You are on page 1of 21

MAKALAH

PRAKTIK PROFESIONALISME DALAM KEBIDANAN

TANGGUNG JAWAB BIDAN DALAM BERBAGAI TATANAN


PELAYANAN KESEHATAN, LINGKUP PRAKTIS,
LEGISLASI

Disusun oleh:

FEYLA ENGGAR W.N


(P01740322112)

Dosen Pengajar:
KURNIYATI, SST.,M.Keb

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
PROGRAM ALIH JENJANG
TA.2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan kebesaran Allah SWT. yang maha pengasih lagi maha penyayang,
penulis panjatkan rasa puji syukur atas hidayah-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, nikmat, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah "Praktik Profesionalisme Dalam Praktik Kebidanan".

Adapun makalah "Praktik Profesionalisme Dalam Praktik Kebidanan" ini


telah penulis usahakan dapat disusun dengan sebaik mungkin dengan mendapat
bantuan dari berbagai pihak, sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan
secara tepat waktu. Untuk itu penulis tidak lupa untuk menyampaikan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan
makalah ini.

Terlepas dari upaya penulis untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-
baiknya, penulis tetap menyadari bahwa tentunya selalu ada kekurangan, baik dari
segi penggunaan kosa-kata, tata bahasa maupun kekurangan-kekurangan lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada penulis membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang bermaksud untuk memberikan kritik dan saran kepada penulis agar
penulis dapat memperbaiki kualitas makalah ini.

Penulis berharap semoga makalah "Praktik Profesionalisme Dalam Praktik


Kebidanan" ini bermanfaat, dan pelajaran-pelajaran yang tertuang dalam makalah
ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya oleh para pembaca.

Curup, Mei
2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. PENDAHULUAN..................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................5
C. TUJUAN PENULISAN.........................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI...........................................................................................................6
A. Tanggung Jawab Bidan Dalam Berbagai Tatanan Pelayanan Kesehatan...............6
B. Macam-Macam Jenis Pelayanan Kesehatan...........................................................7
C. Peran Dan Fungsi Bidan Di Fasilitas Pelayanan.....................................................9
C. Kewenangan Bidan Dalam Praktik Kebidanan.....................................................10
D. Pengaturan Peran Bidan Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan....................13
E. Lingkup Praktis....................................................................................................13
F. Legislasi...............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN
Sehat adalah keadaan yang selalu diharapkan dan diidam-idamkan oleh
setiap manusia di dalam kehidupannya. Oleh karena itu setiap orang berusaha
untuk melakukan upaya kesehatan sehingga dapat menjalani hidup dengan
baik. Di dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(UU Kesehatan) ditentukan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial ekonomis.
Selanjutnya dalam Pasal 4 UU Kesehatan ditentukan bahwa, “Setiap orang
mempunyai hak atas kesehatan”. Pasal 5 ayat (1) dan (2) menyebutkan bahwa
setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas
sumber daya di bidang kesehatan dan bahwa setiap orang mempunyai hak
dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau.
Berdasarkan ketentuan tersebut maka usaha untuk menjaga kesehatan
rakyat merupakan suatu hal yang perlu mendapat perhatian dan pengaturan
secara khusus di dalam suatu undang-undang, guna menjamin terlaksananya
upaya kesehatan. UU Kesehatan telah mengatur mengenai hal ini dalam Bab
VI tentang Upaya Kesehatan. Dalam ketentuan tersebut ditentukan upaya
kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu,
menyeluruh dan berkesinambungan.
Bidan adalah salah satu komponen pemberi pelayanan kesehatan kepada
masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting, karena terkait langsung
dengan pemberian pelayanan kesehatan dan mutu pelayanan kepada para ibu
di Indonesia. Bidan adalah salah satu tenaga kesehatan yang berperan dalam
upaya penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).
Pelayanan yang dilakukan oleh bidan meliputi pelayanan berkesinambungan
dan paripurna. Maknanya difokuskan pada aspek pencegahan, promosi
dengan berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat bersama-sama
dengan tenaga kesehatan lainnya (Kepmenkes RI Nomor
938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan).
Mutu pelayanan kebidanan berorientasi pada penerapan kode etik dan
standar pelayanan kebidanan, serta kepuasan yang mengacu pada penerapan
semua persyaratan pelayanan kebidanan. Dari dua dimensi mutu pelayanan
kebidanan tersebut, tujuan akhirnya adlah kepuasaan pasien yang dilayani
oleh bidan. Tiap profesi pelayanan kesehatan dalam menjalankan tugasnya di
suatu institusi mempunyai batas jelas wewenangnya yang telah disetujui oleh
antar profesi dan merupakan daftar wewenang yang sudah tertulis. Bidan
sebagai salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan kepada masyarakat
harus memberikan pelayanan yang terbaik demi mendukung program
pemerintah untuk pembangunan dalam negri, salah satunya dalam aspek
kesehatan.

