You are on page 1of 46

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING


BERBANTUAN MEDIA FLIPBOOK DIGITAL PADA MATERI
ELASTISITAS DAN HUKUM HOOKE UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN KOGNITIF PESERTA DIDIK KELAS XI IPA SMAN 6
AMBON

OLEH :

NAMA : RIO MARTHEN WATTIMENA

NIM : 2019-43-001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2022
DAFTAR ISI

BAB I

A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................4

B. Rumusan Masalah................................................................................................8

C. Tujuan Penelitian.................................................................................................8

D. Manfaat Penelitian...............................................................................................9

BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................10

A. Hakekat Belajar.......................................................................................10

B. Hakekat Kemampuan Kognitif................................................................12

C. Hakekat Model Pembelajaran Problem solving......................................17

D. Hakekat Media Pembelajaran .....................................................................22

E. Media Pembelajaran Flipbook digital.....................................................25

F. Penelitian-Penelitian Terdahulu Flipbook digital dan Problem solving

G. Kerangka Berpikir...........................................................................................36

H. Hipotesis.........................................................................................................37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................................38

A. Subjek dan Objek Penelitian............................................................................38

B. Rancangan Penelitian........................................................................................38

C. Teknik Pengumpulan Data...............................................................................43

D. Analisis Data......................................................................................................44

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................45
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mencerdaskan kehidupan

bangsa. Pendidikan berusaha memupuk kehidupan bangsa yang lebih baik dan

sejahtera, dan memperbaiki kualitas sumber daya manusia dalam

meningkatkan pembangunan nasional (Edi Widianto, 2021 : 214). Pendidikan

saat ini diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang

dapat memiliki kemampuan komunikasi dan kolaborasi yang baik, ahli dalam

menggunakan teknologi , keterampilan berpikir kreatif serta kemampuan

memecahkan masalah (Yusuf Andrian, 2019 : 15). Perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi sangat berdampak dalam peningkatan mutu

pendidikan, terkhususnya dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran di kelas adalah bagian terpenting dalam dunia

pendidikan. Apabila pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan di kelas

berkualitas, tentunya akan menghasilkan output yang berkualitas juga. Peran

seorang guru juga sangat penting dalam mengelolah kelas sebagai bagian dari

proses pembelajaran dan peserta didik sebagai subjek yang sedang belajar.

Potensi para guru pada umumnya terlebih khusus guru mata pelajaran fisika

dalam merancang pembelajaran yang bermutu tentunya diawali dengan

persiapan mengajar yang matang.


Belajar fisika berarti berlatih memahami konsep fisika, memecahkan

dan menemukan mengapa dan bagaimana suatu peristiwa bisa terjadi.

Pembelajaran fisika saat ini dikembangkan melalui pendekatan pembelajaran

yang berpusat pada siswa (student-centered learning), sesuai dengan

paradigma pembelajaran abad 21 yang menekankan kepada peserta didik

untuk memiliki kecakapan berpikir dan belajar (thinking and learning skill).

Kecakapan-kecakapan yang dikembangkan diantaranya adalah kecakapan

memecahkan masalah, berpikir kritis, kolaborasi, dan kecakapan

berkomunikasi. Adanya permasalahan (problem) yang diberikan akan

mengajak siswa lebih aktif dalam pembelajaran fisika, memahami isi

pembelajaran, menantang kemampuan berpikir siswa untuk mengatasi

masalah yang dihadapinya, menemukan solusi yang tepat (solving) atas

permasalahan tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah satu guru mata

pelajaran fisika kelas XI SMAN 6 Ambon, menyatakan bahwa proses

pembelajaran fisika masih mengacu pada teacher centered, dalam hal ini guru

tidak melibatkan peserta didik untuk menyampaikan ide atau gagasan mereka

terhadap suatu masalah, belum memberikan sebuah pemahaman kepada

peserta didik tentang bagaiamana proses ditemukannya teori-teori fisika, serta

padangan peserta didik yang menganggap bahwa mata pelajaran fisika

merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat rumit untuk dipahami.

Selain itu, kegiatan pembelajaran juga masih menerapkan model pembelajaran


yang monoton sehingga daya tarik peserta didik terhadap mata pelajaran fisika

sangatlah kurang.

Salah satu model pembelajaran yang diamsumsikan dapat mendukung

terciptanya proses pembelajaran yang dinamis, tidak menjenuhkan dan mampu

memacu kreativitas dan interaksi antar siswa serta interaksi antara siswa

dengan guru adalah model pembelajaran Problem solving. Menurut (Fuad

Fitriyanto, 2012 : 42), model pembelajaran pemecahan masalah (Problem

solving) adalah penggunaan model dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan

melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau

perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara

bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan

yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah. Penerapkan model

pembelajaran Problem solving lebih banyak melibatkan peserta didik sebagai

subjek yang mencari dan memecahkan, pengajuan, pengerjaan sendiri dan

bukan sebagai objek yang hanya menerima informasi dari guru, agar peserta

didik dapat secara aktif belajar dan mengapresiasikan ilmu yang mereka

terima di sekolah guna mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya.

Selain menggunakan meodel pembelajaran Problem solving, media

pembelajaran juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam

meningkatan minat belajar peserta didik. Media pembelajaran merupakan

suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar mengajar. Media

pembelajaran didedifinisikan sebagai suatu bentuk saluran yang digunakan


oleh guru agar bisa membuat pembelajaran menjadi lebih efektif serta

membuat peserta didik memiliki minat yang tinggi untuk belajar.

Seorang guru harus bisa menerapkan dan mengembangkan media

pembelajaran terkhususnya pembelajaran fisika yang dapat menjawab dan

memenuhi kebutuhan peserta didik. Menurut penelitian yang dilakukan oleh

Johnson dan Marburger, media pembelajaran yang dikembangkan dalam

pembelajaran fisika adalah media pembelajaran berbasis digital. Hal ini

dikarenakan banyak konsep dalam pembelajaran fisika, dan media

pembelajaran berbasis digital (elektronik) dapat memvisualisasikan konsep-

konsep tersebut agar mudah dipelajari oleh siswa dan membantu guru dalam

menginterpretasikan materi.

Modul elektronik merupakan sebuah bentuk inovasi pembelajaran

fisika di abad 21. Hal ini dikarenakan modul elektronik sesuai dengan

perkembangan teknologi yang digunakan dalam pembelajaran. Pengembangan

pembelajaran berbasis teknologi akan memudahkan siswa untuk bisa

memahami berbagai konsep yang sulit dipahami. Minimnya waktu yang

disediakan di kelas membuat pengembangan media pembelajaran berbasis

teknologi menjadi sebuah kebutuhan. Salah satu yang dapat dikembangkan

adalah media modul elektronik flipbook. Hadirnya modul ini merupakan salah

satu bentuk upaya untuk mendukung pembelajaran secara digital. Inovasi

pembelajaran berbasis teknologi menjadikan sebuah urgensi untuk


mengembangkan pembelajaran fisika yang menyenangkan dan tidak

membosankan.

