You are on page 1of 11

Available at http://jurnal.stie-aas.ac.id/index.

php/jie
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 2021, 135-145

Sertifikasi Produk Halal dalam Perspektif Mashlahah Mursalah


Eka Rahayuningsih1*), M. Lathoif Ghozali2)
1,2
Fakultas Ekonomi Syariah, Pascasarjana, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
*Email korespondensi: rahayuningsiheka96@gmail.com

Abstract
This study aims to determine the certification of halal products through the LPPOM MUI. In an effort to maintain
the sustainability and effectiveness of halal certification and smooth administration, LPPOM MUI makes
provisions for the halal guarantee system through its letter No: SK 13 / Dir / LPPOM MUI / III / 13 dated March
31, 2013. This halal product certification system is an integrated system that neatly arranged and maintained
properly to regulate the ingredients in the product, human resources involved in the production, production
process, and product distribution procedures. In responding to the needs of the community and the responsibility
of the MUI (Indonesian Ulama Council) to protect the community, efforts are made to establish an institute for
the study of drugs, food, cosmetics. In this case the researcher is interested in revealing that with the existence
of this halal product certification, whether it has made it easy for all people to maintain their religion and assets
or make it difficult for people to choose products that must be consumed for daily life. Humans will get happiness
when all needs both dhohir and heart, and all desires are fulfilled. This study uses qualitative research with a
phenomenological and normative approach. Data retrieval used is secondary data sourced from publications
which include scientific journals, books, websites and newspapers that make this problem discussed in research.

Keywords : Certification, Product, Halal, Mashlahah Mursalah.

Saran sitasi: Rahayuningsih, E., & Ghozali, M. L. (2021). Sertifikasi Produk Halal dalam Perspektif Mashlahah
Mursalah. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 135-145. doi:http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v7i1.1929