A.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa yang dimaksud dengan tanggung jawab bidan dalam berbagai
tatanan pelayanan kesehatan ?
b. Apa saja lingkup praktis dalam pelayanan kebidanan?
c. Apa yang dimaksud sengan legislasi dalam pelayanan kebidanan ?

A.

B.

C. TUJUAN PENULISAN
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tanggung jawab bidan
dalam berbagai tatanan pelayanan kesehatan
b. Untuk mengetahui apa saja lingkup praktis dalam pelayanan kebidanan
c. Untuk mengetahui apa yang dimaksud sengan legislasi dalam pelayanan
kebidanan
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Tanggung Jawab Bidan Dalam Berbagai Tatanan Pelayanan


Kesehatan
Sebagai tenaga professional, bidan memikul tanggung jawab dalam
melaksanakan tugasnya. Seorang bidan harus dapat mempertahankan
tanggung jawabnya bila terjadi gugatan terhadap tindakan yang dilakukannya.
1. Tanggung jawab terhadap peraturan perundang-undangan
Bidan adalah salah satu tenaga kesehatan. Pengaturan tenaga
kesehatan ditetapkan di dalam undang-undang dan peraturan pemerintah.
Tugas dan kewenangan bidan serta ketentuan yang berkaitan dengan
kegiatan praktik bidan diatur didalam peraturan atau kepuasan menteri
kesehatan. Kegiatan praktik bidan dikontrak oleh peraturan tersebut.
Bidan harus dapat mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan yang
dilakukannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2. Tanggung jawab terhadap pengembangan kompetensi
Setiap bidan memiliki tanggung jawab memelihara kemempuan
profesionalnya. Oleh karena itu bidan harus selalu meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya dengan mengikuti pelatihan,
pendidikan berkelanjutan, seminar, serta pertemuan ilmiah lainnya.
3. Tenggung jawab terhadap penyimpanan catatan kebidanan
Setiap bidan diharuskan mendokumentasikan kegiatan dalam
bentuk catatan tertulis. Catatan bidan mengenai pasien yang dilayaninya
dapat dipertanggungjawabkan bila terjadi gugatan. catatan yang
dilakukan bidan dapat digunakan sebagai bahan laporan untuk
disampaikan kepada atasannya.
4. Tanggung jawab terhadap keluarga yang dilayani
Bidan memiliki kewajiban memberi asuhan kepada ibu dan anak
yang meminta pertolongan kepadanya. lbu dan anak merupakan bagian
dari keluarga. Oleh karena itu, kegiatan bidan sangat erat kegiatannya
dengan keluarga.tanggung jawab bidan tidak hanya pada kesehatan ibu
dan anak, tetapi juga menyangkut kesehatan keluarga.