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka peneliti merasa tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran

Problem solving Berbantuan Media Flipbook digital Pada Materi Elastisitas

dan Hukum Hooke Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Peserta Didik

Kelas XI SMAN 6 Ambon”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka yang menjadi permasalahan

dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: “Bagaimana penerapan model

pembelajaran Problem solving berbantuan media Flipbook digital pada materi

Elastisitas dan Hukum Hooke untuk meningkatkan kemampuan kognitif

siswa? ”. Tujuan Penelitian

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini

adalah “untuk Mengetahui kemampuan kognitif peserta didik melalui

penerapan model Problem solving berbantuan media pembelajaran Flipbook

digital pada materi Elastisitas dan Hukum Hooke ”. Dari tujuan umum, dapat

dijabarkan beberapa tujuan khusus sebagai berikut:

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan manfaat secara:


1. Manfaat Teoritis

Dapat memperkaya khasana pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya

yang berhubungan dengan model Problem solving dan media Flipbook

digital dalam pembelajaran fisika.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peserta didik, melalui penerapan model Problem solving

berbantuan media Flipbook digital peserta didik mampu meningkatkan

kemampuan mengenai materi Elastisitas dan Hukum Hooke yang

terdapat dalam fisika, selain pemahaman juga untuk meningkatkan

keterampilan proses peserta didik.

b. Bagi guru, untuk memberi masukkan bagi guru untuk mengenal model

Problem solving berbantuan media Flipbook digital sebagai suatu

alternatif yang menarik dalam upaya mengaktifkan peserta didik dalam

proses belajar menagajar fisika.

c. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman

langsung dalam menerapkan model Problem solving berbantuan media

Flipbook digital dalam pembelajaran fisika. Dapat dijadikan sebagai

bahan masukan tentang pentingnya pemilihan teknik, model, dan

media pembelajaran pada materi Elastisitas dan Hukum Hooke dengan

menggunakan Problem solving berbantuan Flipbook digital

d. Bagi sekolah hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan yang baik

pada sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakekat Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Belajar adalah berusaha

memperoleh kepandaian atau ilmu. Pengertian ini memiliki arti bahwa

belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mencapai

kepandaian atau ilmu pengetahuan. Belajar merupakan suatu proses

perubahan sikap dan perilaku yang berdasarkan pengetahuan dan

pengalaman. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang

bersifat relatif permanen, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun ranah

psikomotorik. Perubahan tingkah laku dalam proses belajar bersifat

permanen dan terukur melalui beragam tes. Belajar, menurut teori kognitif

adalah kegiatan pemrosesan informasi yang bermuara pada perubahan

persepsi dan pemahaman atau perubahan struktur kognitif melalui

rangkaian proses akomodasi dan asimilasi pengetahuan. (Lubis, 2022: 72)

(Mansur, 2018 : 145) mengatakan bahwa “Tanpa belajar manusia

tak mungkin berubah dan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, karena

pada hakikatnya belajar adalah proses perubahan tingkah laku menjadi

lebih”. Perubahan yang dimaksudakan ialah perubahan tingkah laku

menuju suatu yang lebih baik dan optimal, dengan kata lain belajar sebuah

perubahan menuju perkembangan dan pencapaian harapan. Salah satu

tanda yang menggambarkan bahwa seseorang belajar adalah adanya


perubahan tingkah laku dalam dirinya, meliputi pengetahuan (kognitif),

dan sikap (afektif) maupun menyangkut keterampilan (psikomotor).

Sementara itu, Skiner (Mansur, 2018 : 146) berpandangan bahwa

belajar adalah suatu perilaku. Jika seseorang belajar, maka responsnya

akan menjadi baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responsnya

menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut: (a) kesempatan

terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons pelajar, (b) respons dari

pelajar, dan (c) konsekuensi yang menguatkan respons tersebut. Sebagai

ilustrasi, perilaku respons si pelajar yang baik diberi hadiah. Sebaliknya,

perilaku respons yang tidak baik diberi teguran dan hukuman.

Dari pendapat para ahli tentang pengertian belajar yang

dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah “proses

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku berdasarkan

pengalaman interaksi individu dengan lingkungannya”. Perubahan

tingkah laku yang dimaksudkan ialah perlikau menulis, berbicara,

mengingat, memecahkan masalah, berperilaku kreatif dan lain sebagainya.

Sedangakn maksud dari kata pengalaman mangarah kepada hal yang

dipelajari berdasarkan apa yang sudah dialami sebelumnya. Jadi belajar

dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan

secara sadar di dalam diri seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam

dirinya berupa penambahan pengetahuan.


B. Hakekat Kemampuan Kognitif

Kemampuan kognitif merupakan proses yang terjadi secara

internal di dalam pusat susunan syaraf pada waktu manusia sedang

berpikir. Menurut Abdurrahman (Hermina Meo, 2022 : 17) kemampuan

kognitif berkembang secara bertahap, sejalan dengan perkembangan fisik

dan syaraf-syaraf yang berada di pusat susunan syaraf. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa kemampuan kognitif peserta didik tidak hanya

bawaan secara genetis, melainkan juga kemampuan kognitif ini dapat

ditentukan oleh individu yang secara aktif dapat berkolaborasi dengan

lingkungan sekitar sehingga dapat meningkatkan kemampuan secara

optimal dan efektif. Siswa harus mampu memiliki pola pikir kognitif yang

tinggi. Tanpa kemampuan kognitif sulit dibayangkan seorang siswa dapat

berpikir untuk memahami materi pelajaran yang disajikan kepadanya

(Dewi Fatmawaty Une, 2022 : 55)

Ranah Kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali prinsip

yang sudah dipelajari, yang sesuai dengan kemampuan berpikir,

kompetensi memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman, ,

penentuan dan penalaran. Tujuan pembelajaran pada ranah intelektual

(kognitif) atau yang diartikan Bloom adalah segala aktivitas yang

menyangkut otak dibagi menjadi 6 tingkatan sesuai dengan tingkat

terendah sampai tertinggi yang disimbolkan dengan C (Cognitive).


a) C1 (Knowledge)

Tingkatan ini menekankan pada kemampuan dalam mengingat

kembali materi yang sudah dipelajari, misalnya pengetahuan tentang istilah,

kecenderungan dan urutan, klasifikasi dan kategori, kriteria serta

metodologi. Jenjang atau tingkatan ini ialah tingkatan terendah tetapi

menjadi prasyarat untuk tingkatan selanjutnya. Kata kerja operasional yang

dapat digunakan dalam tingkatan ini adalah : menyebutkan, menjelaskan,

mengutip, menggambarkan, mengidentifikasi, mendaftar, menunjukkan,

membilang, memasangkan, menandai, membaca, menyadari, menghafal,

meniru, menamai, mencatat, mengulang, mereproduksi, meninjau, memilih,

menyatakan, mempelajari, mentabulasi, memberi kode, menelusuri, dam

menulis.

b) C2 (Comprehension)

Pada tingkatan ini, pemahaman dapat didefenisikan sebagai

kemampuan dalam memahami materi tertentu yang telah dipelajari.

