You are on page 1of 21

Dosen Pengampu: Tri Fira Yuniza, SE., M.Ak.

MAKALAH
ETIKA PROFESI
“ETIKA PROFESI AKUNTANSI DAN PENDEKATAN
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS”

DI SUSUN OLEH:

M. ASWAR JUMA 2001009


NURUL UTAMI SYAM 2001014
RESVIANA 2001018
RISWAN 2001019

PRODI D3 AKUNTANSI
POLITEKNIK INDONESIA MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nyalah sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan lancar sebagai salah satu tugas mata kuliah Etika
Profesi.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan


dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca agar makalah ini bisa menjadi lebih baik. Melalui lembaran
ini kami mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak dan
terima kasih kepada ibu Tri Fira Yuniza., SE., M.AK. Selaku dosen
pembimbing yang telah membagi ilmu dan bertukar pikiran sehingga
penulis dapat merampungkan karya tulis dalam makalah ini.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih, semoga makalah ini


bermanfaat bagi penulis maupun para pembacanya sebagai bahan atau
sumber informasi pada Bidang Studi Akuntansi atau pihak lain yang ingin
mempelajari materi Etika Profesi.

Makassar, 01 Januari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................3

2.1 Pengertian Etika Profesi Akuntansi................................................3

2.2 Tujuan Profesi Akuntansi................................................................4

2.3 Fungsi Etika.......................................................................................5

2.4 Kode Etik Profesi Akuntan Indonesia.............................................5

2.5 Pelanggaran-Pelanggaran Etika Dalam Akuntansi.......................7

2.6 Penyebab Pelanggaran Kode Etik Profesi...................................10

2.7 Pengambilan Keputusan................................................................11

2.8 Kerangka Pendekatan Pengambilan Keputusan Etis.................12

2.9 Pendekatan Filosofi........................................................................13

2.10 Analisis Biaya Manfaat.................................................................15

BAB III PENUTUP.....................................................................................16

3.1 Kesimpulan......................................................................................16

3.2 Saran................................................................................................17

Daftar Pustaka..........................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Etika adalah aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dalam
pergaulan antara sesamanya dan menegaskan pada perbuatan yang
benar. Etika profesi merupakan norma yang ditetapkan dan diterima oleh
kelompok profesi, yang mengarahkan dan memberikan petunjuk kepada
anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin
mutu moral profesi itu di mata masyarakat. Akuntansi adalah suatu sistem
informasi yang menyediakan laporan-laporan bagi para pemangku
kepentingan mengenai aktivitas dan kondisi ekonomi perusahaan.

Akuntansi di Indonesia diatur dalam Kode Etik Akuntan Indonesia di


mana dalamkode etik tersebut terdapat prinsip-prinsip etika yang
mengatur bagaimana seharusnya seorang akuntan berperilaku.

Namun di masa kini, banyak akuntan yang kurang memperhatikan


kode etiktersebut dan kadang bertindak tidak sesuai dengan kode etik
yang berlaku di Indonesia. Oleh karena itu, disusunlah makalah ini yang
memuat tentang bagaimana seharusnya seorang akuntan berperilaku
sesuai dengan Kode Etik Akuntan Indonesia yang berlaku agar tidak
melanggar etika dan dapat menjamin mutu moral profesi akuntansi di
mata masyarakat.

Keputusan adalah pilihan-pilihan dari dua alternative atau lebih.


Keputusan biasa nya diambil ketika terjadi masalah, untuk mengatasi
masalah yang terjadi dalam suatu organisasi atau dalam perusahaan
diperlukan suatu kebijakan dalam pengambilan keputusan yang baik
dalam menentukan strategi, sehingga menimbulkan pemikiran tentang
cara-cara baru untuk melanjutkannya.

