Professional Documents
Culture Documents
TESIS
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN
DEPOK
2022
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
TESIS
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN
DEPOK
JULI 2022
PERNYATAAN ORISINALITAS
adalah karya orisinal saya dan setiap serta seluruh sumber acuan telah ditulis sesuai
dengan kaidah penulisan ilmiah yang berlaku di Fakultas Hukum Universitas Indonesia
iii
HALAMAN PENGESAHAN
dan telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji serta diterima sebagai bagian
persyaratan yang diwajibkan untuk memperoleh gelar: Magister Kenotariatan
(M.Kn.) pada Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Disahkan di : Depok
Tanggal :
iv
HALAMAN PENGESAHAN
dan telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji serta diterima sebagai bagian
persyaratan yang diwajibkan untuk memperoleh gelar: Magister Kenotariatan
(M.Kn.) pada Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Disahkan di : Depok
Tanggal :
v
HALAMAN PENGESAHAN
dan telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji serta diterima sebagai bagian
persyaratan yang diwajibkan untuk memperoleh gelar: Magister Kenotariatan
(M.Kn.) pada Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Disahkan di : Depok
Tanggal :
KATA PENGANTAR
vi
Dalam nama Yesus, Tuhan dan Juruselamat, Puji dan syukur pertama-tama saya
panjatkan karena telah diberikan kesempatan dan berkat untuk menyelesaikan Tesis
yang berjudul “Keberlakuan Doktrin Vicarious Liability Terhadap Tanggung Jawab
Calon Notaris Dalam Pembuatan Akta (Studi Putusan Kasasi Nomor
134K/PID/2020)” Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk
memperoleh gelar Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Dalam proses penulisan tesis ini, penulis memiliki keterbatasan kemampuan
dan kapasitas yang mungkin mengakibatkan tesis ini tidak memnuhi syarat. Akan
tetapi, Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis berterima kasih kepada semua
pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan kontribusi dalam
menyelesaikan Tesis ini. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Yuli Indrawati, S.H., LL.M, sebagai Ketua Program Studi Magister
Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, juga selaku Ketua
Penguji Sidang Tesis;
2. Bapak Gratianus Prikasetya Putra, S.H., M.H, sebagai Sekretaris Program
Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia;
3. Dr. Rouli Anita Velentina, S.H., LL.M. selaku dosen pembimbing tesis terbaik,
yang telah bersedia menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk
membimbing penulis dalam penyusunan tesis ini. Semoga ibu sehat selalu dan
terus diberikan berkah yang berlimpah;
4. Bapak Tjhong Sendrawan, S.H., M.Kn. selaku pengulas Seminar Hasil dan
penguji Sidang Tesis, yang telah bersedia menyediakan waktu untuk mengulas
dan menguji tesis ini. Semoga bapak sehat selalu dan terus diberikan berkah
yang berlimpah.
5. Bapak Dr. Teddy Anggoro, S.H., M.H., selaku dosen pembimbing akademik
penulis. Terima kasih atas bantuan dan arahan. Bimbingan, waktu dan tenaga
kepada penulis sejak awal perkuliahan;
6. Segenap Dosen dan Staff di Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas
Indonesia yang telah mengajar, memberikan ilmu, membimbing dan
vii
memberikan bantuan selama perkuliahan Penulis;
7. Bapak Chrisna Adi, dan Notaris Martina S.H. selaku narasumber wawancara,
yang telah memberikan pencerahan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis
ini.
8. Orang tua dan keluarga penulis, yang senantiasa selalu mendoakan,
memberikan motivasi dan dukungan baik secara moril maupun materil yang
sangat luat biasa kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan Pendidikan
Magister Kenotariatan berserta Tesis ini dengan baik;
9. Terimakasih kepada Inez Angelina yang telah mendukung secara moril dan
materil kepada penulis.
10. Sahabat penulis BFAMS dan ANAKMAS yang selalu membantu, mendukung,
serta senantiasa mendengarkan keluh kesah penulis selama penyusunan tesis
ini;
11. Sahabat seperjuangan penulis di Magister Kenotariatan Universitas Indonesia
Angkatan 2020 Genap, Raissa Anjani, Rama Perkasa, Via Aulia, Boyke Sitepu,
Ramdhan Wahyu, dan Agria Sridinata. Terima kasih atas jalinan pertemanan,
bantuan, dan segala dukungan dan semangat yang telah diberikan kepada
penulis hingga saat ini. Besar harapan penulis untuk selalu berhubungan baik
dengan teman-teman semua untuk waktu yang lama;
12. Serta pihak-pihak lain yang telah membantu dan mendoakan penulis baik
secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu;
Akhir kata, penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini tidak lepas dari
kesalahan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan
saran dan masukan untuk perbaikan lebih lanjut.
Depok, Juli 2022
Penulis
viii
TESIS UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Dengan Hak Bebas Royalti Non Eksklusif ini Universitas Indonesia berhak
menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data,
merawat dan mempublikasikan tesis saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta.
Demikian persetujuan publikasi ini saya buat dengan sebenarnya.
ABSTRAK
ix
Nama : Rama Prima Prayoga
NPM : 2006617496
Program Studi : Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Judul : Keberlakuan Doktrin Vicarious Liability Terhadap Tanggung
Jawab Calon Notaris Dalam Pembuatan Akta (Studi Putusan Kasasi
Nomor 134K/PID/2020)
Pembimbing : Dr. Rouli Anita Velentina, S.H., LL.M.
x
ABSTRACT
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................................ii
PERNYATAAN ORISINALITAS..................................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................................iv
KATA PENGANTAR.....................................................................................................vii
PERSETUJUAN PUBLIKASI TESIS UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...........ix
ABSTRAK........................................................................................................................x
ABSTRACT.....................................................................................................................xi
DAFTAR ISI...................................................................................................................xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian.........................................................................................8
1.5 Metode Penelitian..........................................................................................8
1.6 Sistematika Penulisan..................................................................................10
xii
2.6 Pertanggungjawaban Pidana.......................................................................40
2.7 Pelaksanaan Magang Calon Notaris............................................................42
2.7.1 Magang Sesuai Dengan UUJN dan Peraturan Perkumpulan Ikatan
Notaris Indonesia..............................................................................43
2.7.2 Vicarious Liability dalam Hubungan Hukum Notaris Penerima
Magang dan Calon Notaris...............................................................46
2.8. Putusan Pengadilan Negeri Kabupaten Gianyar Nomor
146/Pid.B/2019/PN, dan Putusan Kasasi Mahkamah Agung Nomor
134K/PID/2020..........................................................................................50
2.8.1 Para Pihak .........................................................................................50
2.8.2 Kasus Posisi ......................................................................................51
2.8.3 Amar Putusan ...................................................................................51
xiii
BAB 4 PENUTUP
4.1 Simpulan...................................................................................................76
4.2 Saran.........................................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................79
LAMPIRAN
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
Binoto Nadapdap, Hukum Perseroan Terbatas (Berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007).
(Jakarta: Jala Permata Aksara, 2018), hlm. 3.
0
1
2
Notaris memiliki tugas dan tanggung jawab yang berat, sehingga syarat
untuk menjadi seorang Notaris tidaklah mudah. Syarat tersebut diatur dalam Pasal
3 UUJN, syarat-syarat untuk pengangkatan Notaris adalah sebagai berikut:
0
Indonesia, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris. UU No. 2 Tahun 2014, LN Nomor 3, TLN No. 5491,
Ps. 3.
0
3
(seribu) -1.500 (seribu lima ratus) Notaris baru per tahun yang dihasilkan oleh
lebih dari 30 (tiga puluh) perguruan tinggi yang membuka program Magister
Kenotariatan.0
Akta autentik sebagai salah satu wewenang Notaris diatur dalam Pasal 1868
KUHPerdata yang berbunyi “suatu Akta autentik ialah suatu Akta yang dibuat
dalam bentuk yang ditentukan undang-undang oleh atau di hadapan pejabat umum
yang berwenang untuk itu di tempat Akta itu dibuat.” 0 Atribusi kewenangan
Notaris untuk membuat Akta autentik tersebut terdapat dalam Undang-Undang
Jabatan Notaris dalam Pasal 7 yang berbunyi “Akta Notaris yang selanjutnya
“Menteri Yasonna Sebut Notaris Berperan Besar Gerakan Roda Perekonomian”
https://www.suara.com/bisnis/2019/09/18/103522/menteri-yasonna-sebut-notaris-berperan-besar-
gerakan-roda-perekonomian?page=all. 18 September 2019.
0
Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat Di Indonesia Suatu Penjelasan. (Depok: Rajawali Pers,
1982), hlm. 42.
0
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek], diterjemahkan oleh R. Subekti dan R.
Tjitrosudibio, (Bandung: Balai Pustaka, Cetakan ke 43, 2017), Ps. 1868.
4
disebut Akta adalah Akta autentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris
menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini.”0
0
Indonesia, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris,..., Ps. 7.
0
UUPT tidak mewajibkan jual beli saham untuk dilakukan menggunakan Akta autentik,
sebagaimana tercantum dalam Pasal 56 ayat (1) yang berbunyi “Pemindahan hak atas
saham dilakukan dengan Akta pemindahan hak.”0 Ketentuan Pasal 56 ayat (1) tersebut
dengan jelas tidak menyebutkan bahwa Akta yang dibuat haruslah Akta autentik,
dengan kata lain Akta pemindahan hak dapat dibuat dengan akta di bawah tangan.
Pengaturan tentang jual beli saham juga diatur dalam Pasal 57 UUPT yang
menyebutkan bahwa:
“(1) Dalam anggaran dasar dapat diatur persyaratan mengenai pemindahan hak
atas saham, yaitu:
a. keharusan menawarkan terlebih dahulu kepada pemegang saham dengan
klasifikasi tertentu atau pemegang saham lainnya;
b. keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Organ
Perseroan; dan/atau
c. keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari instansi yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”
0
Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, UU No. 40 Tahun
2007, LN Nomor 106, TLN No. 4756, Ps. 56 ayat (1).
6
ayat (4) juncto Pasal 9 yang berbunyi, “perubahan susunan pemegang saham
karena pengalihan saham dan/atau perubahan jumlah kepemilikan saham yang
dimiliki ditetapkan melalui RUPS, dan dimuat atau dinyatakan dalam Akta notaris
dalam Bahasa Indonesia.”0 Dengan demikian, pelaporan atas perubahan susunan
pemegang saham dalam sistem Administrasi Hukum Umum (“AHU”)
membutuhkan persetujuan dari RUPS yang dapat diambil keputusannya melalui
Berita Acara Rapat, Pernyataan Keputusan RUPS, atau Keputusan Sirkuler
Pemegang Saham dengan agenda jual beli saham.
Pada praktiknya banyak dari Akta autentik yang menjadi produk utama dari
Notaris tidak dibuat langsung oleh Notaris yang bersangkutan. Akta autentik
tersebut seringkali dibuat oleh bawahannya.0 Walaupun Akta autentik tersebut
dibuat oleh karyawan Notaris, Akta autentik tersebut tetap menjadi tanggung jawab
Notaris. Hal ini mengacu kepada ketentuan Pasal 65 UUJN di atas yang
menjelaskan bahwa Akta Notaris tetap menjadi tanggung jawab dari Notaris yang
mengeluarkannya. Notaris hanya memfasilitasi pembuatan Akta autentik. Notaris
tidak diperbolehkan untuk menyelidiki kebenaran isi materiil dari Akta autentik
tersebut.0 Hal ini dikarenakan oleh kedudukan dan sifat Notaris yang netral dan
tidak memihak.
