You are on page 1of 15

MAKALAH

DAMPAK KEHAMILAN TERHADAP STATUS KESEHATAN


MENTAL PEREMPUAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Kehamilan, Persalinan, dan Nifas

Dosen Pengampu : Eka Rahmawati, M.Tr.Keb

Disusun Oleh :

KELOMPOK 5

MERI PERMATA SARI : 22251151P

NOVITA : 22251170P

PUJI SULASMI : 22251181P

SILVI ALFINATUL ULA : 22251147P

UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG


TAHUN AJARAN 2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan petunjuk dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Pada
kesempatan ni, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan dukungan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa susunan dan materi yang terkandung didalam
makalah ini belum sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun selalu
penulis harapkan dengan senang hati dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis harap makalah ini dapat membawa pemahaman dan pengetahuan bagi semua
pembaca khususnya bagi mahasiswa sebagai sarana pembelajaran mengenai Psikologi
Kehamilan, Persalinan, dan Nifas.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 3
C. Tujuan .................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 4

A. Definisi Kesehatan Mental .................................................................................................. 4


B. Dampak Kesehatan Mental Pada Perempuan Selama Kehamilan ..................................... 4

BAB III PENUTUP.......................................................................................................... 11

A. KESIMPULAN ..................................................................................................... 11
B. SARAN ................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ibu hamil adalah seorang wanita yang sedang mengandung yang dimulai dari
konsepsi sampai lahirnya janin. Kehamilan adalah waktu transisi, yaitu masa antara
kehidupan sebelum memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan dan
kehidupan nanti setelah anak itu lahir (Ratnawati, 2020).
Kehamilan merupakan penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan
dengan nidasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan
normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan menurut kalender
internasional. Maka, dapat disimpulkan bahwa kehamilan merupakan bertemunya sel
telur dan sperma di dalam atau diluar Rahim dan berakhir dengan keluarnya bayi dan
plasenta melalui jalan lahir (Yulaikhah, 2019).
Kehamilan adalah kondisi yang menimbulkan perubahan fisik maupun
psikososial seorang wanita. Ibu hamil di trimester pertama akan mengalami mual
yang membuatnya merasa tidak sehat dan tidak nyaman, bahkan beberapa ibu hamil
bias jadi menolak kehamilannya tersebut. Pada trimester kedua, ibu hami lmulai
merasa nyaman dengan kehamilannya, namun di trimester ketiga saat janin sudah
memasuki rongga panggul, ibu hamil bias jadi merasa cemas dan khawatir
dikarenakan ketakutan akan kehilangan perhatian spesial yang didapatkan semasa
kehamilan ( Handayani, Netty, Farida, Rachmadi, Haslinda, Eritawidhayan,
Darmantilah, 2007).
Kehamilan merupakan suatu peristiwa istimewa yang indah, apabila dijalani
dengan emosi yang positif, dan akan menjadi suatu masalah psikologis apabila
dijalani dengan emosi yang negatif. Oleh karena itu, kesehatan mental wanita saat
kehamilan adalah sangat penting untuk menghindari masalah psikologis yang
mungkin terjadi selama kehamilan.
Kondisi kesehatan mental ibu hamil selama kehamilan menjadi salah satu
faktor tingginya angka kematian ibu (Lisbet, 2013). World Health Organization
(2016), menyatakan bahwa kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan
yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuankemampuan untuk
mengelola stres,bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta ikut berpartisipasi
di masyarakat sekitar.