B. Macam-Macam Jenis Pelayanan Kesehatan


1. Pelayanan kesehatan masyarakat primer

Pelayanan kesehatan primer adalah pelayanan peningkatan dan


pencegahan tanpa mengabaikan pengobatan dan pemulihan dengan
sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat. Pelayanan kesehatan
perorangan primer (PKPP) adalah pelayanan kesehatan dimana
terjadi kontak pertama secara perorangan sebagai proses awal
pelayanan kesehatan.
Sarana utama PKPP terdiri dari: Puskesmas;Klinik
pratama;Praktek dokter/dokter gigi; Praktek perawat/home care;
Praktek Bidan (Bldan Praktik Mandiri /BPM); Praktek
fisioterapis;Pengobatan tradisional, alternatif dan komplementer
yang secara ilmiah telah terbukti keamanan dan khasiatnya; Sarana
pelayanan bergerak (ambulatory).
Sarana Penunjang PKPP terdiri dari: Unit farmasi puskesmas;
Laboratorium klinik; Radiologi; Apotek; Toko obat; dan Optik.
2. Pelayanan kesehatan perorangan sekunder (PKPS)
Pelayanan kesehatan perorangan sekunder (PKPS) adalah
pelayanan kesehatan spesialistik yang menerima rujukan dari pelayanan
kesehatan perorangan primer, yang meliputi rujukan kasus, spesimen,
dan ilmu pengetahuan serta dapat merujuk kembali ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang merujuk.
Upaya kesehatan sekunder adalah upaya kesehatan rujukan
lanjutan, yang terdiri dari pelayanan kesehatan perorangan sekunder dan
pelayanan kesehatan masyarakat sekunder.
Sarana utama PKPS terdiri dari:
a. Rumah Sakit setara kelas C dan D milik Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, Masyarakat, dan Swasta;
b. Praktek Dokter Spesialis/Dokter Gigi Spesialis;
c. Praktek Perawat Spesialis (home care);
d. Klinik Utama.
Sarana penunjang PKPS terdiri dari:
a. lnstalasi farmasi rumah sakit;
b. Laboratorium klinik;
c. Radiologi;
d. Apotek;
e. Rehabilitasi medik;
f. Optik.
3. Pelayanan kesehatan perorangan tersier (PKPT)
Pelayanan kesehatan perorangan tersier menerima rujukan subspesialistik
dari pelayanan kesehatan di bawahnya, dan dapat merujuk kembali ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang merujuk.Upaya kesehatan tersier
adalah upaya kesehatan rujukan unggulan yang terdiri dari pelayanan
kesehatan perorangan tersier dan pelayanan kesehatan masyarakat tersier.
Sarana utama PKPT terdiri dari:
a. Rumah Sakit minimal setara kelas B milik Pemerintah Daerah,
Pemerintah Daerah kabupaten/Kota, Masyarakat, dan Swasta;
b. Praktek Dokter Sub-Spesialis/Dokter Gigi Sub-Spesialis;
c. Klinik Utama Sub-Spesialis.
Sarana penunjang PKPT terdiri dari:
a. lnstalasi farmasi rumah sakit;
b. Laboratorium klinik;
c. Radiologi;
d. Apotek;
e. Rehabilitasi medik;

C. Peran Dan Fungsi Bidan Di Fasilitas Pelayanan


1. Tugas pelayanan Mandiri/ Primer :
a. Tugas mandiri bidan yaitu tugas yang menjadi tanggung jawab bidan
sesuai kewenangannya, meliputi:
b. Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan yang diberikan
c. Memberi pelayanan dasar pra nikah pada remaja dengan melibatkan
mereka sebagai klien.
d. Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal
e. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan
dengan melibatkan klien / keluarga.
f. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
g. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa nifas
dengan melibatkan klien /keluarga.
h. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang
membutuhkan pelayanan KB.
i. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem
reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium dan nifas
Peran Bidan dalam pelayanan Kesehatan berupa pelayanan yang
bersifat Promotif (Promosi) dan Preventif (pencegahan). Ruang lingkup
kegiatan Promotif (promosi kesehatan) dan preventif kesehatan dalam
pelayanan kebidanan adalah sebagai berikut:
a. Pada bayi
b. Pada balita
c. Pada masa remaja
d. Masa hamil
e. Masa Nifas
f. lbu menyusui
g. PUS/WUS
h. Klimakterium dan Menopouse

