You are on page 1of 33

BAB V

APLIKASI PLC PADA STAMPING MACHINE


UNTUK SISTEM PELABELAN PRODUK PADA

3.1. Pemodelan sistem.

Kontrol Stamping machine pada proses produksi digunakan untuk proses


pelabelan produk. Proses tersebut meliputi : mengangkat, memindahkan serta
meberi label pada produk. Sebagai aktuator digunakan motor listrik dan silinder
pneumatik. Untuk mendeteksi keberadaan objek digunakan sensor optik dan
proximity type induktif. Pada gambar 5.1 diperlihatkan Model sistem kontrol
pelabelan (pandangan depan).

Gambar 5.1. Model sistem kontrol pelabelan (pandangan depan)

Dimana :

 Aktuator (A, B, C, D, E), menggunakan silinder pneumatik.


 Sensor (A1, A2, C1, C2, D1, E1), menggunakan magnetic proximity switch.
 Sensor (B1, B2), menggunakan limit switch.
 Sensor (O, O1, O2,), menggunakan inductive proximity switch.
III-2

 Sensor (O3), menggunakan Fiber Optik


 1 = Tombol on, menggunakan push button.
 2 = Tombol Off, menggunakan push button
 3 = Tombol Emergency, menggunakan push button.
 4 = Tombol Automanual, menggunakan push button.
 5 = Tombol Inching, menggunakan push button.
 6 = Tombol Conveyor Manual menggunakan push button
 7 = Indikator On, menggunakan LED.
 8 = Indikator magazine kosong, menggunakan LED.
 9 = Indikator Emergency, menggunakan LED.
 10 = Indikator Inching, menggunakan LED.
 11 = Indikator Auto, menggunakan LED.
 12 = Indikator Manual menggunakan LED.
 13 = Indikator Aktuator A, menggunakan LED.
 14 = Indikator Aktuator B-, menggunakan LED.
 15 = Indikator Aktuator B+, menggunakan LED.
 16 = Indikator Aktuator C, menggunakan LED.
 17 = Indikator Aktuator D, menggunakan LED.
 18 = Indikator Aktuator E, menggunakan LED.
 19 = Indikator Motor, menggunakan LED.

Trayektory pergerakan aktuator, ke atas/bawah (aktuator A), ke kanan/kiri


(aktuator B), ke depan/belakang (aktuator C, D, E). Perangkat yang digunakan
pada stamping machine ini antara lain :

 Input : Push button (6 buah), inductive proximity switch (3 buah),


magnetic proximity switch (6 buah), limit switch (2 buah),
Optical Proximity swicth ( 1 buah)

 Output : LED (13 buah), katup pneumatik single selenoid (4 buah), katup
pneumatik double selenoid (1 buah), Counter (1 buah),
Motor ( 1 buah)
III-3

 Actuator : Silinder pneumatik, Motor DC.


 Tambahan : Perangkat pneumatik (air service unit dan kompresor).

Blok diagram perancangan sistem pelabelan produk pada stamping machine


menggunakan PLC dapat dilihat pada gambar 5.2

Gambar 5.2. Blok diagram perancangan sistem pelabelan produk pada stamping machine
menggunakan PLC

3.1.1 Alamat I/O pada PLC

Setelah dilakukan pemasangan I/O pada PLC maka kita dapat


mengidentifikasi alamat input dan output pada PLC. Jumlah input yang digunakan
pada kontrol pelabelan produk pada stamping machine adalah 18 input dan jumlah
output yang digunakan adalah 14 output.