1
Penelitian Goebert, Moerland, Frattarelli, Onoye, Matsu (2007), menyatakan
bahwa kesehatan mental selama kehamilan terlihat dari empat hal, yaitu konsumsi
alkohol, konsumsi rokok, adanya kemungkinan depresi, dan kecemasan. Depresi dan
kecemasan memiliki resiko tertinggi untuk ibu hamil yang dapat menyebabkan
dilakukannya aborsi dan bunuh diri. Penelitian Hoang (2014) menunjukkan
prevalensi gangguan kecemasan pada 1.795 wanita hamil, menemukan bahwa 6,6%
dari wanita hamil memiliki gangguan kecemasan. Sebagai perbandingan, tingkat
prevalensi seumur hidup gangguan kecemasan umum adalah 5%. Terdapat data dari
300 wanita hamil di India, 204 wanita memiliki kesehatan mental yang kurang,
dengan 59% mengalami depresi, 20% mengalami kecemasan, dan 21% mengalami
keduanya, yaitu depresi dan kecemasan (Kusum&Suryakantha, 2013).
Kecemasan adalah respon individu terhadap suatu ancaman yang tidak
diketahui atau samar-samar. Kecemasan adalah suatu perasaan bingungan atau
khawatiran pada sesuatu yang mungkin akan terjadi dengan penyebab yang tidak
jelas (Sari dan Pantiawati, 2013). Aspek kecemasan menurut Maimunah dan
Retnowati (2011) terdiri dari aspek fisiologis (kasat mata, seperti keringat dingin)
dan aspek psikologis (tak kasat mata, seperti perasaan takut dan bingung). Hovey dan
Magana (2002), menyebutkan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kecemasan seseorang adalah dukungan keluarga, dukungan sosial, harga diri dan
penerimaan diri, pendidikan dan status sosial ekonomi.
Faktor lain disamping kecemasan yang mungkin terjadi pada wanita hamil,
depresi juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan
mental pada ibu hamil (Ludermir dkk, 2009). Depresi adalah penyakit umum
diseluruh dunia dengan penderita wanita lebih banyak daripada penderita lakilaki.
Depresi dapat menyebabkan individu yang mengalaminya sangat menderita dan
berfungsi buruk di tempat kerja, di sekolah dan di keluarga. Yang paling buruk,
depresi dapat menyebabkan bunuh diri (WHO, 2017). Aspek-aspek yang ada dalam
depresi adalah gejala psikis (tak kasat mata, seperti perasaan tidak diinginkan), gejala
fisiologis (kasat mata, seperti tubuh gemetaran) dan gejala sosial (hubungan dengan
lingkungan sekitar. Depresi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor
pekerjaan dan dukungan keluarga (Wahyuni, Murwati & Supiyati, 2014).
Sebanyak 25% wanita hamil akan mengalami depresi saat kehamilannya
(Jarrett, 2016). Sebuah penelitian di Brazil, dari sebanyak 1334 responden, 23.6%
memiliki gejala depresi, dan 34.5% memiliki gejala kecemasan. Dari semua subjek,

2
8,1% sering berpikir untuk melakukan bunuh diri, 6,1% melaporkan berpikir tentang
bunuh diri jarang, 4,6% kadang-kadang, dan 3,5% berkali-kali dalam beberapa
minggu (Obgyn, 2015; da Silva dkk, 2012).
Selain depresi dan kecemasan, peneliti juga meneliti mengenai kesejahteraan
subjektif yang dirasakan oleh ibu hamil. Kesejahteraan subjektif adalah persepsi dan
penilaian diri individu itu sendiri terhadap kualitas kehidupannya, kesejahteraan
masing-masing individu berbeda-beda tergantung bagaimana mereka menilai
kehidupannya. Kesejahteraan individu dapat dilihat dari 3 hal, yaitu keseimbangan
emosi, keseimbangan psikologis dan kehidupan sosial yang baik (Bornstein,
Davidson, Keyes, & Moore, 2003). Wilson (dalamDiener, 2009) mengatakan bahwa
seseorang yang sejahtera muncul sebagai orang muda baik laki-laki ataupun
perempuan yang sehat fisik, berpendidikan, memiliki hubungan sosial yang baik,
berfikiran positif, bebas dari rasa khawatir, taat dalam beragama, orang yang sudah
menikah dengan kepuasan diri yang tinggi, dan dapat berproduktif dalam
kesehariannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kesehatan mental ?
2. Bagaimana dampak kesehatan mental pada perempuan selama kehamilan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan kesehatan mental ?
2. Untuk mengetahui dampak kesehatan mental pada perempuan selama kehamilan
?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definsi Kesehatan Mental