Kemampuan yang dimaksudkan yaitu translasi, intreprestasi, dan

ekstrapolasi. Kemampuan translasi dapat diartikan sebagai kemampuan

mengubah simbol dari satu bentuk ke bentuk lain, interpretasi merupakan

kemampuan menjelaskan materi, sedangkan Ekstrapolasi adalah

kemampuan memperluas arti. Pada tingkatan ini, peserta didik menjawab

pertanyaan dengan kata-katanya sendiri dengan memberikan contoh

seperti prinsip maupun konsep. Kata kerja operasional yang digunakan

dalam tingkatan ini adalah menjelaskan, mengkategorikan,


memperkirakan, mencirikan, merinci, membandingkan, menghitung,

mengasosiasikan, mengkontraskan, mengubah, menguraikan, menjalin,

mempertahankan, membedakan, mendiskusikan, menggali,

mencontohkan, mengemukakan, mempolakan, menerangkan, memperluas,

menyimpulkan, meramalkan, merangkum, dan menjabarkan.

c) C3 (Application)

Pada tingkatan ini, aplikasi didefinsikan sebagai kemampuan

menerapkan informasi dalam situasi yang nyata, dimana peserta didik

mampu menerapkan pemahamannya dengan cara menggunakannya secara

nyata. Di tingkatan ini, peserta didik diharapkan untuk bisa menerapkan

konsep dan prinsip yang dia miliki pada situasi baru yang tidak pernah

diberikan sebelumnya. Kata kerja operasional yang digunakan dalam

tingkatan ini adalah : mengurutkan, menentukan, menerapakan,

menyesuaikan, mengkalkulasi, memodifikasi, mengklasifikasi,

membangun, membiasakan, mencegah, menghitung, menggunakan,

menilai, melatih, menggali, mengemukakan, mengadaptasi,

mengoperasikan, mempersoalkan, mengkonsepkan, melaksanakan,

meramalkan, menyelidiki, memproduksi, memproses, mengaitkan,

menyusun, mensimulasikan, memecahkan, melakukan, dan mentabulasi.

d) C4 (Analysis)

Pada tingkatan ini, bisa dikatakan bahwa analisis adalah

kemampuan menguraikan suatu materi menjadi komponen-komponen

yang lebih jelas. Kemampuan ini berupa analisis elemen/unsur, analisis


hubungan, dan analisis pengorganisasian prinsip. Pada jenjang atau

tingkatan ini, peserta didik harus mampu menguraikan informasi ke dalam

beberapa bagian menemukan asumsi, dan membedakan pendapat dan fakta

serta menemukan hubungan sebab akibat. Kata kerja operasional yang

digunakan dalam tingkatan ini yaitu : menganalisis, mengaudit,

menegaskan, mendeteksi, mendiagnosis, memerinci, menominasikan,

mendiagramkan, memecahkan, mengkorelasikan, merasionalkan,

menyeleksi, menguji, mencerahkan, menjelajah, membagankan,

menyimpulkan, menemukan, menelaah, memaksimalkan, memerintahkan,

mengedit, mengaitkan, memilih, mengukur, melatih, dan mentransfer.

e) C5 (Synthesis)

Pada tingkatan ini, sintesis diartikan sebagai suatu kemampuan

mengkombinasikan elemen-elemen untuk membentuk suatu struktur yang

unik. Kemampuan ini dapat berupa memproduksi komunikasi yang unik,

rencana atau kegiatan yang utuh, dan seperangkat hubungan abstrak. Di

tingkatan ini, peserta didik diwajibkan menghasilkan hipotesis atau

teorinya sendiri dengan mengintegrasikan berbagai ilmu dan pengetahuan.

Kata kerja operasional yang digunakan pada tingkatan ini adalah :

mengabstraksi, mengatur, mengumpulkan, menganimasi, mengkode,

mengkombinasikan, menyusun, mengarang, membangun, menanggulangi,

mengkategorikan, menghubungkan, menciptakan, mengoreksi,

merancang, merencanakan, mendikte, meningkatkan, memperjelas,

mengkreasikan, memfasilitasi, membentuk, merumuskan,


menggeneralisasi, menggabungkan, memadukan, membatas, mereparasi,

menampilkan, menyiapkan, memproduksi, merangkum, dan

merekonstruksi.

f) C6 (Evaluation)

Pada tingkatan ini, evaluasi dimaknai sebagai suatu kemampuan

menilai manfaat suatu hal untuk tujuan tertentu atas dasar kriteria yang

jelas.. Pada tingkatan ini seseorang diarahkan untuk mendapatkan

pemahaman yang lebih baik, pengetahuan baru, penerapan baru serta cara

baru yang unik dalam analisis dan sintesis. Kata kerja operasional yang

digunakan pada tingkatan ini adalah : menyimpulkan, menilai,

membandingkan, mengarahkan, menimbang, memutuskan, memisahkan,

memprediksi, memperjelas, menugaskan, mengkritik, menafsirkan,

mempertahankan, memerinci, mengukur, merangkum, memvalidasi,

mengetes, mendukung, memilih, membuktikan, dan memproyeksikan.

C. Hakekat Model Pembelajaran Problem solving

Problem solving merupakan model pembelajaran yang memberi

peluang siswa untuk memecahkan masalah yang diberikan secara mandiri

sehingga mampu memperoleh konsep dan kemudian mampu menerapkan

konsep yang telah diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam bentuk

lainnya (Ririn, 2021 : 4). Pemecahan masalah dapat dipandang sebagai

bentuk penerapan prinsip– prinsip pada tingkat tingginya. Agar


pemecahan masalah ini dikuasai secara efektif oleh peserta didik, ada

langkah-langka tertentu yang harus dilalui oleh peserta didik.

Berdasarkan hasil penilitian dari (Saleh, 2022 : 370) menunjukan

bahwa Salah satu model pembelajaran yang dapat membuat siswa menjadi

lebih aktif dan kreatif, dalam menyelesaikan soal-soal, menumbuhkan

motivasi dan minat siswa dalam belajar, adalah model pembelajaran

berbasis masalah. Di sekolah-sekolah peserta didik selalu dihadapkan

dengan berbagai masalah pada tiap mata pelajaran. Untuk memecahkan

masalah tentunya memerlukan pemikiran dengan menggunakan berbagai

peraturan yang telah kita kenal menurut kombinasi yang berlainan.