Tabel 5.1 Alamat input PLC

Input Alamat Fungsi

Tombol On 030.00 Untuk mengaktifkan sistem


III-4

Tombol Off 030.01 Untuk mematikan sistem

Merubah kondisi auto ke manual atau


Tombol Automanual 030.02
sebaliknya

Tombol Inching 030.03 Menggerakkan aktuator per langkah

Tombol Emergency 030.04 Sebagai tombol darurat

Tombol manual
030.05 Mengaktifkan konveyor secara manual
conveyor

Sensor O 030.06 Sebagai pendeteksi posisi stamping

Sensor O1 030.07 Untuk mematikan motor

Sensor O2 030.08 Pendeteksi objek pada konveyor dua

Sensor O3 030.09 Pendeteksi objek pada magasine

Sensor A1 030.10 Kondisi minimum pada aktuator A

Input Alamat fungsi

Sensor A2 030.11 Kondisi maksimum pada aktuator A

Sensor B1 030.12 Kondisi minimum pada aktuator B

Sensor B2 030.13 Kondisi maksimum pada aktuator B

Sensor C1 030.14 Kondisi minimum pada aktuator C

Sensor C2 030.15 Kondisi maksimum pada aktuator C

Sensor D1 031.00 Kondisi minimum pada aktuator D

Sensor E1 031.01 Kondisi minimum pada aktuator E

001.00- Sebagai kontak untuk mengaktifkan


Internal relay
001.11 langkah selanjutnya

Counter 000-023 Menjalankan aktuator per langkah

Tabel 5.2 Alamat output pada PLC :

Output Alamat Fungsi


III-5

Menyatakan sistem
Indikator On 140.00
dalam keadaan aktif

Kondisi magasine dalam


Indikator O3 140.01
keadaan kosong

Menyatakan stamping
Indikator emergency 140.02
dalam keadaan darurat

Output Alamat fungsi

Indikator auto 140.03 Kondisi otomatis

Indikator manual 140.04 Kondisi manual

Indikator inching 140.05 Kondisi per langkah

Katup A & Indikator 140.06 Kondisi katup A aktif

Katup B+ & Indikator 140.07 Kondisi katub B+ aktif

Katup B- & Indikator 140.08 Kondisi katup B-aktif

Katup C & Indikator 140.09 Kondisi katup C aktif

Katup D & indikator 140.10 Kondisi katup D aktif

Katup E & indikator 140.11 Kondisi katup E aktif

Menyatakan banyak nya


Counter 140.12
jumlah yang telah di cap

Motor 140.13 Sebagai pembawa produk

3.2 Perancangan perangkat keras

3.2.1 Push button (PB)

Penggunaan Push button (tombol tekan) dapat dilihat pada gambr 4.3. Push
button pada pelabelan digunakan untuk mengaktifkan (tombol On) dan
menghentikan mesin (tombol off), menghentikan mesin secara darurat (tombol
emergency), merubah dari kondisi manual ke auto atau dari auto ke manual
III-6

(tombol auto manual), menggerakkan aktuator step by step (tombol inching),


menggerakkan conveyor ( tombol manual konveyor ).

3.2.2 Inductive proximity switch

Inductive proximity switch pada kontrol pelabelan ini digunakan untuk


mendeteksi adanya benda yang akan dicap dan setelah dicap. Rangkaiannya dapat
dilihat pada gambar 4.4

3.2.3 Magnetic proximity switch

Magnetic proximity switch adalah sensor yang bekerja bila ada pengaruh
medan magnet disekitarnya. Sensor ini termasuk kedalam sensor kedekatan
karena sensor ini akan mendeteksi adanya objek tanpa harus menyentuh (kontak
fisik) dengan objek (magnet).

Pada dasarnya sensor ini tersusun dari dua plat kontak yang tertutup pada
tabung kaca kedap udara (saklar magnet). Pada saat magnet permanen mencapai
ujung-ujung kontak yang saling dapat bertemu, ujung-ujung kontak tersebut
saling menarik satu sama lainnya dan menjadi terhubung.