Kesehatan mental merupakan kondisi dimana individu memiliki kesejahteraan
yang tampak dari dirinya yang mampu menyadari potensinya sendiri, memiliki
kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup normal pada berbagai situasi dalam
kehidupan, mampu bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta mampu
memberikan kontribusi kepada komunitasnya.
B. Dampak Kesehatan Mental Pada Perempuan Selama Kehamilan
Satu dari lima wanita mengalami masalah kesehatan mental selama kehamilan,
seperti depresi, kecemasan dan ketakutan melahirkan yang parah, serta gangguan
emosi ringan hingga sedang (Robertson, Grace, Wallington, & Stewart, 2004) yaitu :
1. Kemungkinan Depresi
Depresi adalah gangguan suasana hati yang menyebabkan kesedihan terus
menerus. Sering kali, kondisi ini membuat penderita kehilangan minat terhadap
hal-hal yang dulunya mereka senangi atau sukai. Menurut Verywell
Mind, depresi dapat mempengaruhi cara berpikir, merasa dan bersikap.
Kemudian, hal ini akan menggangu kemampuan seseorang untuk berfungsi dan
beraktifitas sehari-hari. Gejala depresi yang muncul berbeda pada setiap orang,
dan dapat menyerang siapa saja.
Saat hamil, perubahan besar pada tubuh dan efek kehamilan dapat memicu
depresi pada beberapa wanita. Jika bumil pernah mengalami depresi
sebelumnya, risiko depresi saat hamil dapat meningkat. Depresi saat hamil juga
meningkatkan potensi postpartum depression usai melahirkan. Sebanyak 7
persen wanita mengalami depresi pada masa kehamilan. Terlebih lagi, depresi
terjadi dua kali lebih sering pada wanita dibandingkan pria. Sering kali gejala
depresi saat hamil tidak disadari, karena gejalanya yang mirip dengan efek
kehamilan biasa.
Selama kehamilan, perubahan hormon bisa membuat bumil mengalami
perubahan emosi yang signifikan. Meski ini merupakan hal yang normal, bumil
perlu menyadari beberapa gejala berikut, yang menjadi indikasi gejala depresi.
1) Gejala depresi saat hamil meliputi :
a) Memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup (suicidal thought)

4
b) Merasa sedih dan terkean sepanjang hari, selama 2 minggu terakhir
c) Merasa putus asa, bersalah, dan tidak berharga
d) Kesulitan berpikir dan berkonsentrasi
e) Kehilangan minat terhadap aktivitas sehari-hari, selama 2 minggu
terakhir
f) Sering menangis
g) Sulit tidur
h) Kelelahan dan tidak berenergi
i) Perubahan nafsu makan
j) Terus merasa cemas dan gelisah
2) Penyebab depresi pada ibu hamil :
a) Masalah dalam rumah tangga
b) Baru bangkit setelah keguguran
c) Sempat menjalani perawatan masalah kesuburan
d) Riwayat pelecehan seksual
e) Hidup sendiri
f) Masalah finansial
g) Kekerasan dalam rumah tangga
h) Hamil pada usia muda (di bawah 20 tahun)
i) Riwayat komplikasi kehamilan
3) Efek depresi pada kehamilan :
a) Postpartum depression (depresi pasca persalinan)
b) Kelahiran prematur
c) Berat badan lahir rendah
d) Masalah perilaku pada bayi
e) Perubahan pada perkembangan otak bayi
4) Cara mengatasi depresi pada kehamilan :
a) Olahraga ringan
b) Istirahat yang cukup
c) Pilih makanan bergizi
d) Konsumsi asam lemak omega-3
2. Kecemasan
Kecemasan dalam kehamilan kecemasan dapat mengakibatkan menurunnya
kontraksi uterus, sehingga persalinan akan bertambah lama, peningkatan insidensi