DOI: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v7i1.1929

1. PENDAHULUAN dengan sempurna. Sumber hukum sekunder dalam


Ajaran Islam mengatur aspek kehidupan manusia Islam adalah mashlahah mursalah, dimana mashlahah
secara keseluruhan. Syariat Islam dibangun dengan mursalah merupakan hukum yang ditetapkan untuk
tujuan merealisasikan kemashlahatan manusia, baik di menerapkan kaidah-kaidah dan perintah-Nya terhadap
dunia maupun di akhirat. Islam sebagai fondasi hukum peristiwa baru yang tidak ada nashnya.
syariat yang sempurna. Islam adalah Rahmatan lil Kemashlahatan dalam Islam digunakan sebagai
‘alamiin (rahmat untuk seluruh alam). Tujuan Islam petunjuk ketika ada musuh, dan harta sedikit yang
adalah membentuk karakter kepribadian manusia yang dimiliki oleh sebuah negara, karena membelanjakan
baik serta menegakkan kemashlahatan dan keadilan. yang kurang urgent dan kurang manfaat.
Keadilan dan keputusan atas permasalahan- Kemashlatahan seperti itu tidak ada penguatnya dan
permasalahan dapat direalisasikan dalam kehidupan tidak ada dalil yang membatalkannya, namun
yang kompleks, baik dalam cakupan masyarakat yang termasuk ketentuan syariat dalam menjaga agama.
minimum maupun yang luas. Semua kegiatan ekonomi adalah bagian dari
Dapat diketahui, tujuan Islam yang sesungguhnya kehidupan semua orang. Kebahagiaan merupakan
itu untuk mewujudkan kemashlahatan ummat tujuan kehidupan manusia. Manusia akan memperoleh
(Suratmaputra, 2017). Al-Qur’an dan Sunnah kebahagiaan ketika semua kebutuhan baik dhohir
memberikan keleluasaan dan penekanan terhadap maupun bathin, dan segala keinginan terpenuhi. Setiap
kejadian-kejadian kemudian dalam syariat Islam, serta waktu manusia membuat keputusan mengenai cara
memastikan penerapan sehari-hari. Untuk itu, semua untuk mengalokasikan sumber daya untuk memenuhi
yang terdapat dalam syariat Islam berdasarkan dasar kebutuhan. Misalnya, penggunaan waktu untuk datang
dari mashlahah, kemudian tujuan umat bisa dicapai tepat waktu saat bekerja, atau dapat disimpulkan kata
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 2021, 136
lainnya adalah disiplin waktu. Kemudian penggunaan kejadian yang menjadi fenomena saat ini. Penelitian
uang dengan tepat sasaran sesuai dengan belanja dan ini termasuk jenis penelitian kualitatif yang
memuaskan diri sendiri atau kata lainnya adalah tidak menggunakan pendekatan normatif dan
boros. Penentuan pilihan tersebut harus seimbang fenomenologis. Pendekatan normatif mengarah ke
antara kebutuhan dan ketersediaan sumber daya yang suatu masalah dari segi ajaran dari Tuhan yang
ada. Perubahan zaman mengakibatkan peningkatan mengandung unsur nalar dari dalam diri manusia. Hal
terhadap produk minuman atau makanan, obat-obatan, tersebut digunakan untuk menemukan suatu fakta
kosmetik semakin banyak beredar di masyarakat. yang berdasarkan logika manusia, dari sisi keilmuan
Dalam rangka memberikan kenyamanan dan Hukum. Sedangkan pendekatan fenomenologis
ketentraman umat Islam, maka produk yang mencirikan dari descriptive phenomenology yaitu
dikonsumsi tersebut harus bersetifikasi halal sesuai membuktikan dengan suatu permasalahan dan objek
syariat Islam, agar bisa dikonsumsi dengan baik. yang dibahas sebagai suatu masalah.
Mayoritas negara Indonesia adalah penduduk muslim.
Itu sebabnya warga Indonesia harus memperhatikan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
kebutuhan dalam mengkonsumsi suatu produk. Salah 3.1. Hasil Penelitian
satu dalam memperhatikan suatu produk yang a. Definisi Sertifikasi
dikonsumsi adalah melalui jaminan halal yang sesuai Kata “sertifikasi” dalam KBBI merupakan
dengan syariah agama. Adanya sertifikasi produk halal “penyertifikatan”. Sertifikasi dapat dikatakan
dapat memberikan keadilan, kepastian hukum, sebagai proses pemberian sertifikasi atau bukti
perlindungan, transparansi, serta profesionalitas dalam formal sebagai pengakuan yang diberikan
mengeluarkan produk baru. Mengingat adanya ilmu lembaga kepada suatu produk. Sertifikasi
pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih, diartikan suatu penetapan atau ketentuan yang
baik di bidang obat-obatan, pangan, maupun kosmetik. diberikan kepada suatu lembaga. Lembaga
Pemanfaatan teknologi tersebut memberikan hal tersebut berwenang untu memberikan petunjuk
baru dalam dunia bisnis. Produk yang diolah dengan terhadap seseorang, bahwa seseorang dapat
pemanfaatan teknologi dan ilmu pengetahuan bisa menjalankan usaha yang spesifik mungkin
menjadikan produk tersebut bisa halal atau haram. dengan baik. Produk yang telah bersetifikasi
Oleh sebab itu, agar bisa mengetahui produk tersebut dapat dilakukan secara peridoe atau berkala.
halal atau haram maka harus dibutuhkan sertifikasi Adanya sertifikasi bertujuan untuk menegaskan
yang berstandard MUI. Dalam penulisan ini maka dan memberikan petunjuk keaslian produk,
permasalahan yang akan diangkat yaitu Sertifikasi sehingga bisa diterima oleh semua kalangan
Produk Halal dalam Perspektif Mashlahah Mursalah. masyarakat.
Sertifikasi halal suatu produk harus
2. METODE PENELITIAN berstandard kaidah syariah. Dalam penetapan
2.1. Jenis Penelitian kehalalan suatu produk, baik pangan, maupun
Pada penulisan ini metode yang digunakan adalah kosmetik harus bersetifikasi. Karena, berkaitan
deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif melibatkan dengan sertifikasi standard halal yang digunakan
proses yang konseptualisasi. Selain itu, pada penulisan harus melalui penelitian terlebih dahulu, agar
ini terfokus pada bagamaina mendapatkan fakta-fakta terjamin kesehatan dan manfaat yang baik untuk
dengan teliti dan jelas (Silalahi, 2010). Dalam dikonsumsi. Maka dari itu, harus ada lembaga
pengambilan data yang digunakan dari data sekunder yang menajmin hal tersebut.
yang bersumber dari publikasi yang meliputi jurnal Sertifikasi halal adalah fatwa MUI yang
ilmiah, buku, website dan surat kabar yang tertulis untuk menyatakan suatu produk yang bisa
menjadikan permasalahan ini dibahas dalam dikonsumi. Tujuan adanya sertifikasi halal pada
penelitian. Tujuan dalam penelitian ini untuk obat-obatan, makanan, dan kosmetik adalah
mengetahui bagaimana sertifikasi produk halal dalam untuk menjaga dan melindungi semua konsumen
persepektif mashlahah mursalah. muslim terhadap produk yang illegal. Sertifkasi
2.2. Pendekatan Penelitian halal MUI adalah syarat mendapatkan label halal
Deskriptif kualitatif bertujuan untuk pada kemasan produk dari instansi pemerintah
mengidentifikasikan karakteristik suatu peristiwa atau yang terkemuka.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 2021, 137
Semua konsumen muslim berhak untuk c. Definisi Halal
mendaftarkan produk yang dibuat usahanya Pengertian dari Halal dalam bahasa Arab
untuk mendapatkan sertifikasi halal, agar yaitu dibolehkan (legal) sesuai dengan syariat
terjamin perlindungan dari Negara. Dalam Islam. Halal didoktrin dengan kata halalan toyyib
Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang (halal dan baik) secera efektif dan operasional
“perlindungan konsumen” menyatakan bahwa dapat diinformasikan kepada semua orang
“konsumen berhak mendapatkan informasi mengenai tercukupnya semua sarana dan
dengan benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi prasarana yang sudah ada. Adanya hukum yang
barang atau jasa”. mengatur, yang terpusat dan tidak deskriminatif
Seorang pengusaha dalam mengeluarkan yaitu dengan adanya hukum jaminan halal.
produk terbarunya yang diperdagangkan harus Dalam ajaran Islam, mendapatkan barang yang
memberikan informasi yang akurat dan halal sangat dianjurkan, karena untuk memenuhi
berstandar logo sertfikiat MUI , maka dari itu kebutuhan hidup harus mengkonsumsi barang
sertifikasi halal digunakan untuk melindungi yang halal, agar bisa menjalankan ibadah dengan
konsumen terhadap produk yang masih illegal baik.
dan memberikan kepastian status kehalalan. Sebagai seorang pebisnis dalam
Semua konsumen pasti merasakan tentram mengeluarkan produknya harus memperoleh
batinnya, karena produk yang dikonsumsi sudah sertifikasi halal dari BPJH. Hal tersebut wajib
terjamin halal dan layak untuk dikonsumsi. untuk mencantumkan dalam kemasan produk.
Seseorang ketika ingin membeli suatu produk, Jika seorang pebisnis dalam mengeluarkan
baik itu produk baru atau lama harus produknya tidak memberikan informasi tentang
memperhatikan kehalalan produk tersebut, agar kehalalan produk, maka pebisnis tersebut bisa
keadaan jiwa dan agama bisa tentram untuk mendapatkan sanksi dari badan hukum. Oleh
menjalani kehidupan di dunia. sebab itu, halal dalam hal ini harus memenuhi
b. Definisi Produk standard hukum syariah. Dibawah ini aturan
Produksi adalah kegiatan yang menjadi tentang halal dan haram suatu produk (Hervina,
pusat perhatian dalam pemasaran. Produk yang 2017) :
ditawarkan ke pasar bertujuan untuk dikonsumsi 1) Semua yang ada diperbolehkan, namun
dengan baik sesuai dengan kebutuhannya. beberapa pengecualian tertentu terhadap
Perusahaan yang sudah mengeluarkan produk, barang yang dilarang secara khusus.
kemudian ditawarkan ke berbagai outelt-outlet 2) Kehalalan dan keharaman semua produk
terdekat yang kemudian dikonsumsi semua adalah hak Allah SWT untuk
orang. Hal tersebut bertujuan untuk mencapai menentukannya.
tujuan perusahaan dalam mengeoperasikan 3) Yang menghalalkan yang haram dan
usahanya, sehingga mendapatkan keuntungan mengharamkan yang halal termasuk
yang maksimal. mensekutukan Allah SWT.
Keunggulan produk yang bisa dilihat dari 4) Hal yang mendasari keharaman suatu
segi desain, kualitas, bentuk ukuran, pelayanan, produk merupakan bahaya atau tidak
kemasan, rasa, dan garansi agar dapat menarik bermanfaat.
konsumen untuk membeli produk yang telah 5) Sesuatu yang halal ada yang bisa
dikeluarkan. Produk mrupakan sesuatu yang bisa menghindarkan dari yang haram. Allah SWT
diperdagangkan atau ditawarkan di pasar. Produk melarang yang diperlukan untuk
yang baik akan membuat konsumen merasa puas menggantikan dengan yang baik.
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. 6) Tidak diperbolehkan membawa produk
Produk dihasilkan dari beberapa proses mulai dari haram.
pembuatan dan hasil finishingnya. Hal tersebut 7) Tidak dibenarkan untuk bersiasat ke produk
harus diimbangi dengan pemilihan barang-barang yang haram.
yang bagus dan berkualitas baik. Proses produk 8) Adanya niat baik tidak bisa dibenarkan
baik berupa jasa maupun barang harus di koreksi dengan yang haram.
dengan baik oleh pihak yang telah bertugas.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 2021, 138
9) Anjuran untuk menjauhkan diri dari produk betul oleh syara’ dan ada petunjuk syara’ yang
yang meragukan, karena takut mendekati tidak menerimanya.
haram. Mashlahah Mursalah (‫ )الصلمتة الص سمة‬atau
10) Tidak ada untuk niatan memilah dan bisa disebut dengan istishlah, adalah sesuatu yang
memilih produk haram. baik dipandang oleh akal, sejalan dan sefrekuensi
d. Definisi Mashlahah Mursalah dengan tujuan syara’ dalam menentukan suatu
Dari anggapan baik oleh akal dengan hukum, akan tetapi tidak ada petunjuk syara’
merujuk pada tujuan syara’ untuk menetapkan yang memperhatikan dan memperhitungkan dan
suatu hukum, bila ditinjau dari usaha untuk tidak ada petunjuk syara’ yang menolaknya.
mencari dan menetapkan hukum, mashlahah Al-Mashlahah atau mashlahah dapat
terbagi menjadi tiga jenis, yaitu: diartikan seperti lafadz “al-manfaat”, yaitu
1) Mashlahah Mu’tabaroh ( ‫)المصلمممممممتممة المصم م م م‬ kalimat mashdar yang sama artinya dengan
merupakan ketentuan yang diperhatikan kalimat ash-Shalah, seperti halnya lafadz al-
dalam syara’. Petunjuk syar’i terdapat dua manfaat yang sama dengan al-naf’u. Manfaat
macam, yaitu langsung dan tidak langsung. yang dimaksud adalah sifat menjaga agama, jiwa,
Petunjuk tersebut memberikan kepada akal, keturunan, dan hartanya untuk mencapai
mashlahah yang untuk menetapkan suatu ketertiban nyata antara Pencipta dan makhluk-
hukum. Petunjuk “langsung” dan “tidak Nya. Manfaat merupakan kenikmatan yang
langsung” terdapat dua kategori yaitu: mengantarkan kepada suatu kepuasan dan
a) Munasib Mu’aststir ( ‫ )الصناسمممل الص‬adalah keberhasilan seseorang (Syafe’I, 2015).
ada petunjuk secara langsung dari Prinsip kemashlahatan yang digunakan
pembuatan hukum syara’. Artinya, ada untuk menetapkan suatu kepentingan hukum
petunjuk berupa nash Al-Quran, Hadits, dalam Islam. Mashlahah juga diartikan perbuatan
atau ijma’. Petunjuk tersebut dijadikan yang memberikan nilai yang bermanfaat. Imam
dalam penentuan suatu hukum. Misalkan, Ar-Razi berpendapat al-mashlahah al-mursalah
tidak baik mendekati wanita yang sedang merupakan kegiatan yang bermanfaat tentang
haidl dengan alasan haidl itu merupakan memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan
penyakit, karena manjauhkan diri dari harta bendanya. Imam Al-Ghazali berpendapat
kerusakan atau penyakit tersebut. mashlahah mursalah adalah mendapatkan
Alasannya adalah “penyakit” yang kemanfaatan dan tidak menerima kemudhorotan.
hubungkan dengan kerusakan atau Imam Muhammad Hasbi As-Siddiq berpendapat
larangan mendekati wanita disebut menolak segala sesuatu yang dapat merusak
munasib. Firman Allah dalam Qs. Al- makhluk seluruh alam dengan memelihara tujuan
Baqarah ayat 222, yang artinya dengan baik. Menurut bahasa, kata mashlahah
(Departemen RI, 2010): berasal dari bahasa Arab yang artinya
“Mereka bertanya ke padamu tentang mendapatkan manfaat dan menolak
haid, katakanlah: "Haid itu adalah suatu kemafsadatan. Syeikh ‘Abdullah al-Darras
penyakit"; oleh sebab itu hendaklah kamu mendefinisikan mashlahah mursalah sesuatu
menjauhkan diri dari wanita yang sedang yang belum ada dalil syar’i baik secara tertulis
haid”. atau tidak (Asy-Syatibi, 1991).
b) Munasib Mu’allim ( ‫ )الصنماسمممممل الص م‬adalah Secara terminologi al-mashlahah al-
tidak adanya petunjuk secara langsung dari mursalah merupakan suatu kemashlahatan yang
hukum Islam, baik nash atau ijma’ yang tidak disinggung oleh syara’ dan tidak pula
berkaitan dnegan syara’ kepada mashlahat, terdapat dalil-dalil yang menyuruh untuk
akan tetapi tetap ada secara tidak langsung. mengerjakan atau meninggalkan. Mashlahah
2) Mashlahah Mulghoh (‫ )الصلمممتة الصم ة‬atau bisa mursalah dapat juga diartikan sebuah masalah
dikatakan mashlahah yang tidak bisa diterima, yang tidak tercantum dalam nash tertentu, akan
adalah mashlahah yang tepat oleh akal tetapi setara dengan jalannya kehendak nash
seseorang, namun tidak diperhatikan secara (Usman, 1994). Kejelasan hukum suatu kejadian,
kemudian ditemukan sesuatu yang sesuai dengan