Salah satu permasalahan terkait dengan Akta yang dibuat oleh karyawan
Notaris ditemukan dalam Putusan Kasasi Nomor 134K/PID/2020 yang merupakan
lanjutan dari Putusan Nomor 148/Pid.B/2019/PN Gin. Terdakwa dengan inisial
IPAM adalah seorang Calon Notaris yang sedang menjalankan wajib magang pada
Kantor Notaris dengan inisial H yang membuat Akta-Akta terkait dengan jual beli
saham dalam PT dengan inisial PT BRM. Kasus ini bermula sekitar bulan Juni
pada tahun 2015 di Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Korban dengan inisial H
0
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor 21 Tahun 2021 Tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pendirian, Perubahan, dan
Pembubaran Badan Hukum Perseroan Terbatas, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No.
21 Tahun 2021, LN Nomor 470, Ps. 8-9.
0
Hal ini disampaikan oleh Notaris Martina S.H. dalam Wawancara yang dilakukan pada tanggal 30
Maret 2022 di Jakarta Barat.
0
Kunni Afifah, “Tanggung Jawab dan Perlindungan Hukum bagi Notaris secara Perdata Terhadap
Akta yang Dibuatnya”, Jurnal Lex Renaissance Nomor 1 Volume 2, 2017, hlm 154.
7
berencana menjual Villa Bali Rich milik PT BRM kepada terdakwa dengan inisial
ABMS senilai Rp. 38.000.000.000,- (tiga puluh delapan miliar Rupiah). Pada
tanggal 19 Juni 2015 dengan ditandatanganinya Akta Notaris Nomor 82-90 yang di
dalamnya termasuk perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB). Setelah itu pada
tanggal 23 Desember 2015, bertempat di Kantor Notaris H dilakukan
penandatanganan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham
Luar Biasa Perseroan Terbatas PT BRM. Akan tetapi, Perjanjian Jual Beli Saham
antara korban H dengan terdakwa dengan inisial S, Perjanjian Jual Beli Saham
antara korban H dengan terdakwa dengan inisial TEA, dan Berita Acara Rapat PT
BRM yang ketiganya tertanggal 21 Desember 2015 tersebut tidak pernah terjadi.
Setelah diselidiki oleh Kepala Pusat Laboratorium Forensik Badan Reserse
Kriminal Polri ditemukan fakta bahwa tandatangan korban H dalam kedua
Perjanjian Jual Beli Saham dan Berita Acara Rapat PT BRM tersebut adalah non-
identik alias palsu.
Dari kasus di atas dapat dilihat bahwa permasalahan muncul karena adanya
pemalsuan tandatangan pemegang saham dalam Berita Acara Rapat. Permasalahan
utama yang muncul dari kasus ini adalah pertanggungjawaban terhadap akta
tersebut. Hal ini menarik untuk dianalisis karena Calon Notaris hanya menjalani
tugasnya sesuai dengan arahan Notaris tersebut. Maka dari itu, penelitian tesis ini
akan menganalisis mengenai tanggung jawab Notaris dalam membuat Akta
Pernyataan Keputusan Rapat. Selain itu akan juga meneliti tentang keberlakuan
doktrin Vicaroius Liability terhadap tanggung jawab Calon Notaris dalam
pembuatan Akta Pernyataan Keputusan Rapat. Maka dari itu, penelitian tesis ini
berjudul “Tanggung Jawab Notaris Dalam Pembuatan Akta Pernyataan Keputusan
Rapat dan Keberlakuan Doktrin Vicarious Liability Terhadap Tanggung Jawab
Calon Notaris dalam Pembuatan Akta (Studi Putusan Kasasi Nomor
134K/PID/2020)”.
0
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat),
(Jakarta: Rajawali Pers, 2019), hlm. 13-14.
0
Dyah Ochtarina Susanti, Penelitian Hukum (Legal Research), (Jakarta: Sinar Grafika, 2015) hlm
119.
10
BAB I : PENDAHULUAN
Bab I yang berjudul Pendahuluan berisikan latar belakang yang
mengemukakan permasalah yang timbul dari adanya Putusan Mahkamah
Agung Nomor 134K/PID/2020. Berdasarkan latar belakang tersebut,
maka menurut peneliti perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut tentang
0
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Rineka Cipta 2010),
Cetakan 13. hlm 37.
0
Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama. (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2001), hlm. 136-137.
11
a. Simpulan:
Berisikan simpulan dari seluruh penulisan yang telah diuraikan
dalam bab-bab sebelumnya dalam penelitian hukum ini.
b. Saran:
Berisikan saran dari penulis yang diharapkan dapat bermanfaat bagi
Notaris dan calon Notaris, serta pihak lain yang bersangkutan.
13
BAB 2
AKTA PERNYATAAN KEPUTUSAN RAPAT, PERJANJIAN JUAL BELI
SAHAM DAN TANGGUNG JAWAB PEMBUATAN AKTA
dari pengertian tersebut, dapat dilihat bahwa lahirnya sebuah PT memiliki syarat-syarat
yang harus dipenuhi. Syarat yang pertama adalah adanya persekutuan modal. Modal
dasar adalah salah satu syarat PT untuk menjadi sebuah badan hukum yang tertulis
dalam Akta Pendirian atau Anggaran Dasar Perseroan.0 Modal dasar dibagi dan terdiri
atas saham yang akan disetor oleh para pemegang saham dalam kedudukannya selaku
pemegang saham Perseroan.0
Syarat kedua adalah berdirinya PT didasarkan oleh perjanjian. Pendirian PT
adalah persekutuan modal, maka dari itu para pendirinya harus memenuhi
ketentuan hukum perjanjian. Dengan demikian berdirinya PT menjadi sebuah
badan hukum memiliki sifat kontraktual yang timbul dari sebuah perjanjian.
Pendirian PT juga memiliki sifat konsensual yang memiliki arti adanya
0
Indonesia, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, UU No. 11 Tahun 2020,
LN Nomor 245, TLN No. 6573, Ps. 1 ayat (1).
0
Syahrul, Muhammad Afni Nazar, dan Ardiyas, Kamus Lengkap Ekonomi, (Jakarta: Citra Harta
Prima, 2000), hlm. 98.
0
Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016) hlm 34.
14
15
kesepakatan antara para pendiri untuk mengikatkan diri dalam sebuah perjanjian
untuk mendirikan sebuah PT.0
0
Ibid. hlm 35.
0
Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, UU No. 40 Tahun
2007, LN Nomor 106, TLN No. 4756, Ps. 18.
0
Harahap, Hukum Perseroan Terbatas,…, hlm. 36.
0
Ibid.
0
Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,…, Ps. 7 ayat (4).
0
2.1.2.1 Direksi
Direksi adalah organ PT yang memiliki wewenang dan tanggung jawab
penuh untuk mengurus PT sesuai dengan maksud dan tujuannya, dan berhak untuk
mewakili PT di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan yang
terdapat dalam anggaran dasar PT.0 Direksi PT pertama kali diangkat pada waktu
pendirian PT oleh para pendiri. Pengangkatan direksi dapat dilakukan dengan
jangka waktu tertentu dan dapat direksi diangkat kembali. Direksi diangkat oleh
RUPS yang ketentuannya diatur dalam anggaran dasar PT. Direksi dapat
0
“Limited Liability” https://www.law.cornell.edu/wex/limited_liability 3 April 2022.
0
Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,…, Ps. 3 ayat (1).
0
1. Membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS dan risalah
rapat direksi;
2. Membuat laporan tahunan dan dokumen keuangan PT;
3. Memelihara seluruh daftar, risalah dan dokumen keuangan PT;
4. Mengalihkan kekayaan PT;
5. Menjadikan kekayaan PT sebagai jaminan hutang.
0
Ibid, Ps. 94.
0
Bryan A Garner, Black’s Law Dictionary, (America, West Thomson Group, 2010), hlm 212.
0
Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,…, Ps. 97 ayat (1)
Jo ayat (2).
0
0
Ibid, Ps. 1 ayat (6).
0
2.1.2.3 RUPS
RUPS adalah sebuah organ PT yang memiliki kewenangan yang tidak
dimiliki oleh direksi atau dewan komisaris dalam batas yang ditentukan UUPT dan
anggaran dasar PT.0 RUPS mempunyai kewenangan utama untuk:
1. “Menyatakan menerima atau mengambil alih semua hak dan kewajiban yang
timbul dari perbuatan hukum yang dilakukan pendiri atau kuasanya (Pasal
13 ayat (1));
2. Menyetujui perbuatan hukum atas nama Perseroan yang dilakukan oleh
anggota direksi, anggota dewan komisaris bersama-sama pendiri dengan
syarat semua pemegang saham hadir dalam RUPS dan semua pemegang
saham menyetujui dalam RUPS tersebut (Pasal 14 ayat (4));
3. Perubahan anggaran dasar ditetapkan oleh RUPS (Pasal 19 ayat (1));
4. Memberi persetujuan atas pembelian kembali atau pengalihan lebih lanjut
saham yang dikeluarkan Perseroan (Pasal 38 ayat (1));
5. Menyerahkan kewenangan kepada dewan komisaris guna menyetujui
pelaksanaan keputusan RUPS atas pembelian kembali atau pengalihan lanjut
saham yang dikeluarkan Perseroan (Pasal 39 ayat (1));
6. Menyetujui penambahan modal Perseroan (Pasal 41 ayat (1));
7. Menyetujui pengurangan modal PT (Pasal 44 ayat (1));
8. Menyetujui rencana kerja tahunana apabila anggaran dasar menentukan
demikian (Pasal 64 ayat 1 jo. ayat (3));
9. Memberi persetujuan laporan tahunan dan pengesahan laporan keuangan
serta laporan tugas pengawasan dewan komisaris (Pasal 69 ayat (1));
10. Memutuskan pengunaan laba bersih, termasuk penentuan jumlah penyisihan
untuk dana cadangan wajib dan dana cadangan lain (Pasal 71 ayat (1));
11. Menetapkan pembagian tugas dan pengurusan PT antara anggota direksi
(Pasal 92 ayat (5));
12. Mengangkat anggota direksi (Pasal 94 ayat (1)).
13. Menetapkan tentang besarnya gaji dan tunjangan anggota direksi (Pasal 96
ayat (1));
14. Menunjuk pihak lain untuk mewakili PT apabila seluruh anggota direksi atau
dewan komisaris mempunyai benturan kepentingan dengan PT (Pasal 99
ayat (2) huruf c);
15. Memberi persetujuan kepada direksi untuk:
0
Harahap, Hukum Perseroan Terbatas,…, hlm. 440.
0
Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,…, Ps. 1 ayat (4).
20
RUPS terdiri dari para pemegang saham yang mengadakan rapat untuk
mengambil sebuah keputusan terkait dengan hal hal di atas. RUPS diadakan di
tempat kedudukan PT atau ditempat PT melakukan kegiatan usaha yang utama. 0
Akan tetapi, dimungkinkan bagi RUPS untuk mengadakan rapat di luar tempat
kedudukannya yaitu dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut:
0
Harahap Hukum Perseroan Terbatas,…, hlm. 307-308.
0
Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,…, Ps. 76 ayat (1).