5
atonia uteri, laserasi perdarahan, infeksi, kelelahan ibu, dan syok,
sedangkan pada bayi dapat meningkatkan resiko kelahiran prematur dan BBLR
(Hasim, 2018).
Ibu hamil trimester 3 cenderung mengalami kecemasan yang tinggi karena
khawatir memikirkan proses persalinan serta kondisi janin yang akan dilahirkan.
Adapun faktor yang menjadi penyebab kecemasan ibu dapat berupa pengalaman
persalinan yang buruk sebelumnya. Selain itu, faktor lainnya dapat berupa usia ibu,
gravida dan tingkat pendidikan serta status kesehatan. Jika kecemasan ibu terus
terjadi, maka dapat mempengaruhi hubungan ibu dengan janin yang dikenal dengan
prenatal attachment. Prenatal attachment didefinisikan sebagai hubungan yang
diperlihatkan dalam bentuk tindakan nyata dengan melakukan interaksi dengan janin,
mendeskripsikan karakteristik janin, menghindari perilaku yang membahayakan janin
dan memenuhi segala kebutuhan janin. Kecemasan dalam kehamilan kecemasan
dapat mengakibatkan menurunnya kontraksi uterus, sehingga persalinan akan
bertambah lama, peningkatan insidensi atonia uteri, laserasi perdarahan, infeksi,
kelelahan ibu, dan syok, sedangkan pada bayi dapat meningkatkan resiko kelahiran
prematur dan BBLR.
3. Ketakutan melahirkan yang parah
Tokophobia adalah kondisi saat seseorang memiliki ketakutan berlebih untuk
hamil dan melahirkan. Rasa takut yang dirasakan hingga membuat ibu tidak mau
hamil dan melahirkan. Data dari sebuah penelitian menyatakan bahwa ada 20-78
persen wanita hamil yang merasa ketakukan pada masa kehamilannya maupun proses
persalinan. Namun, hanya sebanyak 13 persen yang mengalami ketakutan berlebihan
hingga memutuskan untuk menunda atau menghindari kehamilan.
1) Jenis tokophobia yang sering dialami yaitu :
a) Tokophobia primer
Tokophobia primer adalah kondisi saat rasa takut muncul pada wanita
yang belum pernah hamil sama sekali. Rasa takut ini biasanya muncul setelah
menikah atau bahkan di awal-awal masa remaja. Oleh sebab itu, banyak
wanita yang justru melakukan aborsi hingga adopsi.
b) Tokophobia sekunder
Tokophobia sekunder adalah kondisi yang justru terjadi pada wanita
yang sudah pernah hamil dan melahirkan. Biasanya, kondisi ini disebabkan
karena kehamilan dan kelahiran anak pertama yang cukup traumatis hingga

6
membuatnya punya ketakutan berlebih. Kelahiran normal, keguguran, atau
lahir mati menjadi penyebab paling umum seseorang terkena tokophobia
sekunder.
2) Gejala yang mungkin muncul :
a) Insomnia
b) Serangan panik
c) Sering mengalami mimpi buruk
d) Ada kemungkinan akan mengalami persalinan yang lama dan menyulitkan.
Karena, hormon adrenalin akan dilepaskan saat merasa stres. Hormon
adrenalin ini bisa memperlambat kontraksi rahim.
3) Faktor yang meningkatkan sesorang terkena tokophobia :
a) Memiliki masalah reproduksi
b) Pernah mendengar pengalaman hamil dan melahirkan yang cukup
menakutkan
c) Memiliki gangguan kecemasan
d) Memiliki pengalaman traumatis di kehamilan dan persalinan sebelumnya
e) Pernah mengalami pelecehan seksual saat anak-anak
f) Pernah mengalami pemerkosaan
g) Mengalami depresi
4) Cara mengatasi tokophobia :
a) Konsultasikan hal ini pada dokter kandungan, dokter akan membantu
merujuk pada pihak yang tepat untuk mendapatkan perawatan tambahan
b) Menonton video persalinan, mendengar cerita wanita lain tentang perjalanan
kehamilan mereka, dan menuliskan harapan akan kelahiran yang diinginkan
menjadi alternatif strategi yang mungkin dianjurkan. Cara ini dilakukan agar
wanita yang mengalami tokophobia bisa menolerir kecemasannya. Dengan
begitu, lama-lama mereka menyadari bahwa kenyaataan yang akan dihadapi
tak seburuk apa yang ada dalam pikiranny
c) Jika masih sangat takut melahirkan bahkan saat mendekati tanggal persalinan,
konsultasikan dengan dokter mengenai kemungkinan operasi caesar. Dokter
akan membantu memberi tahu risiko dan manfaat operasi caesar
dibandingkan dengan melahirkan normal.
d) Dokter dan terapis biasanya akan memberikan perawatan tambahan lainnya
termasuk psikoterapi dan obat untuk membantu mengatasi kecemasan

