You are on page 1of 16

ANALISIS DAMPAK BODY SHAMING SEBAGAI BENTUK

KEKERASAN SEKSUAL SECARA VERBAL BERHUBUNGAN


DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA REMAJA PEREMPUAN

MINI SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Mata Kuliah Komputer

Dosen Pengampu : Muhammad Agus Fitriadi, ST.Mkom

Disusun Oleh :

Kelompok 21

Novita Salsabila Rahmadhani 21142011035


Siska Puspita Nely 21142011041

FAKULTAS KESEHATAN PRODI ILMU S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS YAYASAN PENDIDIKAN IMAM BONJOL


MAJALENGKA 2022/2023
ANALISIS DAMPAK BODY SHAMING SEBAGAI BENTUK
KEKERASAN SEKSUAL SECARA VERBAL BERHUBUNGAN
DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA REMAJA PEREMPUAN

ABSTRACT
This research was motivated by the body shaming action that often occur in our environment
and still have not paid spesial attention from the public. This can be seen from the fact in
SMA Negeri 2 Majalengka, in which some friends call their peers with the most striking
physical condition they have. The purpose of this study is to find out how the impact of body
shaming actions of the confidence of female teenagers who experience these actions. The
measuring instrument in this study uses a body shaming scale based on the theory of Duarte,
Matos, Stubbs, Gale, Morris, Gouveia, Gilbert (2017), while the self-confidence scale is
based on Lauster's theory (in Hidayat and Bashori, 2016). The determination of the sample
was based on the proportionate stratified random sampling technique. The total population in
this study was 124 student with a sample of 75 student. Based on the research done, this
thesis found that adolescents who experience body shaming actions experience loss of self-
confidence. As a result, they had difficulties in social interactions. They were unable to get
along flexibly and easily influenced by others. They could not control their emotion when
facing difficult situations. They had lack of tolerance. They avoided the social environment
and had difficulties in learning. Therefore, with this reseacrh, it is expected that the publik
will pay more attention to body shaming actions, more careful and more sensitive to the
feelings of others.

Keywords: Body Shaming, Self Confidence, Teenagers

ii
DAFTAR ISI

ABSTRACT ...............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 1
BAB II........................................................................................................................................ 2
LANDASAN TEORI ................................................................................................................. 2
2.1 Body Shaming .................................................................................................................. 2
2.2 Kepercayaan Diri.............................................................................................................. 3
2.3 Remaja.............................................................................................................................. 5
BAB III ...................................................................................................................................... 7
METODE DAN HASIL PENELITIAN .................................................................................... 7
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian .................................................................................. 7
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................................... 7
3.3 Sumber Data ..................................................................................................................... 7
3.4 Metode Pengumpulan Data .............................................................................................. 8
3.5 Hasil Penelitian ................................................................................................................ 8
3.6 Pembahasan .................................................................................................................... 10
BAB IV .................................................................................................................................... 11
PENUTUP................................................................................................................................ 11
4.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 11
4.2 Saran ............................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 12
LAMPIRAN ............................................................................................................................. 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah body shaming ditujukan untuk mengejek mereka yang memiliki penampilan fisik
yang dinilai cukup berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Contoh body shaming adalah
penyebutan gendut, pesek, cungkring dan lain sebagainya yang berkaitan dengan tampilan
fisik (Fauzia&Rahmiaji: 2019).

Menurut psikolog anak dan remaja dari EduPsycho Research Institute, Yasinta Indrianti,
fase remaja memang sangat rentan untuk menjadi korban bullying atau bahkan pelaku.
Karena fase remaja merupakan fase pencarian jati diri. Body shaming rentan terjadi pada
masa remaja karena masa rema merupakan masa pencarian identitas diri, sehingga nilai-nilai
atau standar dari luar yaitu masyarakat majemuk mudah terinternalisasi pada remaja. Hal ini
disebabkan karena beberapa faktor penyebab terjadinya body shaming terutama pada remaja
yaitu ketidaksesuaian standar kecantikan ideal yang diterapkan masyarakat dengan
penampilan diri dari individu, body shaming dianggap sebagai perilaku yang lumrah tanpa
memiliki dampak negatif bagi korbannya dan pelaku tidak mengetahui dampak dari body
shaming (Lestari: 2018).

1.2 Rumusan Masalah


Dari beberapa masalah yang sudah disampaikan diatas, adapun perumusan masalah yang
didapatkan adalah “Bagaimana meningkatkan kepercayaan diri seseorang (korban) untuk
mengatasi permasalahan Body Shaming melalui media komunikasi verbal?”.

