You are on page 1of 8

PERBAIKAN MUTU BENIH ANEKA TANAMAN

PERKEBUNAN MELALUI CARA PANEN


DAN PENANGANAN BENIH

Sukarman dan Maharani Hasanah

Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Jalan Tentara Pelajar No. 3, Bogor 16111

ABSTRAK
Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan budi daya aneka tanaman perkebunan (mete, makadamia,
kemiri, melinjo, dan asam). Dalam rangka meningkatkan ekspor dan daya saing komoditas tersebut, maka peran
benih untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas semakin penting dirasakan. Namun, sampai sejauh ini
perhatian terhadap penggunaan benih unggul bermutu, khususnya benih aneka tanaman perkebunan masih sangat
terbatas. Hal ini, antara lain disebabkan oleh belum atau kurang tersedianya benih unggul bermutu. Untuk itu,
perbanyakan benih unggul bermutu perlu dilakukan untuk mendukung program pengembangan aneka tanaman
perkebunan. Melalui kerja sama antara peneliti dari berbagai disiplin ilmu (pemuliaan, ekofisiologi/teknologi
benih, hama penyakit, pascapanen) dan pengambil kebijakan, diharapkan pengadaan benih unggul bermutu segera
dapat diwujudkan. Beberapa faktor perlu diperhatikan agar perbanyakan benih unggul bermutu memenuhi lima
kriteria tepat, yaitu tepat jenis, tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu, dan tepat harga. Melalui cara panen dan
penanganan benih yang benar, diharapkan pengadaan benih unggul bermutu dapat terpenuhi.
Kata kunci: Tanaman industri, kualitas, benih, waktu panen, perlakuan benih

ABSTRACT
Improving seed qualities of many estate crops through harvesting methods and handling of seeds

Seeds is a main factor for the success of estate crop cultivation (cashew, macadamia, candle nut, king trees, and
tamarind) since agriculture system is still using seeds as propagation material. To increase export and improve
competition of many estate comodities, the role of seeds for improving productivity and quality is very essential.
However, up to now, the attention for utilization of high quality seeds is still limited. This condition may be due
to the inadequate supply of high quality seed in proper volume, time and prices. For that reason, stimulation for
multiplication of high quality seed is needed to support development of many estate crops. By cooperation of
researchers from many interdisciplinary backgrounds (breeder, agronomist/seed technologist, entomologist, plant
pathologist), and policy maker, target for supplying high quality seeds will be obtained. Many factors must be
considered to produce high quality of seeds. By improving harvesting methods and handling of seeds, it will be
expected that supplying high quality seed will be achieved.
Keywords: Industrial crops, quality, seed, harvesting date, seed treatment

K omoditas perkebunan merupakan


salah satu andalan ekspor yang
cukup prospektif. Menurut Biro Pusat
teknik budi daya harus dimulai dari
penggunaan benih unggul bermutu.
Sejalan dengan hal tersebut, maka proses
Pada tanaman tahunan, benih merupakan
bahan/sumber utama untuk perbanyakan
bahan tanaman. Walaupun tanaman
Statistik (1998), ekspor komoditas produksi dan penanganan benih perlu tahunan dapat diperbanyak secara
perkebunan seperti mete mencapai mendapat perhatian yang serius, agar vegetatif, benih tetap diperlukan sebagai
$34.996.612, melinjo $93.845, dan asam target mendapatkan benih yang me- batang bawah (rootstock). Kesalahan
$270.678. Oleh karena itu, peningkatan menuhi kriteria lima tepat, yaitu tepat dalam penggunaan benih akan berakibat
produktivitas dan kualitas komoditas jenis, tepat jumlah, tepat mutu, tepat fatal, seperti penurunan produktivitas,
tersebut perlu dilakukan agar mempunyai waktu, dan tepat harga dapat terpenuhi. kualitas hasil, serta ketahanan terhadap
daya saing yang handal dan kompetitif Benih merupakan masukan yang hama dan penyakit
di pasar domestik maupun internasional. penting dalam proses produksi tanaman. Produksi benih berkualitas me-
Untuk mendapatkan produktivitas Kualitas benih sangat berpengaruh rupakan proses yang panjang, dimulai
dan kualitas yang tinggi maka perbaikan terhadap penampilan dan hasil tanaman. dari pemilihan bahan tanaman, pe-

