You are on page 1of 6

C.

Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila dalam Kajian Sejarah
Bangsa Indonesia
1. Sumber Historis Pancasila
Nilai-nilai Pancasila sudah ada dalam adat istiadat, kebudayaan, dan agama yang
berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak zaman kerajaan dahulu. Misalnya, sila
Ketuhanan sudah ada pada zaman dahulu, meskipun dalam praktik pemujaan yang
beranekaragam, tetapi pengakuan tentang adanya Tuhan sudah diakui. Dalam Encyclopedia
of Philosophy disebutkan beberapa unsur yang ada dalam agama, seperti kepercayaan kepada
65 kekuatan supranatural, perbedaan antara yang sakral dan yang profan, tindakan ritual pada
objek sakral, sembahyang atau doa sebagai bentuk komunikasi kepada Tuhan, takjub sebagai
perasaan khas keagamaan, tuntunan moral diyakini dari Tuhan, konsep hidup di dunia
dihubungkan dengan Tuhan, kelompok sosial seagama dan seiman.

Jawaban Pertanyaan No 1 :
Pada masa kerajaan majapahit, berdasarkan sumber tertulis raja-raja majapahit pada
umumnya beragama siwa kecuali tribuwanattungadewitibunda hayam wuruk) yang beragama
buddha mahayan. Pembaharuan /pertersian pada agawa siwa dan agama buddha terjadi pada
masa pemerintahan raja kartanegara. Apa makstadnya yang belum jelas. Mungkin sifatnya
yang toleransi yang sangat besar, karta negara mempertemukan aganu itu dengan membuat
candi siwa-buddha yaitu candi jawi di prigen dan candi singasari didekat kota. Kemudian
bergantila tahta maka berkembang pula berbagai agama salah satunya waisnawa. Pada masa
itu ketiga agama yaitu siwa, budha dan waisnawa hidup berdampingan. Hal ini terlihat dari
kitab negarakertagama peninggalan kerajanan hindu-bodia yang banyak menceritakan
bagaimana raja hayam wuruk sangat menginginkan terciptanya kerukunan dan kedamaian
serta sikap toleransi antar umal berugama diwilayah kerajaannya.
Agama di kerajaan Sriwijaya. Sebagai pusat pengajuran Buddha Vajrayana, Sriwijaya
menarik banyak peziarah dan sarjana dari negara-negara di Asia. Antara lain pendeta dari
Tiongkok I Tsing, yang melakukan kunjungan ke Sumatera dalamperjalanan studinya di
Universitas Nalanda, India, pada tahun 671 dan 695, 1 Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya
menjadi rumah bagi sarjana Buddha sehingga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha.
Selain berita diatas, terdapat berita yang chibawakan oleh ITsing, dinyatakan haltwa terdapat
1000 orang pendeta yang belajar agama Budha pada Sakyakirti, seorang pendeta terkenal di
Sriwijaya Pengunjung yang datang ke palan ini menyebutkan bahwa koin emas telah
digunakan di pesisir kerajaan. Selain itu ajaran Buddha aliran Buddha Hinayana dan Buddha
Mahayana juga turut berkembang di Sriwijaya. Menjelang akhir abad ke-10, Atisa, seorang
sarjana Buddha asal Benggala yang berperan dalam mengembangkan Buddha Vajrayana di
Tibet dalam kertas kerjanya Durbodhäloka menyebutkan ditulis pada masa pemerintahan Sri
Cudamani Wammadewa penguasa Sriwijayanagara di Malayagiri di Suvamadvipa. Kerajaan
Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India, pertama oleh budaya Hindu kemudian diikuti
pula oleh agama Buddha. Raja-raja Sriwijaya menguasai kepulauan Melayu melalui
perdagangan dan penaklukkan dari kurun abad ke-7 hingga abad ke-9, sehingga secara
langsung turut serta mengembangkan bahasa Melayu beserta kebudayaamya di Nusantara.
Sangat dimungkinkan bahwa Sriwijaya yang termahsyur sebagai bandar pusat perdagangan di
Asia Tenggara, tentunya menarik minat para pedagang dan ulama muslim dari Timur Tengah,
sehingga beberapa kerajaan yang semula merupakan bagian dari Sriwijaya, kemudian tumbuh