Memecahkan sering harus dilalui berbagai langkah seperti mengenal setiap

unsur dalam masalah itu, mencari aturanaturan yang berkenan dengan

masalah itu dan dalam segala langkah perlu berfikir.

Ciri-ciri Problem solving

Adapun ciri-ciri dari model pembelajaran Problem solving adalah

(Lina Oktariani Utami, 2017 : 176-177):

a. Mengajukan pertanyaan atau masalah

Pengajaran berdasarkan masalah tidak sekedar mengorganisasikan

keterampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah

mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang

kedua-duanya secara penting dan secara pribadi bermakna bagi

peserta didik.
b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin

Walaupun pengajaran yang terfokus pada masalah mungkin berpusat

pada mata pelajaran tertentu, masalah yang akan diselidiki telah

dipilih yang sesungguhnya nyata agar dalam pemecahannya peserat

didik meninjau masalah itu pada banyak mata pelajaran.

c. Penyelidikan autentik

Pengajaran berdasarkan masalah mewajibkan peserta didik melakukan

penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaiannya taterhadap

masalah nyata.

d. Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya

Pengajaran berdasarkan masalah menuntut peserta didik agar dapat

menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata yang

menguraikan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka

temukan

Manfaat Model Problem solving

Manfaat dari penggunaan metode problem solving pada proses

belajar mengajar adalah untuk meningkatkan kualtias pembelajaran yang

lebih menarik. Menurut Djahiri, metode problem solving memberikan

beberapa manfaat antara lain :

a. Mengembangkan sikap ketrampilan peserta didik dalam memecahkan

permasalahan, serta dalam mengambil keputusan secara objektif dan

mandiri.
b. Mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik, anggapan yang

menyatakan bahwa kemampuan berpikir akan lahir bila pengetahuan

makin bertambah.

c. Melalui problem solving kemampuan berpikir diproses dalam dalam

situasi atau keadaan yang benar-benar dihayati, diminati siswa serta

dalam berbagai macam ragam alternatif.

Tujuan Model Pembelajaran Problem solving

1. Peserta didik menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan

kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.

2. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah

intrinsik bagi peserta didik.

3. Potensi intelektual peserta didik meningkat.

4. Peserta didik belajar bagaimana melakukan penemuan dengan

melalui proses melakukan penemuan.

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Problem solving

Adapun langkah-langkah model pembelajaran Problem solving

seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajan Problem solving

Aliran Kegiatan Tahapan Kegiatan

Menetukan Masalah Pada tahapan ini guru membimbing siswa untuk

dapat menyelesaikan masalah yang diajukan


Merumuskan Kemampuan yang diharapkan dari siswa untuk

Hipotesis membuat hipotesis (jawaban sementara) yang

berkaitan dengan permasalahan yang ada

Pengumpulan Data Dalam tahapan ini siswa didorong untuk

mengumpulkan data yang relevan

Menguji Hipotesis Berdasarkan data yang dikumpulkan akhirnya

siswa menentukan nama yang diterima dan mana

yang ditolak

Kesimpulan Pada tahap ini merupakan generalisasi jawaban

dari pertanyaan yang telah ada.

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem solving

Adapun kelebihan dan kekurangan dari model Problem solving

diantaranya :

a. Kelebihan Model Pembelajaran Problem solving

Menurut Shoimin (2017 : 137-138) ada beberapa kelebihan dari

model pembelajaran Problem solving yaitu:

1. Membuat peserta didik lebih menghayati pembelajaran

berdasarkan kehidupan sehari-hari.

2. Melatih dan membiasakan para peserta didik untuk

menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.


3. Dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik

secara kreatif.

4. Peserta didik sudah mulai dilatih untuk memecahkan

masalahnya dari semenjak sekolah (sebelum memasuki

kehidupan nyata).

5. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.

6. Membuat peserta didik berpikir dan bertindak kreatif.

7. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.

8. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.

9. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.

10. Merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan cara yang tepat.

11. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan

kehidupan, khususnya dunia kerja.

b. Kekurangan Model Problem solving

Menurut Hamiyah dan Jauhar (2014 : 130-131) ada

beberapa kekuarangan model penbelajaran Problem solving.

1. Memerlukan alokasi waktu yang relatif panjang dibandingkan

dengan model pembelajaran lain.

2. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya setara

dengan pengetahuan dan pengalaman siswa serta memerlukan

kemampuan dan ketrampilan guru .


D. Hakekat Media Pembelajaran

Media pembelajaran dapat diartikan sebagai seperangkat alat atau

sebagai wadah dalam menyampaikan pesan atau informasi yang dapat

berupa materi dalam belajar sehingga dapat meningkatkan minat seseorang

untuk belajar agar tercapainya tujuan dari adanya pembelajaran (Feriska

Achlikul Zahwa, 2022 : 63). Atau media pembelajaran adalah suatu alat

atau suatu sarana dalam menyalurkan dan memberikan materi atau isi yang

dapat merangsang pikiran dari audiens agar proses belajar mengajar dapat

berjalan secara efektif dan tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dengan

baik.

Media pembelajaran dapat dimaknai sebagai salah satu komponen

yang mendukung dalam proses kegiatan belajar mengajar, dimana hal ini

menjadi salah satu faktor yang mendukung keberhasilan proses

pembelajaran di sekolah karena dapat membantu proses penyampaian

informasi dari guru kepada peserta didik ataupun sebaliknya (Azizah,

2020 : 21)

Menurut (Isran Rasyid, 2018 : 93) dalam proses belajar mengajar

seorang guru hendaknya terampil dalam memilih, dan menggunakan serta

mengadaptasikan media yang akan digunakan. Dalam permasalahan ini

ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam penguasaan

pengetahuan tentang media pendidikan untuk mempertinggi kualitas serta

efektivitas pengajaran tersebut.


Manfaat Media Dalam Pembelajaran

Hamalik dalam (Isran Rasyid, 2018 : 94) berpendapat bahwa

pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar mampu

meningkatkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, serta membawa

pengaruh-pengaruh psikologi terhadap peserta didik. Media pembelajaran

secara umum memiliki manfaat untuk memperlancar interaksi antara

peserta didik dengan guru sehingga pembelajaran akan menjadi efektif dan

efisien. Tetapi, media pembelajaran secara khusus memiliki beberapa

manfaat yaitu:

1) Penyampaian materi pelajaran bisa diseragamkan

2) Proses pembelajaran akan terlihat jelas dan menarik

3) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif

4) Efisiensi dalam waktu dan tenaga

5) Kualitas hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan

6) Dengan adanya media pengajaran proses belajar dapat dilakukan

dimana saja dan kapan saja

7) Media dapat membangkitkan sikap positif peserta didik terhadap

materi dan proses belajar

8) Mengubah peran guru ke arah yang lebih produktif

Berdasarkan manfaat media pembelajaran yang disebutkan di

atas, tentunya masih banyak manfaat-manfaat praktis yang lain. Berikut ini
beberapa manfaat praktis media pembelajaran di dalam proses belajar

mengajar yaitu :

1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan

informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses

hasil belajar

2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian

anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang

lebih langsung antara peserta didik dengan lingkungannya, dan

kemungkinan peserta didik untuk belajar sendiri sesuai dengan

kemampuan dengan minatnya.