16 Jurnal Litbang Pertanian, 22(1), 2003


meliharaan tanaman, panen serta pe- Pada jambu mete, hasil studi fe- waktu panen yang optimal beberapa
nanganan setelah panen. Agar produksi nologi dan perkembangan buah me- tanaman perkebunan.
benih berhasil, selain mempertimbang- nunjukkan bahwa masak fisiologis benih
kan faktor genetik (bahan tanaman), perlu jambu mete jenis Pecangaan tercapai pada
pula diperhatikan faktor-faktor lainnya umur 37 hari setelah antesis (HSA) atau PENANGANAN BENIH
seperti lokasi produksi, iklim, isolasi, 41 hari setelah inisiasi bunga. Hasil
ketersediaan serangga penyerbuk, tenaga penelitian yang dilakukan di instalasi Pengupasan Kulit Buah atau
yang terampil dan murah, serta sistem penelitian (IP) Muktiharjo pada tahun Pemisahan Buah Semu
transportasi yang memadai (Sukarman et 1995 menunjukkan bahwa umumnya
al. 1997a: 1997b ). masak fisiologis benih jambu mete jenis Pengupasan kulit buah atau pemisahan
Penanganan benih perlu dilakukan Jepara Merah tercapai pada umur 40 buah semu dari biji dimaksudkan untuk
secara khusus dan serius. Kelalaian atau hari setelah berbunga (HSB). Masak membuang kotoran atau benda asing dari
keterlambatan dalam penanganan benih fisiologis benih jambu mete jenis benih agar benih dapat dipertahankan
akan menyebabkan daya berkecambah Wonogiri dan Mojokerto tercapai pada tingkat kemurniannya dan terhindar dari
menurun atau kematian benih. Penangan- umur 50 HSB (Wahab et al. 1996). Di infeksi cendawan. Pada biji jambu mete,
an benih mencakup kegiatan pemanenan, Bogor, benih jambu mete mencapai masak pemisahan buah semu dari biji dapat
pengeringan, pemilahan (grading), fisiologis pada umur 42 HSA. Pada saat dilakukan secara manual. Biji yang telah
perlakuan benih (seed treatment), tersebut, gelondong telah mencapai dipisahkan kemudian direndam dalam air
pengemasan, penyimpanan, dan penguji- bobot segar 8,70 g; bobot kering 5,50 g; ± 1 menit. Biji yang terapung diangkat/
an. Penanganan benih perlu pula mem- dan kadar air 36% serta daya berkecam- dipisahkan, sedangkan biji yang teng-
perhatikan kelompok benih, seperti bah 100% (Rumiati et al. 1997). gelam dikeringkan untuk diproses lebih
benih ortodoks, rekalsitran (benih yang Pada tanaman makadamia, benih lanjut sebagai benih.
tidak tahan terhadap desikasi), atau mencapai masak fisiologis pada umur 147 Pada biji makadamia, biji dikering-
intermediate (semirekalsitran). Melalui HSB. Pada saat tersebut, kulit buah anginkan selama 4−5 jam sampai kulit
cara panen dan penanganan benih yang berwarna hijau tua, endokarp cokelat tua, buah yang berwarna hijau tua mulai
optimal, mutu fisiologis benih dapat serta lapisan di antara endokarp dan kulit retak. Selanjutnya, kulit buah dilepas-
dipertahankan lebih lama. biji berwarna cokelat. Bagian dalam kulit kan/dikupas dan biji yang telah ter-
Makalah ini membahas cara pe- benih bagian atas berwarna cokelat dan kupas direndam dalam air ± 1 menit. Biji
nentuan waktu panen, pelaksanaan panen, bagian bawahnya putih. Pada saat itu yang tenggelam diangkat dan dikering-
serta penanganan, dan penyimpanan embrio dalam kondisi bernas dan me- anginkan untuk diproses lebih lanjut
benih beberapa tanaman perkebunan, menuhi ruang benih (Hasanah 1995). sebagai benih.
yaitu jambu mete, makadamia, kemiri, Pada kemiri, benih mencapai masak Pada biji kemiri, pengupasan buah
asam, dan melinjo. Melalui pendekatan fisiologis pada umur 38 minggu setelah dapat dilakukan secara langsung setelah
tersebut diharapkan pengadaan benih antesis. Secara visual, antara lapisan panen atau ditunda 3 hari. Biji dibuka
memenuhi kriteria lima tepat sehingga endokarp dan kulit biji berwarna putih dengan pisau, dicuci dengan air dan
dapat memacu peningkatan produktivitas sedikit jingga (K2= tingkat kemasakan 2), direndam dalam air ± 1 menit. Biji yang
dan kualitas komoditas perkebunan. dan lapisan antara endokarp dan kulit tenggelam diangkat dan diproses lebih
benih berwarna jingga (K3). Pada saat lanjut sebagai benih.
tersebut, kulit buah berwarna cokelat, Pada biji melinjo, kulit buah di-
PENENTUAN WAKTU PANEN dengan arilus oranye. Benih yang di- pisahkan dari biji dengan cara membuka
panen pada saat tersebut mempunyai kulit buah dengan pisau. Selanjutnya, biji
Menurut Sadjad (1980), untuk mem- daya berkecambah 87,50%. Sementara dicuci dan dipilih dengan cara direndam
peroleh benih yang bermutu tinggi dan itu, benih yang dipanen saat kulit buah dalam air ± 1 menit. Biji yang tenggelam
seragam, penentuan saat panen perlu masih berwarna hijau atau dari buah diangkat dan diproses lebih lanjut sebagai
diketahui. Penentuan kemasakan dapat yang telah jatuh, memiliki daya ber- benih.
didasarkan pada warna buah, kekerasan kecambah berturut-turut hanya 71,25% Pada biji asam, pemisahan daging
buah, rontoknya buah/biji, pecahnya dan 62,25% (Murniati 1996). buah dilakukan dengan mengupas da-
buah, dan sebagainya. Namun tolok Pada tanaman melinjo, masak ging buah dengan tangan atau pisau.
ukur tersebut kurang objektif. Tolok ukur fisiologis dicapai pada umur 160−180 Selanjutnya, biji dicuci kemudian dipilih
yang objektif untuk penentuan kemasak- HSA. Pada saat tersebut, kulit buah telah dengan cara direndam dalam air ± 1 menit.
an benih antara lain adalah bobot kering berwarna merah tua, sedangkan kulit Biji yang tenggelam diangkat dan di-
benih maksimum. Delouche (1983) me- bijinya berwarna hitam kecokelatan dan proses lebih lanjut sebagai benih.
nyatakan bahwa saat masak fisiologis mengkilap. Walaupun pencucian biji asam tidak
benih merupakan saat panen benih yang Pada tanaman asam, buah dipanen berpengaruh nyata terhadap viabilitas
tepat, karena pada saat tersebut benih sekitar 9 bulan setelah terjadi pembuahan. benih (Wahab dan Rusmin 1993),
mempunyai bobot kering dan vigor yang Secara visual, kulit buah sudah berwarna pencucian dapat mencegah benih dari
maksimum. Penundaan waktu panen cokelat khas (cokelat kusam) atau cokelat, gangguan serangga, misalnya semut.
sering berakibat lattent terhadap mutu daging buah berwarna cokelat serta Tabel 2 memberikan gambaran secara
benih, sehingga mutu benih kurang terlepas dari kulit polong (Wirnas 1995). umum cara pengupasan/pemisahan benih
optimal. Tabel 1 menyajikan informasi tentang beberapa komoditas perkebunan.

