Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang sangat penting
dalam penyaluran dan pengelolaan dana masyarakat. Dana dari masyarakat
yang diterima oleh bank akan dikelola dan disalurkan pada unit kegiatan
ekonomi lainnya. Keuntungan yang di hasilkan dari unit kegiatan usaha
lainnya akan di kembalikan lagi pada masyarakat. Dengan ditetapkannya
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan, Indonesia
menjalankan Dual Banking System yaitu beroperasinya sistem perbankan baik
secara Konvensional maupun syariah sekaligus dengan tetap memisahkan
pengelolaan dan pengoperasiannya.
Namun system perbankan syariah pada saat itu belum begitu kuat secara
hukum perdata mengingat belum adanya Undang-undang yang mengatur
secara jelas mengenai Perbankan syariah. Dengan mulai berlakunya UU No.21
Tahun 2008 tentang perbankan syariah akan tetapi, masyarakat Indonesia
masih memiliki presepsi yang keliru tentang bank syariah.
Atas dasar permasalahan di atas, penulis membuat makalah dengan judul
“Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Konvensional” dengan tujuan
untuk memberikan pemahaman lebih kepada mahasiswa pada umumnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang di paparkan di atas maka dapat diambil
beberapa rumusan masalah yang akan penulis bahas dalam makalah ini.
Diantaranya sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya Bank Konvensional dan Bank
syariah di Indonesia?
2. Jelaskan pengertian Bank Konvensional dan bank syariah?
3. Apa saja fungsi Bank Konvensional dan Bank syariah?
4. Jelaskan perbedaan sistem Bank Konvensional dan sistem Bank syariah?
5. Apa saja produk-produk Bank Konvensional dan Bank Syariah?
6. Apa tujuan Bank Konvensional dan Bank Syariah?
1
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui sejarah singkat berdirinya Bank Konvensional dan
Bank syariah di Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengertian Bank Konvensional dan Bank syariah.
3. Untuk mengetahui fungsi Bank Konvensional dan Bank syariah.
4. Untuk mengetahui produk-produk Bank Konvensional dan Bank Syariah
5. Untuk mengetahui tujuan Bank Konvensional dan Bank Syariah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
BANK KONVENSIONAL
A. Pengertian Umum Bank
Hampir setiap kegiatan perbankan mengandung aspek hukum dalam
penerapannya, sehingga pengetahuan di bidang hukum mempunyai peranan
yang sangat penting dalam setiap kegiatan perbankan. Pengetahuan perbankan
tanpa ditunjang dengan pengetahuan di bidang hukum akan membuat
pengetahuan tersebut menjadi kurang lengkap atau sempurna dan berkurang
artinya.
Sementara itu, pengertian atau batasan hukum perbankan cukup sulit
ditemui dalam literatur, hal ini disebabkan. Namun demikian, Marhainis
Abdul Hay menyatakan bahwa apabila kita hubungkan pengertian bank
menurut hukum, maka terlihat bahwa bank merupakan subyek hukum,
sehingga bank dapat membuat perikatan-perikatan atau perjanjian-perjanjian
baik dengan bank lain, ataupun perusahaan-perusahaan, maupun dengan
individu.
Selanjutnya, beberapa pengertian tentang bank telah dikemukakan baik
oleh para ahli maupun menurut ketentuan undang-undang, di mana dari
beberapa pengertian tentang bank itu terdapat satu pengertian yang sama
khususnya yang berkaitan dengan adanya suatu badan yang usahanya terutama
memberikan kredit, baik dengan modalnya sendiri, ataupun dengan modal
pihak lain.
