You are on page 1of 10

PSIKOEDUKASI KESEHATAN MENTAL

Disusun untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester

Mata Kuliah Kesehatan Mental

Dosen Pengampu: Selly Candra Ayu, M.Si

Oleh:
Kelas F

M. Ali Shodiqin 19410039

Rifqi Nazahah N 19410061

M. Ulyaul Umam 19410066

Sa’adah 19410067

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2022
LAPORAN PSIKOEDUKASI KESEHATAN MENTAL

Topik/Tema Menjadi Pribadi Sehat Mental dengan Hidup yang Bermakna

Setting Balkon Gedung B UIN Maulana Malik Ibrahim Malang


Tempat

Setting Desain Kami memilih untuk mengadakan psikoedukasi mengenai kesehatan


mental. Adapun tahapan kegiatan psikoedukasi yang telah dilaksanakan
sebagai berikut:
1. Kegiatan dibuka oleh Direktur LSO Tahfidz Al Qur’an dan
selanjutnya diserahkan ke narasumber
2. Narasumber menyampaikan materi seputar kebermaknaan hidup
3. Dilanjutkan sesi diskusi terkait materi yang telah disampaikan
4. Sesi terakhir adalah penutupan

Tujuan Psikoedukasi ini dilakukan karena beberapa tujuan, diantaranya:


1. Menambah wawasan peserta mengenai kebermaknaan hidup
2. Memberikan informasi mengenai cara agar hidup bisa lebih
bermakna
3. Memberikan semangat khususnya kepada kaum muslim untuk
menjadi pribadi yang sehat mental

Jumlah Psikoedukasi ini dihadiri 10 mahasiswa dari anggota LSO Tahfidz


Peserta
Fakultas Psikologi

Hasil Observasi
Peserta menyimak materi dengan seksama dan aktif bertanya saat sesi
diskusi dibuka.

Wawancara

Question:
“Bagaimana kesan anda setelah mengikuti psikoedukasi mengenai
kebermaknaan hidup ini?”
Answer:
 S1: Saya merasa mendapatkan jawaban dari masalah2 yang selama
ini saya rasakan.. kadang saya juga merasa bingung kenapa belum
bisa konsisten dengan apa yang dijalani selama ini.. nah dari yang
saya tangkap tadi konsisten memang penting.. dan harus bisa
konsisten dengan apa yang kita jalani sekarang, meski sedikit yang
penting konsisten. Dan penjelasan tadi sangat bermanfaat sekali.
Mungkin itu saja yang dapat saya sampaikan mohon maaf kalau
ada kata yang kurang atau tidak sesuai.
 S2: Saya mendapatkan pencerahan, saya mendapatkan kunci
untuk melakukan apa yg saya ingin lakukan.
 S3 : Dari penjelasan tadi menjadi pengingat bagi saya untuk
melakukan segala hal tidak dengan tergesa-gesa dan senantiasa
bersabar dalam usaha kita dengan istiqomah. Setiap kesusahan
pasti ada jalan keluarnya.
 S4: Terenyuh dengan penjelasan dan mencoba memahami diri
sendiri.
 S5: Ternyata selama ini saya masih kurang sabar dalam menjalani
hidup, dan kadang terlalu suudzon kepada Allah.\
 S6 : Alhamdulillah dapat pencerahan yang amat dalam tentang
pembahasannya
 S7 : Alhamdulillah, jadi sadar pentingnya mengambil pelajaran
dari setiap takdir yang diberikan Allah agar hidup bisa lebih
bermakna.

Manfaat Yang Dari psikoedukasi yang telah dilakukan, manfaat yang bisa diambil adalah
Bisa diambil
sebagai berikut:
1. menyadarkan diri untuk selalu berprasangka baik kepada Allah
SWT
2. memotivasi untuk menemukan makna hidup dari setiap takdir
yang telah digariskan
3. Menyadarkan diri bahwa setiap kesulitan yang Allah berikan pasti
banyak kemudahan di dalamnya dan kesulitan itu tidak mungkin
selamanya, pasti akan berakhir pada waktu yang tepat.

