You are on page 1of 6

Nasihat Dan Bimbingan Untuk Pemuda Muslim terhadap

Diri, Agama, dan Masyarakatnya


Soal:
Apa peran pemuda Islam dalam membangun masyarakat Islam? Kita perhatikan bahwa Al-
Qur’an menyebutkan tentang “pemuda” di banyak tempat. Allah Ta’ala berfirman,

‫يم‬ ِ ‫قَالُوا مَسِ عنا َف ي ْذ ُكرهم ي َق ُ ِإ‬


ُ ‫ال لَهُ ْبَراه‬ ُ ْ ُ ُ َ ‫ْ َ ىًت‬
“Mereka berkata,’Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang
bernama Ibrahim.’” (QS. Al-Anbiya’ [21]: 60)

Demikian pula hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang shahih. Apa nasihat Anda
untuk pemuda muslim di seluruh dunia, terhadap agama, masyarakat, dan umatnya? Semoga
Allah Ta’ala membalas Anda dengan kebaikan.

Jawab:
Segala puji bagi Allah Ta’ala.

Pertama, Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baazz rahimahullau Ta’ala berkata,


Pemuda di setiap umat adalah tulang punggung yang membentuk komponen pergerakan. Karena
mereka memiliki kekuatan yang produktif dan kontribusi (peran) yang terus-menerus. Dan pada
umumnya, tidaklah suatu umat akan runtuh, karena masih ada pundak para pemuda yang punya
kepedulian dan semangat yang membara.

‫ إما بفصلهم عن‬، ‫ أو تغيري اجتاههم‬، ‫ فسعوا إىل وضع العراقيل يف طريقهم‬، ‫ولقد علم أعداء اإلسالم هذه احلقيقة‬
‫ أو بإلصاق األلقاب املنفِّرة‬، ‫ يف أمتهم‬، ‫ والرأي الصائب‬، ‫ أو إجياد هوة سحيقة بينهم وبني أويل العلم‬، ‫دينهم‬
‫ أو بتأليب‬، ‫ وتشويه مسعة من أنار اهلل بصائرهم يف جمتمعاهتم‬، ‫ غري صحيحة‬، ‫ أو وصفهم بصفات ونعوت‬، ‫منهم‬
“ ‫بعض احلكومات عليهم‬

“Musuh-musuh Islam telah mengetahui fakta ini. Mereka pun berusaha merintangi jalan para
pemuda muslim, mengubah pandangan hidup mereka, baik dengan memisahkan mereka dari
agama, menciptakan jurang antara mereka dengan ulama dan norma-norma yang baik di
masyarakat. Mereka memberikan label yang buruk terhadap para ulama sehingga para pemuda
menjauh, menggambarkan mereka dengan sifat dan karakter yang buruk, menjatuhkan reputasi
para ulama yang dicintai masyarakat, atau memprovokasi penguasa untuk berseberangan dengan
mereka.” (Fatwa Syaikh Ibnu Baaz, 2/365).

Kedua, berdasarkan penjelasan di atas, maka pemuda muslim memiliki peran penting dan posisi
strategis, untuk membangkitkan mereka agar berperan sesuai dengan apa yang diharapkan dari
mereka, dan agar menjadi penjaga bagi agama mereka (Islam) terhadap apa yang hampir
(mengenai kepadanya).
Mungkin kita bisa meringkas peran tersebut dalam poin-poin berikut ini.

1. Ilmu agama
Allah Ta’ala berfirman,

ِ ‫َهل يستَ ِوي الَّ ِذين ي ْعلَمو َن والَّ ِذين ال ي ْعلَمو َن ِإمَّنَا يتَ َذ َّكر ُأولُو اَأللْب‬
‫اب‬َ ُ َ ُ َ َ َ ُ ََ َْ ْ
“Katakanlah, ‘Adakah sama antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang
yang tidak mengetahui?’ Sesungguhnya hanya orang yang berakal-lah yang dapat
menerima pelajaran.” SQ. Az-Zumar: 9.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ضةٌ َعلَ ْى ُك ِّل ُم ْسلِ ٍم‬ ِ َ‫طَل‬


َ ْ‫ب الع ْل ِم فَ ِري‬
ُ
“Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah, hadits hasan)

Maka ilmu syar’i wajib dipelajari oleh setiap muslim. Tidak mungkin orang bodoh dapat
memahami agamanya dan membela (agamanya) di berbagai forum diskusi. Orang bodoh
tidaklah bisa memberikan manfaat bagi masyarakat dan keluarganya. Oleh karena itu,
hendaknya para pemuda Islam untuk bersegera (bersemangat) mendatangi majelis-
majelis ilmu agama (pengajian), baik di masjid atau di pusat dakwah Islam. Dan juga
memanfaatkan waktu mereka untuk menghafal Al-Qur’an dan membaca kitab-kitab (para
ulama). Inilah nasihat untuk pemuda yang pertama.