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 2021, 139
hukum syara’ dan sesuai dengan kemadharatan agar terlihat dengan jelas seluruh jalur sanad.
atau manfaat, maka itu dinamakan mashlahah Kehujjahan Al-Mashlahah Al-Mursalah
mursalah. dalam Pandangan Para Ulama’
Secara etimologis, kata Al-Mashlahah Para ulama’ sepakat untuk setiap kegiatan
adalah semakna dengan kata Al-Manfaat. Al- yang berhubungan dengan kemashlahatan umat
Mashlahah bentuk tunggal dari kata Al-Mashalih. selalu merujuk pada dalil hukum yang sudah
Semua kata tersebut diidentifikasikan sebuah disepakati bersama. Mashlahah mursalah adalah
kebaikan, kebermanfaatan, kepantasan, ketentuna sumber hukum Islam yang terdapat
kelayakan, keselarasan, dan kepatuhan. Al- perbedaan kalangan ulama’ mengenai
Mursalah ‫ الص سمة‬adalah isim maf’ul (objek) dari kebenarannya (Hadi, 2014). Untuk itu semua
fi’il madhi (kata dasar) dalam bentuk tsulasi (kata ulama’ harus berhati-hati dalam memberikan
dasar yang tiga huruf), yaitu ‫رسل‬, dengan ketentuan-ketentuan dalam menggunakan
penambahan huruf “alif” dipangkalnya, sehingga mashlahah mursalah untuk kebutuhan. Hal
menjadi ‫ارسل‬. Secara etimologis, bermakna tersebut untuk pemberian hukum dalam hawa
“terlepas”, atau dalam arti ‫( مطمقة‬bebas). Kata nafsu dan keinginan manusia yang tidak ada
“terlepas” dan “bebas” disini bila dikaitkan batasannya.
dengan kata mashlahah artinya “terlepas” atau Mashlahah mursalah dapat menjadi
“bebas” dari penjelasan yang ditujukan oleh hujjah/dalil menurut sebagian ulama maliki dan
sesuatu yang boleh atau tidak boleh dilakukan. sebagian ulama syafi’i tetapi harus memenuhi
Dari pengertian ta’rif diatas, dapat syarat-syarat yang telah ditentukan oleh ulama
disimpulkan arti sebenarnya dari mashlahah ushul. Golongan Maliki sebagai pembawa
mursalah ialah: bendera mashlahah mursalah memberikan tiga
1) Sesuatu yang baik menurut akal manusia alasan, diantaranya (Cholili, 2013):
dengan beberapa pertimbangan yang 1) Praktik yang dilakukan oleh semua sahabat
diwujudkan dalam sebuah kebaikan atau yang menggunakan mashlahah mursalah,
menghindarkan dari keburukan manusia. yaitu:
2) Sesuatu yang baik menurut akal, sejalan dan a) Para sahabat menyusun dan
sefrekuensi dengan tujuan syara’ untuk mengumpulkan al-quran ke beberapa
menetapkan hukum. mushaf. Akan tetapi, pada masa Rasulullah
3) Sesuatu yang baik menurut akal dan sejalan tidak pernah melakukannya. Hal tersebut
dengan tujuan syara’ tidak ada syara’ yang dilakukan oleh para sahabat dalam
mengakuinya. pengumpulan Al-Quran adalah untuk
e. Objek Mashlahah Mursalah mashlahat. Tujuannya yaitu untuk
Lapangan al-Mashlahah al-Mursalah memelihara Al-Quran dan bisa terjaga dari
berlandaskan pada hukum syara’ secara umum hilangnya kemutawatiran Al-Quran,
sekaligus memperlihatkan adat dan hubungan karena meninggalnya beberapa hafidz dari
antara satu manusia dengan yang lain. Dalam generasi para sahabat. Sebab lainnya yaitu
mencapai kemashlahatan, lapangan tersebut bukti sebenarnya dari firman Allah SWT
harus dipilih untuk menjembatani beribadah dalam QS. Al Hijr ayat 9, yang artinya
dalam kehidupan sehari-hari. Semua yang tidak (Departemen RI, 2010):
ada manfaatnya dan tidak bisa diterima oleh akal “Sesungguhnya Kami-lah yang
dengan baik, maka untuk mencari kemashlahatan menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya
itu dari juz dari setiap hukum yang berlaku. kami benar-benar memeliharanya”.
Mashlahah mursalah, Fokus pada tempat b) Umar bin Khatab RA menjunjuk para
yang tidak terdapat dalam nash Al-Quran atau penguasa untuk memisahkan antara harta
Hadist yang menjelaskan suatu hukum sebagai kekayaan pribadi dengan harta yang
penguat melalui I’tibar. I’tibar merupakan diperoleh dari kekuasaannya. Karena Umar
penyertaan sanad-sanad yang lain untuk suatu melihat bahwa dengan cara itu
hadits tertentu, agar dapat diketahui pegawai/penguasa dapat menunaikan
periwayatnya. Tujuan dilakukannya i’tibar yaitu tugasnya dengan baik, tercegah dari