Pembahasan Battista dan Almond (1973) mengartikan makna hidup sebagai kehidupan
yang positif. Artinya bahwa hidup yang bermakna pada dasarnya
tergantung pada setiap individu dalam memahami kehidupan serta
bagaimana ia memaknai hidupnya sendiri. Frankl juga menjelaskan bahwa
kebermaknaan hidup merupakan cara pandang individu tentang sejauh
mana ia mengalami dan menghayati pentingnya keberadaan hidupnya.
Dengan memaknai hidup lebih dalam seseorang akan dapat melalui hal-
hal sulit seperti stress dan kegalauan di tengah pembelajaran.
Psikoedukasi ini mensosialisasikan bagaimana menjalani kehidupan pasca
pandemi covid 19 dengan lebih bahagia. Yakni melalui pemaknaan-
pemaknaan hidup yang bisa didapatkan dari peristiwa Covid 19 silam.
Pasalnya Victor Frankl menyebutkan bahwa makna hidup akan lebih
mudah didapatkan bila seseorang melewati masa-masa sulit. Seperti yang
telah menjadi kesepakatan bahwa pandemi covid hadir dengan berbagai
masalah, kesulitan dan keterbatasan di dalamnya. Hal tersebut tentu
jangan menjadi angin lewat yang begitu saja. Agaknya kita perlu
mengambil pesan-pesan yang terkandung didalamnya. Bagaimana pesan
itu dapat memperbaruhi makna hidup kita. Sehingga menjadikan hidup
kita menjadi lebih bahagia dengan kesehatan mental yang sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
(Daradjat, 2017; Fakhriyani, 2019; Kumparan.com, 2021; Michealson, 2011; Nurcahyo, 2018; Ryff, 1989; Ryff & Keyes, 1995; World Health Organization, 2022)

Daradjat, Z. (2017). Islam dan kesehatan mental. Yayasan Mitra Netra.

Fakhriyani, D. V. (2019). Kesehatan Mental. In Early Childhood Education Journal (Issue


November 2019). http://digilib.uinsby.ac.id/918/10/Daftar Pustaka.pdf

Kumparan.com. (2021). Pengertian Sehat Menurut WHO dan Aspek-Aspek Kesehatan.


Kumparan.Com. https://kumparan.com/kabar-harian/pengertian-sehat-menurut-who-
dan-aspek-aspek-kesehatan-1x1H5nqbyCq

Michealson, P. (2011). The Problem with Positive Psychology. WhyWeSuffer.Com.


https://whywesuffer.com/the-problem-with-positive-psychology/

Nurcahyo, H. (2018). Ilmu Kesehatan (Jilid 1). Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan.

Ryff, C. D. (1989). Happiness is everything, or is it? Explorations on the meaning of


psychological well-being. Journal of Personality and Social Psychology, 57, 1069–
1081. https://doi.org/10.1037/0022-3514.57.6.1069

Ryff, C. D., & Keyes, C. L. M. (1995). The structure of psychological well-being revisited. In
Journal of Personality and Social Psychology (Vol. 69, pp. 719–727). American
Psychological Association. https://doi.org/10.1037/0022-3514.69.4.719

World Health Organization. (2022). Preventing and Responding to Sexual Exploitation,


Abuse and Harassment. 2021(September 2021), 1–14.
Lampiran foto
Lampiran Bahan Psikoedukasi

MENJADI LEBIH BAHAGIA DENGAN MEMAKNAI HIDUP PASCA PANDEMI COVID 19


(Kajian Psikologi Islam)

Pandemi Covid 19 telah berakhir, selama kurang lebih 2 tahun setengah kita dihadapkan
dengan berbagai macam kesulitan dan keterbatasan. Mulai dari keterbatasan jarak hingga
banyak dari mereka yang kehilangan pekerjaan sampai kehilangan nyawa. Selayaknya,
pandemic covid tidak berlalu begitu saja, bagaikan sebuah angin yang terhembus tanpa kita
ambil makna-makna di dalamnya. Begitu banyak pelajaran penting, makna-makna yang tuhan
sisipkan, dan pesan yang dapat kita ambil dari kejadian yang sangat monumental ini.