3) Media pembelajaran bisa mengatasi keterbatasan ruang dan waktu

4) Media pembelajaran mampu memberikan pengalaman kepada peserta

didik tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, dan

memungkinkan interaksi langsung dengan guru, masyarakat dengan

lingkungannya.

E. Media Pembelajaran Flipbook digital

Pengertian Flipbook digital

Media Pembelajaran Flipbook adalah media yang menggunakan

perangkat lunak yang handal yang dirancang untuk mengkonversi file PDF

ke halaman baik publikasi digital, software ini dapat mengubah tampilan

file PDF menjadi lebih menarik seperti layaknya sebuah buku. Tidak

hanya itu, flipbook juga dapat membuka file PDF menjadi seperti majalah
digital, katalog digital, dan lain-lain. Flipbook ini juga bisa memuat e-

book, e-modul, e-paper, dan e-magazine. Tidak hanya teks, juga dapat

menyisipkan gambar, grafik, suara, link, dan video gambar kerja.

Media pembelajaran flipbook ini dirancang dengan desain

semenarik mungkin agar bisa menjadi sebuah media pembelajaran yang

menyenangkan. Di dalam media pembelajaran ini akan membatu peserta

didik dalam memahami materi-materi yang sulit difahami secara teks saja.

Karena flipbook akan menghadirkan pula bentuk gambar dan juga video.

Media pembelajaran flipbook yang dimaksudkan adalah flipbook berbasis

website.

Flipbook menurut (Desi Rahmawati S. W, 2017 : 327 ) ialah

lembaran-lembaran kertas menyerupai album atau kalender berukuran 21 x

28 cm. Flipbook sendiri memiliki banyak kelebihan di antaranya yaitu;

dapat menyajikan materi pembelajaran dengan menggunakan bentuk kata-

kata, kalimat dan gambar, dan bisa dilengkapi dengan warna-warna

sehingga lebih menarik perhatian peserta didik, pembuatannya mudah dan

harganya murah, mudah dibawa kemana-mana, dan dapat meningkatkan

aktivitas belajar peserta didik. Media flipbook yang akan dikembangkan

adalah media yang di dalamnya memuat fitur-fitur yang berupa gambar-

gambar dalam kehidupan nyata yang menjelaskan mengenai materi yang

ada.

Selain itu, dengan pemakian media flipbook ini juga bisa

membantu meningkatkan aktivitas peserta didik. Beberapa penelitian yang


relevan menunjukkan bahwa penggunaan media pembelajaran flipbook

dapat mengefektifkan hasil belajar peserta didik. Penelitian yang dilakukan

oleh (Dendik Udi Mulyadi, 2016 : 297) menggambarkan adanya

peningkatan keterampilan berpikir kreatif saat kegiatan belajar mengajar

dengan menerapkan media pembelajaran flipbook. Disamping itu, hasil

penelitian dari (Roemintoyo, 2021 : 10) menujukkan bahwa media

pembelajaran Flipbook dapat memfasilitasi pembelajaran abad 21.

Membuat Akun dan Flipbook digital

Sebelum kita mendownload flipbook digital versi offline pada

https://fliphtml5.informer.com, terlebih dahulu kita harus membuat akun

flipbook

a. Untuk akun flipbook dapat kita buat dengan masuk pada link di

atas, kemudian daftarkan akun flippbok dengan menggunakan

email, kemudian kita akan mendapatkan kode verifikasi pada email

yang kita gunakan untuk daftarkan tadi. Flipbook telah terdaftar

dan siap digunakan


Gambar 2.1 tampilan awal untuk registrasi akun Flipbook digital

b. Untuk membuat Flipbook digital pertama-tama buka aplikasi Flip

HTML5 yang telah kita download


Gambar 2.2 tampilan awal aplikasi Flip HTML5 offline setelah

didownload

c. Setalah masuk pada aplikasi, maka akan muncul tampilan seperti

pada gambar. Tekan impor file, dimana file yang akan diimport

harus dalam bentuk pdf, setelah itu klik import now


Gambar 2.3 tampilan utama flip HTML5 Offline

d. Setelah mengimpor file pdf yang telah dipilih, maka akan muncul

tampilan seperti pada gambar

Gambar 2.4 Tampilan materi Elastisitas dan Hukum Hooke yang

telah diconvert dalam bentuk flipbook digital


Dimana kita dapat kreatif sedemikian mungkin untuk membuat

bahan ajar dalam bentuk flipbook ini. Ada banyak template yang

tersedia

e. Kita juga dapat menambahkan video, audio, gambar, link, text,

slider pada bahan ajar yang telah dibuat sebelemnya

Gambar 2.5 tampilan flip page editor


Kelebihan dan Kekurangan Media Flipbook digital

Menurut (Desi Rahmawati S. W., 2017 : 326) Flipbook Memiliki

memiliki beberapa kelebihan di antaranya yaitu; dapat menyajikan materi

pembelajaran dalam bentuk kata-kata, kalimat dan gambar, dapat

dilengkapi dengan warna-warna sehingga lebih menarik perhatian peserta

didik, pembuatannya mudah dan harganya murah, mudah dibawa kemana-

mana, dan dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik, serta

membantu meningkatkan penguasaan peserta didik terhadap hal-hal

abstrak atau peristiwa yang tidak bisa dihadirkan dalam kelas. Selain itu

Fliipbook digital juga memiliki kelemahan/kekurangan adalah hanya bisa

digunakan perindividu atau kelompok kecil, yaitu hanya sampai 4-5 orang.