C. Kewenangan Bidan Dalam Praktik Kebidanan


Praktik Kebidanan adalah kegiatan pemberian pelayanan yang dilakukan
oleh Bidan dalam bentuk asuhan kebidanan. Adapun wewenang bidan dalam
praktik kebidanan diatur dalam permenkes no 28 tahun 2017, diantaranya:
1. Pelayanan kesehatan ibu
Pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. konseling pada masa sebelum hamil;
b. antenatal pada kehamilan normal;
c. persalinan normal;
d. ibu nifas normal;
e. ibu menyusui; dan
f. konseling pada masa antara dua kehamilan.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud
Bidan berwenang melakukan:
a. episiotomi;
b. pertolongan persalinan normal;
c. penjahitan luka jalan lahir tingkat l dan ll;
d. penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
e. pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil;
f. pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;
g. fasilitasi/bimbinganinisiasi menyusui dini
h. pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum;
i. penyuluhan dan konseling;
j. bimbingan pada kelompok ibu hamil; dan
k. pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.
2. Pelayanan kesehatan anak
a. Pelayanan kesehatan anak diberikan pad Bayi baru lahir, bayi, anak
balita, dan anak prasekolah
b. Bidan berwenang melakukan Pelayanan neonatal esensial, Penanganan
kegawatdaruratan yang dilanjutkan dengan perujukan, pemantauan
tumbuh kembang bayi, anak balita, anak prasekolah, serta Konseling
dan penyuluhan.
c. Pelayanan neoatal esensial yaitu:
a) lMD
b) Pemotongandan perawatan tali pusat
c) Pemberian suntik VitK1,
d) pemberian imunisasi B0,
e) pemeriksaan fisik BBL,
f) pemantauan tanda bahaya,
g) pemberian tanda identitas diri
h) merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalamkondisi stabil dan
tepat waktu ke Fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
d. Penanganan kegawatdaruratan yaitu:
a) Penanganan awal asfiksia BBL,melalui pembersihan jalan nafas,
ventilasi tekanan positif, dan/atau kompresi jantung.
b) Penanganan awal hipotermia pada BBL dengan BBLR melalui atau
fasilitasi dengan cara menghangatkan tubuh bayi dengan metode
kangguru.
c) Penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan alcohol
atau povidon iodine serta menjaga luka tali pusat tetap bersih dan
kering
d) Membersihkan dan pemberian salep mata pada BBL dengan infeksi
gonorea (GO)
e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolah,
meliputi: Penimbangan BB, pengukuran lingkar
kepala,pengukuranTB/PB, stimulasi deteksi dini, dan intervensidini