Jurnal Litbang Pertanian, 22(1), 2003 17


Tabel 1. Umur panen beberapa aneka tanaman perkebunan.

Umur panen
Komoditas (hari/minggu/bulan Tanda visual Sumber
setelah antesis)
Jambu mete 37−50 HSA Aroma mulai tercium, buah semu mulai membesar Wahab et al. (1996)
dan mulai terjadi perubahan warna Rumiati et al. (1997)
Makadamia 147 HSA Warna buah hijau gelap, endokarp cokelat tua, lapisan Hasanah (1995)
antara endokarp dan kulit biji berwarna cokelat
dengan bercak putih
Kemiri 38−41 MSA Warna kulit buah cokelat, arilus berwarna oranye Hasanah (1995)
Murniati (1996)
Melinjo 160−180 HSA Kulit buah berwarna merah tua, kulit biji berwarna
hitam kecokelatan

Asam 9 BSA Kulit buah berwarna cokelat kusam dan keras Wirnas (1995)

ekstrim, dan pada beberapa jenis biji


Tabel 2. Cara pengupasan/pemisahan benih aneka komoditas perkebunan. mengakibatkan terbentuknya biji keras.
Penyimpanan benih pada kadar air 33−
Komoditas Cara
60% menyebabkan benih berkecambah
(Delouche 1973).
Jambu mete Buah semu langsung dipisahkan dengan tangan Kadar air benih juga sangat ber-
Makadamia Buah dikeringanginkan sampai kulit buahnya retak, kemudian pengaruh terhadap pertumbuhan hama
dikupas dengan pisau dan dicuci dengan air dan cendawan gudang. Hama gudang
Kemiri Kulit buah langsung, atau ditunda selama 3 hari, dikupas dengan biasanya sangat aktif pada kadar air
pisau, kemudian dicuci dengan air bersih benih 12−14%, dan menjadi kurang aktif
Melinjo Kulit buah dikupas dengan pisau, kemudian dicuci dengan air bersih apabila kadar air benih kurang dari 8%
Asam Buah dikupas dengan pisau, kemudian benih dicuci dengan air atau di atas 14% (Penderson 1984).
Cendawan gudang utama adalah beberapa
spesies dari genus Aspergillus dan
Penicillium. Pada umumnya cendawan
tersebut aktif pada kadar air benih 13−19%
(Christensen 1972).
Pengeringan Benih Kadar air sangat berpengaruh Pada benih ortodoks, pengeringan
terhadap kehidupan benih. Pada benih dapat dilakukan dengan menjemur benih
Pengeringan dimaksudkan untuk me- ortodoks, kadar air saat pembentukan atau menggunakan mesin pengering
ngurangi kadar air benih sehingga benih benih sekitar 35−80%, dan pada saat ter- hingga kadar air benih mencapai 4−5%.
aman untuk diproses lebih lanjut, sebut benih belum cukup masak untuk Dalam mengeringkan benih, suhu udara
terhindar dari serangan hama dan dipanen. Pada kadar air 18−40%, benih pengering dianjurkan tidak melebihi
penyakit, serta tidak berkecambah. Dalam telah mencapai masak fisiologis, laju 40o C dengan RH yang dialirkan minimal
mengeringkan benih perlu diketahui respirasi benih masih tinggi, serta benih 45%. Menurut Boyd dan Delouche (1990),
sifat dari benih tersebut, apakah ter- peka terhadap deteriorasi, cendawan, suhu pengeringan yang optimal untuk
golong benih ortodoks, rekalsitran atau hama, dan kerusakan mekanis. Pada kadar mengeringkan benih tidak lebih dari 45°
semirekalsitran. air 13−18% aktivitas respirasi benih masih C. Pada benih dengan kadar minyak
Ada dua proses utama dalam pe- tinggi, benih peka terhadap cendawan dan tinggi, misalnya kacang tanah dan kedelai,
ngeringan benih yaitu: 1) menguapkan hama gudang tetapi tahan terhadap dianjurkan suhu pengeringan dan RH
air dari permukaan benih, dan 2) me- kerusakan mekanis. Pada kadar air 10− masing-masing tidak lebih dari 37° C dan
mindahkan air dari bagian dalam benih ke 13%, hama gudang masih menjadi 45%.
permukaan benih. Menurut Cabrera masalah dan benih peka terhadap ke- Pengeringan benih jambu mete dapat
(1990), beberapa faktor yang mem- rusakan mekanis. Pada kadar air 8−10%, dilakukan di bawah cahaya matahari
pengaruhi proses pengeringan benih aktivitas hama gudang terhambat dan selama 2−3 hari (Nair et al. 1979). Menurut
adalah: 1) kadar air awal benih; 2) benih sangat peka terhadap kerusakan Ohler (1979), kapasitas yang aman untuk
kelembapan nisbi udara (RH); 3) suhu mekanis. Kadar air 4−8% merupakan kadar mengeringkan benih jambu mete di bawah
pengeringan; 4) kecepatan aliran udara; air yang aman untuk penyimpanan benih cahaya matahari adalah 60 kg/m 2 dengan
dan 5) permeabilitas benih terhadap dengan kemasan kedap udara. Kadar air ketebalan hamparan tidak lebih dari 10
penguapan air. 0−4% merupakan kadar air yang terlalu cm. Rusmin et al. (1996b) melaporkan