Beberapa pengertian tentang bank yang perlu dikemukakan di sini antara
lain sebagai berikut:
1. Menurut G.M. Verryn Stuart dalam bukunya ”Bank Politik”, ”Bank
adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit
baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau uang yang diperolehnya
dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar
baru berupa uang giral”;
3
2. Menurut Dictionary of Banking and financial service by Jerry
Rosenberg bahwa yang dimaksud dengan bank adalah lembaga yang
menerima simpanan giro, deposito, dan membayar ats dasar dokumen
yang ditarik pada orang atau lembaga tertentu, mendiskonto surat
berharga, meberikan pinjaman dan menanamkan dananya dalam surat
beeharga.;
3. Menurut R.G. Hawtrey dalam bukunya ”Currency and Credit Bank”: Bank
adalah semua badan yang mengadakan jual beli kredit;
4. Menurut O.P. Simorangkir dalam bukunya “Dasar-dasar dan Mekanisme
Perbankan”: “Bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan
yang bertujuan memberikan kredit dan jasa-jasa. Adapun pemberian kredit
itu dilakukan baik dengan modal sendiri atau dengan dana-dana yang
dipercayakan oleh Pihak Ketiga maupun dengan jalan memperedarkan
alat-alat pembayaran berupa uang giral”;
5. Menurut Poerwadarminta dalam bukunya “Kamus Umum Bahasa
Indonesia”: ”Bank adalah yayasan keuangan yang mengurus simpan
menyimpan, pinjam meminjam uang.”, sedangkan Perbankan adalah
”Segala sesuatu mengenai bank”
B. Jenis-jenis Bank
Secara umum bank adalah suatu badan usaha yang memiliki wewenang dan
fungsi untuk untuk menghimpun dana masyarakat umum untuk disalurkan
kepada yang memerlukan dana tersebut. Berikut di bawah ini adalah macam-
macam dan jenis-jenis bank yang ada di Indonesia beserta arti definisi /
pengertian masing-masing bank.
Jenis-Jenis Bank :
1. Bank Sentral
Bank sentral adalah bank yang didirikan berdasarkan Undang-undang
nomor 13 tahun 1968 yang memiliki tugas untuk mengatur peredaran
uang, mengatur pengerahan dana-dana, mengatur perbankan, mengatur
perkreditan, menjaga stabilitas mata uang, mengajukan pencetakan /
4
penambahan mata uang rupiah dan lain sebagainya. Bank sentral hanya
ada satu sebagai pusat dari seluruh bank yang ada di Indonesia.
2. Bank Umum
Bank umum adalah lembaga keuangan uang menawarkan berbagai
layanan produk dan jasa kepada masyarakat dengan fungsi seperti
menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam berbagai
bentuk, memberi kredit pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan,
jual beli valuta asing / valas, menjual jasa asuransi, jasa giro, jasa cek,
menerima penitipan barang berharga, dan lain sebagainya.
3. Bank Perkreditan Rakyat / BPR
Bank perkreditan rakyat adalah bank penunjang yang memiliki
keterbatasan wilayah operasional dan dana yang dimiliki dengan layanan
yang terbatas pula seperti memberikan kridit pinjaman dengan jumlah
yang terbatas, menerima simpanan masyarakat umum, menyediakan
pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, penempatan dana dalam sbi /
sertifikat bank indonesia, deposito berjangka, sertifikat / surat berharga,
tabungan, dan lain sebagainya.
5
Sejarah membuktikan sistem perbankan yang menggunakan bunga tidak
pernah disepakati oleh konvensi apapun. Yang terjadi adalah pembenaran
praktik menyimpang dalam dunia perbankan. Meskipun kemudian sistem
perbankan yang menggunakan bunga telah menjadi kelaziman, penolakan
terhadap sistem ini terus berlanjut di berbagai belahan dunia, baik di
masyarakat Islam maupun masyarakat lainnya, termasuk di kalangan bankir.
6
Tabungan dalam sistem penarikannya dapat dilakukan menurut
syarat-syarat tertentu yang telah disepakati tetapi tidak bisa ditarik dengan
menggunakan cek, bilyet giro atau yang disamakan sengan itu. Syarat-
syarat tertentu misalnya harus ditarik secara tunai, penarikan hanya dalam
kelipatan nominal tertentu, jumlah penarikan tidak boleh melebihi saldo
minimal tertentu.
Di indonesia sendiri, produk tabungan pada prinsipnya mengikuti
ketentuan BI yang dalam SK Dir. BI No. 22/63 Kep. Dir. Tanggal 01-12-
1989 bahwa syarat-syarat penyelenggara tabungan adalah sebagai berikut:
a. Bank hanya menyelenggarakan tabungan dalam bentuk rupiah
b. Ketentuan mengenai penyelenggaraan tabungan ditetapkan oleh bank
masing-masing
c. Penarikan tabungan tidak dapat menggunkan cek, bilyet giro serta
surat perintah bayar yang lainnya yang sejenis.
d. Penarikkan hanya dapat dilakukan dengan mendatangi bank atau alat
yang disediakan untuk keprluan tersebut misalnya Automatic Teller
Machine (ATM)
e. Bank menyelenggarakan tabungan diperkenankan untuk menetapkan
sendiri cara pelayanan, sitem administrasi, setoran, frekwensi
pengambilan, tabungan pasif, timgkat suku bunga, sara perhitungan
dan pembayaran bunga, pemberian hadiah, nama tabungan.
f. Bunga tabungna dikenakan pajak penghasilan (pph) sebesar 15% final
untuk penduduk dan 20% untuk bukan penduduk. (Kep.Mentri Keu.