penyimpangan tumbuh kembang balita dengan menggunakan
kuesioner praskrining perkembangan (KPSP)
f. Konseling dan penyuluhan, meliputi pemberian komunikasi, informasi,
edukasi (KlE) kepada ibu dan keluarga tentang perawatan bayi baru
lahir,ASl eksklusif, tanda bahaya pada bayi baru lahir, pelayanan
kesehatan, imunisasi, gizi keimbang, PHBS, dan tumbuh kembang.
3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
dijelaskan pada pasal 21 yaitu bidan berwenang memberikan:
a. penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuandan
keluarga berencana
b. pelayanan kontrasepsi oral,kondom,suntikan.
4. Contoh pelayanan kebidanan mandiri:
a. Apabila seorang pasien hendak melahirkan dirumah bersalin bidan
praktik mandiri. Maka bidan tersebut bertanggung jawab sepenuhnya
atas pasien tersebut dengan keadaan sehat baik ibu maupun bayinya.
b. Bidan melayani KB, misalnya : suntik, pil, lUD, dll.
c. Mengkaji status keadaan pasien saat hamil.
d. Mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan kepada pasien.
e. Melaksanakan asuhan kebidanan yang telah direncanakan bersama
pasien.
5. Contoh Kasus
lbu Nia mengalami gangguan pada saat menyusui anaknya karena
terjadi peradangan pada payudara sehingga menyebabkan
ketidaknyamanan sang buah hati ketika menyusui. ASl yang dikeluarkan
oleh lbu Nia terasa asin dan membuat nafsu nyusu sang anak menurun. lbu
Nia menjadi tidak tenang karena hal ini, sehingga lbu Nia datang ke
tempat praktik bidan Ani untuk melakukan konsultasi dan perobatan.
Asuhan yang Diberikan
Menganjurkan pada lbu Nia untuk tetap melanjutkan menyusui dan
memberikan kompres dengan air hangat pada daerah payudara yang terasa
sakit dan terjadi peradangan, lalu mengajarkan perawatan payudara/ breast
care, serta menyarankan agar lbu Nia melakukan istirahat yang cukup
bersama anaknya.
Pembahasan :
Berdasarkan contoh kasus di atas,dapat disimpulkan bahwa bidan
tersebut telah menjalankan tugas mandiri sebagai seorang bidan . Yaitu
dengan memberikan pelayanan kesehatan ibu sesuai dengan
PERMENKES Rl NO. 28 tahun 2017 Pasal 18 poin (a) tentang pelayanan
kesehatan ibu. Pasal 19 ayat (1) yang berbunyi pelayanan kesehatan ibu
yang dimaksud dalam pasal 18 a diberikan pada masa sebelum hamil,
masa hamil, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara
dua kehamilan.Pasal 19 ayat (2) poin (e) yang berbunyi pelayanan
kesehatan ibu menyusui. Pasal 29 poin (c) yang berbunyi ” melaksanakan
tugas sesuai dengan kompetensi dan kewenangan.

