You are on page 1of 18

MAKALAH PENDIDIKAN INKLUSIF

“Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus”

Oleh :

Kelompok 7

Mustakim : A1G121064

Titin Priana : A1G121079

Aproita : A1G121090

Haslina : A1G121100

La Ode Anan Maulana Arimu : A1G121113

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat,
karunia, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Ibu Dra. Sakka Hasan, M.Pd. pada mata kuliah Pendidikan Inklusif.
Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan kita tentang
karakteristik anak berkebutuhan khusus bagi para pembaca dan juga kami sebagai
penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu pada bidang studi
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan kami sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami menyadari
makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
dari semua pembaca sangat kami nantikan untuk menjadi acuan kami agar bisa
menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Kendari, Februari 2023

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................2

C. Tujuan Penulisan............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Anak Berkebutuhan Khusus...........................................................................3

B. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus.....................................................4

BAB III PENUTUP..............................................................................................14

A. Kesimpulan...................................................................................................14

B. Saran.............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan penanganan


khusus karena adanya gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami anak.
Berkaitan dengan istilah disability, maka anak berkebutuhan khusus adalah anak
yang memiliki keterbatasan di salah satu atau beberapa kemampuan baik itu
bersifat fisik seperti tunanetra dan tunarungu, maupun bersifat psikologis seperti
autism dan ADHD.

Konsep anak berkebutuhan khusus memiliki arti yang lebih luas


dibandingkan dengan pengertian anak luar biasa. Anak berkebutuhan khusus
adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik,
berbeda dengan anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus ini mengalami
hambatan dalam belajar dan perkembangan. Oleh sebab itu mereka memerlukan
layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan belajar masing-masing anak.
Sekarang ini para penyandang difabel masih sering kali dipandang sebelah mata
bagi masyarakat luas, hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor beberapa
diantaranya disebabkan oleh keterbatasan mereka untuk melakukan suatu aktivitas
dan keterbatasan mereka terhadap kemampuan fisik mereka. Pandangan
masyarakat yang negatif terhadap kelompok difabeljuga menyebabkan kelompok
tersebut sulit untuk mendapatkan kedudukan, hak, kewajiban dan peran yang
sama dengan masyarakat lainnya di segala aspek kehidupan dan penghidupan.

Kondisi masyarakat saat ini masih banyak yang belum terbuka dengan
ABK. Permaslahan ini menunjukkan budaya masyarakat Indonesia yang masih
belum tumbuh menjadi budaya yang inklusif yang ramah dengan ABK. Penulisan
artikel ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada pembaca tentang

1
karakteristik setiap jenis ABK dan bagaimana pemenuhan kebutuhan layanan
yang disesuaikan dengan setiap karakteristik mereka

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian anak berkebutuhan khusus?

2. Apa karakteristik anak berkebutuhan khusus?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian anak berkebutuhan khusus

2. Untuk mengetahui karakteristik anak berkebutuhan khusus

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus didefinisikan sebagai anak yang membutuhkan


pendidikan serta layanan khusus untuk mengembangkan potensi kemanusiaan
mereka secara sempurna. Penyebutan sebagai anak berkebutuhan khusus,
dikarenakan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, anak ini membutuhkan
bantuan layanan pendidikan, layanan sosial, layanan bimbingan dan konseling,
dan berbagai jenis layanan lainnya yang bersifat khusus. Menurut Heward, ABK
ialah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya
tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi, atau fisik.
Sedangkan menurut Ilahi menjelaskan ABK sebagai berikut. Anak berkebutuhan
khusus adalah mereka yang memiliki kebutuhan khusus sementara atau permanen
sehingga membutuhkan pelayanan pendidikan yang lebih intens. ABK adalah
mereka yang memiliki perbedaan dengan rata-rata anak seusianya atau anak-anak
pada umumnya. Perbedaan yang dialami ABK ini terjadi pada beberapa hal, yaitu
proses pertumbuhan dan perkembangannya yang mengalami kelainan atau
penyimpangan baik secara fisik, mental, intelektual, sosial maupun emosional.