1.3 Tujuan
Tujuan dari perancangan yang dilakukan oleh peneliti adalah:

 Memberikan pengertian dan contoh-contoh hal yang termasuk dalam Body


Shaming dan dampaknya pada masyarakat.
 Memberikan motivasi bagi para remaja untuk dapat mencari hal lain dalam diri
agar menjadi lebih menarik diluar kekurangan penampilan fisik.
 Memberikan pertahanan diri dengan meningkatkan rasa percaya untuk
menghadapi Body Shaming.

1
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Body Shaming


A. Pengertian

Menurut Evans, body shaming adalah kritikan terhadap diri sendiri ataupun orang
lain. Selanjutnya dikatakan bahwa body shaming yang terjadi secara terus menerus terhadap
orang lain akan mendatangkan dampak depresi kepada korbannya karena perasaan stres dan
tertekan terhadap lingkungan sekitar yang dianggap tidak dapat menerima keberadaannya
karena kondisi fisik yang dimiliki tidak sesuai dengan citra tubuh ideal yang terbentuk di
tengah masyarakat.

Body shaming merupakan tindakan yang mengomentari atau mengeluarkan pendapat


kepada seseorang ataupun diri sendiri mengenai tubuh yang dimilikinya. Kritikan yang
diberikan bukanlah kritikan yang bersifat membangun, melainkan dengan maksud untuk
menjatuhkan orang lain atau mempermalukannya melalui fisik yang dimiliki, Body shaming
juga merupakan tindakan mengomentari diri sendiri sebagai bentuh rendah diri atau
kurangnya rasa syukur yang dimiliki.

B. Bentuk Body Shaming

1) Fat shaming

Dilakukan dengan mengomentari ukurun tubuh seseorang yang dianggap tidak sesuai
dengan standar citra tubuh yang ideal. Hal ini biasa dilakukan dengan memanggil orang
tersebut dengan menggunakan nama nama hewan yang memiliki ukuran besar, gajah, badak,
panda misalnya. Hal ini sebagai bentuk mendeskripsikan bahwa seseorang yang dianggap
gemuk masuk ke dalam kategori ini.

2) Skinny shaming

Berbeda dengan fat, skinny adalah mengomentari bentuk tubuh seseorang yang kecil, tentu
saja adalah ukuran yang tidak sesuai dengan standar ideal. Misalnya dengan memanggil
dengan kurus, kurang gizi atau lainnya.

2
3) Rambut Tubuh / Tubuh berbulu

Mengkritik tubuh seseorang karena rambut rambut yang tumbuh di tubuhnya, baik itu
karena sedikit, seperti alis yang sedikit meanggilnya dengan sebutan tuyul, atau karena
tumbuh begitu banyak memanggilnya dengan sebutan kera.

4) Warna Kulit

Mengkritik seseorang karena figmen kulit yang dimiliki, misalnya memanggilnya black
karena kulitnya cenderung gelap.

C. Dampak Body Shaming

Body shaming dapat mengakibatkan gangguan psikis pada korbannya, gangguan


tersebut diantaranya adalah gangguan makan seperti diantaranya bulimia nervosa, anorexia
nervosa, binge eating dan lain sebagainya. Lalu gangguan lain yang akan dialami adalah
depresi dan juga rasa malu sehingga memunculkan ketidakpercayaan diri. Karenanya
mulailah orang orang berusaha untuk menjadikan citra tubuh yang lebih ideal.

2.2 Kepercayaan Diri


A. Pengertian

Kepercayaan diri adalah sebuah rasa dalam bentuk keyakinan yang kuat dalam jiwa,
kesepemahan dalam jiwa dan kemampuan menguasai jiwa.

Menurut Lauster bahwa kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman hidup seseorang
yang memiliki aspek kepribadian berupa keyakinan terhadap kemampuan diri sehingga tidak
terpengaruh dan dapat bertidak sesuai kehendak, gembira, optimis, toleras dan bertanggung
jawab. Kepercayaan diri adalah sesuatu yang sangat penting yang harus dimiliki oleh
sesorang, baik itu oleh orang tua pun orang anak, baik secara individu atau kelompok karena
dari kepercayaan dirilah seseorang dapat mengaktulisasikan potensi dirinya.