menjadi cikal-bakal kerajaan-kerajaan Islam di Sumatera kelak, disaat melemahnya pengarah
Sriwijaya. Ada sumber yang menyebutkan, karena pengaruh orang muslim Arab yang banyak
berkunjung dan berdagang di Sriwijaya, maka seorang raja Sriwijaya yang bernama Sri
Indrawarman pada tahun 718 diduga masuk Islam atau setidaknya tertarik untuk mempelajari
Islam dan kebudayaan Arab, sehingga mungkin kehidupan sosial Sriwijaya adalah
masyarakat sosial yang di dalamnya terdapat masyarakat Budha dan Muslim sekaligus.
Tercatat beberapa kali raja Sriwijaya berkirim surat ke khalifah Islam di Damaskus, Suriah.
Pada salah satu naskah surat yang ditujukan kepada khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720)
berisi permintaan agar khalifah sudi mengirimkan ulama ke istana Sriwijaya
Kerajaan mataram, Raja Mataram Menjaga Keberagaman Raja beragama Hindu ini
memperistri perempuan Muslim. Dia membangan masjid dan membiayai rakyatnya naik haji.
Anak Agung Anglurah Gede Ngurah Karangasem, raja terakhir Mataram Lombok,
diasingkan ke Batavia sampai meninggal tahun 1894, (Tropenmuseum). Pada 1740, seluruh
wilayah Lombok. Nusa Tenggara Barat, berada di bawah kekuasaan Kerajaan Karangasem
dari Bali. Raja terakhirnya adalah Anak Agung Anglurah Gede Ngurah Karangasem (1870-
1894). Dia dikenal sebagai raja yang toleran dan menjaga keberagaman. Penduduknya
sebagian besar dari suku Sasak yang beragama Islam, disusul orang Bali beragama Hindu.
Makassar. Tionghoa, Arab, dan Eropa Menyadari penduduknya beragam dalam suku,
budaya. dan agama, raja berusaha mengatur dan menjaganya dengan baik. Raja mengadakan
pendekatan kepada tokoh-tokoh Sasak. Bahkan, dia mengambil istri dari suku Sasak, yaitu
Dinda Aminah. Menurut I Gde Parimartha, guru besar sejarah Fakultas Sastra Universitas
Udayana, Bali, lewat hubungan perkawinan, raja menerapkan sistem keseimbangan dalam
masyarakatnya. Raja memandang bahwa budaya dan agama Islam periu hidup berdampingan
dengan budaya dan agama lain. "Meskipun raja dan keluarga menganut agama Hindu, namun
raja juga mengizinkan masyarakat Sasak untuk mengembangkan agamanya. Raja juga
memberikan istrinya tetap menganut agamanya (Islam) dan berhubungan dengan masyarakat
asalnya (Sasak)," tulist Parimartha, "Otonomi Daerah dan Multikulturalisme (Studi Mengenai
Masyarakat Nusa Tenggara Barat)," termuat dalam Pendidikan Multikultural dan Revitalisasi
Hukum Adat dalam Perspektif Sejarah. Selain raja mengangkat Said Abdullah, seorang
keturunan Arab sebagai penasihat politik kerajaan sekaligus kepala pelabuhan Ampenan.
Raja juga membantu membangun masjid di Ampenan dan memberikan bantuan kepada
orang-orang Sasak yang naik haji ke Mekkah. Raja membuka perwakilan di Jedah yang
dipimpin oleh Haji Majid untuk mempermudah rakyatnya menunaikan ibadah haji. "Contoh
luar biasa dari Raja Bali di Lombok, seorang beragama Hindu yang mempunyai istri Sasak
Muslim, menurut kesaksian tahun 1874 pernah membangun sebuah rumah di Mekkah untuk
rakyatnya yang mau. naik haji," tulis Henri Chambert-Loir dalam Naik Haji di Masa Silam
tahun 1482 1890. Raja mengangkat mereka yang telah kembali dari Mekkah sebagai
penghulu agama dengan imbalan tanah pecatu (tanah jabatan). Salah satunya Haji Mohamad
Ali yang juga berperan sebagai guru agama dari tokoh-tokoh adat (guru bangkol). "Dengan
kebijakan raja seperti itu masyarakat Lombok menjadi harmonis, saling mengerti satu sama
lain. Ini menjadi cerminan masyarakat multikultural yang didasari kebijakan politik
penguasa, dan kesadaran masyarakatnya tanpa memandang. perbedaan suku, agama, dan
kepercayaan," tulis Parimartha. Pada akhir abad 19. kerajaan mengalami kemunduran, selain
