Professional Documents
Culture Documents
Puji dan syukur tim penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
rahmat dan karunia-Nya makalah yang berjudul, “ASUHAN KEBIDANAN PADA
PEREMPUAN DAN ANAK DENGAN KONDISI RENTAN DAN KEBUTUHAN KHUSUS
PADA PERMASALAHAN FISIK” dapat kami selesaikan dengan baik. Tim penulis berharap
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang apa saja yang
termasuk permasalahan fisik dan bagaimana cara bidan memberikan asuhan kepada klien dengan
kondisi rentan dan berkebutuhan khusus.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna karena
itu kami menerima kritik dan saran demi perbaikan laporan ini dan juga untuk laporan
selanjutnya.
Akhir kata semoga laporan ini bermafaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi
tim penulis khususnya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu memberikan asuhan kebidanan pada perempuan dan anak
dengan kondisi rentan dan kebutuhan khusus pada permasalahan fisik
5
5. Masyarakat adat
Masyarakat adat kerap dilihat sebagai kelompok rentan karena cara hidupnya yang
berbeda dengan kelaziman modern.
2.3 MASALAH FISIK PADA KELOMPOK RENTAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK
Secara umum, masalah fisik yang berpengaruh pada kelompok rentan anak dan
perempuan antara lain :
1. Masalah disabilitas
2. Kelainan genetic
3. Perbedaan ras
4. Usia anak (≤21 tahun)
2. Tunarungu
Tunarungu dapat diartikan sebagai gangguan pendengaran, dimana anak
tunarungu adalah anak yang mengalami permasalahan pada hilangnya atau
berkurangnya kemampuan pendengaran. Soematri menyatakan bahwa anak yang dapat
dikatakan tunarungu jika mereka tidak mampu atau kurang mampu mendengar.
6
Menurutnya, tunarungu dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu tuli dan kurang
dengar. Tuli merupakan suatu kondisi dimana seseorang benar-benar tidak dapat
mendengar dikarekan hilangnya fungsi dengan pada telinganya. Sedangkan kurang
dengar merupakan kondisi dimana seseorang mengalami kerusakan pada organ
pendengarannya tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar meskipun dengan atau
tanpa bantu dengar.
3. Tunagrahita
Tunagrahita merupakan istilah yang disematkan bagi anak-anak berkebutuhan
khusus yang mengalami permasalahan seputar intelegensi atau cacat mental. Di
Indonesia istilah tunagrahita merupakan pengelompokkan dari beberapa anak
berkebutuhan khusus, namun dalam bidang pendidikan mereka memiliki hambatan
yang sama dikarenakan permasalahan intelegensi. Dalam bahasa asing, anak yang
mengalami permasalahan intelegensi memiliki beberapa istilah penyebutan yaitu IQ
dibawah 35. Sedangkan klasifikasi lain dapat didasarkan pada kemampuan yang
dimiliki yaitu ringan (mampu di didik), sedang (mampu latih), dan berat (mampu
rawat).
4. Tunadaksa
Dalam konteks pendidikan khusus di Indonesia, tunadaksa dapat diartikan sebagai
gangguan motorik atau cacat fisik. Pada konteks lain dapat kita temui penggunaan
istilah lain dalam menyebut anak tunadaksa misalnya anak dengan hambatan gerak.
Utamanya, anak tunadaksa adalah anak yang mengalami gangguan fungsi gerak yang
disebabkan oleh permasalahan pada organ gerak tubuh. Somantri menjelaskan bahwa
tunadaksa merupakan suatu keadaan rusak atau terganggu yang disebabkan karena
bentuk abnormal atau organ tulang, otot, dan sendi tidak dapat berfungsi dengan baik.
5. Tunalaras
Anak tunalaras merupakan konteks dengan batasan-batasan yang sangat rumit
tentang anak-anak yang mengalami masalah tingkah laku. Istilah tunalaras itu sendiri
belum dapat diterima secara umum karena batasan-batasan penyebutan anak tunalaras
yang kurang saklek. Pada intinya sebutan anak tunalaras merupakan gangguan
perilaku yang menunjukan suatu penentangan terhadap norma dan aturan social di
masyarakat seperti mencuri, menggangu ketertiban, melukai orang lain.
Gangguan yang muncul pada anak-anak ini berupa gangguan perilaku, seperti
suka menyakiti diri sendiri (misalnya mencabik-cabik pakaian atau memukul- mukul
kepala), suka menyerang teman (agresif) atau bentuk penyimpangan perilaku yang
lain. Misalnya, memukul-mukul secara berkelanjutan, melempar/membanting benda-
benda di sekitarnya, dan jari tangan yang diputar-putar.