(a) (b)
Gambar 5.3. (a) Simbol magnetic proximity switch (b) pemasangan saklar magnet
sederhana pada PLC

Magnetic proximity switch pada pelabelan ini digunakan untuk mendeteksi


kerja aktuator A, aktuator C, Aktuator D, Aktuator E. Magnetic proximity switch
digunakan karena didalam silinder pneumatik terdapat magnet sehingga lebih
mudah dalam mendeteksi posisi batang silinder.
III-7

3.2.4 Optical proximity swicth

Optical proximity swicth menggunakan cahaya untuk mengirimkan


informasi (data). secara umum sistem komunikasi optik terdiri dari : transmitter,
serat optik sebagai saluran informasi dan receiver sebagai penerima data yang
diberikan. Sebagai sumber cahaya untuk sistem komunikasi serat optik
digunakan LED atau Laser Diode (LD). Serat optik yang digunakan berbentuk
silinder seperti kawat pada umumnya, terdiri dari inti serat (core) yang dibungkus
oleh kulit (cladding) dan keduanya dilindungi oleh jaket pelindung (buffer
coating)).
Input PLC
7
Rangkaian Utama

Rangkaian Utama

output output
beban beban
com

(a) (b)
Gambar 5.4 (a) Optical proximity swicth jenis NPN (b) Pemasangan Optical proximity
swicth jenis PNP pada PLC

Optical proximity swicth digunakan pada kontrol pelabelan untuk


mendeteksi adanya objek didalam magazine.

3.2.5 Limit switch

Limit switch merupakan salah satu dari saklar yang dioperasikan secara
mekanis. Dimana saklar ini dirancang untuk beroperasi apabila batas yang sudah
ditentukan sebelumnya sudah tercapai. Berdasarkan kondisinya limit switch
terbagi dua yaitu kondisi NO (normaly open) dan NC (normaly close).
III-8

(a) (b)
Gambar 5.5. (a) Simbol limit switch kondisi NO (b) Pemasangan limit switch kondisi NC
pada PLC

Limit switch pada kontrol pelabelan ini digunakan untuk mendeteksi kerja
aktuator B. Limit switch ini dipakai karena silinder pneumatik yang digunakan
memungkinkan untuk mendeteksi dengan gerakan mekanis silinder pneumatik.

5.2.6 LED (Light Emiting Diode)

LED adalah dioda yang dapat memancarkan cahaya. LED termasuk jenis
dioda khusus. LED pada kontrol stamping machine ini digunakan untuk indikator
On, Auto, Manual, Inching, Emergency, manual konveyor, deteksi objek juga
digunakan pada aktuator A, B, C, D, E. Pemasangan LED pada sistem ini dapat
dilihat padagambar 4.5. LED menyala pada indikator on menandakan kontrol
pelabelan dalam keadaan bekerja. LED menyala pada kondisi MG1 menandakan
bahwa objek pada magasine dalam keadaan kosong. LED menyala pada indikator
auto menandakan sistem pelabelan produk stamping machine bekerja secara
otomatis. LED menyala pada indikator manual menandakan pelabelan bekerja
secara manual. LED menyala pada indikator inching menandakan pelabelan
bekerja secara step by step. LED menyala pada kondisi manual konveyor
menandakan bahwa konveyor dioperasikan secara manual. LED menyala pada
indikator masing-masing aktuator menandakan aktuator tersebut sedang bekerja
(bergerak dari posisi awalnya).

5.2.7 Counter

Counter adalah alat untuk mengitung maju (bertambah) dan juga dapat
untuk menghitung mundur (berkurang). Counter pada kontrol pelabelan produk
III-9

pada stamping machine ini digunakan untuk menghitung jumlah produk sudah
dicap.

Counter yang digunakan pada kontrol pelabelan produk pada stamping


machine ini hanya bisa menghitung maju dan mereset hitungan kembali menjadi
nol.

Gambar 5.6 Pemasangan counter ke PLC


5.2.8 Silinder pneumatik

Silinder pneumatik banyak dipakai sebagai penggerak linier. Gerakan yang


dapat dilakukan yaitu gerakan lurus, gerakan ayun dan gerakan putar. Silinder
pneumatik digunakan sebagai aktuator pada pelabelan produk pada stamping
machine.