Lauster juga mengatakan bahwa kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau
perasaan yakin terhadap kemampuan diri sendiri, hingga individu bebas untuk memilih hal
hal yang disukai, tidak terlalu cemas dalam melakukan tindakan tindakannya dan bertanggun
jawab utuk hal hal yang dilakukannya, sopan dalam dalam melakukan interaksi dengan orang
lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan juga kekurangan yang
dimiliki.

3
Jadi dapat disimpulakan bahwa kepercayaan diri adalah sebuah kesadaran untuk yakin
pada kemampuan yang dimiliki, paham atas kekurangan diri, memiliki rasa optimis, berpikir
rasional dan bertanggung jawab, hal ini didapatkan dari pengalaman hidup.

B. Bentuk Kepercayaan Diri

1) Kepercayaan diri secara lahir

Kepercayaan diri yng dapat ditampilkan atau diperlihatkan kepada lingkungan baik dari
penampilan ataupun cara berperilaku.

2) Kepercayaan diri secara batin

Kepercayaan diri yang yang menimbulkan perasaan kepada diri bahwa diri dalam kondisi
baik, mampu dan yakin. Kedua kepercayaan diri ini saling berkaitan, seseorang yang
memiliki kepercayaan diri secara batin akan tampak secara lahir begitu juga sebaliknya,
apabila tidak memiliki penempilan meyakinkan, maka secara batin kepercayaan dirinya
sedang tidak baik.

Liendenfield menyebutkan bahwa kepercayaan diri secara batin yang baik adalah dengan
adanya :

1) Cinta diri
2) Pemahaman diri
3) Pemikiran positif
4) Tujuan yang jelas

Kepercayaan diri secara batin yang baik akan terlihat secara lahir melalui :

1) Komunikasi
Mampu menyampaikan maksud secara jelas, beani berbicara di khalayak ramai, mengerti
topik yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi.
2) Penampilan
Seseorang dengan kepercayaan diri yang baik akan terlihat pada penampilan.
3) Pengendalian perasaan
Dapat mengelola perasaan dengan baik dan tidak berlebihan.
4) Ketegasan
Tidak mudah digoyahkan dalam bertindak dan teguh pada keyakinan.

4
2.3 Remaja
A. Makna Remaja

Golinko menyebutkan remaja berasal dari bahasa latin adolescene yang berarti to
grow atau to grow maturity. sedangkan DeBrun menyebutnya sebagai suatu periode
pertumbuhan yang berada pada masa anak anak dan dewasa. Lebih spesifik lagi Papalia dan
Olds menyebutkan bahwa remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa
dewasa, yang umumnya dimulai dari 12 atau 13 tahun dan berakhir pada akhir belasan tahun
ataupun awal 20 tahun.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa remaja bermakna
sebagai masa transisi antara masa anak anak menuju masa dewasa. Pada masa ini seorang
individu kan mengalami perubahan signifikan pada dirimya dan lingkungannya, tentu saja
masa menjadi sangat penting dalam proses kehidupan manusia, juga sangat menetukan.

B. Ciri-ciri Remaja

1) Pertumbuhan fisik
Anak perempuan mengalami pertumbuhan yang pesat dimulai pada 10-15 tahun,
sedangkan laki laki pada 12 sampai 16 tahun dan akan mencapai tinggi yang optimal pada
usia 18 tahun. Pertumbuhan anak laki laki dan perempuan tentu saja berbeda, anal laki laki
secara keseluruha menjadi lebih besar, bahu menjadi lebih besar, tungkai yang lebih panjang
dibanding tubuh. sedangkan anak perempuan mengalami panggul yang lebih lebar serta
munculnya lapisan lemak dibawah kulit sehingga penampilannya lebih bulat. Mata juga turut
tumbuh lebih cepat sehingga meningkatkan rabun pada remaja, masalah yang memengaruhi
sekitar seperempat remaja usia 12 sampai 17 tahun.

2) Perkembangan seksual
Tidak dapat dielakkan bahwa menyukai lawan jenis dapat saja dimulai sejak masa anak
anak. Akan tetapi seksualitas akan menjadi masalah yang nyata pada saat memasuki masa
remaja hal ini berdasarkan pada sebuah hasil survey yang menunjukkan tingginya persentase
untuk remaja di salah satu SMU yang pernah melakukan hubungan seks.

3) Cara berpikir
Pada masa remasa kemampuan berpikir mulai sempurna, hal ini terjadi pada rentang usia
12- 16 tahun. Selaras dengan yang dikemukan Alfret Binet, pelopor mental tes kebangsaan

5
prancis menyebutkan bahwa pada usia 12 tahun kemampuan anak untuk mengerti informasi
abstrak baru sempurna. Dan kesempurnaan mengambil kesimpulan dan informasi abstrak
dimulai 14 tahun.