Disamping autistik atau autism, dalam kelompok ini juga termaksud attention
deficit disorder (ADD) dan attention deficit hyperactive disorder (ADHD). Anak-anak
7
seperti ini, khususnya ADHD perlu diwaspadai karena dapat membahayakan diri
sendiri dan orang lain.
6. Tunaganda
Istilah kelompok penyandang kelainan jenis ini adalah mereka yang menyandang
lebih dari satu jenis kelainan, misalnya, penyandang tunanetra dan tunarungu
sekaligus, penyandang tunadaksa disertai tunagrahita atau bahkan tunadaksa,
tunarungu dan tunagrahita sekaligus. Menurut Mulyono (ahli anak) ia menyatakan
bahwa anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah seorang anak yang masuk dan
tergolong cacat atau yang menyandang ketunaan.
Dalam perkembangannya sekarang ini anak ketunaan berubah menjadi
berkelaianan luar bisaa atau berkebutuhan khusus. Namun dalam golongannya, ada 17
karakteristik anak berkebutuhan khusus yang perlu diketahui, diantaranya:
1. Sulit Berkomunikasi
Ketika anak mengalami sulit komunikasi maka perilaku beradaptasi akan
mengalami ganngguan terutama ketika mereka berkomunikasi. Dimana ABK
seringkali memiliki hambatan berbicara dan sulit bicara meskipun usianya sudah
dewasa.
2. Kesulitan Belajar
Anak dengan kesulitan belajar merupakan individu yang memiliki gannguan pada
satu atau lebih kemampuan dasar psikologis. Bisaanya gelombang otaknya juga
terganggu sehingga menyebabkan anak tesrsebut mengalami IQ yang hanya rata-
rata ataupun diatas rata-rata sedikit. Bisaanya ABK dikategorikan sedang, berat
atau ringan dari IQ yang dimilikinya.
3. Kelainan Fisik
Secara fisik dan medis, umumnya beberapa ada kondisi fisik dan medis yang
sangat berbeda dengan anak kebanyakan. Misalnya jika ia mengalami komplikasi
dengan bagian organ tubuh lainnya. Hal ini sering terjadi karena kurang
sempurnanya proses pembelahan dalam kehamilan.
4. Bersikap Membangkang
Anak berkebutuhan khusus bisaanya sulit membedakan bahaya atau tidak, salah
atau tidak dan lain sebagainya.
5. Emosional
Emosional anak-anak ABK bukan hanya tempramen dan mudah marah melainkan
terjadi hal lainnya. Jika dilihat secara emosional, mereka seringkali terperosok
dalam kondisi kesepian, depresi dan juga hal-hal layaknya putus asa, merasa
sendiri dan kesal pada orang lain tanpa sebab jika moodnya sedang buruk.
6. Sulit Menulis atau Membaca
Untuk beberapa kasus anak ABK ada yang sulit mengekspresikan pikiran mereka
dengan tulisan dan tidak bisa membaca. Sulit memegang pena ataupun pensil
dengan benar.
8
7. Tidak Mengerti Arah
Anak berkebutuhan khusus sulit mencerna logika sendiri. Terkadang mengalami
disorientasi, seperti disorientasi waktu ataupun arah. Anak seringkali bingung saat
ditanya jam berapa sekarang, kemungkinan ia hanya mengingat bahasa yang
diajarkan seperti pukul 6 petang ia sebut atau sore, namun pukul 4 ketika matahari
terbenam ia tidak akan menyebut pukul melainkan tetap sore.
8. Bersikap Sesuai Kebisaaan
Anak ABK khususnya mereka yang autisme sangat perhatian dengan urutan atau
rutinitas atapun kebisaaan sehari-hari. Ketika ritual mereka berubah misalnya
setelah makan menjadi mandi atau dibalik setelah makan ia harus berolahraga
dulu baru mandi, maka ia akan menjadi gelisah, cemas jika rutinitas tersebut
berubah atau terganggu.
9. Senang Meniru
Senang meniru atau membeo (echolalia) merupakan salah satu karakteristik ABK.
Psikologi Abnormal menjelaskan bahwa banyak sekali ciri yang dimengerti atau
dipahami oleh orang tua untuk bisa menilai apakah anaknya mengalami ABK atau
tidak. Salah satunya adalah meniru. Semua anak senang meniru, namun ada
beberapa anak ABK yang bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau
nyanyian tersebut tanpa mengerti artinya.