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 2021, 140
melakukan manipulasi dan mengambil menentukan hukum yang berlaku dan
harta ghanimah (rampasan) dengan cara sesuai dengan nash Al-Quran, hadits,
yang tidak halal. Jadi kemashlahatan ataupun ijma’ para ulama’.
umumlah yang mendorong khalifah Umar 4) Mashlahah mursalah digunakan dalam
mengeluarkan kebijaksanaan itu. kehidupan sehari-hari, seperti suatu
c) Adanya Mashlahat yang sesuai maqasid masalah yang tidak bisa diselesaikan
syari’ah adalah mengambil maslahat dengan jalan ini, maka proses tersebut bisa
berarti sama dengan merealisasikan dihindari untuk menghilangkan kesukaran.
maqasid as-syari’. Sebaliknya jika Dari ketentuan syarat di atas terlihat,
mengesampingkan maslahat berarti juga bahwa para ulama yang menggunakan
mengesampingkan maqasid as-syari’. mashlahah mursalah untuk berijitihad harus
Sedang mengsampingkan maqasid as- hati-hati di penggunaannya, karena
syari’ adalah batal. Oleh karena itu, adalah keberanian dalam menentukan hukum
wajib menggunakan dalil mashlahat atas tersebut pada waktu yang belum diketahui
dasar bahwa ia adalah sumber hukum petunjuk nash.
pokok (ash) yang berdiri sendiri. Sumber 3) Mashlahah mursalah tidak dapat menjadi
hukum ini tidak keluar dari ushul (sumber- hujjah/dalil menurut ulama syafi’iyah, ulama-
sumber pokok), bahkan terjadi sinkronisasi ulama hanafiyah dan sebagian ulama maliki
antara mashlahat dan maqasid as-syari’. seperti Ibnu Hajib dan ahli dhahir. Beberapa
d) Andaikan mashlahat tidak dicantumkan alasan dari golongan yang tidak menggunakan
dalam sebuah kasus yang mengandung dalil mashlahat ada empat hal, antara lain
syariat-syariat, maka konteks mashlahat (Salma, 2016):
yang diterima oleh orang awam sangat sulit 1) Mashlahah tidak di terima oleh akal akan
untuk dimengerti. mengarah pada hawa nafsu untuk
Sayyidah Aisyah meriwayatkan hadits dari kenyamanan sedniri. Namun, berbeda
Rasulullah SAW: dengan tujuan Islam. Alasannya, jika
‫س َ هُ َصا َمالَ ْ َي ُك ْن ا ِْث‬
َ ‫َار ا َ ْي‬
َ ‫اخ‬ْ َّ‫اِ َّنهُ َما ُخ ِِّي َ َبيْنَ ا َ ْم َ ي ِْن اِال‬ dikaitkan dengan istihsan Imam Ghazali
“Bahwasanya tidak sekali-sekali Nabi mengatakan, bahwa “sesungguhnya kita
dihadapkan pada dua pilihan, kecuali tahu dan yakin pada hawa nafsu dan
beliau memilih yang lebih mudah/ringan syahwat tanpa memandang indikasi dari
selama bukan merupakan perbuatan beberapa dalil. Istihsan tanpa
dosa”. memperhitungkan dalil syara’ merupakan
hukum yang didasarkan pada hawa nafsu
2) Adapun kelompok yang menggunakan semata”. Sedangkan khos yang mengenai
mashlahah mursalah ini tidaklah mashlahah mursalah ia mengatakan, bahwa
menggunakannya tanpa syarat dengan arti bila mashlahah mursalah tidak ditopang
harus terpenuhi beberapa syarat. Syarat dengan nash, maka sama halnya dengan
khusus yang dapat digunakan untuk berijtihad istihsan.
melalui mashlahah mursalah, adalah (Rusfi, 2) Mashlahah bisa diterima oleh akal
2014): (mu’tabarah), ini termasuk dalam qiyas
1) Mashlahah bersifat umum, dimana bisa secara universal. Maksudnya, ada masalah
diterima oleh akal nurani manusia dan yang terdapat mu’tabarah, namun masalah
membawa kemanfaatan sekaligus tersebut buka tergolong dalam nash
menghindarkan dari kemudhorotan. alquran atau qiyas. Hal tersebut,
2) Mashlahah yang dapat dinilai oleh akal disebabkan beberapa pandangan
sehat itu benar-benar sejalan dengan tujuan menyimpulkan batasan nash alquran dan as
syara’ yaitu untuk mewujudkan sunnah di penjelasan syari’at sesuai dengan
kemashlahatan bagi umat. sabda Rasulullah:
3) Mashlahah yang dapat dinilai oleh akal ‫ارهَا‬ َ ‫عمَى ْال َص َت َّج ِة ْال َ ْي‬
ِ ‫ضا َء لَ ْيمُ َها َك َن َه‬ َ ْ ‫تَ َ ْك ُ ُك‬
sefrekuensi dengan ketentuan syara’ dalam