Terjadinya Pademi Covid mengingatkan pada seorang tokoh psikologi asal Austria yang
bernama Victor Emil Frankl, seorang dengan karya luar biasanya berjudul “Man’s Search For
Meaning” tercatat terjual lebih dari 16 eksemplar yang tersebar di berbagai belahan dunia,
diterjemahkan dalam 49 bahasa dan 190 edisi dan telah mengubah hidup banyak orang.
Buku itu ia tulis bedasarkan dari pengalaman pribadinya yang selamat dari Holocaust. Ia
mencatat masa-masanya saat menjadi tawanan Nazi. Berbagai penderitaan, ketidakadilan
dan penyiksaan dirasakan oleh Frankl. Banyak korban berjatuhan bahkan memilih bunuh diri
karena saking tidak kuatnya menjalani hidup yang kelam. Belum lagi orang tua, saudara dan
istrinya yang sedang hamil saat itu akhirnya tewas juga dalam kamp. Dari semua penderitaan
dan keganasan yang dialaminya. Frankl menyimpulkan, menurutnya, kesedihan dan kesulitan
adalah hal yang tidak bisa kita hindari, tapi kita dapat memilih untuk menemukan makna di
dalamnya dan melangkah dengan tujuan baru dan lebih kuat.
Sebagai seorang pskiater, Frank kemudian membuat gagasan, bahwa motivasi terbesar
manusia adalah makna hidupnya, dengan makna hidup itu, orang akan dapat lebih bahagia,
lebih kuat menjalani berbagai kesulitan dan rintangan. Menurutnya makna hidup akan lebih
mudah diraih ketika seseorang melewati masa-masa sulit.

Without suffering and death, human life cannot be complete.


