Professional Documents
Culture Documents
Etika Profesi-1
Etika Profesi-1
MAKALAH
ETIKA PROFESI
“ETIKA PROFESI AKUNTANSI DAN PENDEKATAN
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS”
DI SUSUN OLEH:
PRODI D3 AKUNTANSI
POLITEKNIK INDONESIA MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nyalah sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan lancar sebagai salah satu tugas mata kuliah Etika
Profesi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................3
3.1 Kesimpulan......................................................................................16
3.2 Saran................................................................................................17
Daftar Pustaka..........................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Etika adalah aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dalam
pergaulan antara sesamanya dan menegaskan pada perbuatan yang
benar. Etika profesi merupakan norma yang ditetapkan dan diterima oleh
kelompok profesi, yang mengarahkan dan memberikan petunjuk kepada
anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin
mutu moral profesi itu di mata masyarakat. Akuntansi adalah suatu sistem
informasi yang menyediakan laporan-laporan bagi para pemangku
kepentingan mengenai aktivitas dan kondisi ekonomi perusahaan.
1
Pengambilan keputusan ini adalah sesuatu pendekatan yang
sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan
data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi, dan
mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang
paling tepat. Pengambilan keputusan yang dilakukan biasanya memiliki
beberapa tujuan, seperti tujuan yang bersifat tunggal (hanya satu masalah
dan tidak berkaitan dengan masalah lain) dan tujuan yang bersifat ganda
(masalah saling berkaitan, dapat bersifat kontradiktif ataupun tidak
kontradiktif). Proses pengambilan keputusan adalah bagaimana perilaku
dan pola komunikasi manusia sebagai individu dan sebagai anggota
kelompok dalam struktur organisasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Etika Profesi Akuntansi
Seorang pemimpin dalam mengambil keputusan dihadapkan pada
dilema etika dan moral. Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan
menghasilkan dampak bagi orang lain. Istilah etika berasal dari bahasa
Yunani yaitu “ethos” yang berarti watak atau kebiasaan. Dalam bahasa
sehari-hari kita sering menyebutnya etiket yang berarti cara bergaul atau
berperilaku yang baik yang sering juga disebut sebagai sopan-santun.
Istilah etika banyak dikembangkan dalam organisasi sebagai norma-
norma yang mengatur dan mengukur perilaku professional seseorang.
3
bersangkutan dan masyarakat setempat agar tercipta keadilan dalam
kehidupan antar individu dan masyarakat.
4
4. Kepercayaan: Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa
terdapat kerangka etika profesional yang mendasari pemberian jasa
oleh akuntan.
Ada 8 (delapan) prinsip-prinsip etika yang terkandung dalam kode etik IAI,
yaitu :
1. Tanggung jawab
Seorang akuntan yang bertanggung jawab harus mewujudkan
kepekaan professional dan pertimbangan moral dalam semua kegiatan
yang dilakukan.
5
2. Kepentingan umum (publik)
Setiap akuntan memiliki kewajiban untuk mementingkan kepentingan
masyarakat, menghargai kepercayaan masyarakat serta menunjukkan
komitmennya.
3. Integritas
Untuk menjaga dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap akuntan
harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas
setinggi mungkin.
4. Obyektivitas
Setiap akuntan harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari
benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
5. Kompetensi dan kehati-hatian professional
Setiap akuntan harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan
kehati-hatian, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban
untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional
pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa auditan atau
pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang
kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik
yang paling mutakhir.
6. Kerahasiaan
Setiap akuntan harus menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada
hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
7. Perilaku professional
Setiap akuntan harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi
profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan
profesi.
8. Standar teknis
Setiap akuntan harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai
dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan.
6
Aturan Etika
Sebelum tahun 1998, IAI hanya memiliki kode etik yang hanya
mengikat seluruh anggotanya. Aturan-aturan yang berlaku dalam kode
etik dirumuskan dan disahkan dalam kongres IAI yang melibatkan seluruh
anggota IAI tanpa melihat keanggotaan kompartemen anggota yang
bersangkutan. Akan tetapi, setelah tahun1998, seluruh kompartemen IAI
telah memiliki aturan etika masing-masing. Dengan demikian kode etik IAI
memiliki empat aturan etika kompartemen, yaitu aturan etika :
7
sebesar $ 644 juta yang disebabkan oleh transaksi yang dilakukan
oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh Enron.
2. Kasus KPMG-Siddharta & Harsono
September tahun 2001, KPMG Siddharta & Harsono harus
menanggung malu. Kantor akuntan publik ternama ini terbukti
menyogok aparat pajak di Indonesia sebesar US$ 75 ribu. Sebagai
siasat, diterbitkan faktur palsu untuk biaya jasa profesional KPMG
yang harus dibayar kliennya PT Easman Christensen, anak
perusahaan Baker Hughes Inc. yang tercatat di bursa New York.