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 2021, 141
“Aku tinggalkan kamu pada jalan yang “Sesungguhnya berhujjah dengan
terang. Malamnya bagaikan siang”. mashalih mursalah dilakukan oleh semua
mazhab, karena mereka melakukan qiyas
3) Mengambil dalil mashlahat tanpa dan mereka membedakan antara satu
berpegang pada nash terkadang akan dengan lainnya karena adanya ketentuan-
berakibat kepada suatu penyimpangan dari ketentuan hukum yang mengikat”.
hukum syari’at dan tindakan kelaliman
terhadap rakyat dengan dalil mashlahat, f. Mashlahah Mursalah Menurut Pendapat
sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian Para Ulama’
raja-raja yang lalim. Dalam hubungan ini 1) Menurut As-Syathibi salah seorang ulama’
Ibnu Taimiyah berkata: “hal tersebut madzhab Maliki berpendapat, bahwa
ditinjau dari segi kemashlahatan akan mashlahah mursalah adalah prinsip syara’
menimbulkan kegoncangan besar dalam yang tidak disertai bukti nash khusus, namun
urusan agama”. Semua masyarakat sudah sesuai dengan tindakan syara’ yang
melihat adanya mashlahat yang telah terdapat dalam dalil syara’. Prinsip tersebut
berjalan diberbagai tempat, namun sesuai sah sebagai dasar hukum dan dapat dijadikan
dengan prinsip yang baik yaitu adanya hujjah dan digunakan sebagai syara’ yang
mashlahat tanpa berpegang pada nash). qath’i. Mashlahah mursalah dapat dijadikan
Diantara mashlahat-mashlahat itu sebagai landasan hukum :
kadangkala sebenarnya merupakan a) Kemashlahatan sesuai dengan prinsip-
larangan syara’ yang tidak diterima atau prinsip dalam ketentuan syar’i secara ushul
diketahui; kadangkala mereka mengajukan dan furu’ dan tidak bertentangan dengan
dalam mashlahat mursalah ungkapan nash.
ungkapan (kalam) yang berlawanan b) Kemashlahatan hanya dapat diaplikasikan
dengan nash. Malahan diantara mashlahat dalam bidang sosial kehidupan sehari-hari.
mursalah yang mereka ambil, banyak yang c) Hasil mashlahah merupakan pemeliharaan
mengesampingkan mashlahat-mashlahat dalam berbagai aspek kebutuhan dan
yang wajib diterima menurut syara’, atas keinginan, baik kontemporer maupun yang
dasar anggapan bahwa syara’ tidak lainnya. Seperti Daruriyah, Hajjiyah dan
menerangkan hal itu, sehingga suatu Tahsiniyyah. Metode mashlahah sebagai
kewajiban dan perbuatan yang sunnah itu cara untuk menghilangkan kesulitan dalam
ditinggalkan, atau bahkan tergolong dalam berbagai aspek kehidupan, terutama
perbuatan yang terlarang bahkan makruh. masalah muamalah. Dalam firman Allah
4) Jika memakai mashlahah sebagai sumber Qs. Al Hajj ayat 78, yang artinya
hukum yang pokok itu berdiri sendiri, (Departemen RI, 2010):
maka hal tersebut akan terjadi perbedaan “Dan dia sekali-kali tidak menjadikan
hukum, bahkan bisa jadi ikhtilaf untuk kamu dalam agama suatu
perorangan dalam perkara. Misalkan, pada kesempitan”.
suatu negara masalah tersebut kategori 2) Pendapat Abdul Wahab Khallaf, bahwa
suatu yang mendekati “haram” karena ada mashlahah mursalah dapat digunakan untuk
kemudhorotan, akan tetapi di negara lain dasar ketentuan hukum Islam jika memenui
kategori “halal” karena ada manfaatnya. beberapa ketentuan, yaitu:
Namun, syari’at Islam yang berlaku itu a) Mashlahah haqiqi bukan mashlahah yang
umum. sifatnya hanya dugaan, tetapi harus benar-
Imam Al-Qarafy berkata tentang benar penelitian yang serius dan tidak
mashlahah mursalah yaitu : menerima kerusakan.
ْ ُ ‫ال َّن‬
‫ه‬ َِ ‫ق‬ ِ ‫سمَةُ فِى َجصِ ي ِْع ْال َصذَا ِه‬
ِ ‫ل ِع ْندَ ال َّتْ ِق ْي‬ َ ْ ‫لمَ َتةَ ْال ُص‬ ْ ‫ِإ َّن ْال َص‬ b) Mashlahah yang sifatnya umum, tidak sifat
ْ
‫ت َو َال َيطمُ ُْونَ شَاهِدا‬ ِ ‫س َا‬ ْ
َ ‫س ْونَ َويُفَ ِ ِّ قُ ْونَ ِباال ُصنَا‬ ُ ‫يُ ِق ْي‬ seorang yang hanya dikemukakan oleh
‫ار‬ ِ ْ ‫ِب‬
ِ َ ِ ‫اال ْع‬ satu orang saja, bukan termasuk

