You are on page 1of 18

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK


DENGAN KONDISI RENTAN DAN KEBUTUHAN KHUSUS
PADA PERMASALAHAN FISIK

Oleh Kelompok 1 Kelas B2:


Putri Hari Annas (2281A0401)
Desy Dewi D. Watumlawar (2281A0404)
Erni Watumlawar (2281A0405)
Milanti Rahayu (2281A0406)
Nunun Nurmuliana (2281A0407)
Nurjanna (2281A0409)
Nuryafa (2281A0414)
Wa Ode Yunita Pratiwi (2281A0422)
Sufiati (2281A0424)
Wa Ode Ernawati (2281A0426)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA
KEDIRI
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tim penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
rahmat dan karunia-Nya makalah yang berjudul, “ASUHAN KEBIDANAN PADA
PEREMPUAN DAN ANAK DENGAN KONDISI RENTAN DAN KEBUTUHAN KHUSUS
PADA PERMASALAHAN FISIK” dapat kami selesaikan dengan baik. Tim penulis berharap
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang apa saja yang
termasuk permasalahan fisik dan bagaimana cara bidan memberikan asuhan kepada klien dengan
kondisi rentan dan berkebutuhan khusus.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna karena
itu kami menerima kritik dan saran demi perbaikan laporan ini dan juga untuk laporan
selanjutnya.
Akhir kata semoga laporan ini bermafaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi
tim penulis khususnya.

Kediri, 05 November 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................i


DAFTAR ISI .......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................................1
1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................................1
1.3.2 Tujuan Khusus ...............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian kelompok Rentan dan Berkebutuhan Khusus ......................................2
2.2 Jenis Kelompok Rentan dan Berkebutuhan Khusus ...............................................2
2.3 Masalah Fisik pada Kelompok Rentan pada Perempuan dan Anak .......................3
2.3.1 Masalah Disabilitas (Kecacatan) ...................................................................3
2.3.2 Kelainan Genetik ...........................................................................................7
2.3.3 Perbedaan Ras ...............................................................................................8
2.3.4 Usia Anak di Bawah 21 Tahun ......................................................................9
2.4 Asuhan Kebidanan Pada Perempuan dan Anak Dengan Kondisi Rentan
dan Kebutuhan Khusus pada Permasalahan Fisik....................................................10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................14
3.2 Saran .......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Asuhan kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang
menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang
mempunyai kebutuhan/masalah dalam bidang kesehatan ibu pada masa
hamil, masa persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana
(Rahmawati, 2012). Menurut Kemenkes RI (2016), asuhan kebidanan merupakan kegiatan
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada klien yang memiliki masalah atau
kebutuhan pada masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga
berencana.
Menurut Bakornas (2007) kerentanan merupakan suatu kondisi dari suatu komunitas
atau masyarakat yang mengarah atau menyebab ketidakmampuan dalam menghadapi
ancaman bahaya, sehingga apabila terjadi bencana akan memperburuk kondisi masyarakat.
Sedangkan menurut UN/ISDR (2005) kerentanan sebagai kondisi kondisi yang ditentukan
oleh faktor-faktor atau proses-proses fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan, yang
bisa meningkatkan rawannya sebuah komunitas terhadap dampak bahaya. Kerentanan
merupakan suatu rangkaian kondisi yang menentukan apakah suatu bahaya (baik yang terjadi
secara alamiah mapun buatan) yang terjadi dapat menimbulkan bencana atau tidak.
Menurut survey Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
(KPPA) menunjukkan 1 dari 3 perempuan berusia 15 – 64 tahun pernah mengalami
kekerasan fisik dan/ atau seksual.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan kelompok rentan dan berkebutuhan khusus?
2. Siapa saja yang termasuk dalam kelompok rentan dan berkebutuhan khusus?
3. Apa saja jenis permasalahan fisik?
4. Bagaimana cara memberikan asuhan pada perempuan dan anak yang berkebutuhan
khusus pada permasalahan fisik?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu memberikan asuhan kebidanan pada perempuan dan anak
dengan kondisi rentan dan kebutuhan khusus pada permasalahan fisik

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Memahami pengertian kelompok rentan dan berkebutuhan khusus
2. Memahami jenis – jenis kelompok rentan dan berkebutuhan khusus
3. Memahami pengertian jenis-jenis permasalahan fisik
4. Mampu menjelaskan asuhan kebidanan yang diberikan pada perempuan dan anak
dengan kondisi rentan dan berkebutuhan khusus pada permasalahan fisik
4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KELOMPOK RENTAN DAN BERKEBUTUHAN KHUSUS


Kelompok masyarakat yang beresiko tinggi (rentan) adalah kelompok yang berada
dalam kondisi atau situasi yang kurang memiliki kemampuan mempersiapkan diri dalam
menghadapi resiko bencana atau ancaman bencana. Penekanan pada resiko tinggi disini
karena kelompok jenis ini akan menanggung dampak terbesar dari munculnya resiko bencana
dibandingkan dengan kelompok masyarakat lain. Kelompok rentan sendiri meliputi
kelompok disabilitas, perempuan, anak-anak lansia dan masyarakat adat. Permasalahan yang
sering dialami oleh kelompok rentan diantaranya permasalahan fisik, psikologis, geografi,
ekonomi, sosial, dan budaya.
Individu berkebutuhan khusus (IBK) atau diindonesia lebih kita kenal dengan istilah
disabilitas didefinisikan sebagai setiap orang yang memiliki keterbatasan fisik, intelektual,
mental, dan/atau sensoris dalam jangka waktu yang lama dalam berinteraksi dengan
lingkungan dapat menghadapi kesulitan dan hambatan untuk berpartisipasi secara penuh dan
efektif dengan warga Negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.