18 Jurnal Litbang Pertanian, 22(1), 2003


bahwa benih jambu mete yang dikeringkan cukup dikeringanginkan bila akan di pengeringan terhadap daya berkecambah
dengan cara dijemur selama 5 hari dengan simpan. Pengeringan dengan mesin dan indeks kecepatan berkecambah benih
rata-rata suhu 45° C, RH 50%, ketebalan pengering dapat dilakukan dengan makadamia.
hamparan ± 5 cm dan dibalik setiap 1 jam, memperhatikan spesies/jenis benih. Yang Cara pengeringan benih melinjo dan
dapat menurunkan kadar air benih mete terpenting, pengeringan tidak sampai asam belum banyak diteliti. Benih asam
sampai 6,14%. melewati kadar air kritis benih (Sukarman tergolong benih ortodoks, sehingga
Penelitian Sukarman et al. (2000) dan Rusmin 2000). proses pengeringannya dapat dilakukan
menunjukkan bahwa pengeringan benih Pada benih kemiri, pengeringan seperti pada benih ortodoks lainnya.
jambu mete dengan dijemur dari pukul dengan menganginkan pada suhu kamar Benih dapat dijemur atau dikeringkan
8.00 sampai 12.00, hingga kadar air menghasilkan viabilitas potensial dan dengan mesin pengering dengan suhu
mencapai ± 5,30%, menghasilkan mutu viabilitas total yang lebih tinggi di- tidak lebih dari 40° C sampai kadar air
fisiologis terbaik. Setelah disimpan selama bandingkan dengan pengeringan meng- mencapai 8−10 %.
6 bulan, daya berkecambah benih masih gunakan mesin pengering pada suhu Benih melinjo tergolong benih
100%, dan indeks kecepatan berkecambah 38o C, atau yang dijemur dari pukul 9.00 rekalsitran, sehingga cara pengeringannya
3,57 (Tabel 3). sampai 13.00 selama tiga hari (Oskarini cukup dengan mengeringanginkan benih
Pada benih rekalsitran, daya simpan 1995). Benih yang dikeringanginkan pada pada suhu kamar selama 2−3 hari. Cara
benih relatif singkat dan benih akan mati suhu kamar mempunyai daya berkecambah pengeringan benih beberapa tanaman
apabila kadar air turun menjadi 15−20%, 53,33% dan kekuatan tumbuh 1,029%/ perkebunan disajikan pada Tabel 5.
atau setara dengan keseimbangan kadar etmal, sedangkan yang dikeringkan
air benih RH 70%, suhu 20° C. Karena dengan dijemur hanya menghasilkan daya Pemilihan/Sortasi Benih
selama proses pengeringan benih selalu berkecambah 46,67% dan kekuatan
mengalami kerusakan, maka benih tumbuh 0,78 %/etmal. Pemilihan benih dilakukan agar benih
rekalsitran tidak dapat mengikuti kaidah Pada benih makadamia, pengeringan bebas dari bahan-bahan/benda asing yang
viabilitas yang ditunjukkan oleh hubung- dengan cara mengoven benih pada suhu tidak diinginkan dan benih yang rusak.
an antara daya simpan dan kondisi 45−50o C menghasilkan daya berkecambah Pemilihan benih juga penting dilakukan
lingkungan penyimpanan benih (Roberts dan indeks kecepatan tumbuh tertinggi. agar benih mempunyai mutu dan ukuran
1972). Oleh karena itu, benih rekalsitran Tabel 4 menyajikan pengaruh cara yang seragam. Selain itu, benih yang baik
dan bersih akan terhindar dari kontaminasi
cendawan gudang, seperti Aspergillus
spp., Penicillium spp., dan Mucoralis.
Tabel 3. Pengaruh cara pengeringan terhadap kadar air, daya berkecambah, Pemilihan benih dapat dilakukan secara
dan indeks kecepatan berkecambah benih jambu mete setelah enam manual. Pemilihan didasarkan pada
bulan penyimpanan. ukuran, berat jenis, dan bentuk benih.
Pada benih jambu mete, pemilihan
Cara pengeringan Kadar air Daya berkecambah Indeks kecepatan benih berdasarkan berat jenis ber-
(%) (%) berkecambah pengaruh terhadap daya berkecambah
Dijemur (8.00−11.00) 5,30 95 3,39 dan indeks kecepatan berkecambah.
Dijemur (8.00−12.00) 5,30 100 3,57 Rusmin et al. (1996a) melaporkan bahwa
Dijemur (8.00−13.00) 5,50 96,70 3,45 benih dengan berat jenis >1 mempunyai
Dijemur (8.00−14.00) 4,80 85 3,04 daya berkecambah dan kecepatan
Dioven (35o C) 5,30 86,70 3,10 berkecambah yang lebih tinggi diban-
Dioven (40o C) 4,90 88,30 3,15
Dioven (45o C) 4,80 86,70 3,10 dingkan benih dengan berat jenis < 1.
Dioven (50o C) 5,30 95 3,39 Benih dipilih yang mempunyai ukuran
normal. Benih yang ukurannya terlalu
Sumber: Sukarman et al. (2000). besar atau terlalu kecil dihindarkan. Tabel
6 menyajikan hubungan berat jenis
Tabel 4. Pengaruh cara pengeringan terhadap kadar air, daya berkecambah, dengan viabilitas benih jambu mete.
dan indeks kecepatan berkecambah benih makadamia. Pada benih makadamia, pemilihan
benih dapat berdasarkan berat jenis dan
Cara pengeringan Kadar air Daya berkecambah Indeks kecepatan ukuran benih. Hasil pengamatan me-
(%) (%) berkecambah
nunjukkan bahwa benih yang berukuran
Dijemur (8.00−11.00) 11,50 73,30 0,81 besar umumnya mempunyai daya ber-
Dijemur (8.00−12.00) 10,60 51,70 0,57 kecambah yang lebih baik dibanding-
Dijemur (8.00−13.00) 11,20 50 0,56
Dijemur (8.00−14.00) 9,30 66,70 0,74
kan benih berukuran kecil. Hal ini
Dioven (35o C) 11,50 56,70 0,63 disebabkan benih yang berukuran besar
Dioven (40o C) 10,60 70 0,78 mempunyai cadangan makanan yang
Dioven (45o C) 10,10 75 0,83 lebih banyak. Cadangan makanan ini
Dioven (50o C) 9,50 73,30 0,81 sangat diperlukan dalam proses per-
Sumber: Hasanah et al. (2000). kecambahan, mengingat makadamia
mempunyai kulit benih yang relatif keras.