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 2021, 142
kepentingan perorangan saja, tetapi semua itu, Allah memerintahkan setiap manusia
kalangan masyarat seluruhnya. untuk mempunyai usaha dan bisa memenuhi
c) Tidak bertentang dengan hukum yang telah kebutuhan pokok sehari-hari. Jika manusia itu
ditentukan dalam nash Al-Qur’an, hadits, meninggalkan atau menjauhi segala larangan
dan ijma’. dan mematuhi semua perintah Allah, maka
3) Menurut Al-Ghazali menyatakan setiap prinsip lima dasar akan terjamin dengan baik
mashlahah yang kembali kepada diantaranya yaitu memelihara Agama,
pemeliharaan yang diketahui dalam nash al- memelihara jiwa, memelihara akal,
qur’an, hadits, dan ijma tetapi tidak dipandang memelihara keturunan, dan memelihara harta.
sebelah mata dari ketiga hukum tersebut dan 2. Mashlahah Hajiyyah (‫)الممصلممممممممتممة الممتمما جمميممة‬
tidak juga melalui metode qiyas, maka merupakan kemashlahatan yang kebutuhan
mashlahah mursalah dapat dipakai. Jika hidup manusia tidak langsung terpenuhi. Akan
memakai qiyas, maka harus ada dalil asalnya. tetapi, bentuk kemashlahatan hajiyyah ini
Cara mengetahui mashlahah yang sesuai mengarah pada memberi kemudahan dalam
dengan tujuan itu adalah dari beberapa dalil setiap kebutuhan manusia yang harus
yang tidak terbatas, baik dari al-qur’an, dipenuhi. Misalkan, mencari ilmu agama
sunnah, maupun isyarat-isyarat lainnya. untuk kebutuhan menegakkan agama yang
Isyarat-isyarat tersebut memberikan arti, rahmatan lil ‘alamiin, memenuhi kebutuhan
bahwa merujuk pada sesuatu harus makan untuk keberlangsungan hidup dan
berdasarkan nash. Oleh karena itu, cara beribadah, menggunakan akal sehat untuk
penggalian mashlahah bebas dari dalil yang kesempurnaan akalnya, melakukan muamalah
khusus, akan tetapi merujuk ke petunjuk untuk mendapatkan harta. Hal tersebut
umum dari dalil syara’ yang ada. Apabila tergolong dalam mashlahah tingkat hajiyyah.
menafsirkan mashlahah dengan pemeliharaan, 3. Mashlahah Tahsiniyyah (‫)الصلمممممتمة ال تسممممينيمة‬
maka tidak ada jalan bagi semua orang untuk merupakan mashlahah yang untuk memenuhi
berselisih dalam mengikutinya. Mashlahah kebutuhan hidup manusia tidak setara dengan
mursalah suatu tindakan yang dzaruriyah atau dhoruriyyah, tidak setara dengan tingkat
kebutuhan sangat penting bagi hajiyyah, akan tetapi kebutuhan tahsiniyyah
keberlangsungan hidup manusia (Mukhsin, ini mengarah pada kesempurnaan dan
2008). Bahkan, wajib meyakini mashlahah keindahan pelengkap hidup manusia (Asiah,
sebagai hujjah agama, mashlahah mursalah 2016)
dapat dijadikan sebagai landasan hukum jika Dari tiga bentuk mashlahah tersebut diatas
memenuhi beberapa syarat: menggambarkan, bahwa tingkat kekuatan yang
a) Mashlahah mursalah diterapkan sesuai paling tinggi adalah dhoruriyyah kemudian
dengan ketentuan syariat Islam. hajiyyah dan berikutnya tahsiniyyah. Dari prinsip
b) Mashlahah mursalah tidak bertentangan lima dasar dhoruriyyah itupun berbeda tingkat
hukum dalam nash Al-Quran atau As- kekuatannya, diantaranya yaitu agama, jiwa, akal,
sunnah. keturunan dan harta. Hal tersebut merujuk pada
kepentingan antara sesamanya mana yang
3.2. Pembahasan didahulukan yang sangat penting dan bisa
a. Sertifikasi Produk Halal dalam Perspektif memenuhi keberlangsungan hidup manusia.
Mashlahah Mursalah Jika terjadi perbenturan antara sesama yang
Dalam penetapan hukum, mashlahah dhoruriyyah, maka tingkat yang paling tinggi
menentukan tiga macam yang disebabkan dari harus didahulukan. Kemudian, jihad di jalan
kekuatan sebagai hujjah dalil syara’, diantaranya Allah yang disyari’atkan untuk menegakkan
yaitu mashlahah dhoruriyyah, mashlahah Agama, meskipun jiwa dan harta terkorbankan.
hajiyyah, dan mashlahah tahsiniyyah. Dalam firman Allah QS. Al- Maidah ayat 41,
1. Mashlahah Dhoruriyyah (‫)الصلممممتة الضممم ورية‬ yang artinya adalah (Departemen RI, 2010):
merupakan kemashlahatan yang sangat “Berjihadlah kamu dengan hartamu dan jiwamu
dibutuhkan oleh setiap manusia. Oleh karena dalam jalan (menegakkan) agama Allah”.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 2021, 143
Penjelasan arti ayat di atas menunjukkan, memberikan manfaat yang baik. Proses sertifikasi
bahwa keharusan untuk mendahulukan Agama produk halal oleh LPPOM MUI sebelum UU JPH
atas jiwa dan harta benda. Namun, syariat yang diimplementasikan (Ariny, 2020).
membolehkan meminum khamar bagi orang yang Berdasarkan gambar alur sertifikasi produk,
tercekik untuk meringangkan, karena itu dalam seorang pebisnis mendaftarkan produk kepada
keadaan dhorurot. Hal tersebut menunjukkan, LPPOM MUI untuk mendapatkan sertifikasi
bahwa memelihara jiwa didahulukan atas halal. Ada dua syarat yang menjadi alasan untuk
memelihara akal. dilakukan audit, yaitu pelunasan pembiayaan dan
b. Proses Pemberian Sertifikasi Produk Halal dokumen yang lengkap. Untuk biaya sertifikasi
Produk halal menurut UU JPH adalah halal tergantung dari produk yang dijalankan oleh
produk tersebut ada kepastian hukum sebagai pebisnis, ada yang usaha menengah atas dengan
jamian halal suatu produk dengan dibuktikannya pembiayan sekitar 1 sampai 5 juta per sertifikat.
sertifikat halal produk. Namun, dalam Al Qur’an Menengah bawah 500 sampai 3 juta per sertifikat.
dinyatakan, bahwa minuman dan makanan yang Biaya tersebut belum termasuk dalam biaya
haram seperti bangkai, darah, daging hewan yang akomodasi lapangan (audit) dan transportasi.
disembelih tanpa menyebut nama Allah SWT, Biaya akomodasi dan transportasi dilakukan oleh
babi, minuman yang memabukkan, khamr (Sari, perusahaan yang mengajukan sertifikasi halal
2019). Apa yang ada di muka bumi ini semuanya sesuai dengan akad yang disepakati
halal, kecuali disebutkan dengan tegas dalam Al (Koeswinarno, 2020).
Qur’an dan hadits. Pada tahun 2001 terjadi kasus Terbitnya fatwa Majelis Ulama Indonesia
Ajinomoto yang mengeluarkan (KMA) Nomor (MUI), seperti tentang keharusan sertifikat halal
518 tahun 2001 tentang tata cara pemeriksaan dan bagi semua produk makanan, minuman, dan
penetapan pangan halal dan MUI sebagai kosmetik. Melalu lembaga pengkajian obat-
Lembaga Pelaksana Pemeriksaan suatu produk obatan dan kosmetik (LP-POM MUI) berupaya
halal. Hal tersebut memberikan penegasan, melakukan penelitian terhadap produk tersebut.
bahwa untuk mendapatkan sertifikasi halal suatu Penggunaan kosmetik dan mengkonsumsi
produk harus melalui beberapa proses. Proses makanan, harus sesuai dengan sertifikasi dan
tersebut harus dijalankan semua, agar bisa labelisasi MUI, sehingga produk tersebut bisa
diaplikasikan dengan baik di kehidupan sehari- dikonsumsi dengan baik dan mendatangkan
hari. kemanfaatan bagi yang mengkonsumsinya. Hal
Sebagai usaha untuk menjaga tersebut tidak ada teks nash yang menyinggung
kesinambungan dan mengefektifkan sertifikasi secara langsung untuk kemashlahatan umat, maka
halal dan memperlancar administrasi, LPPOM fatwa DSN MUI menerbitkan ketentuan hukum
MUI membuat ketentuan sistem jaminan halal yang berasaskan pertimbangan terhadap
melalui suratnya Nomor: SK 13/Dir/LPPOM mashlahah mursalah. Jika dikaitkan pada fatwa
MUI/III/13 tanggal 31 Maret 2013. Sistem haramnya bunga bank, maka hal tersebut tidak
sertifikasi halal merupakan sistem yang ditunjukkan hukum secara gamblang dalam nash.
terintergritas yang tersusun rapi dan dipelihara Namun, sejauh ini masalah bunga bank masih
sebagai mana untuk mengatur semua bahan yang diperdebatkan. Melalui fatwa MUI juga
ada dalam produk, sumber daya manusia, proses menetapkan bunga bank itu haram, karena
produksi, prosedur penyaluran produk. Hal menurut MUI ada komponen tambahan yang
tersebut untuk menjaga kesinambungan proses menjadi penyakit, sehingga riba dihukumi haram
produksi halal sesuai syarat yang terdapat dalam (Faridah, 2019).
LPPOM MUI. LPPOM MUI melaksanakan
proses sertifikasi halal dan kerja sama bersama
kementerian dan perguruan tinggi di Indonesia,
serta lembaga. LPPOM MUI bekerja sama dalam
memberikan sertifikat halal MUI di kemasan
khusus pada BPOM. Sehingga produk yang
beredar di masyarakat Indonesia bisa