1
Pengambilan keputusan ini adalah sesuatu pendekatan yang
sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan
data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi, dan
mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang
paling tepat. Pengambilan keputusan yang dilakukan biasanya memiliki
beberapa tujuan, seperti tujuan yang bersifat tunggal (hanya satu masalah
dan tidak berkaitan dengan masalah lain) dan tujuan yang bersifat ganda
(masalah saling berkaitan, dapat bersifat kontradiktif ataupun tidak
kontradiktif). Proses pengambilan keputusan adalah bagaimana perilaku
dan pola komunikasi manusia sebagai individu dan sebagai anggota
kelompok dalam struktur organisasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari etika profesi akuntansi?
2. Apa tujuan dari profesi akuntansi?
3. Apa fungsi dari etika?
4. Bagaimana kode etik akuntan di Indonesia?
5. Bagaimana pelanggaran-pelanggaran etika dalam akuntansi?
6. Apa penyebab terjadinya pelanggaran etika dalam akuntansi?
7. Apa itu pengambilan Keputusan?
8. Apa kerangka didalam pendekatan pengambilan keputusan Etis?
9. Bagaimana pendekatan Filosofi?
10. Bagaimana Analisis Biaya Manfaat?

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Etika Profesi Akuntansi
Seorang pemimpin dalam mengambil keputusan dihadapkan pada
dilema etika dan moral. Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan
menghasilkan dampak bagi orang lain. Istilah etika berasal dari bahasa
Yunani yaitu “ethos” yang berarti watak atau kebiasaan. Dalam bahasa
sehari-hari kita sering menyebutnya etiket yang berarti cara bergaul atau
berperilaku yang baik yang sering juga disebut sebagai sopan-santun.
Istilah etika banyak dikembangkan dalam organisasi sebagai norma-
norma yang mengatur dan mengukur perilaku professional seseorang.

Secara lengkap etika diartikan sebagai nilai-nilai normatif atau pola


perilaku seseorang atau badan/lembaga/organisasi sebagai suatu bentuk
yang dapat diterima umum dalam interaksi dengan lingkungannya.
Sedangkan dalam konteks lain secara luas dinyatakan bahwa etika adalah
aulia di dari proses dan teori filsafat moral terhadap kenyataan yang
sebenarnya. Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis
dalam pendapat-pendapat spontan kita. Etika juga berarti norma-norma,
nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia
yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut :

1. Menurut Arens et al. (2008:98), “etika secara garis besar dapat


didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai-nilai moral”
2. Isnanto (2009:3), memandang etika sebagai “cabang filsafat yang
berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku
manusia dalam hidupnya”.
3. Bertens (1997: 3-4) mendeskripsikan etika sebagai perilaku yang baik
dari seseorang atau sekelompok orang, dimana perilaku ini
sebenarnya merupakan tuntutan dari hati nurani orang yang

3
bersangkutan dan masyarakat setempat agar tercipta keadilan dalam
kehidupan antar individu dan masyarakat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa etika adalah aturan prilaku, adat


kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan
pada perbuatan yang benar. Etika dalam perkembangannya sangat
mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi orientasi bagaimana
manusia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari
(Prajitno, 2006:32). Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil
sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini, Dengan
demikian etika dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan
aspek atau sisi kehidupan manusianya.

Etika profesi merupakan norma yang ditetapkan dan diterima oleh


kelompok profesi, yang mengarahkan dan memberikan petunjuk kepada
anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin
mutu moral profesi itu di mata masyarakat (Yuwono, 2011:25).

Akuntansi adalah suatu sistem informasi yang menyediakan laporan-


laporan bagi para pemangku kepentingan mengenai aktivitas dan kondisi
ekonomi perusahaan.

2.2 Tujuan Profesi Akuntansi


Tujuan profesi akuntan adalah memenuhi tanggung jawabnya
dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja
tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik. Untuk mencapai
tujuan tersebut, terdapat empat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi :

1. Kredibilitas: Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan


sistem informasi.
2. Profesionalisme: Diperlukan individu yang jelas dapat diidentifikasikan
oleh pemakai jasa akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi.
3. Kualitas jasa: Terdapat keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh
dari akuntan diberikan dengan standar kinerja tertinggi.

4
4. Kepercayaan: Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa
terdapat kerangka etika profesional yang mendasari pemberian jasa
oleh akuntan.

2.3 Fungsi Etika


Fungsi Etika Ada empat macam motivasi yang juga merupakan
fungsi dalam berperilaku etis. Perilaku etis menyebabkan :

(1) Keuntungan jangka panjang bagi perusahaan,


(2) Integritas dan kepuasan pribadi bagi individu yang terlibat dalam
bisnis,
(3) Kejujuran dan kesetiaan dari para karyawan, dan
(4) Kepercayaan dan kepuasan dari pelanggan. Perilaku etis dalam bisnis
adalah ide yang waktunya telah tiba.