2.2 JENIS KELOMPOK RENTAN DAN BERKEBUTUHAN KHUSUS


Kategori kelompok rentan adalah sebagai berikut :
1. Perempuan
Perempuan merupakan kelompok rentan hingga saat ini dalam seluruh segi kehidupan.
Dalam hak atas kesehatan, hak perempuan hanya dikaitkan dengan reproduksi saja,
padahal hak perempuan harus dilihat secara lebih luas lagi. Masih adanya angka kematian
ibu dan anak menggambarkan masih saja ada ketimpangan tersebut.
2. Anak dan remaja
Anak dan remaja merupakan sumber potensi sumber daya insani bagi pembangunan
nasional. Sejalan dengan UU NO 35 tahun 2014 pasal 46, yang menyebutkan bahwa
Negara, pemerintah, pemda, keluarga dan orang tua wajib mengusahakan agar anak yang
lahir terhindar dari penyakit yang mengancam kelangsungan hidup dan atau kecacatan.
Oleh karena itu pembinaan dan pengembangan sebagai upaya memelihara dan
meningkatkan kesejahtraan kesehatan pada anak dan remaja perlu dilakukan semenjak
dini secara optimal. Hal ini dapat dikaitkan dengan beberapa penyebab utama pada
penyakit akut, seperti infeksi pernapasan, diare, campak, malaria dan malnutrisi.
3. Disabilitas
Disabilitas termasuk dalam kelompok rentan dikarenakan adanya diskriminasi yang
sering terjadi pada disabilitas oleh non-disabilitas
4. Lansia
Lansia merupakan kelompok usia yang rentan akan perubahan kondisi dan situasi yang
disebabkan adanya perubahan kondisi fisik, sosial dan psikologis.

5
5. Masyarakat adat
Masyarakat adat kerap dilihat sebagai kelompok rentan karena cara hidupnya yang
berbeda dengan kelaziman modern.

2.3 MASALAH FISIK PADA KELOMPOK RENTAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK
Secara umum, masalah fisik yang berpengaruh pada kelompok rentan anak dan
perempuan antara lain :
1. Masalah disabilitas
2. Kelainan genetic
3. Perbedaan ras
4. Usia anak (≤21 tahun)

2.3.1 MASALAH DISABILITAS (KECACATAN)


A. Pengertian Disabilitas
Disabilitas adalah orang yang memiliki keterbatasan fisik, mental intelektual atau
sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sikap
masyarakatnya dapat menemui hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi penuh
dan efektif berdasarkan kesamaan hak.
Hallahan (2009) menjelaskan semua disabilitas adalah inabilitas (ketidakmampuan)
dalam melakukan sesuatu, tetapi tidak semua inabilitas (ketidakmampuan) tersebut
termasuk disabilitas. Sebagai contoh, sebagian besar anak usia 6 bulan tidak dapat
berjalan atau bicara, tetapi hal ini bukan disabilitas melainkan inabilitas
(ketidakmampuan) usia yang belum sesuai dengan tahap perkembangan tersebut.

B. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Pada Disabilitas


1. Tunanetra
Istilah anak tunanetra secara mendasar dapat diartikan sebagai anak-anak yang
mengalami gangguan pada fungsi penglihatan. Beberapa ahli seperti Djaja Rahardja
dan Sujarwanto serta Gargiulo mendefinisikan ketunanetraan menjadi 3 kategori yaitu
buta buta, buta fungsional dan low vision. Seseorang disebut mengalami kebutaan
secara legal jika kemampuan penglihatannya berkisar 20/200 atau dibawahnya, atau
lantang pandangannya tidak lebih dari 20 derajat. Pada pengertian ini, seorang anak di
tes dengan menggunakan snellen chart (kartu snellen) dimana anak harus dapat
mengindetifikasi huruf jarak pada jarak 20 kaki atau 6 meter. Dengan pengertian lain
anak-anak dikatakan buta secara legal jika mengalamai permasalahan pada sudut
pandang penglihatan, yaitu kemampuan menggerakkan mata agar dapat melihat ke sisi
samping kiri dan kanan.

2. Tunarungu
Tunarungu dapat diartikan sebagai gangguan pendengaran, dimana anak
tunarungu adalah anak yang mengalami permasalahan pada hilangnya atau
berkurangnya kemampuan pendengaran. Soematri menyatakan bahwa anak yang dapat
dikatakan tunarungu jika mereka tidak mampu atau kurang mampu mendengar.