Tipe silinder pneumatik yang digunakan yaitu double acting cylinder untuk
aktuator A, Aktuator C, Aktuator D, Aktuator E dan aktuator B digunakan tipe
rod less. Pada dasarnya gerakan yang dilakukan silinder ini berupa gerakan lurus.
Karena penempatan silinder pneumatik ini pada stamping machine berbeda maka
gerakan yang dapat dilakukan ke atas/bawah, ke kanan/kiri dan ke
depan/belakang.

(a)
III-10

(b)

Gambar 5.7. (a) Silinder pneumatik (b) Simbol silinder pneumatik

5.2.9 Katup (valve) Pneumatik

Katup pneumatik digunakan untuk mengatur jalannya udara di silinder


pneumatik dengan kata lain silinder pneumatik ini dioperasikan dengan
menggunakan katup pneumatik. Katup pneumatik ini dapat dioperasikan secara
manual atau dengan elektrik (menggunakan solenoid).

Pada stamping machine ini menggunakan katup 5/2 single solenoid untuk
aktuator A, C, D, E. Dan aktuator B menggunakan katup 5/2 double solenoid.
Angka 5 menandakan banyaknya lubang pada satu kamar dan angka 2
menandakan banyaknya kamar.

(a)

(b)

Gambar 5.8. (a) Katup pneumatik (b) Simbol katup pneumatik

Dengan mengatur aliran udara pada katup pneumatik maka silinder


pneumatik akan bergerak sesuai dengan arah tekanan angin yang diberikan. Pada
dasarnya didalam katup yang bergeser adalah kamarnya jika tombol atau solenoid
aktif sehingga aliran udaranya berubah.
III-11

Pada gambar 5.8, jika tombol pada katup tidak bekerja maka angin masuk
melalui lubang 5 ke lubang 2 mendorong batang silinder ke belakang dan angin
yang ada dibelakang keluar melalui lubang 4 ke lubang 1. jika tombol katup
ditekan maka kamar bergeser, sehingga angin masuk melalui lubang 1 ke lubang 4
mendorong batang silinder kedepan dan angin yang ada didepan keluar melalui
lubang 2 ke lubang 3. proses ini akan berulang jika tombol pada katup ditekan dan
dilepas. Jika menggunakan solenoid maka batang silinder akan bergerak ke depan
jika solenoid dihubungkan ke sumber tegangan dan jika dilepas dari sumber
tegangan maka batang solenoid akan kembali kebelakang.

4 2 4 2
3 5
5 1 1 3

Gambar 5.9. Pergerakan double acting cylinder dengan katup 5/2 single solenoid

A 4 2 B A 4 2 B
3 5
5 1 1 3

Gambar 5.10. Pergerakan double acting cylinder dengan katup 5/2 double solenoid

Gambar 5.10 dapat dilihat bahwa prinsip kerjanya hampir sama dengan
penggunaan pada katup 5/2 single solenoid. Bedanya untuk menggerakkan batang
silinder ke depan tombol A yang ditekan dan untuk menggerakkan batang silinder
III-12

ke belakang tombol B yang ditekan. Jika menggunakan solenoid maka akan


menggerakkan batang silinder jika solenoid diberikan sumber tegangan tidak
bersamaan (hanya salah satu saja yang aktif). Jika kedua aktif maka batang
silinder akan diam (tergantung kondisi terakhirnya).

5.2.10 Motor DC

Penggunaan motor DC disini adalah untuk mengerakan belt conveyor. Pada


gambar 4.8 dapat dilihat rangkaian ekivalen motor DC.

3.2.10.1 Rangkaian Catu Daya

Rangkaian catu daya berfungsi untuk pensupply tegangan untuk kerja


motor. Tegangan yang dihasilkan dari rangkaian catu daya ini adalah 0-12 VDC.
Relay yang ada pada rangkaian catu daya berfungsi untuk mengaktifkan motor.