Berkat aksi sogok ini, kewajiban pajak Easman memang susut
drastis. Dari semula US$ 3,2 juta menjadi hanya US$ 270 ribu.
Namun, Penasihat Anti Suap Baker rupanya was-was dengan
polah anak perusahaannya. Maka, ketimbang menanggung risiko
lebih besar, Baker melaporkan secara suka rela kasus ini dan
memecat eksekutifnya. Badan pengawas pasar modal AS,
Securities & Exchange Commission, menjeratnya dengan Foreign
Corrupt Practices Act, undang-undang anti korupsi buat
perusahaan Amerika di luar negeri. Akibatnya, hampir saja Baker
dan KPMG terseret ke pengadilan distrik Texas. Namun, karena
Baker mohon ampun, kasus ini akhirnya diselesaikan di luar
pengadilan. KPMG pun terselamatan.
3. Kasus Sembilan KAP yang diduga melakukan kolusi dengan
kliennya
Jakarta, 19 April 2001. Indonesia Corruption Watch (ICW) meminta
pihak kepolisian mengusut sembilan Kantor Akuntan Publik, yang
berdasarkan laporan Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan (BPKP), diduga telah melakukan kolusi dengan
pihak bank yang pernah diauditnya antara tahun 1995-1997.
Koordinator ICW Teten Masduki kepada wartawan di Jakarta,
Kamis, mengungkapkan, berdasarkan temuan BPKP, sembilan dari
sepuluh KAP yang melakukan audit terhadap sekitar 36 bank
8
bermasalah ternyata tidak melakukan pemeriksaan sesuai dengan
standar audit. Hasil audit tersebut ternyata tidak sesuai dengan
kenyataannya sehingga akibatnya mayoritas bank-bank yang
diaudit tersebut termasuk di antara bank-bank yang dibekukan
kegiatan usahanya oleh pemerintah sekitar tahun 1999.
Kesembilan KAP tersebut adalah AI & R, HT & M, H & R, JM & R,
PU & R, RY, S & S,SD & R, dan RBT & R. “Dengan kata lain,
kesembilan KAP itu telah menyalahi etika profesi. Kemungkinan
ada kolusi antara kantor akuntan publik dengan bank yang
diperiksa untuk memoles laporannya sehingga memberikan laporan
palsu, ini jelas suatu kejahatan,” ujarnya. Karena itu, ICW dalam
waktu dekat akan memberikan laporan kepada pihak kepolisian
untuk melakukan pengusutan mengenai adanya tindak criminal
yang dilakukan kantor akuntan publik dengan pihak perbankan.
ICW menduga, hasil laporan KAP itu bukan sekadar “human error”
atau kesalahan dalam penulisan laporan keuangan yang tidak
disengaja, tetapi kemungkinan ada berbagai penyimpangan dan
pelanggaran yang dicoba ditutupi dengan melakukanrekayasa
akuntansi. Teten juga menyayangkan Dirjen Lembaga Keuangan
tidak melakukan tindakan administratif meskipun pihak BPKP telah
menyampaikan laporannya, karena itu kemudian ICW mengambil
inisiatif untuk mengekspos laporan BPKP ini karena kesalahan
sembilan KAP itu tidak ringan. “Kami mencurigai, kesembilan KAP
itu telah melanggar standar audit sehingga menghasilkan laporan
yang menyesatkan masyarakat, misalnya mereka memberilaporan
bank tersebut sehat ternyata dalam waktu singkat bangkrut. Ini
merugikan masyarakat. Kita mengharapkan ada tindakan
administratif dari Departemen Keuangan misalnya mencabut izin
kantor akuntan publik itu,” tegasnya. Menurut Tetan, ICW juga
sudah melaporkan tindakan dari kesembilan KAP tersebut kepada
Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan sekaligus
9
meminta supaya dilakukan tindakan etis terhadap anggotanya yang
melanggar kode etik profesi akuntan.
1. Pengaruh jabatan
Misalnya yang melakukan pelanggaran kode etik profesi adalah
seorang pimpinan atau orang yang memilii kekuasaan yang tinggi
pada suatu profesi. Maka bisa jadi yang posisi dan kedudukannya
berada di bawah orang tersebut, akan enggan untuk melaporkan
kepada pihak yang berwenang untuk diberikan sanksi, karena khawatir
akan berpengaruh kepada jabatan dan posisi pada suatu perusahaan.
2. Pengaruh masih lemahnya penegakan hukum di Indonesia, sehingga
menyebabkan pelaku pelanggaran kode etik profesi tidak merasa takut
untuk melakukan pelanggaran.
3. Tidak berjalannya kontrol dan pengawasan dari masyarakat.
4. Organisasi profesi tidak dilengkapi dengan sarana dan mekanisme
bagi masyarakat untuk menyampaikan keluhan.
5. Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai substansi kode etik
profesi, karena buruknya pelayanan sosialisasi dari pihak profesi itu
sendiri.
