Professional Documents
Culture Documents
Annisa Cahya Madani - Analisis Kedaulatan Dan Yurisdiksi Indonesia Dalam Sengketa Indonesia-Australia Pada Kasus Pencemaran Lintas Batas Montara
Annisa Cahya Madani - Analisis Kedaulatan Dan Yurisdiksi Indonesia Dalam Sengketa Indonesia-Australia Pada Kasus Pencemaran Lintas Batas Montara
Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
8111421626
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ni Putu Suci Meinarni, ‘Hambatan Dalam Penyelesaian Sengketa Kasus Minyak Montara’, Jurnal
Komunikasi Hukum (JKH), 3.2 (2017), 84 <https://doi.org/10.23887/jkh.v3i2.11826>.
2
Rini Siti Juariah, ‘Analisis Putusan Pengadilan Federal Australia Atas Kasus Montara Dan Implikasinya
Terhadap Sengketa Pencemaran Laut Lintas Batas Di Masa Depan’, 3.11 (2022), 930–52.
4
Pemerintah Australia, hingga akhirnya dianggap gagal.3 Di tahun 2017, gugatan kepada
pemerintah Federal Australia dan PTTEP didaftarkan ke Pengadilan Negeri Jakarta, akan
tetapi dicabut dengan alasan ingin memperkuat gugatan, selanjutnya pemerintah juga
membentuk satgas untuk membantu proses gugatan. Dengan berbekal data yang sudah
dikumpulkan oleh satgas, pemerintah Indonesia kembali mengajukan gugatan ganti rugi
kepada PTTEP Australasia ke salah stau pengadilan federal Australia, di tahun 2021
gugatan dimenangkan oleh korban dari minyak Montara.4 Setelah gugatan dimenangkan
oleh Indonesia, PTTEP mengajukan banding dan siding dilakukan pada Juni 2022.
Hasilnya pada November 2022 kemarin, PTTEP bersedia untuk mengganti rugi sesuai
dengan keputusan Pengadilan Federal Australia.5 Sementara itu, penyusunan Perpres
masih dilakukan dan apabila Perpres tersebut telah selesai maka pemerintah akan
melayangkan gugatan baik di dalam maupun luar negeri.6
3
Ibid.
4
Ibid.
5
‘Kasus Tumpahan Minyak Montara, Luhut: PTTEP Bersedia Ganti Rugi Rp2 Triliun’
<https://www.voaindonesia.com/a/kasus-tumpahan-minyak-montara-luhut-pttep-bersedia-ganti-rugi-
rp2-triliun/6848996.html> [accessed 5 December 2022].
6
‘Pemerintah Indonesia Terus Berupaya Tangani Kasus Tumpahan Minyak Montara’
<https://maritim.go.id/detail/pemerintah-indonesia-terus-berupaya-tangani-kasus-tumpahan-minyak-
montara> [accessed 5 December 2022].
5
di badan air sisebabkan oleh beberapa hal, seperti tumpahan, kecelakaan, sabotase, dan
kesengajaan.7
Mengenai lingkungan perairan, Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa
(United Nation Convention on The Law of The Sea) telah mengatur hal-hal yang
menyangkut perairan sedemikian rupa, termasuk pencemaran yang terjadi di atas
perairan. Dalam United Nation Convention on The Law of The Sea (UNCLOS), tiap-tiap
negara berdaulat diizinkan untuk mengeksplorasi dan mengksploitasi kekayaan alamnya
serta mewajibkan bagi seluruh negara untuk melindungi dan melestarikan lingkungan
laut.8 Selain UNCLOS, ada pula peraturan hukum internasional lain yang mengatur
pencemaran karena tumpahan minyak, seperti Convention on The High Seas 1958 “setiap
negara wajib mengadakan peraturan-peraturan untuk mencegah pencemaran laut yang
disebabkan oleh eksplorasi dan eksploitasi dasar laut dan tanah di bawahnya dengan
memperhatikan ketentuan-ketentuan perjanjian internasional yang ada mengenai masalah
ini”. Indonesia telah meratifikasi UNCLOS dengan UU No,or 17 Tahun 1985 tentang
Pengesahan UNCLOS. Itu artinya, Indonesia memiliki wewenang untuk memanfaatkan,
melindungi, dan memelihara sumber-sumber kekayaan yang berada di laut.9 Setelah
meratifikasi UNCLOS, Indonesia juga memiliki UU terkait perairan di Indonesia, yaitu
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014
tentang Kelautan.
7
Anggita Larasati, ‘MENYELESAIKAN SENGKETA PENCEMARAN LAUT INTERNASIONAL TERKAIT
TUMPAHNYA MINYAK MONTARA ANTARA INDONESIA DAN AUSTRALIA DI TIMOR LESTE’.
8
Suci Meinarni. Op. Cit. hlm. 85
9
Faturrahman Ahmad Fauzi, ‘TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TERHADAP KASUS KILANG MINYAK
MONTARA DI LAUT TIMOR. (Studi Kasus Kilang Minyak Montara Di Laut Timor)’, Repository UIN Jakarta,
2018 <http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/44023>.
10
Pasal 52 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 Tentang Kelautan
11
Pasal 56 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 Tentang Kelautan
6
Atas terjadinya kasus pencemaran lintas batas Montara ini, Indonesia memiliki
kewenangan untuk menjaga wilayah lautnya dan juga menyelesaikan sengketa tersebut
sesuai dengan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan hukum nasional
dan internasional yang ada. Sayangnya, belum ada aturan khusus yang mengatur tentang
pencemaran minyak yang bersumber dari pengeboran minyak lepas pantai.12
12
Suci Meinarni. Op. Cit. hlm. 86
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setiap negara yang berdaulat memiliki kewenangan untuk membuat dan menjalankan
yurisdiksinya. Indonesia memiliki wewenang untuk menjaga dan melestarikan
wilayahnya, oleh karena itu kebocoran ladang minyak Montara yang menyebabkan ZEE
Indonesia mengalami tercemar minyak dan ribuan orang kehilangan pekerjaan, dapat
ditindaklanjuti untuk diselesaikan demi tetap menjaga wilayah perairan Indonesia.
Tentunya penyelesaian sengketa tetap harus sesuai dengan instrument hukum yang sudah
berlaku dengan tetap memerhatikan hak dan kewajiban masing-masing pihak.
3.2 Saran
Belum adanya aturan khusus mengenai pencemaran minyak yang berasal dari
pengeboran lepas pantai menjadi salah satu penyebab penyelesaian kasus Montara antara
Indonesia-Australia kemarin mengalami hambatan. Setelah mengalami kasus ini, kiranya
Indonesia bisa mengusulkan agar instrument hukum terkait pencemaran minyak yang
berasal dari pengeboran lepas pantai segera disusun.
8
DAFTAR PUSTAKA
Kasus Tumpahan Minyak Montara, Luhut: PTTEP Bersedia Ganti Rugi Rp2 Triliun.
(n.d.). Retrieved December 5, 2022, from https://www.voaindonesia.com/a/kasus-
tumpahan-minyak-montara-luhut-pttep-bersedia-ganti-rugi-rp2-
triliun/6848996.html