You are on page 1of 3

ETIKA ANIMAL

Sebuah gagasan tentang hak hewan atau etika hewan bukanlah hal yang baru, sudah di
gaungkan oleh para filsuf sejak abad ke- 6 SM. Yang dimaksud dengan hak hewan atau etika
pada hewan bukanlah kewajiban hewan kepada manusia tetapi perlakuan manusia kepada
hewan. Tetapi tidak pernah sampai pada titik temu dan menurut saya akan terus berkembang.
Karena pada hal ini terdapat hal-hal yang mendasar, dimana antar filsuf saling berbeda
pendapat. Diskusi tentang hak hewan dipicu dengan posisi hewan sebagai subjek yang harus
diperlakukan secara manusiawi atau alat untuk manusia dan moralitas umumnya dikaitkan
dengan kemampuan daya berfikir, berperasaan dan bertanggung jawab. Tentang hal ini para
filsuf tidak pernah sependapat tentang status moral pada hewan.

Aristotles dalam bukunya Politics berpendapat bahwa keberadaan hewan non-


manusia memiliki posisi dibawah manusia dalam rantai besar, karena irasionalitasnya mereka
tidak memiliki kepentingan dan tidak wajib menghormatinya. Aristotles membedakan antara
anima rationalis dan anima sensitive, manusia memiliki keduanya tetapi hewan hanya
memiliki anima sensitive, pandangannya dilandasi oleh hierarki alamiah. Imanuel Kant
berpendapat bahwa manusia teidak memiliki kewajiban/tugas kepada hewan, mereka
diperuntukan untuk kepentingan manusia. Karena hewan bukan pribadi mereka tidak
mempunyai pikiran dan kesadaran diri.

Menurut Wennberg, ada tiga alasan mengapa hewan/binatang memiliki kesadaran.


Pertama, terkait pengertian umum bahwa secara subjektif animalitas memiliki kesadaran diri
akan kehadirannya, karena mereka merasa lapar, rasa kurang nyaman yang disebabkan oleh
tiadanya makanan. Kedua, terkait sudut pandang keyakinan. Kita percaya bahwa animalitas
mengalami rasa sakit, penderitaan, lapar, marah, dan seterusnya. Ketiga, dari sudut pandang
keserupaan psikologis dan anatomis antara manusia dan banyak animalitas.

Tom Regan, memperkenalkan istilah inherent value (nilai bawaan) pada


hewan/binatang, maka mereka harus dihargai haknya untuk tidak diperlakukan buruk. Semua
individu yang memiliki inherent value tidak boleh diperlakukan hanya sebagai alat. Tom
Regan menggarisbawahi bahwa semua yang memiliki inherent value memilikinya secara
setara, baik manusia maupun hewan. Regan juga mengangkat istilah intrinsic value
(animalitas mempunyai tujuan dalam hidupnya sendiri lepas dari tujuannya pada manusia)
sebagai alasan mengemukakan adanya persamaan hak antara manusia dengan
hewan/binatang. Kalau hewan/binatang mempunyai intrinsic value, maka animalitas tidak
hanya harus diperlakukan dengan baik tetapi juga tidak boleh dihilangkan hidupnya (tidak
boleh dibunuh).

Dalam etika hewan saya akan mencoba menggunakan dengan pendekatan aliran
utilitarianisme, sebuah konsep yang dikembangkan oleh Jeremy Betham. Menurut Bentham
dan Mill, menurut Barbour, meyakini bahwa kita memiliki kewajiban terhadap animalitas
sebab mereka dapat merasakan atau mengalami penderitaan dan perasaan (rasa sakit atau rasa
senang), bukan karena rasionalitas. Jadi aliran ini memiliki prinsip kebahagian terbesar yaitu
tindakan itu benar karena cenderung memberikan kebahagian dan tindakan itu salah karena
cenderung memberikan keburukan.

Peter Singer, penulis buku Animal Liberation yang diterbitkan pada tahun 1975,
meletakkan dasar-dasar etika animalitas dengan titik tolak kesadaran hewan (hewan memiliki
kesanggupan (sentience) untuk merasa senang atau sakit). Karena hewan dapat merasakan
senang atau sakit, maka hewan/binatang adalah objek dari kepedulian moral. Pendapat Singer
ini menjadi dasar pengembangan etika pembebasan animalitas (animal liberation) di
kemudian hari.

Pendapat utama Peter Singer dalam "Animal Liberation" adalah bahwa hewan
nonmanusia memiliki kepentingan yang layak dihormati dan memiliki hak untuk tidak
menderita. Ia menolak pandangan tradisional yang meyakini bahwa hanya manusia yang
memiliki nilai moral yang signifikan, dan mengajukan argumen bahwa hewan juga memiliki
kemampuan untuk merasakan rasa sakit, kesengsaraan, dan kebahagiaan. Oleh karena itu,
mereka juga berhak mendapatkan perlindungan etis.

Singer menyatakan bahwa perlakuan terhadap hewan yang menyebabkan penderitaan


yang tidak perlu adalah bentuk penindasan yang tidak beralasan. Ia mengkritik praktik-
praktik industri peternakan intensif, percobaan hewan, dan penggunaan hewan dalam
hiburan, seperti sirkus dan pariwisata satwa liar. Singer juga berpendapat bahwa kita
memiliki kewajiban moral untuk mengurangi penderitaan hewan dan memperlakukan mereka
dengan rasa hormat.

Singer mengajukan prinsip "prinsip kesetaraan" dalam etika binatang, yang


menyatakan bahwa kita harus memberikan perlindungan yang setara terhadap penderitaan
hewan nonmanusia seperti yang kita berikan kepada manusia. Ia mendukung pemikiran
bahwa kita seharusnya memprioritaskan kesejahteraan hewan daripada kepuasan pribadi atau
kesenangan yang tidak esensial, seperti makanan hewani atau hiburan yang melibatkan
penderitaan hewan.

Speisiesisme: Singer menolak pandangan speisiesis yang memandang manusia


sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki nilai moral dan derajatnya lebih tinggi
bergantung pada spesiesme. Ia berpendapat bahwa penekanan pada perbedaan spesies tidak
beralasan dalam menentukan hak moral. Sebaliknya, ia mengusulkan prinsip kesetaraan yang
melibatkan memberikan perlindungan yang setara terhadap penderitaan hewan nonmanusia.

Namun, pandangan Singer juga telah menjadi kontroversial. Beberapa kritikus


mengklaim bahwa pandangannya terlalu ekstrem dan mengabaikan perbedaan yang
signifikan antara manusia dan hewan. Mereka berpendapat bahwa manusia memiliki
kapasitas rasionalitas dan moralitas yang unik, yang membedakan mereka dari hewan.
Pandangan Singer tentang etika binatang telah memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap perdebatan dan kesadaran tentang perlakuan terhadap hewan dalam masyarakat
modern. Ia telah mendorong orang untuk lebih mempertimbangkan dan memperhatikan
penderitaan hewan.

-Inter spesiesme seksual / bahaya seksual .

-Tumbuhan mempunyai rasa atau tidak. Bisa merasakan tapi kecil Peter singer

The couf hewan mamalia

Virorologi tidak menggunakan etika

You might also like