6
Menurutnya, tunarungu dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu tuli dan kurang
dengar. Tuli merupakan suatu kondisi dimana seseorang benar-benar tidak dapat
mendengar dikarekan hilangnya fungsi dengan pada telinganya. Sedangkan kurang
dengar merupakan kondisi dimana seseorang mengalami kerusakan pada organ
pendengarannya tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar meskipun dengan atau
tanpa bantu dengar.

3. Tunagrahita
Tunagrahita merupakan istilah yang disematkan bagi anak-anak berkebutuhan
khusus yang mengalami permasalahan seputar intelegensi atau cacat mental. Di
Indonesia istilah tunagrahita merupakan pengelompokkan dari beberapa anak
berkebutuhan khusus, namun dalam bidang pendidikan mereka memiliki hambatan
yang sama dikarenakan permasalahan intelegensi. Dalam bahasa asing, anak yang
mengalami permasalahan intelegensi memiliki beberapa istilah penyebutan yaitu IQ
dibawah 35. Sedangkan klasifikasi lain dapat didasarkan pada kemampuan yang
dimiliki yaitu ringan (mampu di didik), sedang (mampu latih), dan berat (mampu
rawat).

4. Tunadaksa
Dalam konteks pendidikan khusus di Indonesia, tunadaksa dapat diartikan sebagai
gangguan motorik atau cacat fisik. Pada konteks lain dapat kita temui penggunaan
istilah lain dalam menyebut anak tunadaksa misalnya anak dengan hambatan gerak.
Utamanya, anak tunadaksa adalah anak yang mengalami gangguan fungsi gerak yang
disebabkan oleh permasalahan pada organ gerak tubuh. Somantri menjelaskan bahwa
tunadaksa merupakan suatu keadaan rusak atau terganggu yang disebabkan karena
bentuk abnormal atau organ tulang, otot, dan sendi tidak dapat berfungsi dengan baik.

5. Tunalaras
Anak tunalaras merupakan konteks dengan batasan-batasan yang sangat rumit
tentang anak-anak yang mengalami masalah tingkah laku. Istilah tunalaras itu sendiri
belum dapat diterima secara umum karena batasan-batasan penyebutan anak tunalaras
yang kurang saklek. Pada intinya sebutan anak tunalaras merupakan gangguan
perilaku yang menunjukan suatu penentangan terhadap norma dan aturan social di
masyarakat seperti mencuri, menggangu ketertiban, melukai orang lain.
Gangguan yang muncul pada anak-anak ini berupa gangguan perilaku, seperti
suka menyakiti diri sendiri (misalnya mencabik-cabik pakaian atau memukul- mukul
kepala), suka menyerang teman (agresif) atau bentuk penyimpangan perilaku yang
lain. Misalnya, memukul-mukul secara berkelanjutan, melempar/membanting benda-
benda di sekitarnya, dan jari tangan yang diputar-putar.
Disamping autistik atau autism, dalam kelompok ini juga termaksud attention
deficit disorder (ADD) dan attention deficit hyperactive disorder (ADHD). Anak-anak

7
seperti ini, khususnya ADHD perlu diwaspadai karena dapat membahayakan diri
sendiri dan orang lain.
6. Tunaganda
Istilah kelompok penyandang kelainan jenis ini adalah mereka yang menyandang
lebih dari satu jenis kelainan, misalnya, penyandang tunanetra dan tunarungu
sekaligus, penyandang tunadaksa disertai tunagrahita atau bahkan tunadaksa,
tunarungu dan tunagrahita sekaligus. Menurut Mulyono (ahli anak) ia menyatakan
bahwa anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah seorang anak yang masuk dan
tergolong cacat atau yang menyandang ketunaan.
Dalam perkembangannya sekarang ini anak ketunaan berubah menjadi
berkelaianan luar bisaa atau berkebutuhan khusus. Namun dalam golongannya, ada 17
karakteristik anak berkebutuhan khusus yang perlu diketahui, diantaranya:
1. Sulit Berkomunikasi
Ketika anak mengalami sulit komunikasi maka perilaku beradaptasi akan
mengalami ganngguan terutama ketika mereka berkomunikasi. Dimana ABK
seringkali memiliki hambatan berbicara dan sulit bicara meskipun usianya sudah
dewasa.
2. Kesulitan Belajar
Anak dengan kesulitan belajar merupakan individu yang memiliki gannguan pada
satu atau lebih kemampuan dasar psikologis. Bisaanya gelombang otaknya juga
terganggu sehingga menyebabkan anak tesrsebut mengalami IQ yang hanya rata-
rata ataupun diatas rata-rata sedikit. Bisaanya ABK dikategorikan sedang, berat
atau ringan dari IQ yang dimilikinya.
3. Kelainan Fisik
Secara fisik dan medis, umumnya beberapa ada kondisi fisik dan medis yang
sangat berbeda dengan anak kebanyakan. Misalnya jika ia mengalami komplikasi
dengan bagian organ tubuh lainnya. Hal ini sering terjadi karena kurang
sempurnanya proses pembelahan dalam kehamilan.
4. Bersikap Membangkang
Anak berkebutuhan khusus bisaanya sulit membedakan bahaya atau tidak, salah
atau tidak dan lain sebagainya.
5. Emosional
Emosional anak-anak ABK bukan hanya tempramen dan mudah marah melainkan
terjadi hal lainnya. Jika dilihat secara emosional, mereka seringkali terperosok
dalam kondisi kesepian, depresi dan juga hal-hal layaknya putus asa, merasa
sendiri dan kesal pada orang lain tanpa sebab jika moodnya sedang buruk.
6. Sulit Menulis atau Membaca
Untuk beberapa kasus anak ABK ada yang sulit mengekspresikan pikiran mereka
dengan tulisan dan tidak bisa membaca. Sulit memegang pena ataupun pensil
dengan benar.