Jurnal Litbang Pertanian, 22(1), 2003 19


Pada benih rekalsitran, daya simpan
Tabel 5. Cara pengeringan benih aneka tanaman perkebunan. benih relatif singkat, dari beberapa hari
sampai beberapa minggu. Secara umum,
Komoditas Cara pengeringan untuk mempertahankan mutu fisiologis
Jambu mete Cahaya matahari 4−5 hari cuaca cerah atau mesin pengering
maka benih harus disimpan dengan kadar
suhu 45−50o C, sampai kadar air benih 5−6% air antara 20−30%, ruang simpan yang
Makadamia Mesin pengering suhu 45−50 oC sejuk (15−20° C), kelembapan tinggi (>
Kemiri Kering angin 3 hari, atau cahaya matahari 3 hari dari pukul 09.00 70%), dan aerasi (ventilasi ) yang cukup
sampai 13.00 (Sukarman dan Rusmin 2000).
Melinjo Kering angin selama 2−3 hari
Asam Cahaya matahari 3−4 hari, cuaca cerah
Benih jambu mete dapat disimpan
dengan baik dalam kemasan kedap udara,
pada kondisi suhu kamar di Bogor selama
Tabel 6. Pengaruh berat jenis terhadap viabilitas benih jambu mete. 6 bulan. Hasil penelitian beberapa cara
pengeringan benih jambu mete asal
Daya ber- Indeks kecepatan Tinggi kecambah Bobot kering Wonogiri menunjukkan bahwa, dengan
Berat jenis kadar air awal simpan benih 5,04−6,14%,
kecambah (%) berkecambah (cm) kecambah (g)
0,80−0,89 50 2,43 18,39 0,48
kemudian benih dikemas dengan kantong
0,90−0,99 68,90 3,48 18,56 0,47 plastik kedap udara, setelah 6 bulan
1 − 1,09 73 3,72 17,69 0,49 penyimpanan daya berkecambah benih
> 1,10 76,60 3,94 18,38 0,49 masih 85−100%, dan setelah 12 bulan
disimpan daya berkecambahnya masih 83−
Sumber: Rusmin et al. (1996a).
96% (Sukarman et al. 2000). Hasil
penelitian cara penanganan benih jambu
mete yang dilakukan di Wonogiri me-
nunjukkan bahwa daya berkecambah
Benih kemiri dapat dipilih ber- pada musim berikutnya. Selama pe- benih masih cukup tinggi (> 90%) asalkan
dasarkan kesegaran dan jenis kelamin. nyimpanan, benih akan mengalami setelah dipanen benih langsung dijemur
Benih kemiri yang masih segar mem- kemunduran yang kecepatannya di- selama 5 hari pada cuaca cerah sampai
punyai kulit biji yang dilapisi selaput/ pengaruhi oleh faktor genetik, mutu awal kadar air benih mencapai 5−6% dan
tepung berwarna cokelat kekuning- benih (daya berkecambah, indeks ke- disimpan dalam kantong kedap udara
kuningan (bekas daging buah). Selain itu, cepatan berkecambah), kadar air benih, (Sukarman et al. 2001).
benih kemiri betina mempunyai tanda dan suhu ruang simpan. Benih ortodoks Penanganan benih yang kurang baik
pada bagian yang akan tumbuh akarnya secara genetik mempunyai daya simpan menyebabkan daya berkecambah benih
berbentuk pipih dan mempunyai lekukan. yang lebih baik dibandingkan benih cepat menurun. Sebagai contoh, benih
Benih yang segar dan berasal dari benih rekalsitran atau semirekalsitran. Pada jambu mete asal Pangkep, Sulawesi
betina akan mudah berkecambah dan benih ortodoks, juga berlaku kaidah Selatan, yang dikeringkan kurang sem-
menghasilkan daya berkecambah yang Harrington (1973), yang mengemukakan purna, daya berkecambahnya menurun
lebih tinggi dibandingkan benih jantan bahwa pada benih dengan kadar air antara sampai 60% pada awal penyimpanan dan
(Ginting 1999). 5−13%, maka setiap penurunan kadar air menjadi hanya 28% setelah 3 bulan
Pada melinjo, benih dipilih ber- benih 1% akan meningkatkan daya simpan disimpan. Sebaliknya, benih yang di-
dasarkan warna kulit yang hitam ke- benih dua kali lipat. Selanjutnya setiap keringkan sampai kadar airnya 6,72%,
cokelatan dan mengkilap. Selain itu, benih penurunan suhu penyimpanan 5° C maka setelah satu tahun disimpan daya
hendaknya berukuran besar dan tidak daya simpan benih akan meningkat dua berkecambahnya masih 84%. Tabel 7
cacat serta sehat (tidak terserang hama kali lipat. menyajikan viabilitas benih jambu mete
dan penyakit). Pada asam, biji yang akan
digunakan sebagai benih dipilih yang
ukurannya kecil dan warnanya hitam
kecokelatan. Wahab dan Rusmin (1993)
melaporkan bahwa benih asam yang Tabel 7. Daya berkecambah benih jambu mete pada berbagai tingkat
berukuran kecil mempunyai daya kadar air awal simpan selama penyimpanan.
berkecambah dan vigor yang lebih tinggi
daripada benih berukuran sedang dan Kadar air (%) Lama penyimpanan (bulan)
besar. 0 3 6 9 12
17,20 60 28,30 8 0 0
13,30 76 35 21,34 0 0
PENYIMPANAN BENIH 12,42 79,30 38,30 24 0 0
8,29 81,30 68,30 68,70 23 8
6,72 82,70 80 89,30 86 84
Maksud utama dari penyimpanan benih
adalah untuk mempertahankan mutu Sumber: Rusmin et al. (1996b).
fisiologis benih guna keperluan tanam