10. Berbicara Tanpa Henti
Beberapa anak ABK senang mengoceh tanpa arti berulang-ulang. Akan bahaya
jika pembicaraan ini termasuk ke dalam bahasa yang tidak boleh diucapkan atau
dilarang. Karena anak-anak seperti ini seringkali membantah dan tidak mau
menuruti perintah larangan.
11. Bertindak Gugup
Ketika anak berkebutuhan khusus merasa cemas maka ia akan melakukan
perbuatan-perbuatan aneh, sama halnya seperti orang normal hanya saja mereka
lebih random.
12. Iri pada Orang Lain
Anak berkebutuhan khusus masih berpikir dan berperasaan layaknya anak balita.
Sikap iri hati yang selalu merasa kurang senang ketika orang lain senang atau
mendapatkan sesuatu yang menguntungkan.
13. Sensitifitas Tinggi
Mereka memang tidak mengerti apa yang anda bicarakan atau perintah umum
yang tidak bisa mereka jalankan. Namun ABK bisa menjadi sangat sensitive
terhadap hal-hal yang merangsang seperti sentuhan, cahaya, atau suara (misalnya,
tidak menyukai suara keras atau hanya merespon ketika suara yang sangat keras,
disebut juga gangguan integrasi sensorik).
14. Trigered tanpa Alasan
Menangis, marah, tertawa, atau tertawa tanpa alasan yang diketahui atau pada
waktu yang salah merupakan langganan anak-anak berkebutuhan khusus.
15. Introvert
9
Ketika lingkungan yang menyenangkan dan memanjakan didapatkan oleh ABK,
yang ada mereka akan merasa nyaman dan tidak berkembang dengan baik.
Mereka dapat terpengaruhi sehingga terjadi ketidakmampuan dalam penyesuaian
mental dan emosi. Selain itu ada beberapa anak berkebutuhan khusus yang
memang menunjukkan kondisi yang lebih neirotik, misalnya ia mengalami
masalah ketika berada di lingkungan ramai atau banyak orang asing dan bisa jadi
ia menjadi orang dengan sifat introvert.
16. Berprasangka
Anak berkebutuhan khusus memang tidak bisa berpikir rumit namun mereka bisa
berprasangka. Beberapa dari mereka suka menafsirkan secara negative, adanya
rasa cemburu dan prasangka karena tidak diperlakukan dengan adil sehingga
memicu kemarahan random mereka yang tidak diprediksi dan kurang mampu
dalam mengendalikan diri.
17. Melukai Diri Sendiri
Kenapa anak-anak berkebutuhan khusus harus ditemani. Karena mereka tidak
mengerti mana bahaya atau tidak bahaya. Ada sebagian perilaku melukai diri
sendiri ketika anak berusia lebih kecil. Meskipun tingkatannya tidak tinggi seperti
mencakar atau memukul diri sendiri dan untuk anak praremaja dan remaja bisaa
mengiris kulitnya atau membakar.
D. Kebutuhan Khusus Yang Dapat Diberikan Pada Permasalahan Fisik Dengan Usia
Anak Dibawah 21 Tahun
1. Jadilah pendengar yang baik
2. Hormati privasi anak
3. Sepakati aturan-aturan penting
4. Berikan motivasi untuk cita-citanya
5. Berikan informasi dalam bergaul
6. Sampaikan cara mengelola stress
Tata laksana masalah kesehatan reproduksi pada catin disesuaikan dengan penyakit /
kondisi kesehatan sesuai standar pelayanan : KIE, pelayanan gizi, skrining dan
imunisasi TT, pengobatan, terapi dan rujukan.
Tata laksana :
Setiap ibu hamil berkebutuhan khusus mendapat pelayanan
ANC sesuai standar (minimal 4x, sesuai jadwaal,
Pemeriksaan meliputi 10T termasuk pemeriksaan psikologis penyandang disabilitas
hamil, dengan pendampingan saat pelaksanaannya
Pelayanan pencegahan dan penanganan keguguran maupun persalinan premature.
4. Pelayanan Persalinan
Asuhan kebidanan yang diberikan berupa :
Melakukan KIE untuk meningkatkan pemahaman bagi penyandang disabilitas dan
keluarganya tentang kehamilan, persalinan, KBPP DAN manajemen laktasi,
persalinan difaskes oleh nakes, serta pemanfaatan buku KIA
Melakukan persalinan yang terencana sesuai keadaan klinis pasien,
Menolong persalinan sesuai standart, melakukan rujukan jika diperlukan
Memberikan pelayanan persalinan pada bumil penyandang disabilitas dengan
memperhatikan 5 aspek pelayanan yaitu : pengambilan keputusan yang tepat, asuhan
sayang ibu dan anak, pencegahan infeksi, pencatatan, dan rujukan pada kasus
komplikasi.