8
7. Tidak Mengerti Arah
Anak berkebutuhan khusus sulit mencerna logika sendiri. Terkadang mengalami
disorientasi, seperti disorientasi waktu ataupun arah. Anak seringkali bingung saat
ditanya jam berapa sekarang, kemungkinan ia hanya mengingat bahasa yang
diajarkan seperti pukul 6 petang ia sebut atau sore, namun pukul 4 ketika matahari
terbenam ia tidak akan menyebut pukul melainkan tetap sore.
8. Bersikap Sesuai Kebisaaan
Anak ABK khususnya mereka yang autisme sangat perhatian dengan urutan atau
rutinitas atapun kebisaaan sehari-hari. Ketika ritual mereka berubah misalnya
setelah makan menjadi mandi atau dibalik setelah makan ia harus berolahraga
dulu baru mandi, maka ia akan menjadi gelisah, cemas jika rutinitas tersebut
berubah atau terganggu.
9. Senang Meniru
Senang meniru atau membeo (echolalia) merupakan salah satu karakteristik ABK.
Psikologi Abnormal menjelaskan bahwa banyak sekali ciri yang dimengerti atau
dipahami oleh orang tua untuk bisa menilai apakah anaknya mengalami ABK atau
tidak. Salah satunya adalah meniru. Semua anak senang meniru, namun ada
beberapa anak ABK yang bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau
nyanyian tersebut tanpa mengerti artinya.
10. Berbicara Tanpa Henti
Beberapa anak ABK senang mengoceh tanpa arti berulang-ulang. Akan bahaya
jika pembicaraan ini termasuk ke dalam bahasa yang tidak boleh diucapkan atau
dilarang. Karena anak-anak seperti ini seringkali membantah dan tidak mau
menuruti perintah larangan.
11. Bertindak Gugup
Ketika anak berkebutuhan khusus merasa cemas maka ia akan melakukan
perbuatan-perbuatan aneh, sama halnya seperti orang normal hanya saja mereka
lebih random.
12. Iri pada Orang Lain
Anak berkebutuhan khusus masih berpikir dan berperasaan layaknya anak balita.
Sikap iri hati yang selalu merasa kurang senang ketika orang lain senang atau
mendapatkan sesuatu yang menguntungkan.
13. Sensitifitas Tinggi
Mereka memang tidak mengerti apa yang anda bicarakan atau perintah umum
yang tidak bisa mereka jalankan. Namun ABK bisa menjadi sangat sensitive
terhadap hal-hal yang merangsang seperti sentuhan, cahaya, atau suara (misalnya,
tidak menyukai suara keras atau hanya merespon ketika suara yang sangat keras,
disebut juga gangguan integrasi sensorik).
14. Trigered tanpa Alasan
Menangis, marah, tertawa, atau tertawa tanpa alasan yang diketahui atau pada
waktu yang salah merupakan langganan anak-anak berkebutuhan khusus.
15. Introvert
9
Ketika lingkungan yang menyenangkan dan memanjakan didapatkan oleh ABK,
yang ada mereka akan merasa nyaman dan tidak berkembang dengan baik.
Mereka dapat terpengaruhi sehingga terjadi ketidakmampuan dalam penyesuaian
mental dan emosi. Selain itu ada beberapa anak berkebutuhan khusus yang
memang menunjukkan kondisi yang lebih neirotik, misalnya ia mengalami
masalah ketika berada di lingkungan ramai atau banyak orang asing dan bisa jadi
ia menjadi orang dengan sifat introvert.
16. Berprasangka
Anak berkebutuhan khusus memang tidak bisa berpikir rumit namun mereka bisa
berprasangka. Beberapa dari mereka suka menafsirkan secara negative, adanya
rasa cemburu dan prasangka karena tidak diperlakukan dengan adil sehingga
memicu kemarahan random mereka yang tidak diprediksi dan kurang mampu
dalam mengendalikan diri.
17. Melukai Diri Sendiri
Kenapa anak-anak berkebutuhan khusus harus ditemani. Karena mereka tidak
mengerti mana bahaya atau tidak bahaya. Ada sebagian perilaku melukai diri
sendiri ketika anak berusia lebih kecil. Meskipun tingkatannya tidak tinggi seperti
mencakar atau memukul diri sendiri dan untuk anak praremaja dan remaja bisaa
mengiris kulitnya atau membakar.