20 Jurnal Litbang Pertanian, 22(1), 2003


pada berbagai tingkat kadar air awal perkembangan hama gudang terhambat, Pada umumnya cendawan tersebut aktif
penyimpanan selama penyimpanan. karena pada suhu tersebut produksi telur pada kadar air benih 13−19% tergantung
Benih makadamia tergolong benih hama gudang berkurang. Suhu 24−30° C dari jenis benih. Tabel 9 menyajikan
semirekalsitran, sehingga daya simpan- merupakan suhu yang optimum untuk keseimbangan kadar air benih bunga
nya juga relatif singkat. Berdasarkan perkembangbiakan hama gudang, dan matahari, pada RH 65−90%, yang disukai
penelitian, benih makadamia yang di- apabila suhu di atas 36° C, perkembangan cendawan.
keringkan pada suhu 50° C hingga kadar hama gudang akan terhambat, karena Selain kadar air benih, suhu pe-
air mencapai 9,46%, kemudian disimpan hama tersebut tidak mampu mem- nyimpanan juga berpengaruh terhadap
pada suhu kamar dalam kemasan kedap pertahankan keseimbangan air pada perkembangan cendawan gudang. Tabel
udara, daya berkecambah benih masih kondisi lingkungan yang kering . 10 menyajikan suhu minimum, optimum,
cukup tinggi (71,70%) (Hasanah et al. Penelitian hama gudang pada dan maksimum untuk pertumbuhan
2000). Pada benih kemiri dan melinjo, yang tanaman jambu mete, makadamia, kemiri, cendawan gudang. Data tersebut me-
tergolong benih rekalsitran, proses melinjo, dan asam masih sangat terbatas. nunjukkan bahwa cendawan gudang
penyimpanan benih dapat mengikuti Bariyah dan Mardiningsih (1999) mampu hidup pada kisaran suhu yang
prinsip penyimpanan benih rekalsitran. melaporkan bahwa jenis hama yang bervariasi, mulai dari - 5° C sampai 55 ° C,
Tabel 8 memberi gambaran singkat cara menyerang biji kemiri untuk konsumsi tergantung dari spesies cendawan
penyimpanan benih aneka tanaman adalah ordo Coleoptera yang terdiri atas tersebut.
perkebunan. 4 famili dan 5 spesies. Hama utama biji Secara ekonomis, kerugian akibat
Untuk mempertahankan mutu benih kemiri adalah Carpophilus sp. dan kerusakan benih pada aneka tanaman
selama penyimpanan, juga perlu di- Oryzaphilus sp., sedangkan Tribolium sp., perkebunan belum banyak terungkap,
perhatikan kerusakan benih akibat Sitophilus sp., dan Callosobruchus sp. tetapi pada tanaman agronomis kerusakan
serangan hama dan cendawan gudang. merupakan hama sekunder. benih merupakan masalah utama dalam
Hama gudang biasanya sangat aktif apa- Selain hama gudang, cendawan produksi. Pada tahun 1984 di Amerika
bila kadar air benih selama penyimpanan gudang merupakan salah satu penyebab Serikat, dari penjualan benih sebesar US $
antara 12−14%, dan menjadi kurang aktif kemunduran mutu benih. Benih akan 2 triliun, diperkirakan kerugian mencapai
apabila kadar air benih kurang dari 8%. mengalami perubahan warna dan menjadi ± 25% dari nilai penjualan (setara dengan
Menurut Penderson (1984), perkembangan tidak berkecambah, serta kemungkinan US $ 500 juta) akibat terjadinya kerusakan
hama gudang sangat tergantung pada timbul zat beracun (toksik). Cendawan benih selama penyimpanan. Di negara
suhu, kadar air, dan kesesuaian bahan gudang utama adalah beberapa spesies sedang berkembang, kerugian tersebut
makanan. Pada suhu di bawah 18° C, dari genus Aspergillus dan Penicillium. dapat lebih besar, karena rata-rata suhu
dan kelembapan selama proses pe-
masakan dan penyimpanan benih lebih
tinggi (Halloin 1986).
Tabel 8. Cara penyimpanan benih aneka tanaman perkebunan.