0
RUPS bisa dilakukan melalui media elektronik. Hal ini dimungkinkan oleh
dengan adanya Pasal 77 UUPT. Dalam pasal tersebut penyelenggaraan RUPS melalui
media elektronik dapat dilakukan dengan media telekonferensi, video konferensi dan
sarana media elektronik lainnya yang membuat semua peserta RUPS dapat saling
melihat dan mendengar secara langsung serta dan berpartisipasi dalam rapat. 0 Kata
memungkinkan dalam ketentuan di atas adalah syarat formil yang bersifat imperatif dan
karenanya tidak dapat dikesampingkan atau dilanggar. Dengan demikian para peserta
RUPS harus dapat saling melihat dan saling mendengar secara langsung dan turut
berparitisipasi aktif dalam RUPS yang diselenggarakan melalui media elektronik.0
Terdapat 2 (dua) jenis RUPS, yaitu RUPS tahunan dan RUPS luar
biasa/lainnya. RUPS tahunan wajib untuk diadakan tiap tahun dengan jangka
waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku berakhir. RUPS tahunan
dilakukan untuk menyetujui laporan tahunan yang memuat sekurang-kurangnya:
1. “laporan keuangan yang minimal terdiri dari neraca akhir tahun buku yang
berakhir dan perbandingan dengan tahun buku sebelumnya, laporan laba rugi
tahun yang bersangkutan, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, serta
catatan-catatan atas laporan keuangan;
2. laporan mengenai kegiatan PT;
3. laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan;
4. rincian masalah yang mempengaruhi kegiatan usaha PT selama tahun buku
tersebut;
5. laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilaksanakan oleh dewan
komisaris selama tahun buku tersebut;
6. nama anggota direksi dan anggota dewan komisaris;
7. gaji dan tunjangan bagi anggota direksi dan gaji/honorarium dan tunjangan
bagi anggota dewan komisaris PT untuk tahun buku tersebut.”0
Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,…, Ps. 66 ayat
(2).
22
RUPS dapat dilangsungkan apabila ½ (satu per dua) bagian dari jumlah
seluruh saham dengan hak suara yang hadir dalam rapat. Hal ini tegas diatur dalam
Pasal 86 UUPT dan melarang anggaran dasar untuk menentukan kuorum kehadiran
maupun keputusan lebih kecil dari yang diatur dalam UUPT. Jika kuorum
0
Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,…, Ps. 79 ayat (2).
0
Binoto Nadapdap, Hukum Perseroan Terbatas (Berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007).
(Jakarta: Jala Permata Aksara, 2018), hlm. 3.
0
Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,…, Ps. 85.
23
kehadiran tidak tercapai dalam RUPS, maka dapat diadakan pemanggilan RUPS
kedua dengan catatan bahwa RUPS pertama telah dilangsungkan akan tetapi gagal
untuk mencapai kuorum. Kuorum kehadiran RUPS kedua minimal dihadiri 1/3
(satu per tiga) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau
diwakili, dan melarang anggaran dasar untuk menentukan kuorum lebih kecil dari
yang diatur dalam UUPT. Dalam hal kuorum RUPS kedua tersebut juga tidak
tercapai, maka pemohon penyelenggaran RUPS dapat meminta kepada ketua
Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya mencakup tempat kedudukan perseroan
untuk menetapkan kuorum kehadiran untuk RUPS ketiga. Penetapan Pengadilan
yang bersifat final dan berkekuatan hukum tetap dibutuhkan untuk menentukan
kuorum RUPS ketiga. Pemanggilan RUPS kedua dan ketiga tersebut paling lambat
dilakukan dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sebelum RUPS dilakukan dengan
tidak menghitung tanggal RUPS dan tanggal pemanggilan.0
0
Ibid, Ps. 86.
0
dalam RUPS. Dalam hal kuorum RUPS pertama tidak terpenuhi maka RUPS
kedua dapat diselenggarakan dengan kuorum kehadiran paling sedikit 2/3 (dua per
tiga) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang hadir dalam RUPS.
Kuorum persetujuan RUPS kedua paling sedikit ¾ (tiga per empat) bagian dari
jumlah seluruh saham yang hadir RUPS.0 Apabila RUPS ingin mengambil
keputusan terkait hal-hal yang kuorum keputusan dan kehadirannya tidak diatur
oleh UUPT dan anggaran dasar kuorum yang dibutuhkan RUPS untuk mengambil
keputusan tersebut adalah ½ bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan oleh PT. 0
Setiap kali diadakannya RUPS, ketua rapat diwajibkan untuk membuat risalah
RUPS. Risalah RUPS tersebut ditandatangani oleh ketua rapat serta minimal
1(satu) orang pemegang saham yang telah ditunjuk dari peserta RUPS. Apabila
risalah RUPS dibuat dengan Akta Notaris maka tandatangan tersebut tidak harus
dimasukan dalam risalah RUPS.0
1. Mengirim secara tertulis usul yang akan disetujui kepada seluruh pemegang
saham PT; dan
2. Pemberian persetujuan secara tertulis atas usul tersebut oleh seluruh
pemegang saham PT.
Persetujuan seluruh pemegang saham adalah syarat yang mutlak sahnya keputusan
sirkuler. Keputusan sirkuler merupakan keputusan yang mengikat dan mempunyai
0
Ibid, Ps. 89.
0
kekuatan hukum yang sama apabila dibandingkan dengan keputusan RUPS yang
diselenggarakan secara fisik maupun dengan bantuan media elektronik ketika sudah
diberi persetujuan tertulis oleh seluruh pemegang saham.
Ketiga syarat tersebut harus terpenuhi, apabila salah satu dari syarat di atas
tidak dapat terpenuhi, Akta tersebut kekuatan pembuktiannya akan turun dari Akta
autentik menjadi Akta di bawah tangan.0 Hal ini sesuai dengan Pasal 1869
KUHperdata yang berbunyi sebagai berikut:
“Suatu Akta yang karena tidak berkuasa atau tidak cakapnya pegawai termaksud
di atas atau karena suatu cacat dalam bentuknya, tidak dapat diperlakukan
sebagai Akta autentik namun demikian mempunyai kekuatan sebagai tulisan di
0
Subekti, Hukum Pembuktian, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1995), hlm. 25.
0
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek], diterjemahkan oleh Subekti dan
Tjitrosudibio, (Bandung: Balai Pustaka, Cetakan ke 43, 2017), Ps. 1868.
0
G.H.S Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, (Jakarta: Erlangga, 1983), hlm 48.
0
Alwesius, Dasar-Dasar Teknik Pembuatan Akta Notaris, (Depok: Badan Penerbit Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, 2019). hlm 11.
26
“suatu cerita dari apa yang terjadi karena perbuatan yang dilakukan oleh pihak
lain di hadapan Notaris. artinya yang diterangkan atau diceritakan oleh pihak
lain kepada Notaris dalam menjalankan jabatannya dan untuk keperluan mana
pihak lain itu sengaja datang di hadapan Notaris dan memberikan keterangan itu
atau melakukan perbuatan itu di hadapan Notaris, agar keterangan itu atau
perbuatan itu dikonstatir oleh Notaris di dalam suatu Akta autentik. Akta
demikian dinamakan Akta yang dibuat di hadapan Notaris.”0
“Akta yang berisikan mengenai apa yang terjadi berdasarkan keterangan yang
diberikan oleh para penghadap kepada Notaris dalam artian mereka
menerangkan dan menceritakan kepada Notaris agar keterangan atau perbuatan
tersebut dinyatakan oleh Notaris di dalam suatu Akta Notaris dan para
penghadap menandatangani Akta itu. oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
Akta tersebut dibuat di hadapan Notaris.”0
0
Indonesia, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris. UU No. 2 Tahun 2014, LN Nomor 3, TLN No. 5491,
Ps. 1 poin 7.
0
Herlien Budiono, Dasar Teknik Pembuatan Akta Notaris, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2013).
hlm. 7.
27
Berdasarkan pengertian yang disebutkan di atas dapat ditarik simpulan bahwa Akta
yang dibuat di hadapan Notaris adalah Akta yang berisikan tentang keterangan yang
diberikan oleh penghadap kepada Notaris, dan berdasarkan keterangan tersebut Notaris
membuatkan Akta autentik terkait dengan peristiwa tersebut.
Akta yang dibuat oleh Notaris atau Akta relaas menurut G.H.S Lumban
Tobing adalah:
“suatu Akta yang memuat atau menguraikan secara autentik sesuatu tindakan
yang dilakukan atau suatu keadaan yang dilihat atau disaksikan oleh pembuat
Akta itu, yakni Notaris sendiri, di dalam menjalankan jabatannya sebagai
Notaris. Akta yang dibuat sedemikian dan yang memuat uraian dari apa yang
dilihat dan disaksikan serta dialaminya itu dinamakan Akta yang dibuat oleh
Notaris.”0
Menurut Herlien Budiono, yang dimaksud dengan Akta yang dibuat oleh
Notaris/Akta relaas adalah:
“Pengamatan Notaris pada suatu peristiwa atau fakta hukum, menyusun berita
acara, membacakan dan menandatangani Akta tersebut bersama para saksi,
termasuk keterangan alasan mengapa para penghadap tidak menandatangani
Akta nya.”0
Perbedaan mendasar diantara Akta partij dan Akta relaas yaitu mengenai
adanya tandatangan para penghadap. Akta partij harus ditandatangani oleh para
penghadap, jika dari para penghadap ada yang tidak menandatangani Akta, maka
Akta tersebut menjadi cacat dan kekuatan pembuktiannya menjadi Akta di bawah
tangan. Dalam Akta relaas, tandatangan para penghadap bukanlah sebuah syarat
mutlak. Jika seorang penghadap ada yang tidak menandatangani Akta relaas,
0
Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris,…, hlm. 51.
0
Budiono, Dasar Teknik Pembuatan,…, hlm. 7.
28
Notaris hanya perlu untuk menyebutkan keterangan dan alasan terkait tidak adanya
tandatangan tersebut pada bagian akhir Akta.0
Indonesia, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris,…, Ps. 38.
29
Perubahan anggaran dasar selain yang diatur dalam Pasal 8 ayat (2) seperti peningkatan
modal ditempatkan dan disetor PT, perubahan pasal terkait tugas dan wewenang direksi
dan seterusnya tetap didaftarkan kepada Menteri.
0
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor 21 Tahun 2021 Tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pendirian, Perubahan, dan
Pembubaran Badan Hukum Perseroan Terbatas, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No.
21 Tahun 2021, LN Nomor 470, Ps. 8 ayat (2).
30
Akta yang dapat dibuat oleh Notaris mengenai keputusan RUPS dapat
dibedakan menjadi 3. Yang pertama adalah Akta Pernyataan Keputusan Sirkuler.
Akta Pernyataan Keputusan Sirkuler dibuat Notaris berdasarkan keputusan sirkuler
Pemegang Saham yang dibuat tanpa adanya RUPS. Dalam keputusan sirkuler
selain dengan agenda rapat tentang adanya perubahan anggaran dasar/data PT pada
praktiknya juga terdapat persetujuan untuk memberikan kuasa kepada direksi PT
atau pihak lain untuk menghadap Notaris dan membuatkan Akta Notaris terkait
dengan keputusan sirkuler tersebut.
0
Ibid, Ps. 8 ayat (4).
0
Ibid, Ps. 9 ayat (1), ayat (2), ayat (3).
0
Hal ini disampaikan oleh Notaris Martina S.H. dalam Wawancara yang dilakukan pada tanggal 30
Maret 2022 di Jakarta Barat.