4) Emosi yang meluap luap


Emosi yang dimiliki remaja masih labil disebabkan oleh kondisi hormon. Remaja dengan
emosi yang demikian sangat mudah terpancing emosinya, pada sekolah menengah misalnya
terdapat fenomena tauran antar sekolah. Pun banyak sekali fenomen putus cinta yang begitu
membuat remaja sangat sedih. Membuktikan bahwa emosi yang dimiliki oleh remaja lebih
kuat untuk menguasai mereka dari pada pikiran yang realistis.

5) Menarik perhatian lingkungan


Pada masa remaja individ mulai mencari perhatian dari lingkungannya, hal ini adalah
bentuk usaha remaja untuk mendapatkan status ataupun peranan dalam masyarakat.

6) Membentuk lingkungan social teman sebaya


Sebagai lingkungan social, kelompok teman sebaya bagi remaja memiliki peranan yang
penting bagi perkembanga kepribadiannya. Bagi seorang remaja apabila tidak memiliki
lingkungan pertemanan maka mereka bukanlah siapa siapa, hal ini kadang menjadi pemicu
depresi atau bahkan bunuh diri. Hal ini dikarenakan teman sebaya memiliki pengaruh lebih
terhadap diri individu.

6
BAB III

METODE DAN HASIL PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan analitis. Fakta yang digunakan adalah fakta
yang telah dikonfirmasi kebenarannya. Fakta ini kemudian menjadi landasan penelitian yang
kemudian dikritisi dan dievaluasi. Umumnya, metode penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif juga.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif.
Metode penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berkaitan dengan angka-angka yang
dianalisis dengan teknik statistik untuk menganalisa hasilnya. Menurut pendapat emzir
(2009) penelitian kuantitatif adalah sebuah metode pendekatan yang secara pokok
menggunakan postpositivist dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, seperti variabel dan
hipotesis, yang mana hal tersebut menggunakan strategi penelitian seperti survei dan
eksperimen yang memerlukan data statistik.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah di Kabupaten Majalengka, yaitu SMA
Negeri 2 Majalengka.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada Bulan Juli 2022-April 2023.

3.3 Sumber Data


Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data di peroleh. dalam
penelitian ini menggunakan 1 sumber data yaitu :

1. Sumber Data Sekunder, adalah data yang di dapat dari pihak atau sumber lain yang
telah ada, di gunakan untuk mendukung informasi primer yang telah di peroleh.
Maksudnya dari data yang telah ada seperti grafik, tabel, diagram, dan tulisan dari
peneliti sebelumnya. Adapun yang menjadi sumber data sekunder adalah artikel,
buku, dan literatur.

7
3.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada siswa SMA Negeri 2 Majalengka terhadap body shaming di
Majalengka pada tahun 2022-2023, peneliti membutuhkan pengumpulan data yang dilakukan
diantaranya :

1. Observasi atau Pengamatan


Observasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang sudah ada sehingga
peneliti bisa mengolah dan mengamati siswa yang mengalami body shaming.
2. Kuisioner atau Angket
Kuisioner atau angket dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya.
3. Penyususnan Data
Setelah semua data siswa yang mengalami body shaming dikalangan siswa SMA
Negeri 2 Majalengka terkumpul, peneliti menyusunnya dengan menggunakan aplikasi
Microsoft Excel dan dilanjutkan dengan aplikasi SPSS.

3.5 Hasil Penelitian


1) Populasi

Menurut Sugiyono (2017) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek
atau objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan selanjutnya ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa SMA Negri 2 Majalengka. Penelitian memilih lokasi tersebut karena dari hasil
observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti pada siswa SMA Negri 2 Majalengka,
menemukan beberapa siswa SMAN 2 Majalengka memiliki kepercayaan diri yang rendah
dengan jumlah siswa 124 orang data di peroleh pada tahun 2022 dari bidang Tata Usaha pada
sekolah SMA Negri 2 Majalengka dalam hitungan keselurahan siswa yang masih aktif, pada
kelas X, XI, XII.