No. 1308/KMK.04/1989).
3. Deposito
Jenis jasa perbankan ini, dalam sistem bank konvensional akan
memperoleh dua keuntungan: jaminan pembayaran pokok ditambah hasil
bunga yang tingkatnya sudah ditetapkan sebelumnya.
Prinsip-prinsip Deposito:
a. Biaya dan sedapat mungkin minimal, yaitu melalui pengaturan
komposisi tertentu agar biaya dana seminimal mungkin.
7
b. Perlu kestabilan porsi dana. Dana yang memiliki volalitas rendah dan
relatif stabil merupakan pendukung bagi manajemen liquiditas.
c. Komposisi sumber dana sedapat mungkin mendukung pelaksanaan
komitmen pemberian kredit dan penempatan aktiva produktif lainnya.
Deposito Berjangka
Deposito merupakan simpanan masyarakat atau pihak ketiga yang
penarikannya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian
penyimpan (deposan) dengan bank yang bersangkutan. Jangka waktu
deposito pada umumnya terdiri dari 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, 18
bulan dan 24 bulan. Deposito berjangka tidak bisa diperdagangkan, namun
bisa digunakan sebagai jaminan kredit.
Sertifikat Deposito
Sertifikat deposito pada prinsipnya sama sengan deposito berjangka
yaitu simpanan dana pihak ketiga/ masyarakat dan terikat oleh jangka
waktu (fixed time). Perbedaannya adalah sertifikat deposito diterbitkan
atas unjuk ( pembawa), sedangkan deposito berjangka diterbitkan atas
tunjuk (nama). Sebagai deposito yang diterbitkan atas pembawa berarti
siapa saja boleh menarik sertifikat deposito selama bisa menunjukkan
deposito tersebut kepada bank penerbit. Perbedaan lainnya adlah bunga
sertifikat deposito tersebut diperhitungkan dan dibayar dimuka.
4. Rekening antar Bank
Dalam bank konvensional, rekening-rekening simpanan dan pinjaman
antar bank; termasuk pinjaman dari bank sentral; semua diatur
berdasarkan bunga.
8
BANK SYARIAH
9
Sebagai langkah awal perkembangan bank syariah di Indonesia, pada
pertengahan tahun 1970-an diadakan pembicaraan mengenai bank syariah
pada seminar Hubungan Indonesia- Timur Tengah yang diadakan pada tahun
1974 dan pada tahun 1976 dalam seminar yang diadakan Lembaga Studi Ilmu-
Ilmu Kemasyarakatan (LSIK) dan Yayasan Bhineka Tunggal Ika.
Perkembangan pemikiran secara luas mengenai perlunya umat Islam
Indonesia memiliki perbankan Islam sendiri mulai berhembus sejak saat itu.
Namun, usaha untuk merealisasikan ide perbankan syariah tersebut terhambat
oleh beberapa alasan, yaitu :
1. Operasi Bank Syariah yang berdasarkan prinsip bagi hasil belum diatur,
oleh karena itu tidak sejalan dengan Undang-undang Pokok Perbankan
yang berlaku, yaitu Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967.
2. Konsep banksyariah dari segi politis dinilai bermuatan ideologis,
merupakan bagian atau berkaitan dengan pembentukan negara Islam, oleh
karena itu tidak dikehendaki pemerintah.
3. Belum ada yang bersedia menaruh modal pada ventura semacam itu,
sementara pendirian bank baru dari negara Timur Tengah masih
dicegah,antara lain oleh kebijakan pembatasan bank asing untuk membuka
cabangnya di Indonesia.
Sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI tersebut lahirlah Bank Muamalat
Indonesia pada 1 November 1991. Pada saat penandatanganan Akte pendirian
PT Bank Muamalat Indonesia terkumpul komitmen pembelian saham sebesar
Rp 84 Miliar. Kemudian pada tanggal 3 November 1991 dalam acara
silaturahmi presiden di Istana Bogor dapat dipenuhi dengan total komitmen
awal sebesar Rp. Sebelumnya, pada 18-20 Agustus 1990 diadakan lokakarya
Bunga Bank dan Perbankan yang diadakan oleh Majelis Ulama Indonesia
(MUI) di Cisarua, Bogor, Jawa barat. Hasil lokakarya tersebut dibahas lebih
mendalam dalam Musyawarah Nasional IV MUI pada 22-25 Agustus 1990.