C. Kebutuhan Khusus Yang Dapat Diberikan Pada Permasalahan Fisik Dengan


Disabilitas
1. Berikan kemudahan bagi mereka untuk dapat bergerak gunakan peralatan yang berat
dan stabil agar tidak mudah terguling.
2. Hindari penggunaan karpet atau alat lainnya yang dapat menyebabkan anak
tersandung.
3. Atur peralatan di tempat yang luas agar anak dapat bergerak lebih bebas.
4. Sediakan tempat yang aman untuk pejalan kaki, kursi roda, atau tingkat agar anak-
anak lain tidak tersandung.
5. Perkenalkan kegiatan belajar, sediakan alat yang dapat mendukung motoriknya,
seperti menggenggam, memegang, memberi, dan melepaskan. Pastikan juga objek
sesuai usia
6. Ajari teman sebaya membantu aktivitas penyandang disabilitas fisik. Teman bermain
biasanya ingin membantu anak penyandang disabilitas fisik, tetapi kadang caranya
kurang tepat. Oleh karena itu, ajari teman-teman si kecil cara menawarkan bantuan
dengan penuh rasa hormat.

2.3.2 KELAINAN GENETIK


A. Pengertian Kelainan Genetik
Kelainan Genetik adalah suatu kondisi dimana terjadi perubahan sifat dan komponen
di dalam gen sehingga menimbulkan penyakit. Kondisi ini dapat disebabkan oleh mutasi
baru pada DNA atau kelainan pada gen yang diwarisi orang tua.
10
Beberapa kelainan genetik yang cukup sering terjadi di tengah masyarakat yaitu :
 Buta warna
 Penyakit sel sabit
 Hemofilia
 Sindrom Klinefelter
 Sindrom Down (Down Syndrome)
B. Penyebab Kelainan Genetik
Beberapa penyebab yang paling banyak adalah sindrom down (downsyndrome),
sindrom user (user syndrome). Disamping itu, hambatan genetik juga dapat terjadi sejak
lahir. Dengan adanya kelainan-kelainan pada organ tubuh seperti hydrocephaly,
microcephaly akibat penggunaan obat-obatan yang salah oleh ibunya pada saat masa
kehamilan. Selain itu dapat juga terjadi hambatan majemuk dikarenakan faktor sebagai
berikut :
1. Faktor Prenatal
Terjadi sebelum kelahiran, dapat terjadi karena ketidaknormalan kromosom
komplikasi pada anak dalam kandungan, ketidakcocokan Rh, infeksi pada ibu ketika
hamil, serta mengkonsumsi obat-obatan atau alkohol.
2. Faktor Natal
Terjadi pada saat kelahiran, hal ini dapat terjadi karena kelahiran premature, luka pada
saat kelahiran, dan kekurangan oksigen saat kelahiran.

C. Kebutuhan Khusus yang Dapat Diberikan pada Permasalahan Fisik dengan


Kelainan Genetik
1. Membawa anak ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk diperiksa tenaga medis
secara rutin, karena jika tidak maka tubuh anak bisa bertambah kecacatannya
(bengkok, mengecil, dan kaku).
2. Menindaklanjuti hasil pemeriksaan dari tenaga medis dengan mengikuti petunjuk dan
saran yang diberikan.
3. Memasukan anak ke sekolah yang sesuai dan kembangkan potensi yang dimiliki
anak. Saat ini banyak anak tunadaksa yang dapat berprestasi berhsil seperti anak lain
sebayanya.
4. Memerlukan latihan rutin dan menggunakan alat bantu untuk mencegah
bertambahnya kecacatan dan memudahkan melakukan kegiatan sehari-hari.