2.4 Kode Etik Profesi Akuntan Indonesia


Dalam kongresnya pada tahun 1973, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
untuk pertama kalinya menyusun kode etik bagi profesi akuntan di
Indonesia. Kode Etik Akuntan Indonesia senantiasa mengalami
penyempurnaan pada saat berlangsungnya Kongres IAI pada tahun 1986,
1990, dan 1994. Penyempurnaan terakhir dilakukan ketika
berlangsungnya Kongres IAI pada tanggal 23-25 September 1998 di
Jakarta.

Ada 8 (delapan) prinsip-prinsip etika yang terkandung dalam kode etik IAI,
yaitu :

1. Tanggung jawab
Seorang akuntan yang bertanggung jawab harus mewujudkan
kepekaan professional dan pertimbangan moral dalam semua kegiatan
yang dilakukan.

5
2. Kepentingan umum (publik)
Setiap akuntan memiliki kewajiban untuk mementingkan kepentingan
masyarakat, menghargai kepercayaan masyarakat serta menunjukkan
komitmennya.
3. Integritas
Untuk menjaga dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap akuntan
harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas
setinggi mungkin.
4. Obyektivitas
Setiap akuntan harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari
benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
5. Kompetensi dan kehati-hatian professional
Setiap akuntan harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan
kehati-hatian, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban
untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional
pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa auditan atau
pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang
kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik
yang paling mutakhir.
6. Kerahasiaan
Setiap akuntan harus menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada
hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
7. Perilaku professional
Setiap akuntan harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi
profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan
profesi.
8. Standar teknis
Setiap akuntan harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai
dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan.

6
Aturan Etika

Sebelum tahun 1998, IAI hanya memiliki kode etik yang hanya
mengikat seluruh anggotanya. Aturan-aturan yang berlaku dalam kode
etik dirumuskan dan disahkan dalam kongres IAI yang melibatkan seluruh
anggota IAI tanpa melihat keanggotaan kompartemen anggota yang
bersangkutan. Akan tetapi, setelah tahun1998, seluruh kompartemen IAI
telah memiliki aturan etika masing-masing. Dengan demikian kode etik IAI
memiliki empat aturan etika kompartemen, yaitu aturan etika :

a. Kompartemen Akuntan Publik (KAP),


b. Kompartemen Akuntan Pendidik (KAPd),
c. Kompartemen Akuntan Manjemen (KAM),
d. Kompartemen Akuntan Sektor Publik (KASP).

Aturan etika disahkan oleh rapat anggota kompartemen dan hanya


mengikatanggota kompartemen yang bersangkutan.

2.5 Pelanggaran-Pelanggaran Etika Dalam Akuntansi


Contoh kasus pelanggaran etika profesi akuntan:

1. Kasus KAP Andersen dan Enron


Kasus KAP Andersen dan Enron terungkap saat Enron
mendaftarkan kebangkrutannya ke pengadilan pada tanggal 2
Desember 2001. Saat itu terungkap, terdapat hutang perusahaan
yang tidak dilaporkan, yang menyebabkan nilai investasi dan laba
yang ditahan berkurang dalam jumlah yang sama.
Sebelum kebangkrutan Enron terungkap, KAP Andersen
mempertahankan Enron sebagai klien perusahaan, dengan
memanipulasi laporan keuangan dan penghancuran dokumen atas
kebangkrutan Enron, dimana sebelumnya Enron menyatakan
bahwa pada periode pelaporan keuangan yang bersangkutan
tersebut, perusahaan mendapatkan laba bersih sebesar $ 393,
padahal pada periode tersebut perusahaan mengalami kerugian