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 2021, 144
memperolehnya harus dengan jalan yang baik.
Dalam setiap kegiatan untuk memproduksi
makanan ataupun mengkonsumsinya harus
berdasarkan syariat Islam, karena untuk menjaga
agama. Merujuk pada kaidah fiqhiyah
(َ‫ )اَلضََرَرَ يَزال‬yang artinya bahaya itu
harus dihilangkan. Setiap manusia yang membuat
kerusakan itu tidak boleh dalam agama Islam.
Semua yang diperbolehkan oleh Allah SWT,
maka semua itu adalah kemanfaatan bagi
manusia. Setiap manusia membutuhkan
kemashlahatan.
Semua yang sudah diatur dalam nash Al
Qur’an dan As Sunnah harus dijalankan oleh
umat Islam. Jika manusia meninggalkan segala
larangan dan mematuhi perintah Allah, maka
prinsip dasar memelihara agama itu akan terjamin
dengan baik. Kecuali, jika manusia dalam
Gambar 3.1 mengkonsumsi suatu makanan, kemudian dia
Proses Sertifikasi Halal di LPPOM MUI tidak punya uang ataupun dengan cara lain tidka
Sebelum Implementasi UU Jaminan Produk bisa memperolehnya, maka dalam keadaan
Halal dhorurot ia boleh mengkonsumsinya untuk tetap
Sumber: (https://www.Google.Com/Url- eksistensi agar tidak mengancam nyawanya.
Implementasi-Kewajiban-Pendaftaran- Harta yang diperolehnya harus dengan cara yang
Sertifikasi-Halal-Dalam-Pasal-4-Undang- baik. Misalkan, suatu produk itu diproses
Undang-Nomor-33-Tahun-2014-Tentang- menggunakan campuran barang yang tidak
Jaminan-Produk-Halal., 18 Februari 2021.) diperbolehkan oleh Islam, kemudian ada
c. Kebutuhan Sertifikasi Produk Halal Bagi konsumen yang ingin membelinya, akan tetapi
Konsumen konsumen tersebut ragu dengan apa yang dibeli,
Dalam menanggapi kebutuhan masyarakat karena belum ada sertifikasi halal di produk
dan adanya tanggung jawab dari MUI (Majelis tersebut. Tugas seorang yang memproduksi
Ulama Indonesia) untuk melindungi masyarakat, produk harus segera mendaftarkan produknya ke
maka diupayakan mendirikan lembaga LPPOM MUI, agar tidak mengkhawatirkan
pengkajian obat-obatan, makanan, kosmetika. konsumen dalam membeli produknya. Adanya
Pada tanggal 6 januari 1989, LPPOM MUI hukum tersebut yang mengatur sertifikasi halal
bertugas untuk memberikan kepastian terhadap produk, yang terpusat dan tidak mendeskriminasi.
kehalalan suatu produk obat-obatan, pangan, dan Oleh karena itu, dalam mengkonsumsi suatu
kosmetika. Pada tahun 1994, kegiatan dalam produk baik itu makanan maupun kosmetik harus
sertifikasi halal yang dilakukan oleh LPPOM sudah berstandard hukum syariat agar layak
MUI pada produk pangan. Sertifikasi halal untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari
ditangani oleh 3 lembaga yang berwenang serta memberikan manfaat secara luas untuk
diantaranya MUI, Kementerian Agama, dan kehidupan selanjutnya, agar bisa menjalankan
Kementerian Kesehatan. ibadah dengan baik.
Melalui fatwa MUI juga menetapkan
makanan, kosmetik, dan obat-obatan harus 4. KESIMPULAN
berstandard sesuai dengan syariat Islam. Tujuan Islam adalah membentuk karakter
Mengingat kesehatan sangat dibutuhkan oleh kepribadian manusia yang baik serta menegakkan
setiap orang, baik dalam menjada dirinya sendiri kemashlahatan dan keadilan. Keadilan dan keputusan
maupun keluarganya. Makanan merupakan atas permasalahan-permasalahan dapat direalisasikan
kebutuhan yang dhoruriyyah, maka dalam dalam kehidupan yang kompleks. Al-Qur’an dan