2.3.3 PERBEDAAN RAS


A. Pengertian Perbedaan Ras
Ras adalah sekelompok orang yang berbagi asal budaya, geografis, bahasa, agama
dan latar belakang yang sama. Etnis berbeda dengan ras. Di dunia, ras dibagi menjadi
empat jenis ras, yaitu ras mongoloid, ras negroid, ras kaukasoid, dan ras khusus.
Kemudian, disederhanakan menjadi ras kulit putih dan kulit hitam.
Filosofi Bhinneka Tunggal Ika mengajak kita untuk menyakini bahwa di dalam diri
manusia bersemayam potensi kemanusiaan yang bila dikembangkan melalui pendidikan
11
yang baik dan benar dapat berkembang tak terbatas. Dan perlu diyakini pula bahwa
potensi itu pun ada pada diri setiap AKB. Karena seperti halnya ras, suku, dan agama di
tanah Indonesia, keterbatasan pada ABK maupun keunggulan pada anak pada umumnya
memiliki kedudukan yang sejajar. Suasana tolong menolong seperti yang dikemukakan di
atas dapat diciptakan melalui suasana belajar dan kerjasama yang silih asah, silih asih,
dan silih asuh (saling mencerdaskan, saling mencintai dan saling tenggang rasa).
B. Kebutuhan Khusus Yang Dapat Diberikan Pada Permasalahan Fisik Dengan
Perbedaan Ras
1. Ajak berpikir kritis dan terbuka perkenalkan kepada anak bahwa keragaman yang
Ada di lingkungan sekitar adalah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.
2. Ajak bersosialisasi dengan lingkungan beri kebebasan kepada anak untuk berteman
dengan siapapun tanpa memandang agama, suku maupun ras.
3. Bangun rasa percaya diri anak dengan cara melatih mencintai dirinya sendiri,
motivasi anak untuk menonjolkan kelebihan yang ada pada diri mereka.
4. Bacakan cerita tentang perbedaan dan keragaman
5. Bertamasya ajak berkunjung ke tempat-tempat yang penuh keragaman seperti ke
taman mini Indonesia indah, museum, mal atau pertokoan. Gunakan jelajah museum
atau lokasi-lokasi wisata secara virtual. Kenalkan kepada anak bahwa Indonesia
memiliki keberagaman suku, agama, budaya, dan adat istiadat.
6. Contoh teladan anak merupakan pembelajaran yang cepat, terlebih belajar dari sikap-
sikap yang ditunjukkan oleh orang tua.
7. Tanamkan karakter kebangsaan orang tua ataupun guru dapat mengajak anak
mengikuti kegiatan-kegiatan yang memberikan semangat untuk tumbuhnya rasa
nasionalisme dan karakter kebangsaan.

2.3.4 USIA ANAK DIBAWAH 21 TAHUN


A. Pengertian Masa Remaja
Masa remaja terdiri atas 3 subfase yang jelas, yaitu masa remaja awal (usia 11 - 14
tahun), masa remaja pertengahan (usia 15 - 17 tahun), dan masa remaja akhir (usia 18 -
21 tahun). (Wong, 2008).
Usia minimal sebagian batas cukup menikah adalah 21 tahun. Menurut data dari
survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) pada 2012, angka kematian neonatal,
postnatal, bayi dan balita pada ibu yang berusia kurang dari 20 tahun lebih tinggi
dibandingkan pada usia 20 - 39 tahun. Selain itu, terdapat berbagai resiko kehamilan pada
wanita dibawa usia 20 tahun yang harus diwaspadai, yakni resiko keguguran, hipertensi,
anemia, bayi lahir prematur, berat badan lahir rendah (BBLR), sampai resiko depresi
pasca melahirkan.
Hamil dibawah 20 tahun juga dapat meningkatkan resiko terjadinya komplikasi.
Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang mungkin terjadi :
1. Depresi
2. Kurangnya Perawatan Prenatal
3. Tekanan Darah Tinggi
12
4. Anemia
5. Stunting
6. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
7. Lahir Prematur

B. Kelompok Perempuan Rentan Yang Mengalami Kekerasan Fisik


Tak sedikit kasus kekerasan pada perempuan terjadi di ruang publik di DKI Jakarta.
Menurut sebuah survei yang dilakukan di tiga wilayah di Jakarta, terdapat beberapa
kelompok wanita yang rentan menjadi korban kekerasan.
Survei yang dilakukan oleh UN Women Indonesia menemukan, bahwa beberapa
jenis pekerjaan dan kelompok tertentu, rentan menjadi korban kekerasan. Salah satunya
kelompok perempuan dengan disabilitas fisik dan mental.

C. Perlindungan Terhadap Anak Rentan


Anak yang karena umumnya secara fisik dan mental lemah polos, dan rentan sering
ditempatkan pada posisi yang kalah dan hanya diperlukan sebagai objek, inisiatif, ide,
keinginan dan kemauan anak sering tidak diakui, apa yang baik menurut oarang tua
adalah terbaik untuk anak akibatnya kreativitasnya berkurang.
Sebagian masyarakat memandang bahwa anak adalah set ekonomi, banyak anak
banyak rezeki. Pandangan ini ternyata telah mendorong sikap orang tua memberlakukan
anak-anaknya sebagai aset ekonomi sehingga anak dipekerjakan untuk menambah
penghasilan keluarga. Sesungguhnya masalah anak akan selesai jika masing-masing
orang tua bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan anaknya.