6. Pelayanan KB
Penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi dilakukan dengan cara yang dapat di
pertanggung jawabkan dari segi agama, norma budaya, etika serta segi kesehatan, dan
pendampingan, yang meliputi :
KIE tentang metode kontrasepsi pada ibu dan pendampingnya dengan sejelas-
jelasnya serta informed consent
Memberikan pelayanan kontrasepsi darurat pada penyandang disabilitas dengan kasus
korban kekerasan dan pemerkosaan guna mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
melakukan pelayanan KB pasca salin, KB interval, kontrasepsi darurat
melakukan pemasangan KB imlant ditempat yang sesuai dengan keadaan fisik ibu
8. Pencegahan Dan Penanganan Penyakit Tidak Menular (Ca Serviks Dan Mamae)
KIE tentang Ca serviks dan ca mamae pada penyandang disabilitas dan pasangannya
Melakukan pemeriksaan IVA atau sadari/ sadanis pada individu tersebut
Memberikan dukungan psikologis dan konseling pada penderita
16
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kelompok masyarakat yang beresiko tinggi (rentan) adalah kelompok yang berada
dalam kondisi atau situasi yang kurang memiliki kemampuan mempersiapkan diri dalam
menghadapi resiko bencana atau ancaman bencana. Penekanan pada resiko tinggi disini
karena kelompok jenis ini akan menanggung dampak terbesar dari munculnya resiko bencana
dibandingkan dengan kelompok masyarakat lain. Kelompok rentan sendiri meliputi
kelompok disabilitas, perempuan, anak-anak, lansia dan masyarakat adat.
Disabilitas adalah orang yang memiliki keterbatasan fisik, mental intelektual atau
sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sikap
masyarakatnya dapat menemui hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi penuh dan
efektif berdasarkan kesamaan hak.
Kelainan Genetik adalah suatu kondisi dimana terjadi perubahan sifat dan komponen
di dalam gen sehingga menimbulkan penyakit. Kondisi ini dapat disebabkan oleh mutasi baru
pada DNA atau kelainan pada gen yang diwarisi orang tua.
Ras adalah sekelompok orang yang berbagi asal budaya, geografis, bahasa, agama dan
latar belakang yang sama. Etnis berbeda dengan ras.
Masa remaja terdiri atas 3 subfase yang jelas, yaitu masa remaja awal (usia 11 - 14
tahun), masa remaja pertengahan (usia 15 - 17 tahun), dan masa remaja akhir (usia 18 - 21
tahun). (Wong, 2008).
Asuhan kebidanan yang diberikan meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitative. Upaya promotif berupa edukasi dan pemberian informasi kepada individu
berkebutuhan khusus yang masuk dalam kelompok rentan ini, guna menambah pengetahuan
mereka.
3.2 SARAN
Diharapkan semua bidan dapat mengimplementasikan asuhan kebidanan yang sesuai
standar kepada perempuan dan anak dalam kondisi rentan dengan permasalahan fisik.
17
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, Hani Puspita. 2018. Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan Anak dalam Kondisi
Rentan untuk Mahasiswa Kesehatan.Yogyakarta: Rena Cipta Mandiri
Husaini Usman, S. A. 2014. Pengantar Statistika. Bumi Aksara
Khairun Nisa, Sambira Mambela, and Luthfi Isni Badiah, “Karakteristik dan Kebutuhan Anak
Berkebutuhan Khusus
Abdullah. 2013 “Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus" Magistra 25 no. 86
Dosenpsikologi.com/karakteristik-anak-berkebutuhakhusus,“17”
https://doi.org/10.36456/abadimas.v2.i1.a1632. Mardi fitri, na’imah, “Faktor Yang
Mempengaruhi Perkembangan Moral Anak Usia Dini”. Al-Atfhaal. (Vol.1: No.1). hlm. 5.
Mega Iswari (PLB FIP Universitas Negeri Padang), 2007, “Pendidikan Kecakapan Hidup Bagi
Anak Berkebutuhan Khusus,” (Accesed November 06, 2022)
http://repository.unp.ac.id/1019/1/MEGA ISWARI_286_09.pdf. Nandiyah Abdullah, “Mengenal
Anak Berkebutuhan Khusus,” Magistra 25, no. 86 (2013): 1–10. (Accesed November 06, 2022)
https://www.academia.edu/31661651/Mengenal_Anak_Berkebutuhan_Khusus. (Accesed
November 06, 2022)
18