31
Ketiga adalah Akta Berita Acara Rapat, Akta ini adalah Akta relaas dimana
Notaris turut hadir dan menyaksikan jalannya RUPS. Notaris sebagai pejabat
umum yang berwenang untuk membuat Akta Berita Acara Rapat mencatat segala
hal terkait dengan jalannya RUPS tersebut dan membuatkan Akta Notaris yang
menceritakan bagaimana jalannya RUPS. Dimulai dari siapa saja yang hadir dalam
rapat hingga jalannya pemungutan suara terkait agenda RUPS.
Dalam hal ini jual beli yang lahir sebagai suatu perjanjian yang sah diatur
dalam Pasal 1458 KUHPerdata yang berbunyi sebagai berikut “Jual beli dianggap
telah terjadi antara kedua belah pihak, segera setelah orang-orang itu mencapai
kesepakatan tentang barang tersebut beserta harganya, meskipun barang itu belum
diserahkan dan harganya belum dibayar.” 0 Sebelum saham dapat diperjual-belikan
terdapat persyaratan yang harus dipenuhi terlebih dahulu, yaitu:
0
Subekti, Hukum Perjanjian. (Jakarta: PT Intermasa, 2005), hlm. 79.
0
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek], diterjemahkan oleh Subekti dan
Tjitrosudibio,…, Ps. 1868.
0
Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,…, Ps. 57 ayat (1).
32
Persyaratan tersebut tidak harus dipenuhi apabila peralihan hak atas saham didasari oleh
peralihan hak karena hukum, dan peralihan hak karena kewarisan.0
0
Ibid. Pasal 57 ayat (2).
0
0
Ibid. Pasal 58 ayat (2) dan ayat (3).
33
kepada pengaturan tentang Akta autentik. Namun, apabila Akta pemindahan hak
tersebut dibuat di bawah tangan maka pengaturannya akan tunduk pada
KUHPerdata.
0
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek], diterjemahkan oleh Subekti dan
Tjitrosudibio,…, Ps. 1320.
0
Steven Liem, Mohammad Fajri, Widodo Suryandono, “Tanggung Jawab Notaris Terhadap Akta Jual
Beli Saham Tanpa Bukti Pelunasan dan Bukti Setor (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan Nomor: 259//Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel),” Indonesian Notary Volume 2, 2020, hlm. 790.
0
Retnowulan Sutantio, Perjanjian Menurut Hukum Indonesia. (Jakarta:Varia Peradilan. 1990). hlm.
122.
34
kewajiban, wewenang dan larangan yang harus ditaatinya. Kewajiban, wewenang dan
larangan tersebut terdapat dalam UUJN dan Kode Etik Notaris. Kewajiban Notaris
sebagaimana diatur dalam Pasal 16 ayat (1) UUJN adalah sebagai berikut:
Kewajiban Notaris juga diatur dalam Kode Etik Ikatan Notaris Indonesia sebagaimana
terdapat dalam Pasal 3 Perubahan Kode Etik Notaris Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris
0
Indonesia, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris,…, Ps. 16 ayat (1).
35
Etik.”0
1. “Notaris dilarang:
a. menjalankan jabatan di luar wilayah jabatannya;
b. meninggalkan wilayah jabatannya lebih dari 7 (tujuh) hari kerja
berturut-turut tanpa alasan yang sah;
c. merangkap sebagai pegawai negeri;
d. merangkap jabatan sebagai pejabat negara;
e. merangkap jabatan sebagai advokat;
0
Ikatan Notaris Indonesia, Perubahan Kode Etik Notaris Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris
Indonesia Banten 29-30 Mei 2015, (Banten, 2015), Ps. 3.
0
Indonesia, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris…., Ps. 15.
37
Larangan dalam menjalankan jabatan Notaris, juga diatur oleh Ikatan Notaris Indonesia
dalam Pasal 4 Kode Etik yang meliputi:
0
Ibid. Ps. 17.
38
0
Ikatan Notaris Indonesia, Perubahan Kode Etik Notaris…, Ps. 4.
0
39
Penggantian biaya, ganti rugi atau bunga dapat dituntut terhadap Notaris didasari
adanya hubungan hukum antara Notaris dengan pihak penghadap, Apabila ada pihak
yang merasa dirugikan, maka pihak tersebut dapat menggugat Notaris. 0 Notaris juga
dapat dituntut penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga dengan alasan ketidaktahuan
Notaris atas wewenangnya untuk tidak membuat akta yang bukan menjadi
kewenangannya.0
Sanksi administrasi bagi Notaris yang melanggar larangan atau tidak
menjalankan kewajiban dan kewenangannya terdapat dalam Pasal 17 juncto Pasal 85
UUJN dan Pasal 6 Kode Etik Notaris. Perbedaan antara sanksi yang terdapat dalam
Pasal 17 juncto Pasal 85 UUJN dan Pasal 6 Kode Etik adalah, apabila Notaris
dinyatakan terbukti bersalah dan sesuai dengan Pasal 17 juncto Pasal 85 UUJN maka
Notaris tersebut dapat di berhentikan sementara, diberhentikan dengan hormat, atau
diberhentikan secara tidak terhormat dari jabatannya. Dikarenakan Ikatan Notaris
Indonesia tidak berwenang untuk memberhentikan seorang Notaris, maka sanksi yang
diatur dalam Pasal 6 ayat (1) Kode Etik Notaris hanya meliputi:
1. “Teguran;
2. Peringatan;
3. Pemberhentian sementara dari keanggotaan Perkumpulan;
4. Pemberhentian dengan hormat dari keanggotaan Perkumpulan;
5. Pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan Perkumpulan;"0
Walaupun sanksi yang diberikan oleh Ikatan Notaris Indonesia hanya berupa
pemberhentian dari keanggotaan Perkumpulan, Ikatan Notaris Indonesia melalui Dewan
Kehormatan Pusat berwenang untuk memberikan rekomendasi yang memuat usulan
terkait pemberhentian Notaris tersebut kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris,…, Ps. 84.
0
Habib Adjie, Sanksi Perdata & Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik, (Bandung:
PT Refika Aditama, 2017), hlm. 91.
0
Habib Adjie, Penafsiran Tematik Hukum Notaris Indonesia, (Bandung: PT Refika Aditama, 2015),
hlm 14.
0
0
Adjie, Sanksi Perdata & Administratif,…, hlm. 120.
0
Eudea Adeli Arsy, Hanif Nur Widhiyanti, Patricia Audrey Ruslijanto, “Tanggung Jawab Notaris
Terhadap Akta yang Cacat Hukum dan Tidak Sesuai dengan Ketentuan Pembuatan Akta dalam Undang-
Undang Jabatan Notaris”, Jurnal Bina Mulia Hukum, Volume 6 Nomor 1, 2021, hlm. 134.
0
41
Seseorang tidak dapat dipidana apabila tidak melakukan suatu perbuatan yang
dilarang oleh undang-undang. Hal ini sesuai dengan asas nullum delictum nulla
poena sine praevia lege poenali yang artinya seseorang tidak dapat dipidana apabila
tidak ada Undang-Undang atau aturan yang melarang perbuatan tersebut.0
2. Adanya kesalahan
Abdul Ghofur, Lembaga Kenotariatan Indonesia: Perspektif Hukum dan Etika, (Yogyakarta: UII
Press, 2009), hlm. 34.
0
Andi Mamminanga, “Pelaksanaan Kewenangan Majelis Pengawas Notaris Daerah dalam
Pelaksanaan Tugas Jabatan Notaris berdasarkan UUJN”, Tesis Universitas Gajah Mada, Yogyakarta,
2008, hlm. 32.
0
Roeslan Saleh, Pikiran-Pikiran Tentang Pertanggung Jawaban Pidana, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1986), hlm. 33.
0
Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia,(Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2008), hlm. 85.
42
0
Ibid. hlm. 115.
0
Chairul Huda, Dari tiada Pidana tanpa Kesalahan Menuju Tiada Pertanggungjawaban Pidana
Tanpa Kesalahan, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm.116.
43
Dalam doktrin hukum pidana yang dimaksud dengan alasaan pembenar adalah suatu
alasan yang menghapus sifat melawan hukum dari suatu perbuatan. Contoh dari
alasan pembenar seperti, menjalankan peraturan-perundang-undangan, menjalankan
perintah jabatan yang sah, pembelaan terpaksa dan keadaan darurat.0
Dalam doktrin hukum pidana yang dimaksud dengan alasan pemaaf adalah dimana
pelaku tidak mampu bertanggung jawab karena adanya daya paksa, pembelaan
terpaksa melampaui batas.0
2.7 Pelaksanaan Magang Calon Notaris
Pemagangan atau yang lebih dikenal sebagai magang menurut Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sebagaimana diubah oleh
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja didefinisikan sebagai:
“bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara
pelatihan di lembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung di bawah
bimbingan dan pengawasan instruktur atau pekerja/buruh yang lebih
berpengalaman, dalam proses produksi barang dan/atau jasa di perusahaan
dalam rangka menguasai keterampilan atau keahlian tertentu.”0
untuk mengatur lebih lanjut ketentuan di atas, Ikatan Notaris Indonesia selaku
organisasi Notaris berbadan hukum perkumpulan, mengeluarkan Peraturan
Perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia Nomor 19/PERKUM/INI/2019 tentang Magang
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia
Nomor 24/PERKUM/INI/2021 tentang Magang .
2.7.1 Magang Sesuai Dengan UUJN dan Peraturan Perkumpulan Ikatan Notaris
Indonesia
Sebagaimana telah diatur dalam Pasal 3 poin f UUJN, salah satu
persyaratan menjadi Notaris adalah:
0
Hanafi Amrani, Mahrus Ali, Sistem Pertanggungjawaban Pidana, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015),
hlm. 47.
0
Schaffmeister, Keijzer, Sutorius, Hukum Pidana, (Yogyakarta: Liberty, 1995), hlm. 69.
0
untuk mengatur lebih lanjut ketentuan di atas, Ikatan Notaris Indonesia selaku
organisasi Notaris berbadan hukum perkumpulan, mengeluarkan Peraturan
Perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia Nomor 19/PERKUM/INI/2019 tentang Magang
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia
Nomor 24/PERKUM/INI/2021 tentang Magang (“Peraturan INI tentang Magang”).
0
Ikatan Notaris Indonesia, Peraturan Perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia Nomor
19/PERKUM/INI/2019 Tentang Magang sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Perkumpulan
Ikatan Notaris Indonesia Nomor 24/PERKUM/INI/2021 Tentang Magang. Ps. 1 Poin 5.
0
Ibid.
0
meningkatkan rasa percaya diri Calon Notaris dalam menjalankan jabatan Notaris
yang suatu saat akan di embannya, dan membangkitkan rasa kepercayaan
masyarakat terhadap Calon Notaris bahwa Calon Notaris siap menjalankan jabatan
Notaris dikemudian hari.
Magang di kantor Notaris tidak dapat dilakukan oleh semua kantor Notaris.
Notaris penerima magang harus memenuhi persyaratan yang diatur dalam
Peraturan INI tentang Magang, yaitu:
1. “Aktif menjalankan jabatan Notaris 5 (lima) tahun atau lebih dengan minimal
jumlah akta 100 (seratus) akta;
2. Tidak pernah mendapat sanksi dari Perkumpulan karena melanggar Anggaran
Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Perkumpulan, dan Kode Etik
Notaris;
3. Aktif dalam Perkumpulan atau memiliki kepedulian terhadap Perkumpulan
sesuai dengan penilaian dari Pengurus Daerah setempat, dengan kriteria:
memiliki Kartu Tanda Anggota, membayar iuran anggota, dan mengikuti
0
Ikatan Notaris Indonesia, Peraturan Perkumpulan Ikatan,..., Ps. 6.