Gambar 5.11 Rangkaian catu daya motor


Keterangan :
Kaki 1 dan 2 ke alamat PLC
Kaki 3 dan 4 ke motor
III-13

5.2.11 Kompresor
Kompresor adalah sebuah mesin yang menekan udara dari tekanan
rendah ke level yang lebih tinggi sesuai dengan level yang kita inginkan. Untuk
melakukan pengecapan yang konstan pneumatik ini membutuhkan tekanan udara
yang cukup besar sehingga memerlukan kompresor untuk menghasilkan udara.

Sistem yang lengkap berisi kompresor, tanki udara, motor listrik kontrol
tekanan dan instrument keran udara.

Gambar 5.12. Simbol kompresor

5.2.12 Air service unit (ASU)

Air service unit adalah perangkat pneumatik yang digunakan untuk mengatur
tekanan udara yang akan masuk ke silinder pneumatik juga berfungsi untuk
pengering udara sehingga udara yang masuk ke silinder pneumatik berupa udara
kering. Sistem yang lengkap dari ASU terdiri dari pengatur tekanan udara, tabung
pengering udara dan barmeter.

(a) (b)

Gambar 5.13. (a) ASU (b) Simbol ASU

5.3 Perancangan Sistem Pengawatan


III-14

Sistem pengawatan diperlukan untuk menghubungkan input dan output


dengan PLC. Modul I/O pada PLC jumlahnya tergantung pada merek dan tipe
PLC yang digunakan. Pemasangan input pada modul input PLC harus
memperhatikan tipe sensor yang kita gunakan. Pemasangan output pada modul
output PLC tergantung kepada modul output itu sendiri.

Pengawatan pada modul I/O PLC hendaknya berurutan sehingga akan


memudahkan pada saat indentifikasi alamat input dan output pada PLC.

5.3.1 Pemasangan I/O pada PLC

Sebelum memasang input ke modul PLC, perlu diketahui tipe sensor yang
digunakan. Jika tipe PNP maka common yang digunakan pada modul input PLC
adalah common negatif dan jika tipe sensor yang digunakan tipe NPN maka
common yang digunakan pada modul input PLC adalah common positif. Pada
stamping machine, sensor yang digunakan adalah tipe NPN maka pemasangannya
adalah common positif, dapat dilihat pada gambar 5.14.
III-15

Gambar 5.14. Pemasangan input stamping machine

Keterangan :

 Tombol On : PB1  Sensor O3 : S4

 Tombol Off : PB2  Sensor A1 : S5

 Tombol Emergency :PB3  Sensor A2 : S6

 Tombol Automanual : PB4  Sensor B1 : S11

 Tombol Inching : PB5  Sensor B2 : S12

 Tombol manual conveyor : PB6  Sensor C1 : S7

 Sensor O : S1  Sensor C2 : S8

 Sensor O1 : S2  Sensor D1 : S9

 Sensor O2 : S3  Sensor E1 : S10

Gambar 5.14 dapat dilihat bahwa jumlah input yang digunakan 18 input.
Masing-masing input dihubung pada modul input yang dipasang berurutan dari
modul input 0 - modul input 17.

Pemasangan output pada modul output PLC juga perlu diperhatikan


common yang digunakan. Disini PLC yang digunakan modul output-nya ber-
common negatif, modul output yang digunakan juga memerlukan sumber
tegangan sendiri. Pemasangan output pada PLC dapat dilihat gambar 5.15. Jumlah
III-16

output yang digunakan 14 output yang berurutan dari modul output 0 – modul
output 13.

Gambar 5.15. Pemasangan Output pelabelan produk pada stamping machine pada PLC

Keterangan pemasangan output :


III-17

 Indikator On : L1  Indikator Act. B - : L8

 Indikator Auto : L2  Katup B- : V2

 Indikator Manual : L3  Katup B+ : V3

 Indikator Inching : L4  Indikator Act. B + : L9

 Indikator Objek : L5  Indikator Act. C : L10

 Indikator emergency : L6  Katup C : V4

 Katup A : V1  Katup D : V5

 Indikator Act. A : L7  Indikator katup D : L11

 Motor Conveyor : M1  Aktuator E : V6

 Indikator motor : L13  Indikator katup E : L12

 Counter : CNT

5.4Perancangan perangkat lunak

Stamping machine menggunakan 5 buah silinder pneumatik beserta


katupnya dan 12 buah sensor ditambah 6 buah tombol push button.