D. Kebutuhan Khusus Yang Dapat Diberikan Pada Permasalahan Fisik Dengan Usia
Anak Dibawah 21 Tahun
1. Jadilah pendengar yang baik
2. Hormati privasi anak
3. Sepakati aturan-aturan penting
4. Berikan motivasi untuk cita-citanya
5. Berikan informasi dalam bergaul
6. Sampaikan cara mengelola stress

2.4 ASUHAN KEBIDANAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK DENGAN KONDISI


RENTAN DAN KEBUTUHAN KHUSUS PADA PERMASALAHAN FISIK
Asuhan kebidanan yang diberikan meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitative. Upaya promotif berupa edukasi dan pemberian informasi kepada individu
berkebutuhan khusus yang masuk dalam kelompok rentan ini, guna menambah pengetahuan
mereka. Upaya preventif meliputi upaya yang dilakukan dalam upaya pencegahan timbulnya
masalah sehubungan dengan masalah kesehatan. Sedangkan upaya kuratif dan rehabilitative
13
adalah upaya untuk menghilangkan masalah selanjutnya meliputi pengobatan rehabilitasi
ataupun rujukan.
Secara umum pelayanan KIA diberikan utamanya dengan masalah disabilitas tidak
berbeda dengan nondisabilitas. Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi :
1. Pelayanan kespro sebelum hamil
 KIE tentang siklus dan pendekatan siklus hidup, hak reproduksi, persiapan pra nikah
(persiapan fisik, gizi, status TT, dan kesehatan organ reproduksi)
 KIE tentang keadilan dan kesetaraan gender dalam pernikahan terutama peran laki-
laki dalam kesehatan.dan lain-lain
 Konseling perencanaan kehamilan dan KB
 Pemeriksaan kesehatan catin meliputi anamnese, deteksi dini masalah kesehatan jiwa
(sesuai indikasi), TTV, pemeriksaan status kadar Hb, LILA dan IMT, serta
pemeriksaan lab lainnya.

Tata laksana masalah kesehatan reproduksi pada catin disesuaikan dengan penyakit /
kondisi kesehatan sesuai standar pelayanan : KIE, pelayanan gizi, skrining dan
imunisasi TT, pengobatan, terapi dan rujukan.

2. Pelayanan Kesehatan Selama Hamil


 Memberi konseling informasi dan edukasi guna meningkatkan pemahaman bagi
penyandang disabilitas dan keluarganya tentang kehamilan, tanda bahaya kehamilan,
persalinan, KB pasca salin, dan manajemen laktasi
 Menggalang komitmen anggota keluarga/ pendamping agar dapat memberikan
dukungan bagi ibu hamil dengan kondisi berkebutuhan khusus, sehingga ibu dapat
menjalani kehamilannya dengan sehat dan selamat
 Edukasi tentang manfaat buku KIA
 Edukasi tentang pentingnya mengikuti kelas ibu hamil
 Melakukan stimulasi terhadap janin dalam kehamilan
 Skrining kelainan kongenital
 Pemberian PMT ibu hamil

Tata laksana :
Setiap ibu hamil berkebutuhan khusus mendapat pelayanan
 ANC sesuai standar (minimal 4x, sesuai jadwaal,
 Pemeriksaan meliputi 10T termasuk pemeriksaan psikologis penyandang disabilitas
hamil, dengan pendampingan saat pelaksanaannya
 Pelayanan pencegahan dan penanganan keguguran maupun persalinan premature.

3. Pelayanan Pencegahan Dan Penanganan Keguguran


Asuhan kebidanan yang dapat diberikan pada ibu hamil penyandang disabilitas berupa :
 KIE tentang tanda bahaya kehamilan sejak dini pada penyandang disabilitas yang
sedang hamil beserta pasangan dan pendampingnya saat ANC
14
 Melakukan ANC sesuai standart
 Melakukan penanganan dan stabilisasi pasien keguguran sesuai standar sebelum
proses rujukan
 Memberikan dukungan emosional dan konseling pasca keguguran, termasuk
konseling tentang KB.

4. Pelayanan Persalinan
Asuhan kebidanan yang diberikan berupa :
 Melakukan KIE untuk meningkatkan pemahaman bagi penyandang disabilitas dan
keluarganya tentang kehamilan, persalinan, KBPP DAN manajemen laktasi,
persalinan difaskes oleh nakes, serta pemanfaatan buku KIA
 Melakukan persalinan yang terencana sesuai keadaan klinis pasien,
 Menolong persalinan sesuai standart, melakukan rujukan jika diperlukan
 Memberikan pelayanan persalinan pada bumil penyandang disabilitas dengan
memperhatikan 5 aspek pelayanan yaitu : pengambilan keputusan yang tepat, asuhan
sayang ibu dan anak, pencegahan infeksi, pencatatan, dan rujukan pada kasus
komplikasi.

5. Pelayanan Kesehatan Masa Nifas


Pelayanan masa nifas pada penyandang disabilitas meliputi :
 KIE tentang pentingnya ASI eksklusif kepada bufas dan keluarga atau
pendampingnya dan menyusui hingga 2 tahun jika memungkinkan, serta manajemen
laktasi lainnya
 KIE tentang buku KIAdan pemanfaatannya
 Melakukan pelayanan PNC sesuai standar ( 4x kunjungan)