2. Berdakwah kepada Allah dan memberikan edukasi kepada masyarakat


Allah Ta’ala berfirman,

‫ك ُه ُم الْ ُم ْفلِ ُحو َن‬ ِ


َ ‫َولْتَ ُكن ِّمن ُك ْم َُّأمةٌ يَ ْدعُو َن ِإىَل اخْلَرْيِ َويَْأ ُمُرو َن بِالْ َم ْعُروف َو َيْن َه ْو َن َع ِن الْ ُمن َك ِر َو ُْأولَِئ‬
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang
yang beruntung.” (QS. Ali Imron [3]: 104).

Berdakwah dan mengajar adalah zakat ilmu. Wajib bagi seseorang yang telah
mempelajari ilmu syar’i untuk menyampaikan (mengajarkan) ilmu tersebut kepada yang
lainnya, sehingga dapat memberikan hidayah orang-orang kafir agar masuk Islam dan
memberikan hidayah orang-orang yang berbuat maksiat agar menjadi istiqomah (dalam
menjalankan agamanya, pen.).

3. Bersabar atas gangguan masyarakat


Allah Ta’ala berfirman ketika menceritakan nasihat Luqman kepada anaknya,
‫ُأل‬
ِ ‫ك ِإ َّن َذلِكَ ِم ْن ع َْز ِم ا ُم‬
‫ور‬ َ َ‫صاب‬ ِ ‫ي َأقِ ِم الصَّالةَ َوْأ ُمرْ بِ ْال َم ْعر‬
َ ‫ُوف َوا ْنهَ َع ِن ْال ُمن َك ِر َواصْ بِرْ َعلَى َما َأ‬ َّ َ‫يَا بُن‬

“Wahai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah).” (QS. Luqman [31]: 17)

Merupakan suatu keniscayaan -atau seringkali terjadi- bahwa seorang da’i akan
mengalami gangguan, baik verupa perkataan ataupun perbuatan. Hendaknya hal itu
tidaklah menghalangi mereka dari konsisten berdakwah kepada Allah Ta’ala. Dan
ketahuilah, bahwa para Nabi dan Rasul juga seringkali mengalami hal yang sama, dan
mereka tetap berjalan untuk memberikan petunjuk (kepada umatnya, pen.). Maka
bersabarlah dan teruslah mengharap pahala.

4. Menaati perintah dan menjauhi larangan


Pemuda muslim adalah orang-orang yang taat kepada Allah Ta’ala. Tidaklah mereka
mendengar perintah syariat, kecuali mereka akan menjadi yang terdepan dalam
melaksanakannya. Tidaklah mereka mendengar suatu larangan, kecuali mereka akan
menjadi yang terdepan dalam menjauhinya. Pemuda semacam ini berhak untuk
mendapatkan pahala yang banyak pada hari kiamat, di bawah naungan ‘arsy milik Allah
Ta’ala, ketika panas matahari didekatkan di atas kepala manusia.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

… ‫اب نَ َشأ يِف ِعبَ َاد ِة َربِِّه‬


ٌّ ‫ َو َش‬، ‫ اِإل َم ُام الْ َع ِاد ُل‬: ُ‫َسْب َعةٌ يُ ِظلُّ ُه ْم اللَّهُ يِف ِظلِّ ِه َي ْو َم ال ِظ َّل ِإال ِظلُّه‬
“Tujuh (golongan) yang Allah naungi di hari yang tidak ada naungan melainkan naungan
dari-Nya, (yaitu) pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada
Tuhannya … ” (HR. Bukhari dan Muslim).