Prinsip kerjanya adalah jika magazine yang telah tersisi oleh objek yang
akan dilabel (asumsi magazine telah terisi oleh objek), jika tombol On ditekan
maka actuator D akan bergerak kedepan untuk mendorong objek yang ada dalam
magazine. Conveyor akan aktif jika sensor D1 tersentuh. Jika sensor O1
mendeteksi ada objek, maka conveyor 1 akan mati dan actuator E akan aktif untuk
mendorong objek ke posisi stamping. Sensor O akan mendeteksi ada objek, maka
actuator A akan bergerak ke bawah menekan bantal stamp. Selang beberapa detik
sensor A2 aktif yang akan membuat actuator A kembali keposisi semula. Jika
actuator tersebut menyentuh sensor A1, maka actuator B bergerak ke kanan,
actuator tersebut akan mengaktifkan sensor B2, maka actuator A akan bergerak ke
bawah untuk mencap. Kemudian setelah dicap maka actuator A kembali ke atas.
III-18

Jika sensor A1 pada actuator A aktif, maka actuator B akan bergerak kekiri, jika
actuator A mengenai sensor B1 maka actuator C aktif untuk mendorong objek,
actuator C akan kembali ke posisi semula jika sensor C2 aktif. Kemudian Objek
yang telah terdorong oleh actuator C terdeteksi oleh sensor O2, maka aktuator D
akan aktif untuk mendorong objek. Proses ini akan berulang jika Sensor O3
mendeteksi adanya Objek pada magasine dan sensor O2 juga mendeteksi ada
objek yang telah dicap. Kemudian proses pelabelan akan berhenti apabila objek
yang ada didalam magazine telah kosong, yang ditandai oleh indikator MG1. Jika
ada kondisi darurat (tombol emergency ditekan) maka stamping akan kembali ke
posisi semula tanpa harus menyelesaikan proses. Jika tombol off ditekan pelabelan
produk pada stamping machine akan berhenti setelah proses selesai. Tombol
automanual berfungsi untuk memindahkan kondisi dari otomatis ke manual
ataupun sebaliknya dan tombol inching berfungsi untuk menggerakkan stamping
machine secara step by step. Tombol manual konveyor berfungi untuk
menjalankan motor konveyor secara manual.

Prinsip kerja diatas dapat diketahui bahwa item pelabelan pada stamping
machine ini bergerak secara berurutan, sehingga dapat digambarkan seperti pada
gambar 5.16.
III-19

Gambar 5.16. Urutan gerak sistem pelabelan produk

Arah panah serong ke atas dibaca membuat, arah panah serong ke bawah
dibaca menyentuh dan arah panah ke bawah mengaktifkan. Sehingga dari gambar
5.16 dapat dibaca urutan geraknya sebagai berikut :

 On + O3 mengaktifkan step 1, step 1 membuat Aktuator D aktif( Dmak).

 Step 1 + aktuator Dmak, mengaktifkan step 2, step 2 membuat Dmin+Maktif.

 Step 2 + Maktif mengaktifkan step 3, step 3 membuat SO1 aktif dan membuat
Motor mati dan mengaktifkan aktuator E kedepan ( E mak ).

 Step 3 + Emak+SO mengaktifkan step 4, step 4 membuat aktuator A bergerak


ke bawah (Amax) dan membuat Emin

 Step 4 + A2 mengaktifkan step 5, step 5 membuat aktuator A bergerak ke atas


(Amin).

 Step 5 + A1 mengaktifkan step 6, step 6 membuat aktuator B bergerak ke


kanan (Bmak) dan menyentuh B2.