Berdasarkan Amanat Munas IV MUI tersebut dibentuklah kelompok kerja
untuk mendirikan Bank Islam di Indonesia kelompok kerja yang disebut Tim
10
Perbankan MUI, bertugas melakukan pendekatan dan konsultasi dengan
semua pihak terkait.
Era reformasi kemudian juga memberikan perkembangan baru dalam
perbankan syariah di Indonesia. Para pelaku perbankan dan pemerintah telah
mendapatkan paradigma baru dalam memandang perbankan Islam di
Indonesia. Krisis moneter yang dialami sebelumnya ternyata memberikan
implikasi positif dalam sejarah perkembangan bank syariah di Indonesia.
Bentuk perkembangan paling besar bank syariah pada masa itu ditandai
dengan disetujuinya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 mengenai
perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan,
yang merupakan regulasi mengenai perbankanuntuk bangkit dari krisis
ekonomi yang melanda pada waktu itu.
Dalam Undang-undang tersebut memberi arahan bagi bank-bank
konvensional untuk membuka cabang syariah atau mengkonversi diri secara
total menjadi bank syariah. Hal tersebut disambut antusias oleh kalangan
perbankan konvensional yang ingin mulai memasuki usaha bisnis perbankan
syariah, untuk itu Bank Indonesia mengadakan “Pelatihan Perbankan Syariah”
bagi para pejabat Bank Indonesia dari segenap bagian, terutama aparat yang
berkaitan langsung dengan DPNP (Direktorat Penelitian dan Pengembangan
Perbankan), kredit , pengawasan, akuntansi, riset dan moneter. Beberapa
lembaga perbankan konvensional yang membuka cabang syariah pada masa-
masa awal reformasi adalah Bank IFI cabang syariah, Bank Syariah Mandiri,
dan Bank BNI Divisi Syariah.
11
menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya
kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf.
12
Produk investasi yang sesuai dengan syariah diantaranya akad jual beli
(murabahah, salam, dan istishna), akad investasi (mudharabah dan
musyarakah), akad sewa menyewa (ijarah dan ijarah muntahiya bittamlik)
dan beberapa akad lainnya yang dibolehkan oleh syariah.
3. Fungsi Sosial
Fungsi ini merupakan sesuatu yang melekat pada bank syariah. Ada dua
instrumen yang digunakan oleh bank syariah dalam menjalankan fungsi
sosialnya, yaitu instrumen zakat, infak, sedekah, dan wakaf (Ziswaf) dan
instrumen qardhul hasan. Instrumen Ziswafberfungsi untuk menghimpun
ziswaf dari masyarakat, pegawai bank, serta bank sendiri sebagai lembaga
milik para investor. Instrumen qardhul hasan berfungsi menghimpun dana
dari penerimaan yang tidak memenuhi kriteria halal serta dana infak dan
sadaqah yang tidak ditentukan peruntukannya secara spesifik oleh yang
memberi.
4. Fungsi jasa keuangan
Fungsi jasa keuangan yang dijalankan oleh bank syariah tidaklah berbeda
dengan bank konvensional, seperti memberikan layanan kliring, transfer,
inkaso, pembayaran gaji, letter of guarantee, letter of credit, dan lain-lain.
Namun mekanisme untuk mendapatkan keuntungan dari transaksi tersebut,
bank syariah tetap menggunakan skema yang sesuai dengan prinsip
syariah.
13
3. Prinsip Hawalah
Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang (muhil)
kepada orang lain yang menanggungnya (munhal’ alaih)
4. Prinsip Sharf
Prinsip Sharf adalah prinsip yang digunakan dalam transaksi jual beli mata
uang, baik antar mata uang sejenis maupun antar mata uang berlainan
jenis.
5. Prinsip Ijarah
Objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan jasa, apabila
dikaitkan dengan penggunaan barang maka diistilahkan dengan sewa –
menyewa sedangkan apabila dikaitkan dengan penggunaan jasa maka
diistilahkan dengan upah – mengupah.
14
maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikain kapan saja bila
si penitip menghendaki.