Komoditas Kadar air awal Tempat dan suhu penyimpanan


simpan (%) KESIMPULAN
Jambu mete (O)
5−6 Kantong kedap udara, suhu kamar
Makadamia (S) 9−10 Kantong kedap udara, ruang sejuk Untuk dapat memproduksi benih unggul
Kemiri (R) 15−17 Kantong berpori, ruang sejuk bermutu, sehingga mampu meningkatkan
Melinjo (R) − Kantong berpori, suhu kamar
daya saing komoditas aneka tanaman
Asam (O) 8−12 Kantong berpori, suhu kamar
perkebunan diperlukan upaya-upaya
O = ortodoks; R = rekalsitran; S = semirekalsitran. sebagai berikut:
1) Benih harus dipanen secepatnya
apabila telah mencapai masak
Tabel 9. Hubungan kadar air benih, kelembapan nisbi, dan jenis cendawan fisiologis, dan dihindarkan memanen
gudang pada benih bunga matahari. benih dari benih yang telah jatuh.
Panen dilakukan saat cuaca cukup
Kelembapan (%) Kadar air benih (%) Jenis cendawan cerah pada waktu pagi atau sore hari
65−70 5−6 Aspergillus halophilicus
dan memanen benih pada saat
70−75 6−7 A. restrictus, A. glaucus, Wallmia sebi permukaan benih masih basah karena
75−80 7−8 A. candidus, A. ochraceus, A. restrictus, embun.
A. glaucus, Wallmia sebi, 2) Setelah dipanen, benih segera di-
80−85 8−10 A. flavus, Penicillium, A. candidus, A. pisahkan dari buah semunya (jambu
ochraceus, A restrictus, A. glaucus,
Wallmia sebi
mete) atau daging buah dan kulit
85−90 10−12 Penicillium, A. flavus, Penicillium, A. buahnya, karena buah semu dan
candidus, A. ochraceus, A restrictus, daging buah merupakan media yang
A. glaucus, Wallmia sebi baik bagi pertumbuhan cendawan.
Sumber: Halloin (1986).
3) Pengeringan benih dilakukan dengan
memperhatikan sifat dari benih ter-

Jurnal Litbang Pertanian, 22(1), 2003 21


diusahakan tidak melewati kadar air
Tabel 10. Suhu minimum, optimum, dan maksimum untuk pertumbuhan kritis.
cendawan gudang. 4) Pemilihan/sortasi benih dapat di-
lakukan dengan memilih benih yang
Suhu untuk pertumbuhan (°C) mempunyai berat jenis >1, berukuran
Jenis cendawan seragam, warna menarik, dan di-
Minimum Optimum Maksimum
hindarkan memilih benih yang telah
Aspergillus restrictus 5−10 30−35 40−45 terinfeksi oleh cendawan.
A. glaucus 0−5 30−35 40−45
A. candidus 10−15 45−50 50−55
5) Penyimpanan benih dilakukan ber-
A. flavus 10−15 40−45 45−50 dasarkan sifat dari benih tersebut.
Penicillium −5−0 20−25 35−40 Pada benih ortodoks, untuk pe-
nyimpanan jangka pendek (± 6
Sumber: Christensen (1972).
bulan), benih dapat disimpan dalam
kemasan kedap udara, kemudian
disimpan pada suhu kamar, dengan
kadar air awal benih tidak lebih
sebut. Pada benih ortodoks, pe- 8%. Pada benih rekalsitran, pe- besar dari 8%. Pada benih rekalsitran,
ngeringan dapat dilakukan dengan ngeringan dilakukan dengan me- penyimpanan dilakukan dengan
cahaya matahari atau mesin pengering, ngeringanginkan pada suhu kamar menyimpan benih dalam kantong
dengan suhu pengering 40−45° C, dengan sistem ventilasi/aerasi udara berpori, lembap, ruang sejuk 15−20° C,
sampai kadar air benih mencapai 6− yang cukup baik, dan kadar air benih dan sistem ventilasi baik.