46
0
Ikatan Notaris Indonesia, Peraturan Perkumpulan Ikatan,..., Ps. 7.
0
Ikatan Notaris Indonesia, Peraturan Perkumpulan Ikatan,…,Ps. 8 ayat (2).
47
Jika ditelaah lebih dalam dan dikaitkan dengan Peraturan INI tentang Magang maka
perjanjian magang untuk Calon Notaris yang menjalani magang di kantor Notaris paling
tidak memuat hal-hal tentang:
0
Kementerian Ketenagakerjaan, Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 6 Tahun 2020 Tentang
Penyelenggaraan Pemagangan Di Dalam Negeri, Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 6 Tahun 2020,
BN Nomor 351, Ps. 10.
0
0
Kementerian Ketenagakerjaan, Peraturan Menteri Keetenagakerjaan Nomor 6 Tahun 2020 Tentang
Penyelenggaraan Pemagangan Di Dalam Negeri,…, Ps. 13.
0
Program magang dan kurikulum magang Calon Notaris saat menjalankan magang di
kantor Notaris sebagaimana diatur dalam Peraturan INI tentang Magang, adalah:
0
Ikatan Notaris Indonesia, Peraturan Perkumpulan Ikatan,.., Ps. 9 poin a.
0
Hans Kelsen, General Theory of Law and State, Teori Umum Hukum dan Negara, terjemahan
Soenardi. (Jakarta: BEE Media Indonesia, 2007). hlm 81.
50
0
Hans Kelsen, Teori Hukum Murni, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif, terjemahan Raisul
Mutaqien. (Bandung: Nuansa & Nusa Media, 2006). hlm 140.
0
Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sebagaimana diubah
oleh Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. LN Nomor 245, TLN No. 6573, Ps. 1
ayat (4).
0
Bryan A Garner, Black’s Law Dictionary, (America, West Thomson Group, 2010), hlm 1737.
0
Hukum Pidana yang berbunyi “Dalam hal ditentukan oleh Undang-Undang, setiap
orang dapat dipertanggungjawabkan atas tindak pidana yang dilakukan oleh orang
lain.”0
1. Notaris H selaku Notaris dimana terdakwa IPAM bekerja, yang juga dilakukan
penuntutan dalam berkas terpisah;
2. A, sebagai pihak pembeli saham PT BRM, yang juga dilakukan penuntutan dalam
berkas terpisah;
3. S, sebagai pihak pembeli saham PT BRM, yang juga dilakukan penuntutan dalam
berkas terpisah;
4. IHPH, sebagai Komisaris Utama PT BRM, yang juga dilakukan penuntutan dalam
berkas terpisah;
0
Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Ps. 48 ayat (2).
0
Daniel Hendrawan, “Penerapan Vicarious Liability Terhadap Notaris/PPAT Atas Kesalahan yang
Dilakukan Pegawai Kantor Notaris Berkaitan dengan Pasal 1367 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata”,
Tesis Universitas Indonesia, Depok, 2015, hlm 40.
52
5. TEA, sebagai pihak pembeli saham PT BRM, yang juga dilakukan penuntutan
dalam berkas terpisah;
BAB 3
ANALISIS TANGGUNG JAWAB NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA
PERNYATAAN KEPUTUSAN RAPAT DAN KEBERLAKUAN DOKTRIN
VICARIOUS LIABILITY TERHADAP TANGGUNG JAWAB CALON NOTARIS
DALAM PEMBUATAN AKTA DALAM PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG
NOMOR 134K/PID/2020.
1. lebih dari ½ bagian dari jumlah suara untuk hal hal yang kuorum keputusannya
tidak diatur dalam Undang-Undang dan/atau anggaran dasar;
2. lebih dari 2/3 bagian untuk merubah anggaran dasar;
3. lebih dari ¾ untuk menyetujui penggabungan, peleburan, pengambilalihan atau
pemisahan, dan pengajuan permohonan pailit.
0
Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, UU No. 40 Tahun
2007, LN Nomor 106, TLN No. 4756, Ps. 86 ayat (1).
55
0
Hal ini disampaikan oleh Notaris Martina S.H. dalam Wawancara yang dilakukan pada tanggal 30
Maret 2022 di Jakarta Barat.
0
Steven Liem, Mohammad Fajri, Widodo Suryandono, “Tanggung Jawab Notaris Terhadap Akta Jual
Beli Saham Tanpa Bukti Pelunasan dan Bukti Setor (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan Nomor: 259//Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel),” Indonesian Notary Volume 2, 2020, hlm. 794.
0
Felix Christian Adriano, “Analisis Yuridis atas Turunnya Kekuatan Pembuktian Akta Notaris
Menurut UUJN No. 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris”, Premise Law Journal, Vol. 9 Tahun 2015.
hlm 7-8.
56
Kekuatan pembuktian formal suatu Akta yang autentik harus memberikan kepastian
hukum atas suatu perbuatan hukum tersebut benar-benar ada, dibuat oleh Notaris
dan/atau diterangkan para penghadap dalam Akta. Secara formal untuk
membuktikan kebenaran waktu, hari, tanggal, bulan, tahun dan para pihak yang
menghadap, paraf dan tanda tangan para pihak, dengan membuktikan apa yang
dilihat, yang disaksikan, serta yang didengar oleh Notaris, dan mencatatkan
keterangan dan/atau pernyataan dari para penghadap.
3. Kekuatan Pembuktian Materil
Kebenaran materil suatu Akta yang telah dituangkan dalam suatu Akta autentik
adalah pembuktian yang sah terhadap para pihak yang membuat Akta atau mereka
yang mendapatkan hak dengan terbitnya Akta tersebut. Keberlakuan suatu akta
bersifat umum, kecuali jika dibuktikan sebaliknya. keterangan yang dimuat dalam
Akta relaas haruslah dinilai benar. Jika ternyata ada kesalahan dalam pernyataan
para penghadap, maka kesalahan menjadi tanggung jawab dari pihak tersebut.
Notaris tidak turut bertanggung jawab terhadap kebenaran materil dari Akta
tersebut.
Ketiga kekuatan di atas merupakan tolak ukur dalam Akta Notaris sebagai alat bukti
khususnya dalam hukum acara dan memiliki kekuatan mengikat bagi para pihak yang
terikat dalam Akta tersebut.0
Dalam kesehariannya Notaris sering terlibat sebagai pihak yang turut serta
melakukan tindak pidana, hal ini dimungkinkan dengan masuknya keterangan palsu ke
dalam sebuah Akta yang autentik.0 Dalam hal ini, untuk menentukan apakah Notaris
melakukan tindak pidana tentunya harus dibuktikan dengan sistem pembuktian acara
pidana yaitu dengan sistem negatif yang merupakan suatu sistem pembuktian yang
mencari kebenaran materiil dimana seorang hakim dalam menjatuhkan putusan telah
memenuhi 2 (dua) syarat mutlak yang meliputi adanya alat bukti dan keyakinan hati
nurani hakim.0
0
Rosnidar Sembiring, “Kedudukan Akta Otentik yang Dibuat di Hadapan Notaris dalam Hukum
Pembuktian Acara Perdata”, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. hlm. 11.
0
Habib Adjie, Hukum Notariat di Indonesia-Tafsiran Tematik Terhadap UU No.30 Tahun 2004
tentang Jabatan Notaris, (Bandung: PT Refika Aditama, 2008) hlm. 24.
0
Munir Fuady, Teori Hukum Pembuktian (Pidana dan Perdata),(Bandung: PT Citra Aditya Bakti,
2006) hlm. 2.
57
Notaris wajib untuk menjamin kepastian aspek formal tersebut. Dalam perkara pidana
diperlukan pembuktian dari pihak yang melakukan pengingkaran tersebut dan Notaris
yang bersangkutan. Ketiga kekuatan yang telah disebutkan di atas, secara bersama-sama
menciptakan kesempurnaan kedudukan sebuah Akta notaris, karena Akta Notaris
sebagai alat bukti yang pembuktiannya khususnya dalam hukum acara memiliki
kekuatan yang mengikat bagi para pihak.0
Terkait dengan keabsahan Akta berita acara rapat PT BRM tanggal 21 Desember
2015 Majelis Hakim Pengadilan Negeri Gianyar memiliki pertimbangan bahwa terkait
dengan unsur membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat menimbulkan
suatu hak perikatan atau pembebasan hutang atau yang diperuntukkan sebagai bukti dari
pada suatu hal sebagaimana diatur dalam Pasal 263 ayat (1) KUHPidana, yang
dimaksud oleh surat menurut Majelis Hakim Pengadilan negeri Gianyar adalah sesuatu
yang terdiri dari rangkaian huruf-huruf yang mengandung arti dan memuat isi tertentu.
Surat yang dipalsukan harus suatu surat yang dapat:
1. Menerbitkan hak;
Habib Adjie, Kebatalan dan Pembatalan Akta Notaris, (Bandung: PT Refika Aditama, 2017), hlm.
22.
0
Rosnidar Sembiring, Kedudukan Akta Otentik yang Dibuat di Hadapan Notaris dalam Hukum
Pembuktian Acara Perdata, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. hlm. 11.
58
2. Menerbitkan perjanjian;
3. Menerbitkan pembebasan hutang; atau
4. Dipergunakan sebagai keterangan bagi suatu perbuatan atau peristiwa.
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Gianyar juga menimbang bahwa yang dimaksud oleh
surat palsu adalah surat yang isinya tidak benar, ketidak benaran itu juga dapat meliputi
tandatangan dalam surat tersebut. Telah ditemukan juga fakta dalam persidangan bahwa
Akta-Akta yang ditandatangani oleh para pihak dalam kasus ini disiapkan oleh
Terdakwa IPAM atas perintah Notaris H selaku atasan Terdakwa. Berdasarkan
keterangan Korban H dan Saksi DJH keduanya tidak pernah menerima panggilan atau
undangan RUPS PT BRM dan keduanya tidak pernah menghadiri RUPS serta
menandatangani Berita Acara RUPS PT BRM yang tertanggal 21 Desember 2015.
Berdasarkan pertimbangan dan fakta yang ditemukan dalam persidangan di atas maka
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Gianyar berpendapat bahwa Terdakwa IPAM
mengerti dan mengetahui bahwa akta-akta yang dipersiapkan oleh terdakwa terkait
dengan jual beli saham dan Berita Acara RUPS PT BRM yang tertanggal 21 Desember
2015 tersebut tidak pernah terjadi. Dengan demikian, akta-akta tersebut menimbulkan
akibat hukum yaitu peralihan hak dari masing-masing pihak dalam akta tersebut sesuai
dengan kedudukan para pihak dalam akta-akta tersebut.
Terkait dengan keabsahan Akta berita acara rapat PT BRM tanggal 21 Desember
2015 Majelis Hakim Mahkamah Agung memiliki pertimbangan bahwa Terdakwa IPAM
yang ditunjuk oleh Notaris H untuk menangani akta-akta dan dokumen-dokumen terkati
PT BRM mengetahui bahwa Berita Acara RUPS PT BRM memuat keterangan yang
tidak benar karena sesungguhnya RUPS Luar Biasa tersebut tidak pernah ada dan tidak
dilangsungkan pada tanggal 21 Desember 2015. Perbuatan Terdakwa IPAM yang telah
mengubah Berita Acara RUPS PT BRM tanggal 21 Desember 2015 sehingga tidak
sesuai dengan keadaan sebenarnya baik isi maupun tandatangan saksi H mengakibatkan
beralihnya hak dari suatu subjek hukum ke subjek hukum lainnya.
pidana karena Terdakwa IPAM hanya melaksanakan perintah dari Notaris H adanya
alasan pemaaf dalam kasus ini menurut Majelis Hakim Mahkamah Agung tidak dapat
dibenarkan karena Terdakwa IPAM mengetahui dan menyadari bahwa perbuatan yang
dilakukannya sebagai perbuatan yang melanggar hukum. Perbuatan Terdakwa IPAM
bahkan membuktikan adanya kerja sama dalam melakukan suatu tindak pidana. Dalam
doktrin atasan bawahan, seorang bawahan tidak bisa berlindung dibalik perintah atasan
sejauh dia mengetahui perbuatannya adalah melanggar hukum. Dalam kualitas dan
kapasitas intelektualitas Terdakwa IPAM sebagai Calon Notaris bahwa Terdakwa
IPAM mengetahui perbuatannya tersebut adalah melanggar hukum.