5. Tazkiyatun nufus (pensucian jiwa)


Dan termasuk di antara yang dibutuhkan oleh pemuda Islam, dan wajib bagi kita untuk
memberikan nasihat dengannya, hendaknya dia memiliki waktu khusus untuk
mensucikan jiwanya. Sehingga dirinya bersungguh-sungguh dan menempa
(menggembleng) jiwanya untuk mendirikan ibadah-ibadah sunnah yang dimudahkan
baginya, seperti shalat malam, berpuasa di hari-hari yang memiliki keutamaan, dan
membaca wirid dan dzikir harian. Hal ini akan meningkatkan ke-istiqamah-an untuk
meniti jalan hidayah, disertai konsisten dalam menjaga pandangan dari hal-hal yang
diharamkan, menjaga pendengaran dari hal-hal yang munkar. Dan demikianlah seluruh
anggota badannya, dia menjaganya dari terjerumus ke dalam sesuatu yang mendatangkan
murka Rabb-nya dan tidak meridhai-nya.
Dan termasuk dalam perkara yang harus dicapai oleh pemuda muslim dalam masalah ini
adalah menjaga kehormatan jiwanya, sebagai bentuk pelaksanaan wasiat Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam ketika berbicara kepada para pemuda,

‫ص ُن لِْل َف ْر ِج َو َم ْن مَلْ يَ ْستَ ِط ْع َف َعلَْي ِه‬ ْ ‫ص ِر َو‬


َ ‫َأح‬
ِ ُّ ‫اب من استطَاع ِمْن ُكم الْباء َة َف ْليتز َّوج فَِإنَّه َأ َغ‬
َ َ‫ض ل ْلب‬ ُ ْ َ ََ َ َ ْ َ َ ْ ْ َ ِ َ‫يَا َم ْع َشَر الشَّب‬
‫بِ َّ ِ ِإ‬
ٌ‫الص ْوم فَ نَّهُ لَهُ ِو َجاء‬
“Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian semua yang mampu (menikah), maka
menikahlah. Karena hal itu lebih dapat menahan pandangan dan menjaga kemaluan.
Barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah dia berpuasa, karena hal itu dapat
berfungsi sebagai perisai.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Yang dimaksud dengan “al-baa’ah” adalah kemampuan untuk menikah, seperti


(memberikan) mahar dan nafkah (kepada istri, pen.). Adapun yang dimaksud dengan “al-
wijaa” adalah penjagaan, karena puasa dapat melemahkan gejolak nafsu.

6. Berkumpul (dekat) dengan para ulama terpercaya


Allah Ta’ala berfirman,

ُ‫ُول َوِإلَى ُأولِي اَأْل ْم ِر ِم ْنهُ ْم لَ َعلِ َمهُ الَّ ِذينَ يَ ْستَ ْنبِطُونَه‬
ِ ‫ف َأ َذاعُوا بِ ِه َولَوْ َر ُّدوهُ ِإلَى ال َّرس‬ ِ ْ‫وَِإ َذا َجا َءهُ ْم َأ ْم ٌر ِمنَ اَأْل ْم ِن َأ ِو ْال َخو‬
‫ِم ْنهُ ْم َولَوْ اَل فَضْ ُل هَّللا ِ َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمتُهُ اَل تَّبَ ْعتُ ُم ال َّش ْيطَانَ ِإاَّل قَلِياًل‬

“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan,
mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil
amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan
dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil amri). Kalau tidaklah karena karunia
dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikuti setan, kecuali sebagian kecil
saja (di antaramu).” (QS. An-Nisaa [4]: 83)

Pemuda muslim janganlah (hanya) mengikuti perasaan dan semangatnya saja. Hendaknya
dia berjalan meniti jalan hidayah di atas bimbingan para ulama terpercaya dan para pakar
yang luas ilmunya dan memiliki banyak pengalaman yang bermanfaat. Hendaklah para
pemuda mengikuti nasihat mereka, dan bertindak berdasarkan musyawarah bersama
mereka. Sehingga setelah itu diharapkan mereka lebih banyak memberikan manfaat
kepada umat dan agamanya. Hal ini juga lebih melindungi dari propaganda terhadap para
pemuda untuk membelokkan mereka dari kebenaran, dan juga lebih menyebar-luaskan
cahaya kebenaran di muka bumi.

7. Menjadi teladan yang baik bagi masyarakat


Ini adalah kondisi penuntut ilmu dan da’i kepada Allah Ta’ala. Pemuda muslim yang
memberikan pengajaran kepada masyarakat dan berdakwah kepada mereka, janganlah
perbuatannya bertentangan dengan ucapannya. Hendaklah dia berhias dengan akhlak-
akhlak mulia yang dia dakwahkan, melaksanakan ketaatan sebagaimana yang dia
anjurkan kepada masyarakat. Dia menjadi teladan bagi masyarakat dalam (memegang)
amanah, istiqomah, kejujuran, menjaga kehormatan, dan akhlak-akhlak mulia lainnya.
8. Bangga dengan agamanya dan tidak mengikuti orang-orang kafir.
Allah Ta’ala berfirman tentang poin ini dan juga poin sebelumnya,