karena intervensi kolonial Belanda, putrai raja yang memegang kebijakan kurang
memperhatikan keseimbangan dalam kehidupan rakyat. Akibatnya, muncul perlawanan dari
masyarakat Sasak yang menolak membayar pajak yang semakin berat. "Pada 1891, keadaan
itu dimanfaatkan oleh kelompok yang memiliki keyakinan keras dengan mengembuskan
semangat menentang raja dengan semboyan perang sabil melawan raja kafir. Timbulah
pemberontakan melawan Raja Mataram," tulis Parimartha. Raja meminta penghulu agama,
Haji Mohamad Ali untuk mengatasinya, namun tidak dapat berbuat banyak. Belanda
mengasingkan raja ke Batavia sampai meninggal pada 1894.
Dari sejarah ketiga kerajaan diatas, dapat disimpulkan bahwa pada saat itu penyebaran
agama begitu berkembang dengan pesat. Terdapat beberapa agama yang pada setiap kerajaan
berbeda. Dilihat dari perkembangan agama berikut dapat disimpulkan bahwa pada zaman
dulu,kehidupan bertoloransi beragama masih sangat tinggi nilainya. Dimana pemerintahnya,
raja nya dan masyarakatnya sangat menghargai sebuah agama yang dianut pada dirinya
maupun pada masyarakat yang beragama lain sehingga terciptanya suasana tentram dan
damai.
2. Sumber Sosiologis Pancasila
Nilai-nilai Pancasila (ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan) secara
sosiologis telah ada dalam masyarakat Indonesia sejak dahulu hingga sekarang. Salah satu
nilai yang dapat ditemukan dalam masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu hingga sekarang
adalah nilai gotong royong. Misalnya dapat dilihat, bahwa kebiasaan bergotongroyong, baik
berupa saling membantu antar tetangga maupun bekerjasama untuk keperluan umum di desa-
desa. Kegiatan gotong royong itu dilakukan dengan semangat kekeluargaan sebagai cerminan
dari sila Keadilan Sosial. Gotong royong juga tercermin pada sistem perpajakan di Indonesia.
Hal ini disebabkan karena masyarakat secara bersama-sama mengumpulkan iuran melalui
pembayaran pajak yang dimaksudkan untuk pelaksanaan pembangunan.
3. Sumber Politis Pancasila
Sebagaimana diketahui bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila
bersumber dan digali dari local wisdom, budaya, dan pengalaman bangsa Indonesia, termasuk
pengalaman dalam berhubungan dengan bangsa-bangsa lain. Nilai-nilai Pancasila, misalnya
nilai kerakyatan dapat ditemukan dalam suasana kehidupan pedesaan yang pola kehidupan
bersama yang bersatu dan demokratis yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan sebagaimana
tercermin dalam sila keempat Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan. Semangat seperti ini diperlukan dalam mengambil keputusan
yang mencerminkan musyawarah.
Jawaban pertanyaan No 3 :
Dari pengalaman yang saya miliki adalah saya sebagai anggota pramuka pada gugus
depan 10611-10612 di SMA NEGERI 10 MEDAN. Bentuk musyawarah dan mufakat
diorganisasi pramuka, dimana sebelum melakukan sebuah musyawarah keesokan harinya,
Kami anggota merencanakan untuk melakukan sebuah rapat pada esok hari. Keesokan
harinya, rapat dimulai. Pada saat itu pembahasan mengenai program kerja yang akan
dilaksanakan sebulan kedepan pada setiap seminggu sekalinya tepatnya dikerjakan pada hari
jumat. Bentuk kearifan dalam musyawarah mufakat pada setiap anggota begitu sangat
terpimpin. Dimana diberikan kesempatan pada setiap anggota untuk mengungkapkan isi
pemikiran ide atau gagasan pada setiap anggota. Kendala yang timbul adalah timbulnya
sebuah adu mulut antara anggota yang satu dengan yang lain, nemun tidak begitu sampai
terjadi keributan. Hingga akhirnya tersusunlah program kerja yang akan dilaksanakan
berdasarkan hasil keputusan bersama secara musyawarah serta mufakat.

D. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila dalam Kajian Sejarah
Bangsa Indonesia
1. Argumen tentang Dinamika Pancasila dalam Sejarah Bangsa
Dinamika Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia memperlihatkan adanya pasang
surut dalam pemahaman dan pelaksanaan nilai-nilai Pancasila. Misalnya pada masa
pemerintahan presiden Soekarno, terutama pada 1960- an NASAKOM lebih populer daripada
Pancasila. Pada zaman pemerintahan presiden Soeharto, Pancasila dijadikan pembenar
kekuasaan melalui penataran P-4 sehingga pasca turunnya Soeharto ada kalangan yang
mengidentikkan Pancasila dengan P-4. Pada masa pemerintahan era 67 reformasi, ada
kecenderungan para penguasa tidak respek terhadap Pancasila, seolah-olah Pancasila
ditinggalkan.
Jawaban Pertanyaan :

Sistem Pemerintahan Orde lama :

Masa Pemerintahan Indonesia Orde lama berjalan sekitar 23 tahun yaitu dari tahun 1945-
1968 dibawah kepemimpinan sang proklamator Presiden Sukarno. Penyebutan "Orde Lama"
merupakan istilah yang diciptakan dibawah rezim Suharto yaitu masa Orde Baru.

Padahal Sukarno sendiri tidak suka dengan sebutan "Orde Lama". Karena memang, tidak
sepantasnya disebut Orde Lama. Karena di masa itu terjadi transformasi besar-besaran di
Indonesia dari masa penjajahan ke masa kemerdekaan. Dan Sukarnopun lebih suka dengan
istilah "Orde Revolusi" daripada "Orde Lama".

Selama dibawah Pemerintahan Sukarni, Indonesia menerapkan Sistem Ekonomi bergantian


dari sistem ekonomi liberal kemudian diganti menggunakan sistem ekonomi komando.
Sistem ekonomi liberal diterapkan saat Sistem Pemerintahan Parlementer diterapkan di
Indonesia.

Tanggal 18 Agustus 1945, Indonesia mengesahkan UUD 1945 sebagai dasar negara yang
bersumber dari Pancasila. Didalam UUD 1945 sebenarnya sudah terpampang jelas bahwa
Indonesia Menggunakan Sistem Pemerintahan Presidensial. Namun baru tiga bulan, terjadi
penyimpangan terhadap UUD 1945.
Penyimpangan tersebut dilakukan oleh Sutan Syahrir setelah dia membentuk kabinet
parlementer dengan Sutan Syahrir sebagai Perdana Menterinya. Karena pada saat itu
pengaruh Belanda masih sangat kental.

Dalam masa tersebut Indonesia telah menggunakan beberapa konstitusi, seperti Undang-
Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950 (UUDS 1950). Masa ini berlangsung dari
17 Agustus 1945 - 5 Juli 1959. Saat itu Indonesia berbentuk Negar Serikat. Dengan dibagi
menjadi tiga negara bagian, yaitu : Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur,
Negara Sumatera timur, dengan perjanjian pada tanggal 17 Agustus 1950 tepat 5 tahun
setelah kemerdekaan Indonesia.

Perjanjian tersebut mengembalikan Indonesia sebagai Negara Kesatuan. Dengan UUD


Republik Indonesia 1950 sebagai konstitusinya. Sejak 1950-1959 Indonesia menganut Sistem
Kabinet Parlementer dengan demokrasi Liberal Semu (Setengah-setengah).

Sistem Kabinet Parlementer berakhir tanggal 5 Juli 1959 setelah dikeluarkannya Dekrit
Presiden dengan UUD 1945 kembali digunakan menggunakan Sistem Pemerintahan
Demokrasi Terpimpin.

Sistem Pemerintahan Orde Baru :

Istilah "Orde Baru" digunakan untuk memisahkan masa kempimpian Sukarno (Orde Lama).
Orde Baru adalah masa dimana Suharto memulai kekuasaanya. Era ini digunakan untuk
menandai keberhasilan Suharto menumpas Pemberontakan PKI pada 1965 atau sering disebut
G30S/PKI.

Pada masa ini, awalnya Demokrasi di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup signifikan.
Tetapi perkembangannya, kehidupan di era Orde Baru ini tidak jauh berbeda dengan era
sebelumnya. Sistem Pemerintahan Presidensial lebih ditonjolkan. Atau bisa dikatakan
kekuasaan diktator. Kemudian Demokrasi Pancasila yang dicetuskan pada masa ini.

Sistem Pemerintahan Orde Reformasi :


Era ini menandakan runtuhnya hegemoni kekuasaan Suharto tahun 1998 hingga sekarang.Di
era ini Indonesia membuat revolusi besar-besaran di sistem pemerintahannya. Dengan sistem
pemerintahan yang lebih terbuka diharapkan peranan demokrasi lebih ditonjolkan.

2. Argumen tentang Tantangan terhadap Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan


Bernegara
Salah satu tantangan terhadap Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
adalah meletakkan nilai-nilai Pancasila tidak dalam posisi sebenarnya sehingga nilai-nilai
Pancasila menyimpang dari kenyataan hidup berbangsa dan bernegara. Salah satu contohnya,
pengangkatan presiden seumur hidup oleh MPRS dalam TAP No.III/MPRS/1960 Tentang
Pengangkatan Soekarno sebagai Presiden Seumur Hidup. Hal tersebut bertentangan dengan
pasal 7 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa, ”Presiden dan wakil presiden
memangku jabatan selama lima (5) tahun, sesudahnya dapat dipilih kembali”. Pasal ini
menunjukkan bahwa pengangkatan presiden seharusnya dilakukan secara periodik dan ada
batas waktu lima tahun.

You might also like