Pengertian anak berkebutuhan khusus memiliki arti yang lebih luas apabila
dibandingkan dengan pengertian anak luar biasa. Anak berkebutuhan khusus
adalah anak yang dalam pendidikannya memerlukan pelayanan yang spesifik dan
berbeda dengan anak pada umumnya. Menurut Mangunsong, penyimpangan yang
menyebabkan anak berkebutuhan khusus berbeda terletak pada perbedaan ciri
mental, kemampuan sensori, fisik dan neuromoskuler, perilaku sosial dan
emosional, kemampuan berkomunikasi, maupun kombinasi dua atau tiga dari hal-
hal tersebut.

3
Berdasarkan beberapa definisi yang telah diberikan oleh para tokoh di atas,
anak berkebutuhan khusus dapat didefinisikan sebagai individu yang memiliki
karakteristik fisik, intelektual, maupun emosional, di atas atau di bawah rata-rata
individu pada umumnya

B. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus

Setiap anak yang berkebutuhan khusus memiliki karakteristik yang


berbeda-beda. Adapun karakteristik yang akan dibahas dalam tulisan ini
mencakup anak-anak yang mengalami kelainan fisik, mental-intelektual, maupun
sosial emosiaonal, yang dilihat dari berbagai segi.

1. Anak Berkelainan Fisik

Kelainan fisik adalah kelainan yang terjadi pada satu atau lebih organ
tubuh tertentu. Akibat kelainan tersebut timbul suatu keadaan pada fungsi fisik
tubuhnya tidak dapat menjalankan tugasnya secara normal. Tidak berfungsinya
anggota fisik terjadi pada: alat fisik indra, misalnya kelainan pada indra
pendengaran (tunarungu), kelainan pada indra penglihatan (tunanetra), dan
kelainan pada fungsi organ bicara (tunawicara) dan kelainan pada pada sistem
otot, tulang, dan persendian (tunadaksa).

a) Karakteristik Anak Tunanetra

Anak tunanetra adalah anak-anak yang mengalami kelainan atau gangguan


fungsi penglihatan yang dinyatakan dengan tingkay ketajaman penglihatan atau
visus sentralitas di atas 20/200 dan secara paedagosis membutuhkan layanan
khusus dalam belajarnya di sekolah.

Beberapa karakteristik anak-anak tunanetra adalah:

1) Secara fisik anak-anak tunanetra nampak sekali adanya kelainan pada


organ matanya yang secara nyata dapat dibedakan dengan anak-anak
normal pada umumnya, hal ini terlihat dalam aktivitas mobilitas dan
respon motorik yang merupakan umpan balik dari stimuli visual.

4
2) Dilihat dari segi motorik anak tunanetra kurang mampu melakukan
orientasi lingkungan sehingga mereka harus belajar bagaimana berjalan
dengan anak dan efisien dalam suatu lingkungan dengan berbagai
keterampilan orientasi dan mobilitas.

3) Anak tunanetra sering menunjukkan perilaku stereotip, sehingga


menunjukkan perilaku yang tidak semestinya, misalnya sering menekan
matanya, membuat suara dengan jarinya, menggoyang-goyangkan kepala
dan badan atau berputar-putar.

4) Pada dasarnya anak-anak tunanetra kemampuan akademiknya seperti anak


normal pada umumnya hanya saja pengaruhnya pada perkembangan
keterampilan akademis, khususnya dalam bidang membaca dan menulis.
Dengan kondisi yang demikian maka tunanetra mempergunakan berbagai
alternatif media atau alat untuk membaca dan menulis sesuai dengan
kebutuhannya masing-masing. Misalnya menggunakan huruf braille atau
huruf cetak dengan berbagai alternatif ukuran. Dengan penilaian dan
pembelajaran yang sesuai, tunanetra dapat mengembangkan kemampuan
membaca dan menulisnya seperti anak-anak lain yang dapat melihat.