7
sebesar $ 644 juta yang disebabkan oleh transaksi yang dilakukan
oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh Enron.
2. Kasus KPMG-Siddharta & Harsono
September tahun 2001, KPMG Siddharta & Harsono harus
menanggung malu. Kantor akuntan publik ternama ini terbukti
menyogok aparat pajak di Indonesia sebesar US$ 75 ribu. Sebagai
siasat, diterbitkan faktur palsu untuk biaya jasa profesional KPMG
yang harus dibayar kliennya PT Easman Christensen, anak
perusahaan Baker Hughes Inc. yang tercatat di bursa New York.
Berkat aksi sogok ini, kewajiban pajak Easman memang susut
drastis. Dari semula US$ 3,2 juta menjadi hanya US$ 270 ribu.
Namun, Penasihat Anti Suap Baker rupanya was-was dengan
polah anak perusahaannya. Maka, ketimbang menanggung risiko
lebih besar, Baker melaporkan secara suka rela kasus ini dan
memecat eksekutifnya. Badan pengawas pasar modal AS,
Securities & Exchange Commission, menjeratnya dengan Foreign
Corrupt Practices Act, undang-undang anti korupsi buat
perusahaan Amerika di luar negeri. Akibatnya, hampir saja Baker
dan KPMG terseret ke pengadilan distrik Texas. Namun, karena
Baker mohon ampun, kasus ini akhirnya diselesaikan di luar
pengadilan. KPMG pun terselamatan.
3. Kasus Sembilan KAP yang diduga melakukan kolusi dengan
kliennya
Jakarta, 19 April 2001. Indonesia Corruption Watch (ICW) meminta
pihak kepolisian mengusut sembilan Kantor Akuntan Publik, yang
berdasarkan laporan Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan (BPKP), diduga telah melakukan kolusi dengan
pihak bank yang pernah diauditnya antara tahun 1995-1997.
Koordinator ICW Teten Masduki kepada wartawan di Jakarta,
Kamis, mengungkapkan, berdasarkan temuan BPKP, sembilan dari
sepuluh KAP yang melakukan audit terhadap sekitar 36 bank

8
bermasalah ternyata tidak melakukan pemeriksaan sesuai dengan
standar audit. Hasil audit tersebut ternyata tidak sesuai dengan
kenyataannya sehingga akibatnya mayoritas bank-bank yang
diaudit tersebut termasuk di antara bank-bank yang dibekukan
kegiatan usahanya oleh pemerintah sekitar tahun 1999.
Kesembilan KAP tersebut adalah AI & R, HT & M, H & R, JM & R,
PU & R, RY, S & S,SD & R, dan RBT & R. “Dengan kata lain,
kesembilan KAP itu telah menyalahi etika profesi. Kemungkinan
ada kolusi antara kantor akuntan publik dengan bank yang
diperiksa untuk memoles laporannya sehingga memberikan laporan
palsu, ini jelas suatu kejahatan,” ujarnya. Karena itu, ICW dalam
waktu dekat akan memberikan laporan kepada pihak kepolisian
untuk melakukan pengusutan mengenai adanya tindak criminal
yang dilakukan kantor akuntan publik dengan pihak perbankan.
ICW menduga, hasil laporan KAP itu bukan sekadar “human error”
atau kesalahan dalam penulisan laporan keuangan yang tidak
disengaja, tetapi kemungkinan ada berbagai penyimpangan dan
pelanggaran yang dicoba ditutupi dengan melakukanrekayasa
akuntansi. Teten juga menyayangkan Dirjen Lembaga Keuangan
tidak melakukan tindakan administratif meskipun pihak BPKP telah
menyampaikan laporannya, karena itu kemudian ICW mengambil
inisiatif untuk mengekspos laporan BPKP ini karena kesalahan
sembilan KAP itu tidak ringan. “Kami mencurigai, kesembilan KAP
itu telah melanggar standar audit sehingga menghasilkan laporan
yang menyesatkan masyarakat, misalnya mereka memberilaporan
bank tersebut sehat ternyata dalam waktu singkat bangkrut. Ini
merugikan masyarakat. Kita mengharapkan ada tindakan
administratif dari Departemen Keuangan misalnya mencabut izin
kantor akuntan publik itu,” tegasnya. Menurut Tetan, ICW juga
sudah melaporkan tindakan dari kesembilan KAP tersebut kepada
Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan sekaligus

9
meminta supaya dilakukan tindakan etis terhadap anggotanya yang
melanggar kode etik profesi akuntan.