 Step 6 + B2 mengaktifkan step 7, step 7 membuat aktuator A bergerak ke


bawah (Amax) dan menyentuh A2.

 Step 7 + A2 mengaktifkan step 8, step 8 membuat aktuator A bergerak ke atas


(Amin) dan menyentuh A1, ditambah dengan counter.

 Step 8 + A1 mengaktifkan step 9, step 9 membuat aktuator B bergerak kekiri


dan menyentuh B1.
III-20

 Step 9 + B1 mengaktifkan step 10, step 10 membuat aktuator C bergerak ke


depan ( C mak )

 Step 10 + Cmak mengaktifkan step 11, step 11 membuat aktuator Cmin.

 Step 11 + Cmin dan O2 mengaktifkan step 12, step 12 berfungsi untuk


mereset kembali proses kontrol stamping machine. Dan proses ini berlanjut
terus jika sensor O3 aktif dan senor O2 aktif.

Setiap step mempengaruhi step berikutnya, jika step sebelumnya


mengalami gangguan maka step berikutnya tidak akan aktif. Sensor juga
mempengaruhi setiap gerakan, jika sensor tidak bekerja dengan baik maka
gerakan berikutnya juga tidak akan berlanjut.
III-21

Urutan gerak pelabelan produk pada stamping machine juga dapat dituliskan dalam tabel kebenaran (tabel 3.3).

Tabel 5.3. Tabel kebenaran proses kerja stamping machine


 Input Output
  

Step1 Step2 Step3 Step4 Step5 Step6 Step7 Step8 Step9 Step10 Step11 Step12 Act A Act B Act C Act D Act E Motor
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0
III-22

5.4.1. Ladder Diagram

Penulisan program pengontrolan pelabelan ini menggunakan ladder


diagram. Gambar tampilan ladder pada layar monitor dengan menggunakan
software SYSWIN 3.3. dapat dilihat pada gambar 5.17.

Adapun PLC yang dipakai pada perancangan sistem pelabelan produk pada
stamping machine adalah OMRON C200HS

Gambar 5.17. Tampilan ladder diagram pada software SYSWIN 3.3


Langkah pembuatan program ladder diagram, sbb :
 Penulisan ladder diagram untuk mengaktifkan sistem pelabelan.

Gambar 5.18. Ladder diagram untuk mengaktifkan sistem pelabelan

Jika tombol on (030.00) ditekan maka akan mengaktifkan indikator on


(140.00). dimana indikator on (140.00) akan mengaktifkan sistem. Kondisi
III-23

Tombol Off (030.01), indikator inching(140.05), indikator manual(140.04),


dan counter (024) dalam kondisi NC, sedangkan sensor 03(030.09) kondisi
awal sensor dalam keadaan NC.

 Penulisan ladder diagram untuk step urutan kerja sistem pelabelan.


III-24

Gambar 5.19. Ladder diagram untuk step urutan kerja kontrol pelabelan.

Jika Tombol On ditekan maka mengaktifkan step1 (001.00). Step 1 akan


mengaktifkan step 2 (001.01) jika 031.00 aktif. Step2 akan mengaktifkan step
3 (001.02) jika 030.07 aktif. Step3 akan mengaktifkan step 4 (001.03) jika
030.06 aktif. Step 4 akan mengaktifkan step 5 (001.04) jika 030.11 aktif. Step
5 akan mengaktifkan step 6 (001.05) jika 030.10 aktif. Step 6 akan
mengaktifkan step 7 (001.06) jika 030.13 aktif. Step 7 akan mengaktif kan
step 8 (001.07) jika 030.11 aktif. Step 8 akan mengaktifkan step 9 (001.08)
jika 030.10 aktif. Step 9 akan mengaktifkan step 10 (001.09) jika 030.12 aktif.
Step 10 akan mengaktifkan step 11 jika (001.10). Step 11 akan mengktifkan
step 12 (001.11) jika 030.14 aktif dan step 12 berfungsi juga untuk mereset
step sebelumnya.

 Penulisan ladder diagram untuk aktuasi kerja pelabelan.