D. Pengaturan Peran Bidan Dalam Memberikan Pelayanan


Kesehatan
Beberapa produk hukum yang berkaitan dengan peran bidan dalam
pelaksanaan Permenkes No 53 tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan
Neonatal pada Bayi Baru Lahir yaitu:
a. UUD 1945 Pasal 28 H ayat (1),
b. Undang-undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 62 Ayat(1),
c. Undang-undangNo 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan Pasal 2 ayat
(1),
d. Kepmenkes No.369/Menkes SK/lll/2007 Tentang Standar Profesi Bidan,
e. Kepmenkes No. 938/Menkes SK/Vlll/2007 tentang Standar Asuhan
Kebidanan,
f. Permenkes No 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat Pasal
17 ayat (1),
g. Permenkes No 43 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Pasal 11
ayat (2) .
E. Lingkup Praktis
Ruang lingkup praktik kebidanan adalah batasan dari kewenangan bidan
dalam menjalankan praktik yang berkaitan dengan upaya pelayanan
kebidanan dan jenis pelayanan kebidanan. Ruang lingkup kebidanan secara
umum diartikan sebagai luas area praktik pada suatu profesi.
Ruang Lingkup Praktek Kebidanan Lingkup praktek kebidanan meliputi
asuhan mandiri / otonomi pada anak-anak perempuan, remaja putri dan
wanita dewasa sebelum, selama kehamilan dan selanjutnya. Bidan
memberikan pengawasan, asuhan serta nasehat bagi wanita selama hamil,
bersalin dan nifas. Asuhan kebidanan termasuk pengawasan pelayanan
kesehatan masyarakat di posyandu (tindakan dan pencegahan), penyuluhan
dan pendidikan kesehatan pada ibu, keluarga dan masyarakat termasuk
Persiapan menjadi orang tua, menentukan KB, deteksi dini kondisi abnormal
pada bayi dan ibu, usaha memperoleh pendampingan khusus bila diperlukan
(konsultasi atau rujukan), pelaksanaan pertolongan kegawatdaruratan primer
dan sekunder.
Secara khusus ruang lingkup praktik kebidanan digunakan untuk
menentukan batasan yang bisa dilakukan seorang bidan.
Sasaran / Klien Pelayanan Kebidanan:
a. Bayi dan balita.
b. Anak-anak usia sekolah.
c. Remaja putri.
d. PUS terutama ibu dan WUS.
e. Wanita klimakterium / menopause.
f. meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative
Ruang lingkup praktik Bidan menurut lCM dan lBl yaitu:
a. Asuhan mandiri pada anak perempuan, remaja putri, dan wanita dewasa
sebelum, selama kehamilan dan selanjutnya.
b. Bidan menolong persalinan atas tanggungjawab sendiri dan merawat
BBL
c. Pengawasan pada kesehatan masyarakat diPosyandu (tindak
pencegahan), penyuluhan dan pendidikan Kesehatan pada lbu, Keluarga
dan Masyarakat.
d. Konsultasi dan rujukan
e. Pelaksanaan pertolongan kegawatdaruratan Primer dan sekunder pada
saat tidak ada pertolongan medis.
Beberapa ruang lingkup pelayanan pada praktik kebidanan berdasarkan
kepmenkes RI Nomor 900, yaitu :
1. Lingkup Pelayanan Kebidanan Kepada Anak, yaitu:
a. Pemeriksaan BBL
b. Perawatan tali pusat
c. Resusitasi pada BBL
d. Pemantauantumbuhkembang anak
e. Pemberian imunisasi
f. Pemberian penyuluhan
2. Lingkup Pelayanan Kebidanan pada Wanita Hamil, yaitu:
a. penyuluhan dan konseling
b. pemeriksaan fisik
c. pelayanan antenatalpadakehamilan normal
d. pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup : ibu hamil
dengan abortus imminens, hipertensi, hyperemesis grafidarum tingkat
1, preeklamsi
e. ringan dan anemia ringan.
f. Pertolongan persalinan normal
g. Pertolongan persalinan Abnormal yang mencakup sungsang, partus
macet kepala didasar panggul, ketuban pecah dini tanpa infeksi,
pendarahan post partum, laserasi jalan lahir, distosia karena inersia
uteri primer,postterm dan preterm.
h. Pelayanan ibu nifas normal
i. Pelayanan ibu nifas abnormal yang meliputi retensio plasenta, renjatan
dan infeksi ringan.
j. Pelayanan dan pengobatan pada klien ginekologi yang meliputi
keputihan, perdarahan tidak teratur, dan penundaan haid.
3. Lingkup Pelayanan Keluarga Berencana
Pelayanan KB bertujuan untuk mewujudkan keluarga berkualitas melalui
pengaturan jumlah keluarga secara terencana. Dalam memberikan
pelayanan KB, bidan berwenang untuk :
a. Memberikan obat dan alatkontrasepsioral, suntikan dan alat
kontrasepsi dalam Rahim, bawah kulit dan kondom.
b. Memberikan penyuluhan ataukonseling pemakaian kontrasepsi
c. Melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam Rahim
d. Melakukan pencabutan alat kontrasepsi bawah kulit tanpa penyulit.
e. Memberikan konseling untuk pelayanan kebidanan, keluarga
berencana dan kesehatan masyarakat.