2.6 Penyebab Pelanggaran Kode Etik Profesi


Ada beberapa hal yang menjadi penyebab pelanggaran kode etik
yang biasanya terjadi di lingkungan kita, antara lain:

1. Pengaruh jabatan
Misalnya yang melakukan pelanggaran kode etik profesi adalah
seorang pimpinan atau orang yang memilii kekuasaan yang tinggi
pada suatu profesi. Maka bisa jadi yang posisi dan kedudukannya
berada di bawah orang tersebut, akan enggan untuk melaporkan
kepada pihak yang berwenang untuk diberikan sanksi, karena khawatir
akan berpengaruh kepada jabatan dan posisi pada suatu perusahaan.
2. Pengaruh masih lemahnya penegakan hukum di Indonesia, sehingga
menyebabkan pelaku pelanggaran kode etik profesi tidak merasa takut
untuk melakukan pelanggaran.
3. Tidak berjalannya kontrol dan pengawasan dari masyarakat.
4. Organisasi profesi tidak dilengkapi dengan sarana dan mekanisme
bagi masyarakat untuk menyampaikan keluhan.
5. Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai substansi kode etik
profesi, karena buruknya pelayanan sosialisasi dari pihak profesi itu
sendiri.
6. Belum terbentuknya kultur dan kesadaran dari para pengemban
profesi untuk menjaga martabat luhur profesinya.
7. Pengaruh sifat kekeluargaan
Misalnya, yang melakukan pelanggaran adalah keluarga atau dekat
hubungan kekerabatannya dengan pihak yang berwenang
memberikan sanksi terhadap pelanggaran kode etik pada suatu
profesi, maka ia akan cenderung untuk tidak memberikan sanksi
kepada kerabatnya yang telah melakukan pelanggaran kode etik
tersebut.

10
Faktor yang mempengaruhi pelanggaran etika

1. Kebutuhan individu, contohnya korupsi karena alasan ekonomi.


2. Tidak ada pedoman, karena area “abu-abu”, sehingga tak ada paduan.
3. Perilaku dan kebiasaan individu, contohnya kebiasaan yang
terakumulasi tidak dikoreksi.
4. Lingkungan tidak etis, contohnya pengaruh dari komunitas.
5. Perilaku orang yang ditiru, contohnya efek primordialisme yang
kebablasan.

2.7 Pengambilan Keputusan


Para indivindu dalam organisasi membuat keputusan (decision)
artinya mereka membuat pilihan-pilihan dari dua alternative atau lebih.
Teori-teori pengambilan keputusan bersangkut paut dengan masalah
bagaimana pilhan-pilhan semacam itu dibuat. Beberapa pengertian
keputusan menurut beberapa tokoh (dhino ambargo:2) adalah sebagai
berikut:

a) Menurut Davis (1988) keputusan adalah hasil dari pemecahan


masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai apa yang harus
dilakukan dan seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan.
Keputuan dibuat untuk menghadapi masalah-masalah atau kesalahan
yang terjadi terhadap rencana yang telah digariskan atau
penyimpangan serius terhadap rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya. Tugas pengambilan keputusan tingkatnya sederajat
dengan tugas pengambilan rencana dalam organisasi.
b) Siagian (1996) menyatakan, pada hakikatnya pengambilan keputusan
adalah suatu pendekatan sistematis terhadap hakikat suatu masalah,
pengumpulan fakta-fakta dan data. Penentuan yang matang dari
altenatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut
perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.

11
`Prinsip-prinsip Pengambilan Keputusan
a) Autonom

Isu ini berkaitan dengan apakah keputusan anda menimbulkan kerugian


terhadap orang lain? Setiap keputusan yang Anda ambil tentunya akan
mempengaruhi banyak orang. Oleh karena itu, Anda perlu
mempertimbangkan faktor ini ke dalam setiap proses pengambilan
keputusan Anda. Misalnya keputusan untuk merekrut pekerja dengan
biaya murah. Seringkali perusahaan mengeksploitasi buruh dengan biaya
semurah mungkin padahal sesungguhnya upah tersebut tidak layak untuk
hidup.

b) Non-malfeasance

Apakah keputusan Anda akan mencederai pihak lain? Di kepemerintahan,


nyaris setiap peraturan tentunya akan menguntungkan bagi satu pihak
sementara itu mencederai bagi pihak lain. Begitu pula halnya dengan
keputusan bisnis pada umumnya, dimana tentunya menguntungkan bagi
beberapa pihak namun tidak bagi pihak lain.

c) Beneficence

Merupakan keputusan harus dapat menjadi solusi bagi masalah dan


merupakan solusi terbaik yang bisa diambil.

d) Justice

Proses pengambilan keputusan mempertimbangkan faktor keadilan, dan


termasuk implementasinya. Di dunia ini memang sulit untuk menciptakan
keadilan yang sempurna namun tentunya kita selalu berusaha untuk
menciptakan keadilan yang ideal dimana memperlakukan tiap orang
dengan sejajar.