5) Anak tunanetra sering mempunyai kesulitan dalam melakukan perilaku


sosial yang benar. Hal ini akibatnya dari ketunanetraannya yang
berpengaruh terhadap keterampilan sosial, oleh sebab itu perlu
mendapatkan latihan langsung dalam bidang pengembangan persahabatan,
menjaga kontak mata atau orientasi wajah, penampilan postur tubuh yang
bai, mempergunakan gerakan tubuh dan ekspresi wajah, mempergunakan
inotasi suara atau wicara dalam mengekspresikan perasaan,
menyampaikan pesan yang tepat pada waktu melakukan komunikasi.
Dengan adanya keterbatasan pada anak tunanetra maka mengakibatkan
dalam memperoleh pengalaman sangat sedikit. Hal ini berpengaruh pada
sikapnya, dimana ia selalu curiga, mudah tersinggung dan terfantung pada
orang lain dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.

5
b) Katakteristik Anak Tunarungu

Tunarungu adalah anak yang memiliki kondisi ketidakfungsian organ


pendengarannya atau telinganya. Kondisi ini menyebabkan mereka memiliki
karakteristik yang berbeda dengan anak normal lainnya. Adapun karakteristiknya
diantaranya adalah;

1) Anak tunarungu dari segi fisik berjalannya kaku, agak membungkuk,


bernafasnya pendek, tidak teratur dan cara melihatnya agak beringas.

2) Anak tunarungu bahasanya miskin akan kosa kata, sulit mengartikan kata-
kata yang mengandung ungkapan dan tata bahasanya kurang teratur.

3) Anak tunarungu intelektualnya normal, namun akibatnya dari


keterbatasannya dalam berkomunikasi dan berbahasa makan
perkembangannya menjadi lamban. Hal ini mengakibatkan perkembangan
akademiknya mengalami keterlambatan.

4) Anak tunarungu dalam hubungan sosialnya denga orang lain sering merasa
curiga, bersikap agresif. Hal ini terjadi karena mereka tidak dapat
memahami apa yang dibicarakan orang lain akibat dari kelainan pada
fungsi pendengarannya.

c) Karakteristik Anak Tunawicara

Tuna wicara atau disabilitas wicara adalah individu yang mengalami


kesulitan atau hambatan dalam komunikasi verbal sehingga mengalami kesulitan
dalam berkomunikasi. Hal ini mungkin disebabkan oleh tidak adanya atau
disfungsi organ bicara, seperti rongga mulut, lidah, langit-langit mulut seperti
rongga mulut dan pita suara, selain tidak adanya atau disfungsi organ
pendengaran, mengakibatkan keterlambatan perkembangan bahasa. Adapun
karakteristik anak tuna wicara yaitu:

6
1) Pada umumnya anak tuna wicara memiliki kelambatan dalam
perkembangan bahasa wicara bila dibandingkan dengan perkembangan
bicara anak-anak normal.

2) Dalam melakukan interaksi sosial di masyarakat banyak mengandalkan


komunikasi verbal, hal ini yang menyebabkan tuna wicara mengalami
kesulitan dalam penyesuaian sosialnya. Sehingga anak tuna wicara
terkesan agak terisolasi dari kehidupan masyarakat normal.

Ciri-ciri fisik dan psikis anak tunawicara diantaranya berbicara keras dan
tidak jelas, suka melihat gerak bibir atau gerak tubuh teman bicaranya, telinga
mengeluarkan cairan, biasanya menggunakan alat bantu dengar, bibir sumbing,
suka melakukan gerakan tubuh,cenderung pendiam, suara sengau, cadel.

d) Karakteristik Anak Tunadaksa

Anak tunadaksa adalah anak-anak yang mengalami kelainan fisik atau


cacat tubuh, yang mencakup kelainan anggota tubuh maupun yang mengalami
kelainan anggota gerak dan kelumpuhan yang disebabkan karena kelaianan yang
ada di syaraf pusat atau otak. Kelaianan seperti ini disebut dengan cerebral
palacsy (CP), dengan karakteristik sebagai berikut:

1) Gangguan motorik meliputi motorik halus dan kasar yang meliputi


kekakuan, kelumpuhan, gerakan-gerakan yang tidak dapat dikendalikan,
gerakan ritmis dan gangguan keseimbangan.

2) Gangguan sensoriknya berupa gangguan pada penglihatan, pendengaran,


perabaan, penciuman, dan perasa. Hal ini terjadi karena katidak
seimbangan otat-otat mata sebagai akibat kerusakan otak.