4. Lingkup Pelayanan Kesehatan Masyarakat


Beberapa lingkup pelayanan kesehatan masyarakat oleh profesi
kebidanan yaitu
a. Pembinaan peran serta masyarakat dibidang kesehatan ibu dan anak
b. Memantau tumbuhkembanganak
c. Melaksanakan pelayanan bidan komunitas
d. Melaksanakan deteksi dini, melaksanakan pertolongan pertama,
merujuk dan memberikan penyuluhan infesi menular seksual,
penyalahgunaan NAPZA serta penyakit lain.

F. Legislasi
Profesi yang berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia, adalah
pertanggungjawaban dan tanggung gugat (accountability) atas semua
tindakan yang dilakukannya. Sehingga semua tindakan yang dilakukan oleh
bidan harus berbasis kompetensi dan didasari suatu evidence based.
Accountability diperkuat dengan satu landasan hukum yang mengatur batas-
batas wewenang profesi yang bersangkutan.
Dengan adanya legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan
memiliki hak otonomi dan mandini untuk bertindak secara profesional yang
dilandasi kemampuan berfikir logis dan sistematis serta bertindak sesuai
standar profesi dan etika profesi.
Legislasi adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan
perangkat hukum yang sudah ada melalui serangkaian kegiatan sertifikasi
(pengaturan kompetensi), registrasi (pengaturan kewenangang) dan lisensi
(pengaturan penyelenggaraan kewenangan).
Ketetapan hukum yang mengantur hak dan kewajiban seseorang yang
berhubungan erat dengan tindakan dan pengabdiannya. Rencana yang sedang
dijalankan oleh Ikatan Bidan Indonesia (IBI) sekarang adalah dengan
mengadakan uji kompetensi terhadap para bidan, minimal sekarang para
bidan yang membuka praktek atau memberikan pelayanan kebidanan harus
memiliki ijasah setara D3.
Uji kompetensi yang dilakukan merupakan syarat wajib sebelum terjun ke
dunia kerja. Uji kompetensi itu sekaligus merupakan alat ukur apakah tenaga
kesehatan tersebut layak bekerja sesuai dengan keahliannya. Mengingat
maraknya sekolah-sekolah ilmu kesehatan yang terus tumbuh setiap
tahunnya. Jika tidak lulus dalam uji kompetensi, jelas bidan tersebut tidak
bisa menjalankan profesinya. Karena syarat untuk berprofesi adalah memiliki
surat izin yang dikeluarkan setelah lulus uji kompetensi,
SIB adalah bukti Legislasi yang dikeluarkan oleh DEPKES yang
menyatakan bahwa bidan berhak menjalankan pekerjaan kebidanan .
1. Beberapa prinsip dasar dalam legislasi meliputi hal-hal berikut :
a. Harus jelas membedakan tiap kategori tenaga kesehatan.
b. Badan yang mengurus legislasi bertanggung jawab atas sistem
pencatatan.
c. Pemberian lisensi berdasarkan keberhasilan pendidikan dan ujian sesuai
ketetapan.
d. Ada batas waktu minimal masa berlaku lisensi yang diberikan.
e. Memperinci kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan tenaga
kesehatan.
2. Tujuan Legislasi adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat
terhadap pelayanan yang telah diberikan. Bentuk perlindungan tersebut
meliputi:
a. Memberi perlindungan kepada masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan yang diberikan.
b. Menginformasikan kepada masyarakat tentang pelayanan kesehatan
yang diberikan dan tanggung jawab para praktisi profesional.
c. Memelihara kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan.
d. Memberi kejelasan batas kewenangan setiap kategori tenaga kesehatan.
e. Menjamin adanya perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan.
f. Memotivasi pengembangan profesi.
g. Meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan.

3. Legislasi mencakup 3 (tiga) komponen, yaitu :


a. Sertifikasi
Sertifikasi adalah proses pengakuan terhadap peningkatan
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku (kompetensi) seorang tenaga
kesehatan dengan cara memberikan ijazah atau sertifikat. Sertifikat
Kompetensi (serkom) adalah pengakuan kompetensi atas prestasi
lulusan yang sesuai dengan keahlian dalam cabang ilmunya dan / atau
memiliki prestasi di luar program studinya (Permenkes 46 th 2013).
Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap
kompetensi seseorang tenaga kesehatan untuk dapat menjalankan
praktik dan/atau pekerjaan profesinya di seluruh Indonesia setelah lulus
uji kompetensi.
Uji kompetensi adalah suatu proses untuk mengukur pengetahuan,
keterampilan dan sikap tenaga kesehatan sesuai dengan standar profesi
(Peremenkes 46 th 2013).
Tujuan Sertifikasi :
a. Menyatakan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku tenaga
kesehatan sesuai dengan pendidikan tambahan yang diikutinya.
b. Menetapkan klasifikasi, tingkat dan lingkup praktik sesuai
pendidikan tambahan yang dimilikinya.
c. Memenuhi persyaratan registrasi sesuai area praktik

Mekanisme sertifikasi
a. Tenaga kesehatan teregistrasi mengikuti kursus di area khusus
praktik yang diselenggarakan oleh institusi yang memenuhi syarat.
b. Mengajukan aplikasi disertai dengan kelengkapan dokumen untuk
ditentukan kelayakan diberikan sertifikat.
c. Mengikuti proses sertifikasi yang dilakukan oleh konsil.
d. Tenaga kesehatan register yang memenuhi persyaratan, diberikan
sertifikat oleh konsil untuk melakukan praktik tingkat lanjut.