2.8 Kerangka Pendekatan Pengambilan Keputusan Etis


a) Kerangka Kerja Pengambilan Keputusan Etis

12
Sebagai respons terhadap keputusan yang dapat dipertahankan secara
etis, kerangka ini menyertakan persyaratan tradisional untuk profitabilitas
dan legalitas. Serta persyaratan yang dapat ditampilkan filosofis secara
penting dan baru-baru ini dituntut oleh pemangku kepentingan. Hal ini
dirancang untuk meningkatkan pertimbangan etis dengan menyediakan:

a) Pengetahuan dalam identifikasi dan menganalisis isu-isu penting


yang harus dipertimbangkan dan pertanyaan atau tantangan yang
harus diungkap;
b) Pendekatan untuk menggabungkan dan menerapkan keputusan
faktor yang relevan ke dalam tindakan praktis.
b) Kerangka kerja pengambilan keputusan etis (EDM) menilai etiskalitas
keputusan atau tindakan yang dibuat dengan melihat:
a) konsekuensi atau diciptakan offness baik dalam hal manfaat atau
biaya,
b) hak dan kewajiban yang terkena dampak,
c) keadilan yang terlibat,
d) motivasi atau kebajikan yang diharapkan.

2.9 Pendekatan Filosofi


1) Konsekuensialisme, Utilitarianisme, atau Teleologi
Pelaku Konsekuensialisme sungguh-sungguh dalam memaksimalkan
manfaat yang dihasilkan oleh keputusan. Paham ini berpegang pada
prinsip bahwa suatu tindakan itu benar secara moral jika dan hanya
jika tindakan itu memaksimalkan manfaat bersih. Dengan kata lain,
suatu tindakan dan juga keputusan disebut etis jika konsekuensi yang
menguntungkan lebih besar daripada konsekuensi yang merugikan.
Utilitarianisme klasikberkaitan dengan utilitas keseluruhan, mencakup
keseluruhan varian, oleh karena itu hanya dari manfaat parsial dalam
pengambilan keputusan etis dalam konteks bisnis, profesional dan
organisasi. Konsekuensialisme dan utilitarianisme berfokus pada hasil
atau akhir dari tindakan, maka disebut juga teleological.

13
Menurut AACSB Pendekatan konsekuensialisme mengharuskan untuk
menganalisis keputusan dalam hal kerugian dan manfaatnya bagi
pemangku kepentingan dan untuk mencapai sebuah keputusan yang
menghasilkan kebaikan dalam jumlah besar. Konsekuensialisme
berpendapat bahawa sebuah perbuatan benar secara moral jika dan
hanya jika tindakan tersebut mampu memaksimalkan kebaikan bersih.
Dengan kata lain, tindakan dan sebuah keputusan akan menjadi
etis jika konsekuensi positif lebih besar daripada konsekunsi
negatifnya.
2) Deontologi
Berbeda dengan konsekuensialisme, deontologi berfokus pada
kewajiban dan tanggung jawab yang memotivasi suatu keputusan atau
tindakan dan bukan pada konsekuensi dari tindakan. Tindakan yang
didasarkan pada pertimbangan kewajiban, hak, dan keadilan sangat
penting bagi professional, direktur, dan eksekutif yang diharapkan
memenuhi kewajibannya.
Menambah konsekuensialisme dengan analisis deontologi secara
khusus termasuk perlakuan yang adil akan menjaga terhadap situasi
dimana untuk kepentingan apa pertimbangan konsekuensi yang
menguntungkan akan diperbolehkan untuk membenarkan tindakan
ilegal atau tidak etis dalam mencapai tujuan.
3) Virtue Ethics (Etika Kebajikan)
Kalau kedua pendekatan tadi menekankan pada konsekuensi dari
tindakan atau tanggung jawab, hak dan prinsip-prinsip sebagai
panduan untuk membenarkan kebiasaan moral, etika kebajikan
berkaitan dengan aspek motivasi dari karakter moral yang ditunjukkan
oleh pengambil keputusan. Kebajikan adalah karakter yang membuat
orang bertindak etis dan membuat orang tersebut menjadi manusia
yang bermoral.
Menurut AACSB etika kebajikan berfokus pada karakter atau integrasi
moral para pelaku dan melihat pada moral masyarakat, seperti

14
masyarakat profesional, untuk membantu mengidentifikas isu-isu etis
dan panduan tindakan etis.