6. Pelayanan KB
Penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi dilakukan dengan cara yang dapat di
pertanggung jawabkan dari segi agama, norma budaya, etika serta segi kesehatan, dan
pendampingan, yang meliputi :
 KIE tentang metode kontrasepsi pada ibu dan pendampingnya dengan sejelas-
jelasnya serta informed consent
 Memberikan pelayanan kontrasepsi darurat pada penyandang disabilitas dengan kasus
korban kekerasan dan pemerkosaan guna mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
 melakukan pelayanan KB pasca salin, KB interval, kontrasepsi darurat
 melakukan pemasangan KB imlant ditempat yang sesuai dengan keadaan fisik ibu

7. Pelayanan Kesehatan Seksual


Asuhan kebidanan yang dapat diberikan antara lain :
 KIE kepada penyandang disabilitas dan pendampingnya tentang organ reproduksi dan
cara menjaga kebersihannya, pengelolalan menstruasi, perilaku seksual beresiko
15
tinggi, dan pemanfaatan waktu yang bijak dan bermanfaat ( misalnya aktifitas fisik
yang bermanfaat,beribadah, olahraga, dll)
 Pelayanan kesehatan mengenai masalah menstruasi (menoragia, hipomenorea,
dismenorea, amenorea, metroragia, dll)

8. Pencegahan Dan Penanganan Penyakit Tidak Menular (Ca Serviks Dan Mamae)
 KIE tentang Ca serviks dan ca mamae pada penyandang disabilitas dan pasangannya
 Melakukan pemeriksaan IVA atau sadari/ sadanis pada individu tersebut
 Memberikan dukungan psikologis dan konseling pada penderita

9. Pelayanan Kesehatan Lansia


 KIE tentang kespro pada lansia, terutama dengan masalah menopause,
 Skrining PTM dan pengelolaannya
 Memeriksa status mental, factor personal dan psikologis dengan menggunakan
instrument mini mental state examination, dll

16
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kelompok masyarakat yang beresiko tinggi (rentan) adalah kelompok yang berada
dalam kondisi atau situasi yang kurang memiliki kemampuan mempersiapkan diri dalam
menghadapi resiko bencana atau ancaman bencana. Penekanan pada resiko tinggi disini
karena kelompok jenis ini akan menanggung dampak terbesar dari munculnya resiko bencana
dibandingkan dengan kelompok masyarakat lain. Kelompok rentan sendiri meliputi
kelompok disabilitas, perempuan, anak-anak, lansia dan masyarakat adat.
Disabilitas adalah orang yang memiliki keterbatasan fisik, mental intelektual atau
sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sikap
masyarakatnya dapat menemui hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi penuh dan
efektif berdasarkan kesamaan hak.
Kelainan Genetik adalah suatu kondisi dimana terjadi perubahan sifat dan komponen
di dalam gen sehingga menimbulkan penyakit. Kondisi ini dapat disebabkan oleh mutasi baru
pada DNA atau kelainan pada gen yang diwarisi orang tua.
Ras adalah sekelompok orang yang berbagi asal budaya, geografis, bahasa, agama dan
latar belakang yang sama. Etnis berbeda dengan ras.
Masa remaja terdiri atas 3 subfase yang jelas, yaitu masa remaja awal (usia 11 - 14
tahun), masa remaja pertengahan (usia 15 - 17 tahun), dan masa remaja akhir (usia 18 - 21
tahun). (Wong, 2008).
Asuhan kebidanan yang diberikan meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitative. Upaya promotif berupa edukasi dan pemberian informasi kepada individu
berkebutuhan khusus yang masuk dalam kelompok rentan ini, guna menambah pengetahuan
mereka.

3.2 SARAN
Diharapkan semua bidan dapat mengimplementasikan asuhan kebidanan yang sesuai
standar kepada perempuan dan anak dalam kondisi rentan dengan permasalahan fisik.

17
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, Hani Puspita. 2018. Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan Anak dalam Kondisi
Rentan untuk Mahasiswa Kesehatan.Yogyakarta: Rena Cipta Mandiri
Husaini Usman, S. A. 2014. Pengantar Statistika. Bumi Aksara
Khairun Nisa, Sambira Mambela, and Luthfi Isni Badiah, “Karakteristik dan Kebutuhan Anak
Berkebutuhan Khusus
Abdullah. 2013 “Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus" Magistra 25 no. 86
Dosenpsikologi.com/karakteristik-anak-berkebutuhakhusus,“17”
https://doi.org/10.36456/abadimas.v2.i1.a1632. Mardi fitri, na’imah, “Faktor Yang
Mempengaruhi Perkembangan Moral Anak Usia Dini”. Al-Atfhaal. (Vol.1: No.1). hlm. 5.
Mega Iswari (PLB FIP Universitas Negeri Padang), 2007, “Pendidikan Kecakapan Hidup Bagi
Anak Berkebutuhan Khusus,” (Accesed November 06, 2022)
http://repository.unp.ac.id/1019/1/MEGA ISWARI_286_09.pdf. Nandiyah Abdullah, “Mengenal
Anak Berkebutuhan Khusus,” Magistra 25, no. 86 (2013): 1–10. (Accesed November 06, 2022)
https://www.academia.edu/31661651/Mengenal_Anak_Berkebutuhan_Khusus. (Accesed
November 06, 2022)

18

You might also like