DAFTAR PUSTAKA
Bariyah, B. dan T.L. Mardiningsih. 1999. Hama Halloin, J.M. 1986. Microorganism and seed sippi State University, Mississippi. (26):
dan musuh alami pada tanaman kemiri deterioration. Crop Sci. 11: 89−99. 62−71.
(Aleuritus mollucana Wild.) di Jawa Barat
Harrington, J.F. 1973. Problems of seed storage. Roberts, E.H. 1972. Storage environment and
dan Bangka. Dalam I. Prasadja, M. Arifin,
In Heydecker (Ed.). Seed Ecology. Butter- the control of viability. In E.H. Roberts (Ed.)
I.M. Trisawa, I.W. Laba, E.A. Wikardi, B.
worths, London. p. 251−263. Viability of Seed. Chapman and Hall,
Soetopo, Wiratno, dan E. Karnawati (Ed.).
Syracuse University Press. p. 15−58.
Prosiding Seminar Nasional Peranan Hasanah, M. 1995. Pengelolaan perbenihan
Entomologi dalam Pengendalian Hama yang tanaman rempah dan obat. Makalah Rumiati, Sukarman, D. Rusmin, dan M. Hasanah.
Ramah Lingkungan dan Ekonomis. Per- disampaikan dalam Pelatihan Manajemen 1997. Studi perkembangan benih jambu mete.
himpunan Entomologi Indonesia Cabang Perbenihan Tanaman Rempah dan Obat, 2 Dalam M. Hasanah, A. Dhalimi, D. Sitepu,
Bogor, Bogor. hlm. 711−716. Agustus 1995 di BLPP Ciawi. 36 hlm. Supriadi, dan Hobir (Ed.). Prosiding Forum
Konsultasi Ilmiah Perbenihan Tanaman
Biro Pusat Statistik. 1998. Ekspor Statistik Hasanah, M., Sukarman, D. Rusmin, T. Marwati,
Rempah dan Obat. Balai Penelitian Tanaman
Perdagangan Luar Negeri 1998. Biro Pusat dan R. Noveriza. 2000. Perlakuan benih
Rempah dan Obat, Bogor. hlm. 220−223.
Statistik, Jakarta. 671 hlm. untuk meningkatkan viabilitas benih maka-
damia. Laporan Teknis. Balai Penelitian Rusmin, D., Sukarman, dan M. Hasanah. 1996a..
Boyd, A.H. and J.C. Delouche. 1990. Seed drying
Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. 15 hlm. Pengaruh berat jenis benih terhadap
principles. Selected Article on Seed Drying.
viabilitas benih jambu mete. Laporan
Seed Tech. Laboratory, Mississippi State Murniati, E. 1996. Informasi hasil penelitian
Penelitian Balai Penelitian Tanaman Rem-
University, Mississippi. p. 1−20. pengaruh faktor internal dan eksternal
pah dan Obat, Bogor. 8 hlm.
terhadap viabilitas benih kemiri (Aleurites
Cabrera, E.R. 1990. Seed drying principles.
moluccana Willd.). Keluarga Benih 7(1): Rusmin, D., Sukarman, dan M. Hasanah. 1996b.
Selected Article on Seed Drying. Seed Tech.
59−65. Pengaruh kadar air awal penyimpanan dan
Laboratory, Mississippi State University,
lama simpan terhadap viabilitas benih jambu
Mississippi. p. 1−20. Nair, M.K., E.V.V.B. Rao, K.K.N. Nambiar, and
mete. Laporan Teknis Balai Penelitian
M.C. Nambiar. 1979. Cashew (A. occidentale
Christensen, C.M. 1972. Microflora and seed Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. 11 hlm.
L.). Central Plantation Crops Research
deterioration. In E.H. Roberts (Ed.). Viability
Institute, Kasaragod. 169 p. Sadjad, S. 1980. Panduan Pembinaan Mutu
of Seeds. Chapman and Hall Ltd. Syracuse
Benih Tanaman Kehutanan di Indonesia.
University Press. p. 59−93. Ohler, J.G. 1979. Cashew. Koninklijk Institut
Institut Pertanian Bogor, Bogor. 301 hlm.
Voor de Tropen, Amsterdam. 259 p.
Delouche, J.C. 1973. Precepts of seed strorage.
Sukarman, M. Hasanah, dan D. Rusmin. 1997a.
Seed Tech. Laboratory, Mississippi State Osakarini, J. 1995. Pengaruh penundaan waktu
Produksi benih tanaman industri tahunan
University, Mississippi. p. 97−122. ekstrasi dan cara pengeringan benih ter-
dan antisipasinya menghadapi era glo-
hadap viabilitas benih kemiri (Aleurites
Delouche, J.C. 1983. Seed maturation. In. J.C. balisasi. Dalam A.A. Daradjat, A. Baihaki,
moluccana Willd.). Jurusan Budi Daya
Delouche and A.H. Boyd (Eds.). References A.H. Permadi, E. Sofiari, W. Astika, H.
Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut
Seed Operation Workshop Secondary Food Soemardjan, M.H. Suparta, M. Haeruman,
Pertanian Bogor, Bogor. 46 hlm.
Crop Seed. Seed Tech. Laboratory, Mississippi N. Rostini, R. Setiamihardja, dan S. Bandiati.
State University, Mississippi. p. 1−12. Penderson, J.R. 1984. Insect and pest that affect (Ed.). Prosiding Simposium Nasional dan
seed quality. Proccedings Short Course for Kongres II PERIPI, Bandung. hlm. 327−337.
Ginting, A.N. 1999. Beberapa cara penyemaian
Seedsmen. Seed Tech. Laboratory, Missis-
kemiri. Sylvatropica (20): 5.

22 Jurnal Litbang Pertanian, 22(1), 2003


Sukarman, M. Hasanah, D. Rusmin, dan Rumiati. panen dan penanganan terhadap mutu benih Wahab, M.I., M. Hasanah, dan D. Rusmin. 1996.
1997b. Teknologi produksi benih jambu jambu mete. Laporan Teknis. Balai Studi fenologi dan perkembangan buah
mete. Dalam M. Hasanah, A. Dhalimi, D. Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, jambu mete pada berbagai agroekologi.
Sitepu, Supriadi, dan Hobir (Ed.). Prosiding Bogor. 17 hlm. Laporan Penelitian Balai Penelitian Tanam-
Forum Konsultasi Ilmiah Perbenihan an Rempah dan Obat, Bogor. 10 hlm.
Sukarman, M. Hasanah, dan D. Rusmin. 2001.
Tanaman Rempah dan Obat. Balai Penelitian
Penanganan benih jambu mete di sentra Wirnas, D. 1995. Pengaruh tingkat kemasakan
Tanaman Rempah dan Obat. Bogor. hlm.
produksi. Laporan Teknis. Balai Penelitian dan jumlah benih per polong terhadap
93−104.
Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. 12 hlm. viabilitas benih asam (Tamarindus indica L.
Sukarman dan D. Rusmin. 2000. Penanganan Merr.). Skripsi. Jurusan Budi Daya Pertanian,
Wahab, M.I. dan D. Rusmin. 1993. Pengaruh
benih rekalsitran. Bulletin Plasma Nutfah Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
ukuran dan pencucian benih terhadap
6(1): 7−15. 44 hlm.
viabilitas benih asam. Pemberitaan Pe-
Sukarman, M. Hasanah, D. Rusmin, T. Marwati, nelitian Tanaman Industri 19(12): 38−41.
dan R. Noveriza. 2000. Pengaruh cara

Jurnal Litbang Pertanian, 22(1), 2003 23

You might also like