Dalam tuntutannya Jaksa Penuntut Umum dalam Surat Dakwaan Jaksa Penuntut
Umum mendakwakan terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang diatur dalam
Pasal 263 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”) Juncto Pasal 55
ayat (1) poin 1 KUHP, yaitu:
“mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta
melakukan perbuatan, membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat
membuat suatu hak, perikatan, atau pembebasan hutang, atau yang
diperuntukkan sebagai bukti sesuatu hal dengan maksud untuk memakai atau
menyuruh orang lain memakai surat tersebut seolah-olah isinya benar dan tidak
palsu, diancam jika pemakaian tersebut dapat menimbulkan kerugian.”0
Dalam kasus ini yang dimaksud sebagai surat palsu adalah notulen/risalah Berita
Acara Rapat PT BRM, Perjanjian Jual Beli Saham antara kobran H dengan terdakwa S,
dan Perjanjian Jual Beli Saham antara korban H dengan TEA, yang ketiganya tertanggal
21 Desember 2015.
0
Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Ps. 263 ayat (1) Jo. Ps 55 ayat (1) poin 1.
60
mengusulkan bahwa yang tugas dari direksi digantikan oleh Komisaris Utama yaitu
terdakwa IHPH, termasuk juga tugas untuk mejadi Ketua Rapat dalam RUPS. Bahwa
Notaris H memberikan tugas untuk menyusun rancangan Berita Acara Rapat PT BRM
tersebut kepada Terdakwa. Terdakwa juga telah mengetik Akta Pernyataan Keputusan
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan Terbatas PT Bali Rich Mandiri
Nomor 103 tanggal 23 Desember 2015, dan terdakwa turut menandatangani Akta
tersebut sebagai saksi Akta.
Berita Acara Rapat PT BRM tersebut menjadi dasar pembuatan Akta Pernyataan
Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham PT BRM yang merupakan Akta autentik.
Akta autentik wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Akta harus dibuat oleh atau di hadapan seorang pejabat umum, syarat ini sudah
terpenuhi. Pembuatan Akta Pernyataan Keputusan RUPS PT BRM yang dibuat di
hadapan Notaris H dan dengan demikian Akta tersebut termasuk kedalam Akta
partij.
2. Akta harus dibuat sesuai dengan bentuk yang sudah ditentukan Undang-Undang.
Sesuai dengan ketentuan bentuk dari Akta Notaris yang diatur dalam UUJN,
sekurang-kurangnya Akta terdiri atas kepala Akta, badan Akta, dan penutup Akta.
Bentuk dari Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham PT BRM
tersebut sudah sesuai dengan ketentuan bentuk dari Akta Notaris yang diatur dalam
UUJN maka dari itu syarat ini sudah terpenuhi.
3. Pejabat umum yang membuat Akta tersebut harus mempunyai wewenang untuk
membuatnya, untuk memenuhi persyaratan tersebut harus dilihat terlebih dahulu
terkait dengan wewenang notaris. Terkait dengan wewenang, Pasal 18 UUJN
mengatur bahwa “Notaris mempunyai tempat kedudukan di daerah kabupaten atau
kota dan wilayah jabatannya meliputi seluruh wilayah provinsi dari tempat
kedudukannya.”0 Notaris H sudah memenuhi perysaratan untuk membuat Akta
tersebut, hal ini dimungkinkan karena pembuatan Akta tersebut dilangsungkan di
Kantor Notaris H yang beralamat di Pertokoan Niaga Dewa Ruci Blok B Nomor 9
Jalan Sunset Road, Kuta, Bali yang mana masih dalam wilayah jabatan Notaris H.
0
Indonesia, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris. UU No. 2 Tahun 2014, LN Nomor 3, TLN No. 5491,
Ps. 18.
61
Berdasarkan dari persyaratan tentang Akta autentik di atas, dapat dilihat bahwa Akta
Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham PT BRM telah memenuhi
seluruh persyaratan untuk menjadi sebuah Akta autentik. Maka dari itu dalam menilai
dan memeriksa Akta Notaris Majelis Hakim harus menggunakan asas praduga sah atau
Presumptio Iustae Causa.0 Asas ini membuat sebuah Akta harus dianggap sah sampai
ada pihak yang menyatakan Akta tersebut tidak sah.
Dalam kasus ini Terdakwa adalah pihak yang membantu Notaris H untuk
menyusun Berita Acara Rapat PT BRM dan 2 buah Perjanjian Jual Beli Saham. Berita
Acara Rapat PT BRM dan 2 buah Perjanjian Jual Beli Saham tersebut termasuk sebagai
Akta di bawah tangan dan Berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris
Kriminalistik No Lab: 3741/DTF/2017 tanggal 24 Oktober 2017 yang dibuat dan
ditandatangani oleh Kepala Pusat Laboratorium Forensik Badan Reserse Kriminal Polri
di Jakarta. Disimpulkan bahwa tanda tangan korban H dalam 3 dokumen tersebut adalah
tidak identik atau merupakan tanda tangan yang berbeda dengan tanda tangan korban H.
Maka dari itu, Terdakwa didakwakan melakukan tindak pidana mereka yang
melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan perbuatan,
membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat membuat suatu hak, perikatan,
atau pembebasan hutang, atau yang diperuntukkan sebagai bukti sesuatu hal dengan
maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surat tersebut seolah-olah
isinya benar dan tidak palsu. Perbuatan pemalsuan ternyata merupakan suatu jenis
pelanggaran terhadap dua norma dasar, yaitu:
Dalam menciptakan sebuah surat palsu yang dimana seluruhnya atau sebagian dari isi
surat tersebut palsu. Dalam hal ini, surat palsu tersebut tidak sesuai atau bertentangan
dengan keadaan yang sebenarnya. Surat palsu dapat dibuat dengan cara:0
0
Phillipus M Hadjon, Pemerintah Menurut Hukum, (Surabaya: Yuridika, 1993), hlm. 5.
0
Moch Anwar, Hukum Pidana di Bidang Ekonomi,(Bandung, Citra Aditya Bakti, 1990) hlm. 128.
0
62
1. Membuat sebuah surat yang bagiannya atau semua isi dari surat tersebut
bertentangan dengan apa yang sebenarnya terjadi. Pembuatan surat palsu tersebut
disebut juga dengan pemalsuan intelektual.
2. Membuat sebuah surat yang seakan-akan surat itu berasal dari orang lain selain si
pembuat surat. Membuat surat palsu yang demikian ini disebut dengan pemalsuan
materil dimana palsunya surat terletak pada asalnya atau si pembuat surat.
1. Membuat surat dengan meniru tanda tangan seseorang yang tidak ada, misalnya
seorang yang telah meninggal atau yang sama sekali tidak pernah ada;
2. Membuat dengan meniru tanda tangan orang lain baik dengan persetujuannya atau
tidak;
3. Tanda tangan yang dimaksud disini termasuk dengan menggunakan cap atau
stempel tanda.
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Pemalsuan, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2016) hlm. 100.
0
Ibid.
0
Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ,…, Ps. 263 ayat (1) .
63
Unsur yang kedua terpenuhi dengan ditemukannya fakta dalam persidangan bahwa
Notaris H memberi perintah kepada Calon Notaris IPAM untuk memberi tanggal
dalam dokumen Berita Acara RUPS PT BRM yang tidak sesuai dengan keadaan
sebenarnya. Dengan demikian unsur kedua terpenuhi yaitu adanya kesalahan karena
kesengajaan.
3. Adanya subjek yang dapat bertanggung jawab
Unsur yang ketiga sudah terpenuhi, mengacu pada ketentuan Pasal 65 UUJN secara
tegas mengatur bahwa Notaris adalah pihak yang bertanggung jawab atas Akta yang
telah diterbitkannya. Selain itu, dalam persidangan tidak ditemukan adanya indikasi
atau fakta yang menunjukan bahwa Notaris H tidak memiliki kemampuan untuk
bertanggung jawab atas perbuatannya tersebut.
4. Tidak adanya alasan pemaaf/pembenar
Unsur yang terakhir terpenuhi, hal ini mengacu pada ketentuan Pasal 16 UUJN
bahwa Notaris H memiliki wewenang untuk menolak membuat surat tersebut karena
surat tersebut tidak sesuai dengan ketentuan Undang-Undang. Dengan demikian,
tidak ada alasan pemaaf/pembenar yang dapat digunakan oleh Notaris H untuk
berlindung dari sanksi pidana atas perbuatannya.
Dengan terpenuhinya seluruh unsur diatas, dalam kasus ini Notaris H dinyatakan
telah membantu untuk membuat surat palsu karena Notaris H mengetahui bahwa RUPS
Luar Biasa tanggal 21 Desember 2015 yang menjadi dasar dibuatnya Akta Pernyataan
Keputusan Rapat tersebut tidak pernah terjadi. Notaris H tidak mengetahui bahwa
tandatangan korban H dalam Berita Acara Rapat tersebut dipalsukan, akan tetapi dengan
Notaris H mengetahui bahwa Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa tanggal 21
Desember 2015 tidak pernah terjadi, seharusnya Notaris H sesuai dengan Pasal 16
UUJN yaitu “memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang
ini kecuali ada alasan untuk menolaknya.”0 Notaris H dengan mengetahui bahwa Rapat
Umum Pemegang Saham Luar Biasa tanggal 21 Desember 2015 tidak pernah terjadi
sudah seharusnya menolak untuk membuatkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat
tersebut, akan tetapi keputusannya untuk tetap membuatkan Akta Pernyataan Keputusan
Rapat tersebut membuatnya turut bertanggung jawab atas kerugian yang diderita korban
0
Indonesia, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris,…, Ps. 16 ayat (1) poin e.
64
Hartati atas terbitnya Akta Pernyataan Keputusan Rapat tersebut, dan menjadikan
Notaris H turut bertanggung jawab secara pidana atas terbitnya Akta Pernyataan
Keputusan Rapat tersebut.
3.2 Tanggung Jawab Calon Notaris dalam Proses Pembuatan Akta dalam Putusan
Mahkamah Agung Nomor 134K/PID/2020.
Dalam UUJN dan Kode Etik Notaris tidak disebutkan adanya tanggung jawab
bagi Calon Notaris terhadap sebuah Akta maupun terhadap pekerjaannya selama Calon
Ahyar Ari Gayo, Notaris Perspektif Pengawasan, Pendidikan dan Perbuatan Pidana. (Jakarta:
Balitbangkumham Press, 2020) hlm. 157.
0
Indonesia, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris,…, Ps. 65.