F. Penelitian-Penelitian Terdahulu Flipbook digital dan Problem solving

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini tertera pada tabel berikut:
Tabel 2.2 Penelitian-Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Penelitian

Efektivitas E-Modul Berbasis Problem

1 (Dila Wahyuni, 2020) solving Terhadap Keterampilan

Berfikir Kritis Peserta Didik

Efiktivitas Penggunaan Media Sains

Flipbook Berbasis Kontekstual Untuk


2 (Aprilia, 2021)
Meningkatkan Kemampuan Berpikir

Kritis siswa
Efektivitas Media Pembelajaran Flip-

Book Berbasis Screencast-O-Matic

3 (Balqis Husain, 2021) (SOM) Vidio Sebagai System

Asynchronous Pada Mahasiswa

Universitas Pasifik Morotai

Pengembangan Media Pembelajaran

Flipbook digital Fisika Untuk Siswa

4 (Saprida Yuniarrahmanaa, 2021) Kelas X Pada Materi Elastisitas dan

Hukum Hooke SMA NEGERI 1 Matan

Hilir Utara

Penerapan Pembelajaran Problem

solving Untuk Meningkatkan Aktivitas


5 (Anwar Bey, 2013)
Dan Hasil Belajar Matematika Pada

Materi SPLDV

Penerapan Model Pembelajaran

Problem solving Untuk Meningkatkan


6 (Citra Maesari, 2019)
Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa Sekolah Dasar

7 (Yusi Hidjrawan, 2017) Efektivitas Model Pembelajaran

Problem solving Terhadap

Keterampilan Berfikir Kritis Dan Hasil

Belajar Peserta Didik Pada Materi

Larutan Penyangga Di SMA NEGERI


7 Banda Aceh

Berikut ini diuraikan hasil penelitian terdahulu yang sesuai dan terdapat

pada tabel 2.2 di atas:

1. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa e-Modul berbasis

Problem solving dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis

peserta didik pada materi gerak lurus dan gerak parabola. Hal ini

dibuktikan dengan rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kritis dengan

presentase 83,88%.

2. Hasil uji efektivitas menunjukkan bahwa media sains flipbook

berbasis kontekstual memiliki nilai rata-rata hasil belajar peserta

didik yang menggunakan media sains flipbook berbasis

kontekstual yaitu 88,12. Nilai rata-rata ini lebih tinggi

dibandingkan dengan kelas yang menggunakan buku paket IPA,

yaitu 75,31. Selain itu, dari segi efektifitas kemampuan berpikir

kritis peserta didik menunjukkan bahwa skor nilai kemampuan

berpikir kritis peserta didik pada kelas ekperimen yang menerapkan

media sains flipbook lebih tinggi dari skor nilai kemampuan

berpikir kritis peserta didik kelas kontrol yang hanya menggunakan

media buku paket IPA.

3. Peneliti mengukur efektivitas media Flip-book berbasis SoM video

dalam proses pembelajaran bahasa Inggris, aspek kemampuan


pendidik dalam mengelola pembelajaran memiliki nilai mean

terbesar (44,97). Dapat disimpulkan bahwa teknik dalam

mengelola pembelajaran memberikan pengaruh yang sangat

signifikan terhadap suksesnya proses belajar-mengajar dalam kelas.

Dengan demikian, penting bagi setiap tenaga pendidik meninjau

sejauh mana tenaga pendidik mengelolah kelas menjadi lebih

menarik, interaktif, efisien dan efektif terutama pada saat mengelolah

pembelajaran dengan menggunakan media Flip-book berbasis SoM

video.

4. Berdasarkan hasil uji coba produk, dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran Flipbook digital sangat layak digunakan dan diterapkan

sebagai media pembelajaran baik di sekolah maupun secara mandiri di

rumah pada materi Elastisitas dan Hukum Hooke untuk peserta didik

kelas X.

5. Hasil penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran Problem

solving dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa kelas IV SD Negeri 004 Bangkinang Kota berjalan

dengan baik yang dapat dibuktikan dari hasil tes. Hasil tes pada siklus

1 pertemuan I menunjukkan ada 4 orang siswa (33,33%) dari 12

peserta didik yang termasuk tuntas dengan kategori sangat kurang

(<60), dan pada siklus 1 pertemuan II menunjukkan ada 7 orang

peserta didik ( 58,33%) dari 12 peserta didik yang termasuk tuntas

dengan kategori cukup (70-79%), sedangkan pada siklus 2 pertemuan


1 menunjukkan ada 9 orang peserta didik (75%) dari 12 orang peserta

didik yang termasuk tuntas dengan kategori cukup (70- 79%), dan

pada siklus 2 pertemuan II menunjukkan ada 10 orang peserta didik

(83,33%) dari 12 orang siswa yang termasuk tuntas dalam kategori

baik (80-89%).

6. Dari hasil penilitian ini respon yang diberikan peserta didik terhadap

model pembelajaran problem solving adalah positif dengan kriteria

baik, hal ini dibuktikan dengan banyaknya peserta didik yang

menjawab sangat setuju lebih tinggi persentasenya yaitu 83,33% dan

80,00%, dibandingkan pernyataan setuju, tidak setuju dan sangat tidak

setuju. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran dengan model problem solving efektif digunakan untuk

dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar

peserta didik. Serta tanggapan yang diberikan peserta didik terhadap

model pembelajaran problem solving baik.

G. Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran fisika materi Elastisitas dan Hukum Hooke di

SMAN 6 AMBON masih tergolong kurang efektif. Hal ini dikarenakan

media pembelajaran sebagai penunjang penyampaian materi kepada

peserta didik agar peserta didik lebih memahami materi yang diajarkan.

Masih sering digunakannya model pembelajaran yang bersifat monoton


sehingga peserta didik kurang mampu memahami materi yang

disampaikan. Maka dari itu perlu adanya perbaikan seperti inovasi

penggunaan model pembelajarn dan media pembelajaran yang dipakai

oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas. Upaya inovasi media

pembelajaran dan model pembelajaran yang digunakan dalam

penyampaian materi Elastisitas dan Hukum Hooke salah satunya dengan

menerapkan model pembelajaran problem solving berbantuan media

pembelajaran flipbook digital. Hasil yang diharapkan yaitu peserta didik

memiliki kemampuan kognitif terkait materi Elastisitas dan Hukum

Hooke.

H. Hipotesis

Berdaarkan kerangka berpikir di atass, maka hipotesis dalam

penelitian ini adalah “terjadi peningkatan kemampuan kognitif peserta

didik pada materi elastisitas dan hokum Hooke dengan diterapkannya

model pembelajaran problem solving berbantuan flipbook digital ”.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek dan Objek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VI Sekolah Dasar

Negeri Songkok, tahun pelajaran 2022/2023. Subjek dalam penelitian ini

adalah peserta didik kelas XI SMAN 6 AMBON sengan jumlah peserta didik

sebanyak 25 orang. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah penggunaan

model pembelajaran problem solving berbatuan flipbook digital untuk

meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik materi elastisitas dan hokum

Hooke.

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilakukan bulan September dan

Oktober 2022. Penelitian ini akan dilakukan dalam 2 siklus. Setiap siklusnya

dilakukan dalam 2 kali pertemuan dengan tujuan agar peserta didik dan guru

dapat beradaptasi dengan model dan media pembelajaran yang digunakan.