3) Tingkat kecerdsan pada anak cerebral palcsy bervariasi mulai dari tingkat
yang paling rendah sampai giffed. Sekitar 45% mengalami
keterbelakangan mental, dan 35% lagi mempunyai tingkat kecerdasan
normal dan di atas rata-rata sedangkan sisanya cenderung dibawah rata-
rata.

7
4) Anak cerebral palcsy mengalami gangguan wicara yang disebabkan oleh
kelainan motorik otot-otot wicara terutama pada organ artikulasi seperti
lidah, bibir, dan rahang bawah, ada pula yang disebabkan karena kurang
terjadi proses interaksi dengan lingkungan. Dengan kondisi seperti itu
maka anak-anak cerebral palcsy berbicara kurang jelas dan sulit diterima
oleh orang lain.

5) Emosi anak cerebral palcsy secara umum tidak jauh berbeda dengan anak-
anak normal pada umumnya, hal saja jika ada kebutuhan yang tidak
terpenuhi dapat menyebabkanemosinya tidak terkendali. Selain itu
dipengaruhi juga oleh sikap masyarakat terhadap anak-anak yang kurang
beruntung tersebut dapat menimbulkan anak rendah diri, mudah
tersinggung, menyendiri, kepercayaan dirinya kurang, kurang dapat
menyesuaikan diri dan kurang dapat bergaul dengan lingkungannya.

2. Anak Berkelainan Mental/Emosional

Anak kelainan dalam aspek mental adalah anak yang memiliki


penyimpangan kemampuan berpikir secara kritis, logis dalam menanggapi dunia
sekitarnya. Adapun beberapa contoh kelainan pada mental serta karakteristiknya.

a) Karakteristik Anak Tunagrahita

Untuk memahami karakteristik anak tunagrahita maka perlu disesuaikan


dengan klasifikasinya, karena setiap kelompok memiliki ciri yang berbeda-beda
sesuai dengan aspek-aspeknya yaitu antara lain; kecerdasan, sosial, fingsi mental,
dorongan dan emosi, kepribadian serta organisme. Dibawah ini masing-masing
aspek akan menejlaskan karakteristiknya, sebagai berikut:

1) Anak tunagrahita memiliki tingkat kecerdasan hanya mampu mencapai


setingkat usia mental anak sedolah dasar kelas 2 s/d 4. Dalam hal belajar
sukar memahami masalah yang bersifat abstrak, dan cara belajarnya
banyak membeo bukan dalam pengertian.

8
2) Dalam hal bersosialisasi anak tunagrahita mengalami keterlambatan jika
dibanding dengan anak normal pada umumnya. Selain itu anak tunagrahita
kurang dapat mengurus atau memelihara dirinya sendiri, sehingga selalu
tergantung pada orang lain.

3) Anak tunagrahita mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian.


Jangkauan perhatiannya sangat sempit dan cepat beralih, mudah lupa, sulit
mengungkapkan kambali suatu ingatannya sehingga kurang sangguo untuk
mengerjakan suatu tugas.

4) Anak tunagrahita keadaan emosinya lemah, dorongan biologisnya dapat


berkembang tetapi penghayatannya terbatas pada perasaan senang, takut,
marah, dan benci. Bagi anak tunagrahita ringan mempunyai kehidupan
emosi hampir sama dengan anak normal hanya saja kurang mampu
menghayati perasaan bangga serta kurang bertanggung jawab.

5) Anak tungrahita kemampuan bahasanya sangat terbatas, terutama yang


berkaitan dengan perbendaharaan kata yang abstrak. Pada anak tunagrahita
berat banyak yang mengalami gangguan bicara yang disebabkan cacat
artikulasi serra masalah pada pembentukan bunyi.

6) Anak tunagrahita mengalami kesulitan membaca dan menghitung, namun


demikian masih bisa dilatih untuk menghitung.

7) Anak tunagrahita mempunyai kepribadian tidak percaya diri, tidak mampu


mengontrol dan mengarahkan dirinya sehingga lebih banyak tergantung
pada orang lain.