ِ ‫ت لَ ُكم ُأسوةٌ حسنَةٌ يِف ِإبر ِاهيم والَّ ِذين معه ِإ ْذ قَالُوا لَِقو ِم ِهم ِإنَّا برآء ِمن ُكم ومِم َّا َتعب ُدو َن ِمن د‬
‫ون‬ ُ ُ ْ َ ْ ُ َُ ْ ْ ُ َ َ َ َ َ َْ َ َ َ ْ ْ ْ َ‫قَ ْد َكان‬
‫ ( لََق ْد‬: ‫ضاء َأبَ ًدا َحىَّت ُتْؤ ِمنُوا بِاللَّ ِه َو ْح َدهُ ) إىل قوله تعاىل‬ ِ
َ ‫اللَّه َك َف ْرنَا بِ ُك ْم َوبَ َدا َبْيَننَا َو َبْينَ ُك ُم الْ َع َد َاوةُ َوالَْب ْغ‬
ِ ‫َكا َن لَ ُكم فِي ِهم ُأسوةٌ حسنَةٌ لِمن َكا َن يرجو اللَّه والْيوم‬
ُ ‫اآلخَر َو َمن َيَت َو َّل فَِإ َّن اللَّهَ ُه َو الْغَيِن ُّ احْلَ ِم‬
)‫يد‬ َ ْ َ َ َ ُ َْ َ َ َ َْ ْ ْ
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang
yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka, ‘Sesungguhnya
kami berlepas diri darimu dari dari apa yang kamu sembah selain Allah. Kami ingkari
(kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat
selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim
kepada bapaknya, ‘Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagimu dan aku tiada
dapat menolak sesuatu pun dari kamu (siksaan) Allah.’ (Ibrahim berkata), ‘Ya Tuhan
kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami
bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami, ya Tuhan
kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Sesungguhnya
pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) terdapat teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi
orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian. Dan
barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha kaya lagi
Maha Terpuji.” (QS. Al-Mumtahanah [60]: 4-6).

Yang banyak kita saksikan pada hari ini di penjuru dunia yang mengikuti (taqlid) orang-
orang kafir dalam pakaian, penampilan, dan perilaku mereka adalah kelompok pemuda.
Sangat disayangkan. Oleh karena itu, di antara peran pemuda muslim adalah hendaknya
dia bangga dengan agamanya. Tidak malu menampakkan syi’ar-syi’ar agamanya. Tidak
pura-pura di hadapan manusia ketika beribadah kepada Pencipta-nya. Hal ini dapat
menyebabkan kemarahan orang-orang kafir. Maka janganlah menyerupai perilaku dan
pakaian mereka. Dengan demikian, dia menjadi contoh bagi para pemuda lainnya yang
mengikuti budaya jelek orang kafir barat.

9. Berjihad dan mengorbankan jiwa di jalan Allah Ta’ala.


Nasihat untuk pemuda yang terakhir adalah berjihad dan mengorbankan jiwa di jalan
Allah Ta’ala. Umat Islam membutuhkan kekuatan pemuda muslim. Oleh karena itu,
pemuda mengerahkan dirinya dengan mudah di jalan Allah demi kemuliaan agama-Nya.
Ketika orang kafir menyerang negara Islam, maka mereka bersegera untuk
mempertahankan dan membela kehormatan kaum muslimin. Jika keluarga mereka diusir,
maka dia melindungi dan menjaganya. Dalam setiap kondisi dia menjadi tentara Islam.
Dia terlihat di mana saja ketika tenaga dan kekuatannya dibutuhkan, dengan ringan dia
berkorban untuk Allah Ta’ala.
Teladan dalam hal ini misalnya pemuda muslim dari kalangan sahabat yang mulia,
seperti Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, ketika tidur di ranjang Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam ketika hijrah. Atau seperti Abdullah bin Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu,
ketika beliau mencari info dari Quraisy untuk diberitakan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu. Atau seperti Usamah bin Zaid radhiyallahu
‘anhu ketika memimpin pasukan yang di dalamnya terdapat para sahabat senior
radhiyallahu ‘anhum.

Semoga nasihat untuk pemuda ini bisa bermanfaat untuk kita semua. Kami memohon
kepada Allah Ta’ala untuk memperbaiki kondisi umat Islam, dan memberikan petunjuk
kepada para pemudanya untuk beramal yang diridhai Rabb-nya dan menjadikan mereka
sebagai petunjuk yang menerangi (jalan kebenaran). Wallahu a’lam.

You might also like