III-25

Gambar 5.20. Ladder diagram untuk aktuasi kerja sistem pelabelan

001.03 atau 001.06 aktif maka mengaktifkan katup A (140.06) dan 001.04
atau 001.07 aktif maka akan mematikan katup A.

001.05 aktif maka mengaktifkan katup B+ (140.07) dan 030.12 aktif akan
mematikan katup B+. 001.05 aktif maka akan mengaktifkan katup B-
(140.08). dan (001.08) aktif akan mematikan katup B-.

001.09 akan mengaktifkan katup C (140.09) dan 001.10 aktif akan


mematikan katup C.
III-26

001.00 aktif maka mengaktifkan katup D+ (140.10) dan 001.01 aktif akan
mematikan katup D.

001.02 aktif maka mengaktifkan katup E+ (140.11) dan 001.03 aktif akan
mematikan katup E.

001.01 aktif maka mengaktifkan motor (140.13) dan 001.02 aktif akan
mematikan motor.

 Penulisan ladder diagram untuk kondisi darurat pada stamping machine.

Gambar 5.21. Ladder diagram untuk kondisi darurat pada pelabelan.

Jika tombol emergency (030.04) ditekan maka akan mematikan step 1


(001.00) juga mematikan 140.00 dan akan mengaktifkan 140.05.
 Penulisan ladder diagram untuk kondisi auto/manual pada pelabelan.
III-27

Gambar 5.22. Ladder diagram untuk kondisi auto/manual pada pelabelan

Jika tombol automanual (030.02) ditekan sekali CNT 002 aktif maka
indikator auto (140.01) menyala dan indikator manual (140.04) padam. Jika
0360.02 ditekan sekali lagi CNT 003 aktif maka akan mereset CNT 002
sehingga 140.01 padam dan 140.02 menyala.

 Penulisan ladder diagram untuk kondisi inching pada pelabelan.

Gambar 5.23. Ladder diagram untuk kondisi inching pada pelabelan.

Jika tombol inching(030.03) ditekan maka indikator inching(140.02)


menyala.

 Penulisan ladder diagram untuk step urutan kerja kondisi inching pada kontrol
pelabelan
III-28

Gambar 5.24. Ladder diagram untuk step urutan kerja kondisi inching
III-29

Jika 140.02 aktif dan tombol inching (030.03) ditekan maka masing-
masing counter (CNT 010 – CNT 023) akan aktif sesuai dengan nilai
settingnya. Counter akan mereset jika CNT 023 aktif atau 140.05 aktif.

 Penulisan ladder diagram untuk aktuasi kerja kondisi inching

Gambar 5.25. Ladder diagram untuk step aktuasi kerja kondisi inching

140.09 akan aktif jika CNT 022 aktif dan akan mati jika CNT 023 aktif.
140.10 akan aktif jika CNT 010 aktif dan akan mati jika CNT 011 aktif.

140.11 aktif jika CNT 014 aktif. dan akan mati jika 031.01 aktif. 140.07
akan aktif jika CNT 021 aktif dan akan mati jika 030.12 aktif.
III-30

140.08 aktif jika CNT 018 aktif dan akan mati jika CNT 021 aktif. 140.06
akan aktif jika CNT 016 dan CNT 019 aktif dan akan mati jika CNT 017 dan
CNT 020 aktif.

140.13 akan aktif jika CNT 012 aktif dan akan mati jika CNT 013 aktif.

 Penulisan ladder diagram untuk kerja counter

Gambar 5.26. Ladder diagram untuk kerja counter kontrol pelabelan produk pada
stamping machine

140.12 akan aktif jika 001.07 aktif. Jika 140.04 dan 030.01 aktif maka
140.12 tidak akan bekerja.

Flowchart pengontrolan sistem pelabelan produk pada pelabelan, 5.27


III-31
III-32
III-33

Gambar 5.27. Flowchart prinsip kerja kontrol pelabelan produk pada pelabelan.

You might also like