7
e) Hypnobirthing juga bisa menjadi cara yang direkomendasikan untuk
membanu mengatasi ketakutan ibu hamil.
4. Gangguan emosi pada saat hamil
Ibu hamil muda umumnya mudah mengalami perubahan suasana hati,
misalnya lebih mudah menangis, marah, atau cenderung lebih sensitif. Kondisi ini
terjadi karena sejumlah perubahan pada tubuh, seperti peningkatan kadar hormon dan
rasa lelah berlebih, yang terjadi selama kehamilan.
Perubahan emosi yang merupakan salah satu ciri-ciri hamil muda biasa terjadi
pada usia kehamilan 6–10 minggu pertama. Setelah itu, kondisi ini akan membaik
menjelang trimester kedua dan muncul kembali saat mendekati waktu persalinan.
1) Alasan ibu hamil emosional
Sebenarnya, emosi yang lebih sulit dikontrol selama masa kehamilan adalah hal yang
normal dan umum terjadi. Kondisi ini pun bisa disebabkan oleh bermacam-macam hal,
salah satunya adalah peningkatan kadar hormon progesteron dan estrogen selama masa
kehamilan. Peningkatan kadar dua jenis hormon tersebut diketahui dapat memengaruhi
kemampuan otak dalam mengendalikan mood atau suasana hati, sehingga ibu hamil lebih
emosional.
Selain itu, ibu hamil juga dapat mengalami mood swings karena berbagai hal lainnya,
mulai dari proses metabolisme tubuh yang berubah menjadi lebih cepat, rasa lelah
dan stres yang lebih mudah datang, hingga morning sickness, yang dialami selama masa
kehamilan. Ibu hamil juga sering kali merasa khawatir berlebih akan kondisi kesehatan
bayi dan dirinya atau bahkan merasa takut disebut calon ibu yang kurang baik. Rasa
cemas dan takut ini dapat menyebabkan emosi ibu hamil kurang stabil.
2) Cara mengatasi emosi
a) Membicarakan perasaan pada orang terdekat
Gejolak emosi yang cepat berubah merupakan hal normal bagi ibu
hamil. Meski demikian, jangan selalu menyimpan perasaan atau emosi yang
Bumil rasakan sendirian. Coba bicarakan atau beritahu perasaan pada orang
lain yang Bumil percayai. Selain dengan pasangan, Bumil juga dapat
menceritakannya pada anggota keluarga atau teman terdekat. Tak hanya
untuk memperoleh dukungan emosional, berbagi cerita dengan orang terdekat
juga dapat mengurangi kegelisahan yang Bumil alami.
b) Mencukupi waktu istirahat dan tidur
yang telah disebutkan sebelumnya, rasa lelah memang lebih cepat
datang selama masa kehamilan. Oleh karena itu, untuk mengatasinya, Bumil

8
perlu mencukupi waktu istirahat dan tidur. Bila Bumil merasa lelah pada
siang hari, coba luangkan waktu sejenak untuk tidur siang, yaitu sekitar 30
menit. Bumil juga perlu mencukupi waktu tidur malam, setidaknya 7–9 jam
setiap harinya. Dengan demikian, Bumil pun akan terhindar dari rasa lelah
berlebih akibat kurang tidur yang merupakan salah satu pemicu suasana hati
berubah menjadi buruk.
c) Melakukan hobi atau hal yang menyenangkan
Agar tubuh lebih rileks dan perasaan lebih tenang, Bumil dapat
melakukan hobi atau hal yang disukai. Coba luangkan waktu sejenak untuk
melakukan beberapa aktivitas menyenangkan, seperti menonton film yang
disukai, makan siang bersama teman terdekat, hingga bahkan melakukan spa
khusus ibu hamil.
d) Melakukan aktivitas fisik atau olahraga ringan
Ibu hamil muda memang perlu lebih berhati-hati dalam melakukan
aktivitas. Meski demikian, bukan berarti ibu hamil tidak boleh berolahraga.
Melakukan aktivitas fisik atau olahraga secara rutin justru dapat membantu
otak memproduksi endorfin, yaitu senyawa kimia yang dapat memperbaiki
suasana hati. Hanya saja, Bumil perlu memperhatikan jenis olahraga yang
dipilih. Bumil sebaiknya memilih jenis olahraga yang ringan dan mudah
dilakukan, seperti berjalan santai di sekitar rumah, berenang, atau
melakukan yoga hamil sesuai kemampuan.
e) Meluangkan waktu bersama pasangan
Tak hanya ibu hamil muda yang merasa khawatir selama masa
kehamilan, calon ayah juga dapat merasa demikian. Oleh karena itu, Bumil
dan pasangan disarankan meluangkan waktu bersama untuk mendekatkan
perasaan sekaligus mengurangi ketegangan yang dialami selama masa
kehamilan. Jika perlu, Bumil dan pasangan juga bisa pergi berlibur bersama
atau babymoon. Dengan ikatan yang kuat, Bumil dan pasangan pun dapat
lebih mengerti perasaan satu sama lain, sehingga suasana hati pun juga dapat
terjaga dengan lebih baik. Perubahan emosi ibu hamil muda yang terjadi
dengan cepat memang hal yang normal. Meski demikian, kondisi ini perlu
diwaspadai jika terjadi dalam jangka waktu lama, tidak kunjung membaik
setelah terjadi selama dua minggu, dan mengarah pada kondisi kecemasan
berlebih serta depresi. Bila Bumil merasakan hal tersebut, jangan ragu