Tanpa penderitaan dan kematian, hidup manusia tidak akan lengkap
Viktor Frankl
Lalu bagaimana dengan anda dan kami, sudahkah Pandemi Coivd dengan segala kesulitan di
dalamnya telah berhasil memberikan makna hidup? , Memperbarui atau menguatkan makna
hidup anda sebelumnya? Bukankah Allah memerintahkan hal itu? Bukankah pasti sebenarnya
ada pesan dari-Nya atas semua ini? Mari kita renungkan bersama-sama.
ْ َّ ُ ْ َ َ َ َّ َ َ ُ ْ َّ َ ْ ُ ْ َ ْ َ َ َّ ْ َّ َ ْ ُ َ ْ
َ‫خب ْْي ِة‬ َ َ
ِ ‫واعلموا أن اْل ِلية لم تأ ِت المؤ ِمن لِلتهلك ِة و ِانما اتته لِلت‬
“Ketahuilah, bahwa setiap ujian (kesedihan, penderitaan dll) itu tidak datang kepada orang
yang beriman kerana untuk menghancurkannya, tapi hal itu datang karena sebagai
pengingat/pembawa pesan”
A. Setiap Kesulitan dan Kesedihan Pasti ada Habisnya
“Pain is only bearable if we know it will end, not if we denny it exits”
“Rasa sakit hanya dapat ditahan jika kita tahu itu akan berakhir, bukan ketika kita
menyangkal kehadirannya”
Viktor Frankl
Masa Pandemi Covid mengajarkan pada kita, bahwa tuhan tak selamanya
membiarkan hambanya dalam penderitaan dan kesusahan. Semua pasti akan berkahir
dan berganti. Wal hasil, kurang lebih 2,5 tahun pandemic covid lenyap. Nampaknya
hal ini sekilas terlihat sederhana, namun bayangkan saat kita merasa sedih, susah,
galau atau bahkan menderita, kadang pikiran kita menyudutkan bahwa seakan-akan
kita selamanya akan seperti itu, terpuruk dan sebagainya, seakan-akan sudah tak ada
jalan keluar lagi, bahkan terbesit pikiran “lebih baik mati saja”. Nampaknya hal
tersebut membuat kita lupa satu hal penting. Keyakinan kecil kita bahwa “semua akan
berakhir, semua akan baik-baik saja, tuhan akan tetap membersamai kita tak peduli
kondisi kita saat ini” akan membuat kita lebih kuat menghadapi hal yang tersulit
sekalipun. Bukankah tuhan itu baik, Dia menjamin semuanya itu akan berkahir,
menjamin bahwa pasti ada jalan keluar dan tak mungkin memberi suatu beban yang
melampaui kemampuan kita?
ْ َّ ْ َ ُ ‫َ ُ َ ِّ ُ ه‬
ۗ ‫اّٰلل نف ًسا ِاَل ُوس َع َها‬ ‫َل يكلف‬
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”
(QS. Al Baqarah: 286)
Oleh karena itu, kita harus yakin bahwa di setiap masa-masa sulit yang kita alami, Allah
akan selalu membersamai kita, sedia untuk senantiasa menolong, Dia tidak pernah
meninggalkan kita dan pasti akan memberikan yang kita inginkan. Begitulah janji Allah
yang diberikan kepada Nabi Muhammad saat beliau berada pada titik kesedihan yang
mendalam:
َ َ ُ َ َََ ٰ ُ َ َ َّ ٌ َ ُ َ ََ ٰ َ َ َ َ ُّ َ َ َ َّ َ َ
‫عطيك َر ُّبك‬
ِ ‫) ولسوف ي‬4( ۗ‫) ولـأل ٰ ِخرة خْي لك ِمن اَلول‬3( ۗ‫ما ودعك ربك وما قل‬
ٰ ََ
)5( ۗ‫فَتض‬
“(3) Tuhanmu tidak meninggalkanmu dan tidak (pula) membencimu, (4) dan sungguh,
yang kemudian itu lebih baik bagimu dari yang permulaan. (5) Dan sungguh, kelak
Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas”
(QS. Ad-Dhuha: 3-5)
Akan tetapi, sebagai manusia kita terkadang terlalu terburu-buru untuk mengatakan
“Mana janji tuhan”, terlalu tergesa-gesa agar kita segera mendapat kebahagian,
kemudaan dan jalan keluar dari setiap masalah yang menimpa kita. Agaknya firman
Allah dalam surat An-Nahl patut dijadikan pengingat:
ُ ْ ُ َّ َ ٰ ٰ َ َ َ ٰ ْ ُ ُ ْ ُ ْ َ ْ َ َ َ ‫َ ٰ ٓ َ ْ ُ ه‬
‫ْشك ْون‬
ِ ‫اّٰلل فَل تستع ِجلوه ۗسبحنه وتعل عما ي‬ ِ ‫اٰت امر‬
”Janji Allah pasti datang, maka janganlah kamu tergesa-gesa. Mahasuci Allah dan
Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. An-Nahl: 1)