Rencana penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah PTK


(Penelitian Tindakan Kelas). PTK pertama kali diperkenalkan oleh Kurt

Lewin yang dinyatakan dalam satu siklus terdiri atas empat langkah, yaitu :

a. Perencanaan ( Planning )

b. Aksi atau tindakan (Acting)

c. Observasi (Observing)

d. Refleksi ( Reflecting )

Ke-empat Langkah ini dpat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1 Empat langkah dalam PTK


Dalam merencanakan perbaikan, hal yang harus dilakukan terlebih

dahulu yaitu perlu dilakukan identifikasi masalah, analisis, dan perumusan

masalah. Identifikasi masalah bisa dilakukan dengan mengajukan pertanyaan

pada diri sendiri tentang pembelajaran yang dikelola. Setelah masalah

teridentifikasi, masalah perlu dianalisis dengan cara melakukan refleksi dan

menelaah berbagai dokumen terkait. Berdasarkan hasil analisis, dipilih dan

dirumuskan masalah yang paling mendesak dan mungkin dipecahkan oleh

guru. Setelah masalah dijabarkan, langkah berikutnya adalah

mencari/mengembangkan cara perbaikan yang dilakukan dengan mengkaji

teori dan hasil penelitian yang relevan, berdiskusi dengan teman sejawat dan

pakar, dan menggali pengalaman sendiri. Berdasarkan hal ini, dikembangkan

cara perbaikan atau tindakan yang sesuai dengan kemampuan dan komitmen

guru, kemampuan siswa, sarana dan fasilitas yang tersedia, iklim belajar dan

iklim kerja di sekolah.

1. Perencanaan ( Planning )

Langkah-langkah yang dilakukan dalam perencanaan tindakan adalah :

a) Guru mempersiapkan silabus

b) Guru mempersiapkan materi pembelajaran yang sesuai dengan silabus

c) Guru mempersiapkan RPP

d) Guru mempersiapkan instrumen yang akan digunakan dalam proses

pembelajaran

2. Aksi (Action)
Pelaksanaan Tindakan Kelas yang dilakukan sesuai dengan

penelitian dalam hal ini Meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik

dengan Menggunakan model pembelajaran problem solving berbantuan

flipbook digital adalah :

a) Guru meminta peserta didik untuk mneyimak video yang ditampilkan

lewat flipbook

b) Guru membantu peserta didik untuk merumuskan masalah dengan jelas

c) Guru membimbing peserta didik untuk menelaah masalah dengan

merincikan dan menganalisis masalah dari berbagai sudut

d) Guru mengarahkan peserta didik untuk merumuskan hipotesis dengan

berdasarkan masalah yang telah ditelaah sebelumnya

e) Guru meminta peserta didik menyusun data serta menyajikan data melalui

percobaan yang dilakukan.

f) Guru meminta peserta didik untuk menganalisis data yang diperoleh dari

hasil percobaan yang dilakukan untuk membuktikan hipotesis yang telah

dirumuskan

g) Guru membimbing peserta didik untuk mencari alternative penyelesaian

h) Guru memberikan tugas kepada peserta didik

i) Pembelajaran ditutup dengan doa

3. Observasi ( observing )

Tahap observasi melibatkan teman sejawat sebagai observer.

Observasi yang efektif berlandaskan pada lima dasar, yaitu :


a) Harus ada perencanaan bersama antara peneliti dan observer

b) Fokus observasi harus ditetapkan sebelumnya secara bersama

c) Peneliti dan observer harus membangun kriteria observasi secara bersama

d) Observer harus memiliki pengalaman sebagai pengamat

e) Observasi akan bermanfaat apabila ada umpan balik dari hasil observasi

dan segera dilaksanakan sesuai aturan.

Dengan menggunakan lima dasar tersebut sebagai acuan observasi,

diharapkan kerjasama antar peneliti dan observer dapat memecahkan masalah

yang timbul dalam setiap siklus. Kerjasama ini juga yang nantinya akan

memberikan kontribusi baik bagi perbaikan pada setiap siklus sehingga

tercapai tujuann pembelajaran yang diharapkan.

4. Refleksi (Reflecting)

Refleksi adalah renungan atau mengingat kembali apa yang sudah

dilakukan. Berdasarkan hasil refleksi guru melakukan perencanaan tindak

lanjut, yang dapat berupa revisi dari rencana lama atau merubah pola yang

lama dengan pola yang baru. Kegiatan yang terangkum selama proses

observasi dicatat, dan dianalisa. Dan apakah model pembelajaran problem

solving berbantuan flipbook digital dapat meningkatkan kemampuan kognitif

peserta didik pada materi elastisitas dan hokum Hooke di SMAN 6 Ambon

atau belum. Data tersebutlah yang digunakan untuk menetukan kegiatan siklus

lanjutan yang akan dilakukan dalam siklus berikutnya. Data yang sudah
dianalisis inilah yang digunakan sebagai tolak ukur peningkatan siklus

berikutnya.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Jenis data yang diyakini dan dibutuhkan penelitian dalam penelitian ini

adalah data yang diperoleh dengan dua cara yaitu observasi dan tes pada setiap

akhir siklus.

a. Observasi

Teknik pengumpulan data dengan observasi adalah :

1) Observasi terhadap aktivitas guru selama pembelajaran fisika

dengan menggunakan model pembelajaran problem solving

berbantuan flipbook digital

2) Observasi terhadap aktivitas peserta didik selama proses

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem

solving berbantuan flipbook digital

Keseluruhan data observasi yang didapat tertera dalam lembar

observasi yang diisi oleh observer sebagai data kuantitatif yang berbentuk

angka hasil perhitungan yang dapat diproses dengan cara dijumlahkan dan

dibandingkan, sehingga dapat diperoleh persentase.

b. Tes
Guru membuat beberapa tes tertulis dengan media berdasarkan

materi yang diajarkan. Pertanyaan yang dibuat adalah untuk mengetahui

tingkat kemampuan kognitif peserta didik pada materi elastisitas dan

hokum Hooke.

D. Analisis Data

Analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

analisis komparatif pada dua variabel atau lebih dimana sampel-sampel yang

dikomparatifkan tidak berkorelasi adalah skor atau nilai dari kedua sampel

diperoleh dari subjek yang berbeda.

Untuk menganalisa data aktivitas guru dan peserta didik yang telah

terkumpul diolah dengan menggunakan rumus :

F P = -------- X 100 % N

P = Persentase kemampuan kognitif peserta didik pada materi Elastisitas

dan Hukum Hooke

F = Frekuensi indikator keberhasilan yang terpenuhi

N = Jumlah keseluruhan indikator keberhasilan yang mesti dipenuhi

Untuk menetapkan tercapai atau tidaknya kemampuan kognitif

peserta didik dengan menerapkan model problem solving berbantuan

flipbook digitak dapat diketahui dengan rentang nilai persentase sebagai

berikut :
Rentang Nilai Presentase Keterangan
76 % - 100 % sangat baik
56 % - 75 % baik
40 % - 55 % kurang baik
0 % - 39 % sangat kurang

DAFTAR PUSTAKA

Ani Susanti, E. L. (2013). PENYESUAIAN DIRI PADA ANAK TAMAN KANAK-


KANAK. Jurnal Fakultas Psikologi Vol. 1,, 17.