8
Tabel 3.1

Jumlah populasi

Kelas Unit Laki-laki Perempuan Jumlah Total


1 8 15 23
X 44
2 6 15 21
1 10 12 22
XI 45
2 10 13 23
1 10 8 18
XII 35
2 10 7 17
Total 124

2) Sampel

Menurut Sugiyono (2017) sampel adalah bagian atau jumlah dari karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yang baik, yang kesimpulannya dapat dikenakan pada
populasi adalah sampel yang bersifat representatif atau yang dapat menggambarkan
karakteristik populasi. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengambilan
sampel dilakukan secra acak dari data populasi, dengan demikian, sampel yang kita ambil
sebanyak 75 orang.

Tabel 3.2

Grafik frekuensi dampak body shaming terhadap kepercayaan diri pada remaja perempuan

9
3.6 Pembahasan
Berdasarkan tabel 3.3 dapat diketahui bahwa dampak body shaming terhadap
kepercayaan diri pada remaja perempuan di SMA Negeri 2 Majalengka menunjukan hasil
sebagai berikut :

Siswa kelas X SMA Negeri 2 Majalengka mengalami body shaming sebanyak 30 orang,
Siswa kelas XI SMA Negeri 2 Majalengka mengalami body shaming sebanyak 25 orang,
Siswa kelas XII SMA Negeri 2 Majalengka mengalami body shaming sebanyak 15 orang,
Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi body shaming maka semakin rendah
kepercayaan diri pada siswa SMA Negri 2 Majalengka. Sebaliknya, semakin rendah body
shaming maka semakin tinggi pula kepercayaan diri pada siswa SMA Negri 2 Majalengka.
Berdasarkan penelitian di atas menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut yaitu body
shaming dengan kepercayaan diri merupakan dua hak yang saling berhubungan, sehingga
body shaming mempunyai kontribusi besar dalam mempengaruhi kepercayaan diri siswa,
karena body shaming yang tinggi dapat menurunkan kepercayaan diri siswa yang akan
menyebabkan siswa kurang percaya diri terhadap teman dan lingkungan.

10
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan
bahwa hasil penelitian menunjukkan ada hubungan negatif antara body shaming dengan
kepercayaan diri pada siswa SMA Negri 2 Majalengka. Hal ini mengindikasikan bahwa
semakin tinggi body shaming maka semakin rendah kepercayaan diri pada siswa SMA Negri
2 Majalengka, sebaliknya semakin rendah body shaming maka semakin tinggi pula
kepercayaan diri pada siswa SMA Negri 2 Majalengka.

4.2 Saran
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya, agar dapat melakukan penelitian yang lebih
mendalam lagi, khususnya yang berkaitan dengan masalah body shaming dan kepercayaan
diri dan juga di harapkan dapat meneliti faktor-faktor lain selain body shaming agar dapat
memperluas pengatahuan dunia penelitian.

11
DAFTAR PUSTAKA

Fitriana, Surya Ananda 2019 Dampak Body shaming Sebagai Bentuk Kekerasan Terhadap
Perempuan, skripsi, Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ghufron, M. Nur dan Rini Risnawita S, 2011, Teori-Teori Psikologi, Yogyakarta: AR-RUZZ
MEDIA.

Lestari Sumi, 2019 Bullying or Body shaming? Young Women in Patient Body Dysmorphic
Disorder (Philanthrophy Journal of Psychology Vol 3 Nomor 1, departemen of
psychology, universitas Briwijaya Malang.

Mappiare, Andi, 1982, psikologi remaja, Malang, Usaha Nasional.

Papalia, Diane E. dkk, 2009, Human Development perkembangan manusia edisi 10 buku 2,
Jakarta, Salemba Humanika.

Yusuf, Syamsu 2011, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, (Bandung, Rosdakarya.

Mawaddah, Nadiatul 2020, Dampak Body Shaming Terhadap Kepercayaan Diri Remaja
Putri Di Desa Muara Uwai Kecamatan Bangkinang, Fakultas Dakwah Dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Sugiyono. (2017). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

Febry, T., & Teofilus. (2020). SPSS aplikasi pada penelitian manajemen bisnis. Bandung:
Media Sains Indonesia.

Ulfa, Nuzulia. (2021). Hubungan Body Shaming Dengan Kepercayaan Diri Pada Siswa Man
3 Indrapuri Kebupaten Aceh Besar. Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Ar-
Raniry Banda Aceh.

12
LAMPIRAN

Tabel 3.1 Jumlah populasi ............................................................................................... 9

Tabel 3.2 Grafik frekuensi dampak body shaming terhadap kepercayaan diri pada remaja
perempuan ........................................................................................................................ 9

13

You might also like