Oleh karena itu, tuhan sangat mengapresiasi hambanya yang selalu dapat meyakini,
kuat dalam menanti dan menunggu dengan penuh kepercayaan bahwa akan ada
pelangi dibalik hujan, ada indahnya mentari setelah gelapnya malam, akan ada
kebahagiaan setalah penderitaan dan kesulitan.
َ ُ َ ْ َ َ ُ َ َْ
‫ار الف َر ِج‬‫أفضل ال ِعباد ِة ِان ِتظ‬
“Ibadah yang paling utama adalah (kuat dalam) menunggu kelapangan” (HR.
Tirmidzi, No. 3494)
B. Menghargai Kesehatan dan Kehidupan
ُ َ ْ ُ ِّ ٌ ‫ون فيه َما َكث‬
ٌ َُْ ََْ
‫الص َّحة َوالف َراغ‬ ،‫اس‬ َّ ‫ْي ِم َن‬
ِ ‫انل‬ ِ ِ ِ ‫ان مغب‬
ِ ‫نعمت‬
”Ada dua kenikmatan di mana banyak manusia melupakannya, yaitu nikmat sehat
dan waktu luang.” (HR Bukhari, dari Ibnu ‘Abbas)
Hingga tahun 2022, tercatat jumlah kematian akibat virus Covid 19 sebanyak 6,63 juta
orang dari 641 pasien pengidap covid. Banyak orang kehilangan teman, kerabat dan
orang tuanya. Kehidupan pasca pandemi ini mengajarkan kita untuk lebih menghargai
kesehatan, menjaga diri dengan pola hidup sehat, senantianya bersyukur serta
menggunakannya dengan kegiatan-kegiatan yang positif.
Covid nampaknya telah memberi pesan, bahwa kesehatan bukanlah nikmat yang
biasa, dengannya kita bisa melakukan banyak hal yang tidak dapat dilakukan oleh
orang yang sedang sakit. Oleh karenanya kita patut bersyukur, bahwa kita merupakan
bagaian dari orang-orang yang berhasil melewati covid dan masih diberi kesehatan
serta kehidupan sampai sekarang. Tentu dari pandemi kita harus lebih memahami,
bahwa nikmat sehat dan hidup itu melebihi dari harta, kesuksesan, pekerjaan,
pasangan, dan tercapainya impian. Lebih-lebih jika kita mengingat bahwa anggota
tubuh kita masih diberi sehat walapun dengan segala bentuk pelanggaran dari batasan
yang ditetapkan oelh Allah. Mata kita masih diberi sehat walaupun sering kita gunakan
melihat hal-hal yang dilarang, mulut kita masih diberi sehat walaupun sering kita
gunakan untuk menggunjing, merendahkan orang lain, dan mengucapkan janji palsu.
Tangan kita masih diberi sehat walaupun sering kita gunakan untuk mengetik
komentar yang tidak baik dan lain sebagainya. Hal itu karena sebenarnya Allah bisa
saja menghukum anggota tubuh kita dengan diberi suatu penyakit karena telah
melanggar aturannya, seperti yang dijelaskan oleh Syekh Sya’roni:
‫ان لك عضو استحق نزول اْلَلء باملعصيه‬
“Setiap anggota tubuh itu (sebenarnya) berhak mendapatkan bala’(penyakit) akibat
telah melakukan kemaksiatan”
(Abdul Wahab Sya’roni, Minah as-Saniyah, Dar Kutub Al Islamiyah, Hal 7)
Disisi lain, covid mengajarkan kita untuk lebih mencintai keluarga, kerabat dan orang
terdekat kita selagi masih ada, mencintai pekerjaan, menghargai kesempatan untuk
dapat berlajar secara tatap muka dan lain sebagainya. Pasalnya, banyak orang yang
kehilangan hal-hal tersebut sebab covid-19. Maka dari itu, kita yang masih diberi
kesempatan untuk bertemu dan berkumpul bersama mereka, agaknya perlu lebih
menghargai “waktu luang”, mencintai mereka dengan sepenuh hati dan
mengusahakan apa yang menjadi harapan mereka. Kita yang masih diberi kesempatan
untuk belajar dengan kondisi yang normal, lebih bisa menghargai “waktu luang” untuk
lebih giat dan tekun dalam menimba ilmu.
Live as if you were living a second time, and as though you had
acted wrongly the first time
Hiduplah seolah-oleh kamu hidup kedua kalinya, dan seolah-olah
kamu bertindak salah baru pertama kali.
Victor Frankl

You might also like