8) Anak tunagrahita yang kategorinya berat kurang mampu


mengorganisasikan dirinya sendiri, hal ini dapat dilihat dari; sikap gerak
langkahnya kurang serasi, pendengaran dan penglihatannya tidak dapat
difungsikan, kurang rentan terhadap perasaan sakit, dan terhadap bau yang
kurang enak, serta makanan yang kurang enak.

9
Selain karakteristik seperti apa yang dijelaskan di atas, dapat
dispesifikasikan berdasarkan berat ringannya kelainan pada anak tunagrahita
yaitu;

1) Mampudidik, yaitu anak tunagrahita yang mempunyai kecerdasan anatar


50-70 pada skala Binet maupun Weschler. Anak seperti ini masih
mempunyai kemampuan untuk didik dalam bidang akademis secara
sederhana yaitu membaca, menulis, dan berhitung.

2) Mampulatih, yaitu anak tunagrahita yang mempunyai IQ berkisar antara


30-50, kemampuan berfikirnya setara dengan anak normal umur 8 tahun.
Anak seperti ini kurang mampu mengikuti pelajaran yang bersifat
akademik walaupaun sederhana, seperti membaca, menulis, dan berhitung.

3) Perlurawat, yaitu anak tunagrahita yang paling berat, mempunyai IQ


dibawah 25, anak seperti ini tidak mampu lagi dilatih keterampilan dan
selama hidupnya akan tergantung pada orang lain.

b) Karakterisktik Anak Tunalaras

Anak tunalaras adalah anak-anak yang mengalami gangguan perilaku yang


ditunjukkan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, baik disekolah maupun dalam
lingkungan sosialnya. Anak seperti ini mempunyai kecerdasan seperti anak
normal pada umumnya, hanya mereka mengalami masalah pada perilaku
sosialnya. Beberapa karakteristik yang menonjol dari anak-anak tunalaras adalah :

1) karakteristik Umum

a. Mengalami gangguan perilaku, suka berkelahi, memukul, menyerang,


merusak milik sendiri atau orang lain, melawan, berbohong, mencuri,
tidak bisa diam, tidak dipercaya dan sebagainya.

b. Mengalami kecemasan, khawatir, cemas, ketakutan, merasa tertekan,


tidak mau bergaul, menarik diri, bimbang, sering menangis, mali,
dsb.nya.

10
c. Kurang dewasa, suka berfantasi, berangan-angan, mudah dipengaruhi,
kaku, pasif, suka mengantuk, mudah bosan dan sebagainya.

d. Agresif, memiliki geng jahat, suka mencuri dengan kelompoknya,


royal terhadap teman jahatnya, sering bolos sekolah, sering pulang
larut malam, suka minggat dari rumah, dan sebagainya.

2) Karakteristik Sosial atau Emosi

a. Sering melanggar norma masyarakat

b. Sering mengganggu dan bersifat agresif

c. Secara emosional sering merasa rendah dan mengalami kecemasan.

3) Karakteristik Akademik

a. Prestasi belajarnya sering kali jauh dibawah rata-rata

b. Seringkali tidak naik kelas

c. Seringkali membolos sekolah

d. Seringkali melanggar peraturan sekolah dan lalu-lintas

3. Anak Berkelainan Akademik

Anak berkelainan akademik adalah anak-anak yang memiliki perbedaan


dari anak-anak normal secara akademik baik memiliki intelektual diatas rata-rata
maupun memiliki kesulitan dalam belajar sehingga anak-anak semacam ini
membutuhkan perlakuan khusus

a) Karakteristik Anak Berbakat

United States Office of Education (USOE) mendefiniksikan anak-anak


berbakat adalah mereka yang oleh orang-orang profesional diidentifikasikan
sebagai anak-anak yang mampu mencapai prestasi tinggi karena mereka memiliki

11
kemampuan-kemampuan yang unggul. Anak berbakat adalah anak-anak
mengalami intelektual di atas rata-rata, yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut;