65
Notaris tersebut menjalani masa wajib magang. Dalam UUJN hanya terdapat 2
peraturan tentang Calon Notaris, yaitu Pasal 16A UUJN yang mengatur tentang Calon
Notaris yang sedang melakukan magang wajib bertindak amanah, jujur, saksama,
mandiri, tidak berpihak, menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan
hukum dan Calon Notaris wajib untuk merahasiakan segala sesuatu mengenai Akta
yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperolehnya dalam pembuatan Akta. 0
Selain kewajiban tersebut UUJN hanya mengatur tentang syarat untuk dapat diangkat
menjadi seorang Notaris, yaitu:
Tanggung jawab Calon Notaris dalam proses pembuatan Akta dapat dilihat dari
segi perdata, tepatnya hal ini diatur dalam Pasal 1367 paragraf (3) KUHPerdata yang
menyebutkan bahwa:
“Majikan dan orang yang mengangkat orang lain untuk mewakili urusan-urusan
mereka, bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh pelayan atau
0
Indonesia, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris,…, Ps. 16A Jo Ps. 16 ayat (1) poin a.
0
Ibid, Ps. 2.
66
Dari pasal tersebut dapat dilihat bahwa seorang atasan bertanggung jawab atas
kerugian yang disebabkan oleh bawahan mereka dalam melakukan pekerjaan yang
ditugaskan kepada bawahannya tersebut. Hal ini senada dengan pendapat 2 orang Saksi
Ahli yang dihadirkan oleh kuasa hukum Terdakwa. Ahli Gde Made Swardhana yang di
bawah sumpah dan menerangkan sebagai berikut:
1. Bawahan yang melakukan pekerjaan atas perintah atasan tidak dapat dipidana;
2. Dalam hal Pekerjaan antara atasan dan bawahan, tentunya bawahan tunduk kepada
perintah atasan, maka demikian yang bertanggung jawab adalah pejabat;
3. Apabila seorang bawahan mengganti isi surat seperti tanggal, hari dan tempat
kejadiannya atas inisiatif sendiri dapat dipidana.
Ahli I Made Pria Dharsana, yang di bawah sumpah menerangkan sebagai berikut:
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek], diterjemahkan oleh Subekti dan
Tjitrosudibio,…, Ps. 1367.
67
menyadari dan mengetahui bahwa Berita Acara RUPS PT BRM tanggal 21 Desember
2015 memuat keterangan yang tidak benar karena PT BRM tidak pernah mengadakan
RUPS pada tanggal 21 Desember 2015. Berdasarkan fakta persidangan di atas telah
terlihat adanya kerja sama antara Terdakwa IPAM dan Notaris H sehingga unsur turut
serta melakukan perbuatan telah terpenuhi dalam perbuatan Terdakwa IPAM.
Berdasarkan pertimbangan di atas maka Majelis Hakim Pengadilan Negeri Gianyar
seharusnya menyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan bahwa Terdakwa
IPAM melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam dakwaan tunggal.
Akan tetapi, menurut Majelis Hakim Pengadilan Negeri Gianyar terdapat alasan
pembenar atau alasan pemaaf yang ditemukan dalam Pasal 65 UUJN. Senada dengan
keterangan Ahli dalam persidangan yaitu I Made Pria Dharsana yang menyatakan
bahwa semua akta yang dipegang menjadi tanggung jawab Notaris termasuk akta di
bawah tangan yang dibuat Notaris dan juga seluruh akta yang dibuat dan ditransaksikan
di hadapan Notaris, Notarislah yang bertanggung jawab atas akta-akta yang lahir dalam
perjanjian tersebut sedangkan tanggung jawab saksi dalam sebuah akta hanya sebatas
apa yang didengar atas apa yang dibacakan oleh Notaris di hadapan para pihak, tidak
termasuk kebenaran dari isi akta tersebut dan Notaris mempunyai tanggung jawab
seumur hidup terhadap akta yang dibuatnya. Notaris H dalam keterangannya di
persidangan juga menyatakan bahwa dialah yang seharusnya bertanggung jawab
terhadap akta-akta atau dokumen-dokumen terkait PT BRM karena kedudukannya
dalam jabatan Notaris. Berdasarkan Pasal 65 UUJN dan dihubungkan dengan fakta-
fakta hukum serta pendapat ahli dalam persidangan maka pertanggungjawaban pidana
karena dasar pemaaf diterima oleh Majelis Hukum Pengadilan Negeri Gianyar dan
Notaris H adalah pihak yang bertanggung jawab terhadap seluruh akta-akta dan
dokumen-dokumen terkait PT BRM yang disiapkan oleh Terdakwa IPAM.
2015. Berita Acara RUPS PT BRM tanggal 21 Desember 2015 yang tidak sesuai
dengan keadaan sebenarnya baik isi maupun tandatangan Korban H, mengakibatkan
adanya peralihan saham PT BRM dari Korban H dan Saksi DJH kepada Saksi A, Saksi
TEA, dan Saksi S. Pertimbangan Hukum Majelis Hakim Pengadilan Negeri Gianyar
yang menyatakan tidak bisa dimintakan pertanggungjawaban pidana karena terdakwa
hanya melaksanakan perintah dari Notaris H selaku atasannya menurut Majelis Hakim
Mahkamah Agung tidak dapat dibenarkan. Terdakwa IPAM mengetahui dan menyadari
bahwa perbuatan yang dilakukannya adalah perbuatan yang melanggar hukum, maka
dari itu hal tersebut justru membuktikan adanya kerjasama dalam melakukan tindak
pidana. Majelis Hakim Mahkamah Agung juga berpendapat bahwa terhadap Doktrin
atasan bawahan terdapat pengecualian yaitu seorang bawahan tidak bisa berlindung
dibalik perintah atasan sejauh dia mengetahui bahwa perbuatannya adalah melanggar
hukum. Dalam kualitas dan kapastias intelektualitas Terdakwa IPAM sebagai Calon
Notaris, Terdakwa IPAM mengetahui perbuatannya tersebut adalah melanggar hukum.
dasarnya berpendapat bahwa semua Akta yang dibuat menjadi tanggung jawab Notaris,
termasuk Akta di bawah tangan yang dibuat Notaris, Notaris yang bertanggung jawab
atas Akta-Akta yang lahir dalam perjanjian tersebut, sedangkan tanggung jawab saksi
dalam sebuah Akta hanya sebatas apa yang didengar atas apa yang dibacakan Notaris di
depan para pihak. Tidak termasuk kebenaran dari isi Akta tersebut dan Notaris
mempunyai tanggung jawab seumur hidup terhadap Akta-Akta yang dibuatnya. Hal ini
senada dengan keterangan Notaris H dipersidangan yang menyatakan bahwa ia
bertanggung jawab terhadap Akta-Akta atau dokumen-dokumen terkait PT Bali Rich
Mandiri selaku Notaris. Maka demikian setelah mempertimbangkan hal-hal tersebut di
atas dan dilihat juga dari ketentuan atasan bawahan yang terdapat dalam Pasal 1367
KUHPerdata tersebut, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Gianyar menerima pledoi
Terdakwa bahwa Terdakwa melakukan perbuatannya tersebut atas perintah dari Notaris
Hartono selaku atasan Terdakwa dan oleh karenanya Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Gianyar berpendapat bahwa dasar pemaaf yang diajukan kuasa hukum Terdakwa dapat
diterima.
Dari kedua pengertian tentang Calon Notaris di atas dapat dilihat bahwa Majelis
Hakim Mahkamah Agung mempunyai pandangan yang selaras dengan kedua peraturan
tersebut di atas. Majelis Hakim Mahkamah Agung dalam pertimbangannya menyatakan
bahwa alasan pemaaf yang diterapkan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Gianyar
tidak dapat dibenarkan. Terdakwa dinilai mengetahui bahwa perbuatannya yang
melanggar hukum, justru membuktikan adanya kerja sama dalam melakukan suatu
tindak pidana antara Notaris H dan Terdakwa.
Dalam menetapkan Calon Notaris IPAM dapat dipidana, terlebih dahulu Majelis
Hakim harus membuktikan bahwa unsur-unsur pertanggungjawaban pidana telah
terpenuhi, yaitu:
“mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta
melakukan perbuatan, membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat
membuat suatu hak, perikatan, atau pembebasan hutang, atau yang
diperuntukkan sebagai bukti sesuatu hal dengan maksud untuk memakai atau
menyuruh orang lain memakai surat tersebut seolah-olah isinya benar dan tidak
palsu, diancam jika pemakaian tersebut dapat menimbulkan kerugian.”0
0
Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Ps. 263 ayat (1) Jo. Ps 55 ayat (1) poin 1.
71
Unsur yang ketiga sudah terpenuhi, dalam persidangan tidak ditemukan adanya
indikasi atau fakta yang menunjukan bahwa Calon Notaris IPAM tidak memiliki
kemampuan untuk bertanggung jawab atas perbuatannya tersebut, selain itu Majelis
Hakim Mahkamah Agung menilai bahwa karena kualitas dan kapasitas
intelektualitas Calon Notaris IPAM membuat terdakwa seharusnya mengetahui
bahwa perbuatannya melanggar hukum.
4. Tidak adanya alasan pemaaf/pembenar
Unsur yang terakhir tidak terpenuhi, dalam persidangan ditemukan fakta bahwa
Notaris H adalah pihak yang memerintahkan Calon Notaris IPAM untuk mengganti
tanggal tersebut menjadi tidak sesuai dengan keadaan semestinya. Hal ini
membuktikan adanya daya paksa. Daya paksa sebagaimana dijelaskan dalam Pasal
48 KUHP adalah “Orang yang melakukan tindak pidana karena pengaruh daya
paksa tidak dapat dipidana.”0 Dalam kasus ini, daya paksa yang dialami oleh Calon
Notaris IPAM adalah terdakwa terpaksa mengikuti keinginan Notaris H. Calon
Notaris IPAM memang memiliki kehendak bebas untuk menolak mengganti tanggal
Berita Acara Rapat RUPS PT BRM, akan tetapi terdakwa memilik tekanan moral,
dengan resiko apabila terdakwa tidak menuruti keinginan Notaris H, maka tidak
menutup kemungkinan Notaris H tidak mengeluarkan surat keterangan magang.
Selain itu, tidak menutup kemungkinan juga Notaris H untuk mempengaruhi Notaris
lain agar tidak menerima Calon Notaris IPAM sebagai peserta magang karena
ketidak patuhan terdakwa selama menjalani magang dalam kantor Notaris H. Hal ini
senada dengan pendapat Soesilo yang mengatakan bahwa:
“paksaan ditinjau dari banyak sudut, apakah orang yang dipaksa itu lebih lemah
daripada orang yang memaksa, apakah tidak ada jalan lain, apakah paksaan itu
betul betul seimbang apabila dituruti dan sebagainya Hakimlah yang harus
menguji dan memutuskan hal ini”0
1. Adanya perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh pegawai kantor Notaris:
Dari fakta hukum yang terdapat dalam persidangan dapat dilihat bahwa unsur
perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Terdakwa IPAM adalah menyusun
Berita Acara RUPS PT BRM tertanggal 21 Desember 2015 yang pada intinya
bertujuan untuk memberikan persetujuan peralihan hak atas saham dan perubahan
susunan direksi dan dewan komisaris PT BRM dengan mengetahui bahwa
sebenarnya tanggal 21 Desember 2015 PT BRM tidak mengadakan RUPS. Hal ini
mengakibatkan beralihnya saham dari masing-masing pihak dalam akta tersebut
sesuai dengan kedudukan para pihak dalam akta tersebut.