2.10 Analisis Biaya Manfaat


Analisis biaya-manfaat (ABM) dapat digunakan untuk:

1. Menentukan proyek apa yang harus dilakukan


2. Untuk memantau kinerja sebuah perusahaan atau proyek

Penggunaan analis biaya manfaat, dibagi menjadi 2 yakni:

1) Organisasi sektor swasta


a) Dukungan untuk subsidi pemerintah, hibah atau tarif.
b) Perkiraan dampak pencemaran terhadap masyarakat
c) Penilaian waktu karyawan yang dihabiskan untuk kegiatan public
Evaluasi alokasi sumber daya untuk proyek-proyek atau kampanye
kepentingan umum
d) Dukungan untuk klaim kerusakan yang timbul dari hilangnya
nyawa, mata, tungkai dan lain-lain.
e) Perhitungan waktu luang.
2) Organisasi sektor publik

Evaluasi alternative program social mengarah pada alokasi sumber daya


untuk:

a) Program Kesehatan
b) Program pendidikan
c) Fasilitas rekreasi
d) Proyek konservasi
e) Proyek-proyek perbaikan transportasi
f) Perumusan peraturan untuk pengendalian polusi

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etika adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam
pergaulan antara sesamanya dan menegaskan pada perbuatan yang
benar. Etika profesi merupakan norma yang ditetapkan dan diterima oleh
kelompok profesi, yang mengarahkan dan memberikan petunjuk kepada
anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin
mutu moral profesi itu di mata masyarakat.

Akuntansi adalah suatu sistem informasi yang menyediakan laporan-


laporan bagi para pemangku kepentingan mengenai aktivitas dan kondisi
ekonomi perusahaan. Tujuan profesi akuntan adalah memenuhi tanggung
jawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat
kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik.

Akuntansi diatur dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia yang


memuat delapan prinsip, yaitutanggung jawab, kepentingan umum,
integritas, obyektivitas, kompetensi dan kehati-hatian profesional,
kerahasiaan, perilaku profesional, dan standar teknis.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa


pengambilan keputusan ini adalah sesuatu pendekatan yang sistematis
terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data,
penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi, dan mengambil
tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling
tepat. ada baiknya sebelum kita mengambil keputusan, kita harus
mengacu pada prinsip-prinsip berikut ini yaitu:

a. Autonom
b. Non-malfeasance
c. Beneficence

16
d. Justice

3.2 Saran
Penulis berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi kesempurnaan makalah ini dan
penulisan juga bisa menyempurnakan makalah di kesempatan-
kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis dan
khususnya juga para pembaca pada umumnya yang ingin mempelajari
soal Etika Profesi dibidang Akuntansi.

17
Daftar Pustaka
Andiicha. (t.thn.). https://dokumensaya.com/download/contoh-kasus-
pelanggaran-etika-profesi-
akuntankimut_59ce8fbd608bbc54f2c686e89_pdf.

Irwansyah Lubis SE., M. (2010). Menggali Potensi Pajak Perusahaan dan


Bisnis dengan Pelaksanaan Hukum. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.

Murwanto, R. A. (2012). Audit Sektor Publik. Dalam Suatu Pengantar Bagi


Pembangunan Akuntabilitas Instansi Pemerintah.

https://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB%20I-
BAB%20III.pdf.

Sukrillah, M. (t.thn.). http://www.pengonaq-media.com/2014/10/etika-


profesi-it.html?m=1

Br Brooks, Leonard J. & Paul Dunn. 2011.Etika Bisnis dan Profesi: Untuk
Direktur, Eksekutif, dan Akuntan. Edisi Kelima. Buku Satu.
Terjemahan oleh Kanti Pertiwi Jakarta: Salemba Empat.

http://briyanworld.blogspot.com/2017/04/pendekatan-pengambilan-
keputusan.html

18

You might also like