6. Belum terbentuknya kultur dan kesadaran dari para pengemban
profesi untuk menjaga martabat luhur profesinya.
7. Pengaruh sifat kekeluargaan
Misalnya, yang melakukan pelanggaran adalah keluarga atau dekat
hubungan kekerabatannya dengan pihak yang berwenang
memberikan sanksi terhadap pelanggaran kode etik pada suatu
profesi, maka ia akan cenderung untuk tidak memberikan sanksi
kepada kerabatnya yang telah melakukan pelanggaran kode etik
tersebut.
10
Faktor yang mempengaruhi pelanggaran etika
11
`Prinsip-prinsip Pengambilan Keputusan
a) Autonom
b) Non-malfeasance
c) Beneficence
d) Justice
12
Sebagai respons terhadap keputusan yang dapat dipertahankan secara
etis, kerangka ini menyertakan persyaratan tradisional untuk profitabilitas
dan legalitas. Serta persyaratan yang dapat ditampilkan filosofis secara
penting dan baru-baru ini dituntut oleh pemangku kepentingan. Hal ini
dirancang untuk meningkatkan pertimbangan etis dengan menyediakan:
13
Menurut AACSB Pendekatan konsekuensialisme mengharuskan untuk
menganalisis keputusan dalam hal kerugian dan manfaatnya bagi
pemangku kepentingan dan untuk mencapai sebuah keputusan yang
menghasilkan kebaikan dalam jumlah besar. Konsekuensialisme
berpendapat bahawa sebuah perbuatan benar secara moral jika dan
hanya jika tindakan tersebut mampu memaksimalkan kebaikan bersih.
Dengan kata lain, tindakan dan sebuah keputusan akan menjadi
etis jika konsekuensi positif lebih besar daripada konsekunsi
negatifnya.
2) Deontologi
Berbeda dengan konsekuensialisme, deontologi berfokus pada
kewajiban dan tanggung jawab yang memotivasi suatu keputusan atau
tindakan dan bukan pada konsekuensi dari tindakan. Tindakan yang
didasarkan pada pertimbangan kewajiban, hak, dan keadilan sangat
penting bagi professional, direktur, dan eksekutif yang diharapkan
memenuhi kewajibannya.
Menambah konsekuensialisme dengan analisis deontologi secara
khusus termasuk perlakuan yang adil akan menjaga terhadap situasi
dimana untuk kepentingan apa pertimbangan konsekuensi yang
menguntungkan akan diperbolehkan untuk membenarkan tindakan
ilegal atau tidak etis dalam mencapai tujuan.
3) Virtue Ethics (Etika Kebajikan)
Kalau kedua pendekatan tadi menekankan pada konsekuensi dari
tindakan atau tanggung jawab, hak dan prinsip-prinsip sebagai
panduan untuk membenarkan kebiasaan moral, etika kebajikan
berkaitan dengan aspek motivasi dari karakter moral yang ditunjukkan
oleh pengambil keputusan. Kebajikan adalah karakter yang membuat
orang bertindak etis dan membuat orang tersebut menjadi manusia
yang bermoral.
Menurut AACSB etika kebajikan berfokus pada karakter atau integrasi
moral para pelaku dan melihat pada moral masyarakat, seperti
14
masyarakat profesional, untuk membantu mengidentifikas isu-isu etis
dan panduan tindakan etis.
a) Program Kesehatan
b) Program pendidikan
c) Fasilitas rekreasi
d) Proyek konservasi
e) Proyek-proyek perbaikan transportasi
f) Perumusan peraturan untuk pengendalian polusi
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etika adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam
pergaulan antara sesamanya dan menegaskan pada perbuatan yang
benar. Etika profesi merupakan norma yang ditetapkan dan diterima oleh
kelompok profesi, yang mengarahkan dan memberikan petunjuk kepada
anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin
mutu moral profesi itu di mata masyarakat.
a. Autonom
b. Non-malfeasance
c. Beneficence
16
d. Justice
3.2 Saran
Penulis berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi kesempurnaan makalah ini dan
penulisan juga bisa menyempurnakan makalah di kesempatan-
kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis dan
khususnya juga para pembaca pada umumnya yang ingin mempelajari
soal Etika Profesi dibidang Akuntansi.
17
Daftar Pustaka
Andiicha. (t.thn.). https://dokumensaya.com/download/contoh-kasus-
pelanggaran-etika-profesi-
akuntankimut_59ce8fbd608bbc54f2c686e89_pdf.
https://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3587/BAB%20I-
BAB%20III.pdf.
Br Brooks, Leonard J. & Paul Dunn. 2011.Etika Bisnis dan Profesi: Untuk
Direktur, Eksekutif, dan Akuntan. Edisi Kelima. Buku Satu.
Terjemahan oleh Kanti Pertiwi Jakarta: Salemba Empat.
http://briyanworld.blogspot.com/2017/04/pendekatan-pengambilan-
keputusan.html
18