b. Registrasi
Registrasi merupakan proses administrasi yang harus ditempuh
oleh seseorang yang ingin melakukan pelayanan kesehatan kepada
orang lain sesuai dengan kemampuan atau kompetensi yang
dimilikinya.
Registrasi merupakan suatu proses pengakuan terhadap
kemampuan seorang lulusan pendidikan tenaga kesehatan untuk
mendapatkan kewenangan dan keabsahan praktik
Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kesehatan yg
telah memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikas i
tertentu lainnya serta diakui secara hukum untuk menjalankan praktik
dan/atau pekerjaan profesinya (Permenkes 46 th 2013). Surat Tanda
Registrasi (STR) adalah bukti tertulis yg diberikan oleh menteri kepada
tenaga kesehatan yang diregistrasi setelah memiliki sertifikat
kompetensi (Permenkes 46 th 2013).
Tujuan Registrasi :
a. Menjamin kemampuan tenaga kesehatan untuk melakukan praktik
sesuai dengan kewenangan dan kompetensinya
b. Mengidentifikasi jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan
profesional dan vokasional yang akan melakukan praktik sesuai
dengan kewenangan dan kompetensi masing - masing.
c. Mempertahankan proses pemantauan dan pengendalian jumlah dan
kualitas tenaga kesehatan profesional dan vokasional yang akan
melakukan praktik.
Persyaratan registrasi antara lain berupa kemampuan (kompetensi) yang
diakui, tertuang dalam ijazah dan sertifikat. Registrasi meliputi dua
kegiatan berikut :
a. Registrasi administrasi; adalah kegiatan mendaftarkan diri yang
dilakukan setiap tahun,berlaku untuk tenaga kesehatan profesional
dan vokasional.
b. Registrasi kompetensi; adalah registrasi yang dilakukan setiap tahun
untuk memperoleh pengakuan, mendapatkan kewenangan dalam
melakukan praktik , berlaku bagi tenaga kesehatan profesional.

c. Lisensi
Lisensi berupa kewenangan kepada seorang tenaga kesehatan yang
sudah teregistrasi untuk melaksanakan pelayanan/praktik. Lisensi
merupakan suatu kehormatan dan bukan suatu hak. Semua tenaga
kesehatan seyogyanya mengamankan hak ini dengan mengetahui
standar pelayanan yang dapat diterapkan dalam suatu tatanan praktik
kesehatan.
Tujuan Lisensi :
a. Memberi kejelasan batas kewenangan tiap kategori tenaga
kesehatan untuk melakukan praktik .
b. Mengesahkan / memberi bukti untuk melakukan praktik secara
profesional.
Mekanisme Lisensi
Tenaga kesehatan yang telah memenuhi proses registrasi
mengajukan permohonan kepada pemerintah untuk memperoleh
perizinan/lisensi resmi dari pemerintah. Tenaga kesehatan yang telah
teregistrasi dan sudah memiliki lisensi disebut tenaga kesehatan
register, dan dapat bekerja di tatanan pelayanan kesehatan dan institusi
pendidikan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Agustin,St,dkk.2022.Konsep Dasar Kebidanan.CV Literasi Nusantara Abadi.Kota


Malang.
Permenkes No. 43 tahun 2019 tentang pusat kesehatan masyarakat

Ekathajana,widodo,dkk.2019.jurnal legislasi indonesia vol. 16 No. 03.Direktorat


Jenderal Peraturan Perundang-undangan Kementerian Hukum dan Hak
Asasi
Manusia R.I.jakarta selatan.
Nuryaningsih,2017.Buku Panduan Praktik Konsep Kebidanan.Fakultas
Kedokteran
dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.ciputat.
Ratni,2022.Aspek Hukum Terhadap Kewenangan Bidan Pada Pelayanan
Kesehatan
di Rumah Sakit. E-ISSN: 2963-7724. Vol. 1, No. 1 (AGUSTUS) 2022
Astuti,eka ratih,dkk.2020.Peran Bidan Sebagai Motivator Dalam Promosi
Kesehatan
Pada Ibu Hamil. Jurnal Asuh Ibu Anak 2020;5(2): 19-24
Anggraini,rista dian.2018.Tanggung Jawab Bidan Dalam Menangani Pasien Non
Kebidanan Di Kaitkan Dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit Dan
Manajemen Terpadu Bayi Muda. ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Lestari Puji Astuti, dkk. 2015.Peran Dan Fungsi Bidan Dalam Pelaksanaan
Informed Consent Pada Kegawatdaruratan Obstetri Di Puskesmas.Jurnal
Kebidanan 09 (02) 101 – 212.

You might also like