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 2021, 145
Sunnah memberikan keleluasaan dan penekanan Cholili, A. (2013). Urgensi Dan Relevansi Al-
terhadap kejadian-kejadian kemudian dalam syariat Maslahah Al-Mursalah Sebagai Metode Ijtihad
Islam, serta memastikan penerapan sehari-hari. Kontemporer. At-Tahdzib. Vol.1 Nomor 2 17.
Sumber hukum sekunder dalam Islam adalah Departemen RI, D. R. (2010). Al-Quran dan
mashlahah mursalah, dimana mashlahah mursalah Terjemah. Bandung: Jabal.
merupakan hukum yang ditetapkan untuk menerapkan Faridah, H. D. (2019). Halal certification in Indonesia;
kaidah-kaidah dan perintah-Nya terhadap peristiwa history, development, and implementation.
baru yang tidak ada nashnya. Sebagaimana dengan Journal of Halal Product and Research, 2(2), 68.
barang yang dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari https://doi.org/10.20473/jhpr.vol.2-issue.2.68-78
harus aman dan bisa memberikan manafaat yang baik Hadi, H. (2014). Ushul fiqh konsep baru tentang
bagi kehidupan. LPPOM MUI memberikan kaidah hikmah dalam teori fiqh (Semarang).
kemudahan dalam setiap produk yang di proses untuk IAIN Wali Songo.
mendapatkan sertifikasi produk halal tersebut, Hervina, H. (2017). Trend Halal Food Di Kalimantan
sehingga semua pebisnis yang telah membuat produk Timur. Volume 9, No. 1.
bisa dengan mudah meyakinkan ke masyarakat https://www.google.com/url-Implementasi-
seluruhnya. Setiap orang yang menggunakan produk kewajiban-pendaftaran-sertifikasi-halal-dalam-
yang dikonsumsi harus memperhatikan standard pasal-4-undang-undang-nomor-33-tahun-2014-
kesehatan yang telah ditentukan oleh LPPOM MUI, tentang-jaminan-produk-halal. (18 Februari
sehingga produk tersebut bisa mendatangkan manfaat 2021).
bagi yang mengkonsumsinya dan masyarakat bisa Koeswinarno. (2020). Sertifikasi Halal; Yes or No.
tenang secara lahir dan bathinnya. Dalam penentuan Jakarta: Litbangdiklat Press.
hukum, tidak ada teks nash yang menyinggung secara Mukhsin, J. (2008). Kemashlahatan dan
langsung untuk kemashlahatan umat, maka fatwa DSN Pembaharuan Hukum Islam. Semarang:
MUI menerbitkan ketentuan hukum yang berasaskan Walisongo press.
pertimbangan terhadap mashlahah mursalah. Rusfi, M. (2014). Validitas Maslahat Al-Mursalah
Sebagai Sumber Hukum. Al-‘Adalah. Vol. XII,
5. UCAPAN TERIMA KASIH No. 1, 12.
Terima kasih disampaikan kepada Dr. H. M. Salma, S. (2016). Maslahah Dalam Perspektif Hukiim
Lathoif Ghozali, Lc., MA yang telah berkontribusi Islam. Jurnal Ilmiah Al-Syir’ah, 10(2).
dalam pembuatan dalam penyelesaian artikel jurnal ini https://doi.org/10.30984/as.v10i2.261
dan juga memberikan pengetahuan kepada kami Sari, D. I. (2019). Perlindungan Hukum Atas Label
tentang pentingnya mashlahah mursalah untuk Halal Produk Pangan Menurut Undang-Undang.
penentuan sertifikasi produk halal demi memberikan Repertorium : Jurnal Ilmiah Hukum
kemashlahatan umat dalam setiap mengkonsumsi Kenotariatan, 7(1), 1.
suatu produk yang baik bagi kesehatan dan agama https://doi.org/10.28946/rpt.v7i1.264
serta harta. Syukron katsiron, jazakumulloh ahsanal Silalahi, U. (2010). Metode Penelitian Sosial.
jaza’. Bandung: Refika Aditama.
Suratmaputra, A. M. (2017). Kemaslahatan Sebagai
6. DAFTAR PUSTAKA Tujuan Pensyari’atan Hukum Islam: Telaah
Ariny, B. D. (2020). Dampak Positif Undang-Undang Terhadap Kehalalan Poligami, Keharaman
Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Kawin Beda agama, Larangan Nikah Dibawah
Halal Dalam Menciptakan Sistem Jaminan Tangan dan Kewajiban Beriddah bagi
Produk Halal Di Indonesia. Syar'ie. 3(2), 21. Perempuan. MISYKAT: Jurnal Ilmu-ilmu Al-
Asiah, N. (2016). Istishlah Dan Aplikasinya Dalam Quran, Hadist, Syari’ah dan Tarbiyah, 2(2), 1.
Penetapan Hukum Islam. Volume 14, Nomor 2, https://doi.org/10.33511/misykat.v2n2.1-20
13. Syafe’I, R. (2015). Ilmu Ushul Fiqih. Bandung; cet.
Asy-Syatibi, A.-S. (1991). Al-I’tishom. Beirut: Daral- Ke-05 CV Pustaka Setia.
Fikr. Usman, I. (1994). Istihsan dan Pembaharuan Hukum
Islam. Jakarta; Cet ke-1 Raja Grafindo Persada.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534

You might also like