2. Adanya hubungan kerja antara Notaris dan pegawainya:
Dari fakta hukum yang ditemukan dalam persidangan, Majelis Hakim Mahkamah
Agung dalam pertimbangannya merujuk kepada Terdakwa IPAM sebagai calon
Notaris. Calon Notaris oleh Perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia, dalam Peraturan
INI tentang Magang didefinisikan sebagai “Anggota Luar Biasa Ikatan Notaris yang
mempunyai tujuan untuk menjadi Notaris.”0 Berdasarkan pertimbangan Majelis
Hakim Mahkamah Agung dikaitkan dengan Peraturan INI tentang Magang, dapat
disimpulkan bahwa Terdakwa IPAM adalah Anggota Luar Biasa Ikatan Notaris
Indonesia yang sedang menjalankan kewajiban magang di kantor notaris, yaitu
Notaris H. Dengan demikian unsur adanya hubungan kerja antara Notaris dan
Terdakwa IPAM nyata adanya dan dikategorikan sebagai hubungan
pemagangan/magang.
Pasal 3 UUJN, yaitu telah memiliki ijazah Sarjana Hukum dan memiliki ijazah strata
dua Magister Kenotariatan. Berbeda dengan Majelis Hakim Mahkamah Agung, dalam
tingkat pertama Majelis Hakim Pengadilan Negeri Gianyar menilai bahwa penerapan
doktrin Vicarious Liability dalam kasus ini tidak dapat dibatasi, Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Gianyar sependapat dengan Pasal 65 UUJN dan pendapat ahli yang
dihadirkan dalam persidangan bahwa Notaris bertanggung jawab terhadap seluruh Akta
yang dikeluarkannya baik Akta autentik maupun Akta di bawah tangan. Dari kedua
pendapat Majelis Hakim tersebut dapat dilihat terdapat perbedaan persepsi terhadap
penerapan doktrin Vicarious Liability.
Terdapat kedudukan yang tidak seimbang antara Notaris H dan Calon Notaris
IPAM. Calon Notaris IPAM dalam memenuhi persyaratan UUJN dan Peraturan INI
tentang Magang sangat bergantung kepada Surat Keterangan Magang yang akan
dikeluarkan oleh Notaris Penerima Magang pada saat jangka waktu magang sudah
selesai dan Calon Notaris tersebut memenuhi standar minimum kelulusan. Kedudukan
yang tidak seimbang ini, dapat dilihat dari betapa Calon Notaris bergantung pada
0
Kementerian Ketenagakerjaan, Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 6 Tahun 2020 Tentang
Penyelenggaraan Pemagangan Di Dalam Negeri, Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 6 Tahun 2020,
BN Nomor 351, Ps. 1 poin 1.
74
0
Kementerian Ketenagakerjaan, Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 6 Tahun 2020 Tentang
Penyelenggaraan Pemagangan Di Dalam Negeri,…, Ps. 10.
75
Notaris, Calon Notaris tidak mendapatkan upah atas pekerjaan yang dikerjakannya.
Selain itu Calon Notaris juga sangat bergantung kepada Surat Keterangan Magang yang
dikeluarkan oleh Notaris penerima magang. Tidak adanya perlindungan hukum yang
diberikan secara spesifik oleh UUJN dan Peraturan INI tentang Magang kepada Calon
Notaris membuat posisi Calon Notaris menjadi sangat rentan.
4.1 Simpulan
Dari pembahasan rumusan masalah penelitian yang sudah diuraikan dalam bab-
bab sebelumnya dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Notaris dalam membuat Akta autentik terkait dengan RUPS, memiliki tanggung
jawab penuh terhadap Akta yang dibuatnya. Dalam memastikan Akta Pernyataan
Keputusan Rapat yang dibuat di hadapan Notaris sah menurut hukum dan memiliki
kekuatan pembuktian yang sempurna, Notaris harus meminta notulen atau risalah
atas RUPS tersebut, dokumen terkait peralihan hak atas saham, dan juga
memperhatikan kuorum kehadiran dan kuorum keputusan dari RUPS. Setelah itu
Notaris wajib untuk memerika kewenangan penghadap yang menghadap kepadanya.
Notaris bertanggung jawab terhadap kebenaran formil dan dapat juga bertanggung
jawab terhadap kebenaran materiil apabila Notaris tersebut terbukti melakukan
kelalaian ataupun kesengajaan sehinga menyebabkan kerugian bagi seseorang.
Dengan tetap dibuatnya Akta Pernyataan Keputusan Rapat tanggal 23 Desember
2015, yang didasari oleh RUPS yang Notaris H tahu bahwa sebenarnya RUPS
tersebut tidak pernah ada, Notaris H turut bertanggung jawab secara pidana terhadap
kerugian yang ditanggung oleh korban H. Notaris bertanggung jawab atas kesalahan
bawahannya berdasarkan doktrin Vicarious Liability. Selain sanksi pidana yang
telah diterapkan terhadap Notaris H ia juga dapat dikenakan sanksi perdata. Sanksi
perdata dapat diterapkan kepada Notaris H karena perbuatannya telah menimbulkan
kerugian materi terhadap korban H, dan maka dari itu korban H berhak untuk
menuntut penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga terhadap Notaris H.
2. Dalam UUJN dan Kode Etik Notaris tidak disebutkan adanya tanggung jawab bagi
Calon Notaris terhadap sebuah Akta maupun terhadap pekerjaannya selama Calon
Notaris tersebut menjalani masa wajib magang. Dalam UUJN hanya mengatur
tentang Calon Notaris yang sedang melakukan magang wajib bertindak amanah,
jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, menjaga kepentingan pihak yang terkait
dalam perbuatan hukum dan Calon Notaris wajib untuk merahasiakan segala sesuatu
mengenai Akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperolehnya dalam
76
77
pembuatan Akta. Dan mengatur tentang syarat diangkat menjadi seorang Notaris.
Dalam Peraturan INI tentang Magang dan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Nomor 18 Tahun 2018 tentang Ujian Pengangkatan Notaris dijelaskan
siapa yang dimaksud oleh Calon Notaris. Dalam doktrin atasan bawahan dapat
dilihat bahwa seorang atasan bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh
bawahan mereka dalam melakukan pekerjaan yang ditugaskan kepada bawahannya
tersebut. Majelis Hakim Mahkamah Agung seharusnya tidak menerapkan
pembatasan dari doktrin tersebut. Ketidak seimbangan posisi antara Calon Notaris
dan Notaris, tidak adanya upah sebagai bawahan bagi Calon Notaris, dan kurangnya
perlindungan hukum terhadap Calon Notaris seharusnya sudah cukup untuk
meyakinkan Majelis Hakim Mahkamah Agung bahwa doktrin Vicarious Liability
dapat diterapkan untuk melindungi masa depan dan karir Calon Notaris.
4.2 Saran
Sesuai dengan simpulan di atas, terdapat saran yang dapat diberikan dari
penelitian ini, yaitu:
1. Kepada Notaris:
Notaris sebagai atasan harus memastikan bahwa pekerjaan yang dikerjakan oleh
bawahannya sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh UUJN dan tidak
melanggar hukum.
2. Kepada Calon Notaris:
Calon Notaris sebagai pihak yang membantu Notaris untuk membuat Akta autentik
harus bertindak hati-hati, amanah, dan yang perlu di ingat adalah dalam kualitas
dan kapasitas sebagai Calon Notaris, Calon Notaris dapat dimintakan
pertanggungjawabannya terkait dengan Akta yang disusunnya, maupun yang
disaksikannya.
3. Kepada Akademisi;
Kepada para akademisi diharapkan untuk memberikan pembekalan mengenai
tanggung jawab Calon Notaris melalui seminar ataupun webinar yang dapat diikuti
oleh Calon Notaris, maupun mahasiswa. Pembekalan diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dan wawasan kepada pihak yang berkepentingan sehingga Calon
Notaris dapat menjalankan tugasnya dengan baik dalam masa wajib magang.
4. Kepada Perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia;
78
A. Peraturan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Peraturan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pendirian, Perubahan,
dan Pembubaran Badan Hukum Perseroan Terbatas, Permenkumham No.
21/2021, LN Nomor 470.
Ikatan Notaris Indonesia, Perubahan Kode Etik Notaris Kongres Luar Biasa Ikatan
Notaris Indonesia Banten 29-30 Mei 2015.
B. Buku
79
80
Aditama, 2015.
Anwar, Moch, Hukum Pidana di Bidang Ekonomi,Bandung, Citra Aditya Bakti, 1990.
Budiono, Herlien, Dasar Teknik Pembuatan Akta Notaris, Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 2013.
Garner, Bryan A, Black’s Law Dictionary, America, West Thomson Group, 2010.
Gayo, Ahyar Ari, Notaris Perspektif Pengawasan, Pendidikan dan Perbuatan Pidana.
Jakarta: Balitbangkumham Press, 2020.
Harahap, M. Yahya, Hukum Perseroan Terbatas, cet. 6, Jakarta: Sinar Grafika, 2016.
Kelsen, Hans, General Theory of Law and State, Teori Umum Hukum dan Negara,
Jakarta: BEE Media Indonesia, 2007.
Maramis, Frans, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, Jakarta: RajaGrafindo
81
Persada, 2008.
Purba, Ahmad Zen Umar, Hukum Dalam Kolom: Kumpulan tulisan Hukum Bisnis,
Hukum Kekayaan Intelektual, Hukum Laut dan Hukum Lingkungan, Jakarta:
Tempo Publishing, 2016.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauam
Singkat, ed. 1, cet. 10, Jakarta: Rajawali Pers, 2019.
Susanti, Dyah Ochtarina, Penelitian Hukum (Legal Research), Jakarta: Sinar Grafika,
2015.
Syahrul, Muhammad Afni Nazar, dan Ardiyas, Kamus Lengkap Ekonomi, Jakarta: Citra
Harta Prima, 2000.
Adriano, Felix Christian, “Analisis Yuridis atas Turunnya Kekuatan Pembuktian Akta
82
Notaris Menurut UUJN No. 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris”, Premise Law
Journal, Volume 9 Tahun (2015): Hlm. 7-8.
Afifah, Kunni, “Tanggung Jawab dan Perlindungan Hukum bagi Notaris secara Perdata
Terhadap Akta yang Dibuatnya”, Jurnal Lex Renaissance Nomor 1 Volume 2,
(2017): Hlm. 154.
Andira, “Jenis Pelanggaran dan Tanggung Jawab Notaris dalam Pembuatan Akta
Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan Terbatas Fiktif
(Analisis Putusan Majelis Pengawas Wilayah Notaris Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Nomor 7/PTS/Mj. PWN. Prov. DKIJakarta/VII/2018),”
Indonesian Notary 1 Nomor 002 (2019): Hlm. 4.
Arsy, Eudea Adeli, Hanif Nur Widhiyanti, Patricia Audrey Ruslijanto, “Tanggung
Jawab Notaris Terhadap Akta yang Cacat Hukum dan Tidak Sesuai dengan
Ketentuan Pembuatan Akta dalam Undang-Undang Jabatan Notaris”, Jurnal Bina
Mulia Hukum, Volume 6 Nomor 1, (2021): Hlm. 134.
Sembiring, Rosnidar, Kedudukan Akta Otentik yang Dibuat di hadapan Notaris dalam
Hukum Pembuktian Acara Perdata, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
(___): Hlm. 11.
D. Internet
“Limited Liability”,
83
F. Putusan
G. Wawancara
Notaris Martina dalam wawancara yang dilakukan pada 30 Maret 2022 di Kantor
Notaris Martina, Jakarta Barat.