1) Karakteristik intelektualnya menunjukkan

a) Proses belajarnya sangat cepat

b) Tekun dan rasa ingun tahunya besar

c) Rajin membaca

d) Memiliki perhatian yang lama dalam suatu bidang khusus

e) Memiliki pemahaman yang sangat maju terhadap suatu konsep

f) Memiliki sifat kompetitif yang tinggi dalam suatu bidang akademik

2) Karakteristik Sosial-Emosional

a) Mudah diterima teman-teman dan orang dewasa.

b) Melibatkan diri dalam berbagai kegiatan sosial dan memberikan


sumbangan pemikiran yang konstruktif.

c) Kecenderungan sebagai pemisah dalam suatu pertengkaran

d) Memiliki kepercayaan tentang persamaan semua orang dan jujur

e) Memiliki rasa tenggang rasa pada orang lain

f) Bebas dari tekanan emosi, dan mampu mengontrol emosinya sesuai


situasi, dan merangsang perilaku produktif bagi orang lain.

g) Memiliki kapasitas yang luar biasa dalam menanggulangi masalah


sosial.

3) Karakteristik Fisik-Kesehatan

a) Penampilan rapi dan menarik

12
b) Kesehatannya berada lebih baik di atas rata-rata.

b. Karakterisik Anak Berkesulitan Belajar

Berkesulitan belajar merupakan salah satu jenis anak berkebutuhan khusus


yang di tandai dengan adanya kesulitan untuk mencapai standar kompetensi yang
sudah di tentukan dengan mengikuti pembelajaran konvensional. Adapun ciri-
cirinya ditunjukan dengan;

1) Adanya kesenjangan antara potensi dengan prestasi yang dicapainya.

2) Memiliki kesulitan pada satu bidang akademik atau lebih.

3) Usaha belajarnya maksiamal tetapi hasilnya tidak maksimal.

13
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari makalah yang kami buat dapat disimpulkan anak berkebutuhan


khusus didefinisikan sebagai anak yang membutuhkan pendidikan serta layanan
khusus untuk mengembangkan potensi kemanusiaan mereka secara sempurna.
Kelainan fisik adalah kelainan yang terjadi pada satu atau lebih organ tubuh
tertentu. Akibat kelainan tersebut timbul suatu keadaan pada fungsi fisik tubuhnya
tidak dapat menjalankan tugasnya secara normal. Tidak berfungsinya anggota
fisik terjadi pada: alat fisik indra, misalnya kelainan pada indra pendengaran
(tunarungu), kelainan pada indra penglihatan (tunanetra), dan kelainan pada fungsi
organ bicara (tunawicara) dan kelainan pada pada sistem otot, tulang, dan
persendian (tunadaksa). Anak kelainan dalam aspek mental adalah anak yang
memiliki penyimpangan kemampuan berpikir secara kritis, logis dalam
menanggapi dunia sekitarnya. Contohnya seperti tunagrahita dan tunalaras. Anak
berkelainan akademik adalah anak-anak yang memiliki perbedaan dari anak-anak
normal secara akademik baik memiliki intelektual diatas rata-rata maupun
memiliki kesulitan dalam belajar sehingga anak-anak semacam ini membutuhkan
perlakuan khusus

B. Saran

Dalam mengajarkan anak yang berkebutuhan khusus kita tidak bisa


memaksa kemampuan anak seperti yang kita mau. Namun sesuai dengan
kemampuan anak tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA

Febri Y, 2015. Implementasi pendidikan karakter anak berkebutuhan khusus.


Journal of primary education 4(2), 77-84.

Khairun N, 2018. Karakteristik dan kebutuhan anak berkebutuhan khusus. Jurnal


Abadimas Adi Buana 2(1), 33-40.

Akhmad, F. 2021. Karakteristik dan Model Bimbingan atau Pendidikan Islam


bagi ABK Tuna Wicara. Masaliq. 1(3).

Aura, S. 2022. Konsep Dasar Anak Berkebutuhan Khusus. Masaliq. 2(1).

Ilahi. 2013. Pendidikan Inklusi: Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Depublish


(Grub Penerbitan CV Budi Utama).

Nisa, K. 2018. Karakteristik dan Kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus.


Abadimas Adi Buana. 2(1).

15

You might also like