor akan bergerak kebawah
apabila sensor pada kondisi maksimum.
III-14

Gambar 8.8 Ladder diagram pengoperasian motor 2


III-15

Berdasarkan gambar 8.8 dapat dijelaskan bahwa motor 2 akan bergerak


apabila sensor level menyentuh kondisi minimum dan akan berhenti apabila sensor
level menyentuh kondisi maksimum.

Gambar 8.9. Ladder diagram pengoperasian motor 3

Berdasarkan gambar 8.9 dapat dijelaskan bahwa motor akan bergerak naik
apabila sesor level menyentuh kondisi minimum dan akan berhenti apabila sensor
III-16

level menyentuh kondisi normal serta akan bergerak turun pada sensor level
mencapai kondisi maksimum.

Gambar 8.10 . Pengoperasian motor 4 sampai berakhir proses


III-17

Berdasarkan gambar 8.10 motor 4 akan bekerja apabila level air pada waduk
mencapai kondisi darurat (maksimum), lampu emergecy dan buzzer akan hidup
apabila sensor level mencapai kondisi darurat. Dan motor akan bergerak turun apabila
sensor level mencapai kondisi normal, dan proses selesai.

You might also like