9
berkonsultasi ke dokter atau psikolog guna mengatasi kondisi ibu hamil muda
emosional yang Bumil alami secara tepat.

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesulitan atau gangguan mental selama kehamilan di Indonesia masih sangat
terbatas. Sebagian besar studi membahas masalah psikososial secara umum, seperti
depresi, kecemasan, takut melahirkan yang parah, dan emosian pada kehamilan.
Faktor-faktor di atas bisa membuat ibu hamil berisiko lebih tinggi untuk
mengembangkan masalah mental, dan pada kasus yang jarang terjadi, gangguan
tokophobia. Risiko masalah kesehatan mental bisa dialami ibu hamil, baik selama
masa kehamilan (periode antenatal) dan setelah melahirkan (postnatal). Itulah
mengapa kesehatan mental tidak hanya perlu dijaga selama masa kehamilan saja,
tetapi hingga setelah melahirkan nanti dan seterusnya.
Masa kehamilan merupakan sebuah perubahan besar bagi ibu. Tak hanya fisik,
ibu hamil juga kerap mengalami perubahan emosi serta kondisi mental yang dapat
memengaruhi kesehatan tubuh. Pasalnya, ibu hamil yang mengalami gangguan
mental cenderung lalai dalam merawat diri. Bahkan, kondisi tersebut juga turut
berdampak pada proses tumbuh kembang janin di dalam kandungan.
Gangguan mental pada ibu hamil tidak hanya memengaruhi kesehatan selama
masa kehamilan, namun juga bisa berdampak pada kondisi pasca melahirkan. Karena
itu, menjaga kesehatan mental selama masa kehamilan merupakan hal yang perlu
untuk dilakukan oleh setiap ibu hamil guna menghindari stres dan depresi jangka
panjang.

B. SARAN
Sebaiknya ibu hamil banyak membaca / mencari ilmu tentang kesehatan
mental ibu hamil karena salah satu aspek kehidupan yang perlu dijaga sebaik
mungkin, terutama bagi ibu hamil. Pasalnya, kondisi psikis ibu hamil dapat
memengaruhi proses tumbuh kembang janin di dalam kandungan. Mengetahui cara
untuk mengatasinya dengan cara mengonsumsi makanan sehat serta bergizi
seimbang. Dengan mengonsumsi makanan sehat secara rutin, ibu hamil dapat
terhindar dari serangan penyakit yang dapat memengaruhi suasana hati.

11
DAFTAR PUSTAKA

World Health Organization (2016), Psikologi Kehamilan

Ratnawati, 2020. Adaptasi psikologi ibu hamil. Diakses tanggal 1 Juli 2014 dari:
http://www.tabloidnakita.com/artikel.php3?edisi=05234&rubrik=kecil

Yulaikhah, 2019. Hubungan Karakteristik Ibu Hamil trimester III dengan Kecemasan
dalam Menghadapi Persalinan di Poliklinik Kebidanan dan Kandungan Rumah Sakit X.Vol
10:40-46. FKUI: Jakarta

( Handayani, Netty, Farida, Rachmadi, Haslinda, Eritawidhayan, Darmantilah, 2007).

Metode Penelitian Kesehatan. EGC: Jakarta

Budiman. 2006. Persepsi Efektivitas Kinerja Kemajuan ditinjau dari Konflik Peran
Ganda Istri dan Dukungan Sosial rekan kerja. (Tesis tidak dipublikasikan). Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta Butcher,

12

You might also like