Anwar Bey, A. (2013). Penerapan Pembelajaran Problem Solving untuk Meningkatkan


Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika pada Materi SPLDV. JURNAL
PENDIDIKAN MATEMATIKA, 224-239.

Aprilia, T. (2021). Efektivitas Penggunaan Media Sains Flipbook Berbasis Kontekstual


untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa. Jurnal Penelitian Ilmu
Pendidikan, 10-21.

Azizah, M. N. (2020). Pengembangan Media Pembelajaran IPA berbasis Information


Communication and Technology (ICT). JURNAL GURU PENDIDIKAN
SEKOLAH DASAR, 21.

Balqis Husain, F. J. (2021). EFEKTIVITAS MEDIA PEMBELAJARAN FLIP-BOOK


BERBASIS SCREENCAST-O-MATIC (SOM) VIDEO SEBAGAI SYSTEM
ASYNCHRONOUS PADA MAHASISWA UNIVERSITAS PASIFIK
MOROTAI;. JURNAL IKA : IKATAN ALUMNI PGSD UNARS , 266-277.

Citra Maesari, R. M. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving untuk


Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sekolah
Dasar. JOURNAL ON TEACHER EDUCATION, 92-102.

Dendik Udi Mulyadi, 2. S. (2016). PENGEMBANGAN MEDIA FLASHFLIPBOOK


UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KREATIF
SISWADALAM PEMBELAJARAN IPA DI SMP. Dendik, Pengembangan
Media Flash, 297.
Dersy R. Taneo1, O. N. (2022). Penerapan Metode Problem Solving secara Online dalam
Meningkatkan Minat Belajar Siswa. Jurnal Ilmu Pendidikan Volume 4 Nomor 2
Tahun 2022, 2576.

Desi Rahmawati, S. W. (2017). PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN


FLIPBOOK PADA MATERI. Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol 6 No. 4,
Desember 2017, hal 326-332, 326.

Desi Rahmawati, S. W. (2017). PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN


FLIPBOOK PADA MATERI GERAK BENDA DI SMP. Jurnal Pembelajaran
Fisika, Vol 6 No. 4,, 327.

Desi Rahmawati, S. W. (2017). PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN


FLIPBOOK PADA MATERI GERAK BENDA DI SMP. Jurnal Pembelajaran
Fisika, 326-332.

Dewi Fatmawaty Une, E. H. (2022). Hubungan Antara Gaya Belajar Dengan


Kemampuan Kognitif Matematika. Journal Homepage, 55.

Dila Wahyuni, M. S. (2020). Efektifitas e-Modul Berbasis Problem SolvingTerhadap


KeterampilanBerfikir Kritis Perserta Didik. Jurnal Penelitian Bidang IPA dan
PendidikanIPA, 180-189.

Edi Widianto, A. A. (2021). PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS


TEKNOLOGI INFORMASI. Journal of Education and Teaching, 214.

Feriska Achlikul Zahwa, I. S. (2022). PEMILIHAN PENGEMBANGAN MEDIA


PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI . Jurnal Penelitian
Pendidikan dan Ekonomi, 63.

Fikriyah, F. Z. (2018). Penerapan Konsep Multiple Intelligences Pada Pembelajaran PAI.


Jurnal Pendidikan Islam, 221.

Fuad Fitriyanto, S. N. (2012). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM


SOLVING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS.
Chemistry in Education, 41-44.

GIANCOLI, D. C. (2014). Principles with Apllication. Ciracas, Jakarta: Erlangga.

Hermawatia, F. M. (2020). PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK FLIPBOOK


BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI INDUKSI
ELEKTRONIK SMA KELAS XII. Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-
Journal) SNF2020, 2.

Hermina Meo, M. M. (2022). PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KARTU


ANGKA BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
KOGNITIF PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TKK NEGERI KISARAGHE
KECAMATAN BAJAWA UTARA TAHUN DI TKK NEGERI KISARAGHE
KECAMATAN BAJAWA UTARA . Jurnal Citra Pendidikan, 17.

Isran Rasyid Karo-Karo S, R. (2018). MANFAAT MEDIA DALAM PEMBELAJARAN.


AXIOM, 93.

Lina Oktariani Utami, I. S. (2017). PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING


DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK USIA
DINI . Tunas Siliwangi , 175-180.

Lubis, S. S. (2022). MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS OTAK (BRAIN-BASED


LEARNING) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA. Jurnal
ESTUPRO, 67-75.

Mansur, R. (2018). BELAJAR JALAN PERUBAHAN MENUJU KEMAJUAN. Jurnal


Vicratina, 145-158.

P.I. Wijayanti, M. ,. (2010). EKSPLORASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA


POKOK BAHASAN. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010) 1-5, 5.

Ririn, R. (2021). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Kemandirian


Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Problem Solving. MATHEMA
JOURNAL, 1-15.

Roemintoyo, M. K. (2021). Flipbook as Innovation of Digital Learning Media: Preparing


Education for Facing and Facilitating 21st Century Learning. Journal of
Education Technology, 8-13.

Saleh, M. (2022). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika Dengan
Model Pembelajaran Problem Solving Pada Siswa Kelas XII IPA SMA Negeri 1
Buntulia Tahun Pelajaran 2019/2020. Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal, 369-
374.

Saprida Yuniarrahmanaa, M. S. (2021). PENGEMBANGAN MEDIA


PEMBELAJARAN FLIPBOOK DIGITAL FISIKA UNTUK SISWA KELAS X
PADA MATERI USAHA DAN ENERGI SMA NEGERI 1 MATAN HILIR
UTARA. PRISMA FISIKA, 213-220.

Sarmaida Sipahutar, H. N. (2022). PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING


BERBANTUAN ALAT PERAGA. JURNAL PENELITIAN FISIKAWAN Vol 5
Nomor 1, 10.

SUPARDI U.S, L. H. (2015). PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN DAN MINAT


BELAJAR. Jurnal Formatif 2(1):, 71-81.

Tia Ristiasari, B. P. (2012). MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING


DENGAN MIND MAPPING. Unnes Journal of Biology Education, 35.
U. Kulsum, S. E. (2014). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE
PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI ILMIAH SISWA PADA
MATA PELAJARAN FISIKA. UPEJ 3 (2) (2014), 74.

Yusi Hidjrawan, I. K. (2017). EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM


SOLVING TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL
BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA DI
SMA NEGERI 7 BANDA ACEH. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, 154-165.

Yusuf Andrian, R. (2019). IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN ABAD 21 DALAM


KURIKULUM 2013. JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN, 14-23.

You might also like