Ketentuan umum dari produk ini adalah :
a. Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik
atau ditanggung bank, sedang pemilik dana tidak dijanjikan imabalan
dan tidak menanggung kerugian. Bank dimungkinkan memberi bonus
kapada pemilik dana sebagai suatu insentif untuk menarik dana
masyarakat namun tidak boleh diperjanjikan di muka.
b. Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya mencakup
izin penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan lain yang
disepakati selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.Khusus
bagi pemilik rekening giro, bank dapat memberikan buku cek, bilyet
giro, dan debit card.
c. Terhadap pembukaan rekening ini bank dapat mengenakan pengganti
biaya administrasi untuk sekadar menutupi biaya yang benar – benar
terjadi.
d. Ketentuan – ketentuan lain yang berkaitan dengan rekening giro dan
tabungan berlaku selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Yang termasuk dalam produk Bank Syariah dalam menghimpun dana
yaitu :
a. Giro Syariah
Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat
dengan menggunakan cek/ bilyet giro, atau dengan cara
pemindahbukuan.
b. Tabungan Syariah
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
menurut syarat tertentu yang telah disepakati, tetapi tidak dapat ditarik
dengan cek/bilyet giro.
c. Deposito Syariah
15
Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah dengan
bank
2. Prinsip Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak, di mana pihak
pertama menyediakan seluruh modal dan pihak lain menjadi pengelola.
Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.
Apabila rugi maka akan ditanggung pemilik modal selama kerugian itu
bukan akibat dari kelalaian si pengelola. Apabila kerugian diakibatkan
kelalaian pengelola, maka si pengelolalah yang bertanggung jawab.
Jenis-Jenis Mudharabah
a. Mudharabah Mutlaqah
Penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan dan deposito
sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana, yaitu tabungan
mudharaba dan deposito mudharabah. Berdasarkan prinsip ini, tidak
ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana yang dihimpun.
b. Mudharabah Muqayyadah
Adalah jenis mudharabah yang pada akadnya dicantumkan
persyaratan-persyaratan tertentu misalnya hanya boleh digunakan
untuk usaha tertentu, di kota tertentu, dan dalam waktu tertentu.
Ikatan-ikatan ini membuat akad mudharabah menjadi terikat dan
sempit sehingga disebut mudharabah muqayyadah (restricted
mudharabah).
Mudharabah Muqayyah terbagi 2 yaitu :
1) Mudharabah Muqayyadah on Balance sheet
Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus (restricted
investment) di mana pemilik dana dapat menetapkan syarat – syarat
tertentu yang harus dipenuhi bank. Misalnya disyaratkan digunakan
untuk bisnis tertentu, disyaratkan digunakan deangan akad tertentu,
atau disyaratkan digunakan untuk nasabah tertentu.
2) Mudharabah Muqayyadah off Balance sheet
16
Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah
langsung kepada usahanya, di mana bank bertindak sebagai
perantara (arranger) yang mempertemukan antara pemilik dana
dengan pelaksana usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syarat –
syarat tertentu yang harus dipenuhi oleh bank dalam mencari
kegiatan usaha yang akan dibiayai dan pelaksanaan usahanya.
17
Akad investasi dengan skema mudharabah adalah akad (transaksi) antara
dua pihak dimana salah satu pihak menyerahkan harta kepada yang lain
agar diperdagangkan dengan pembagian keuntungan diantara keduanya
sesuai dengan kesepakatan.
Dalam skema ini bank bertindak sebagai shahibul maal (pemilik dana),
sedangkan nasabah yang menerima pembiayaan bertindak sebagai
mudharib (pengelola dana), seluruh modal berasal dari pihak bank syariah
sebagai pemilik dana.
Investasi dengan skema Musyarakah
Investasi dengan skema ini adalah kerja sama investasi para pemilik modal
yang mencampurkan modal mereka pada suatu usaha tertentu dengan
pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati
sebelumnya, sedangkan apabila terjadi kerugian ditanggung semua pemilik
modal berdasarkan porsi pemilik modal masing – masing.
3. Prinsip Sewa
Sewa dengan skema Ijarah
Sewa dengan skema ijarah adalah transaksi sewa menyewa antara pemilik
objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa
yang disewakan. Dalam transaksi ini bank syariah bertindak sebagai
pemberi sewa atau pemilik objek sewa, sedangkan nasabah bertindak
sebagai penyewa.
Sewa dengan skema Ijarah Muntahiya Bittamlik
Sewa dengan skema ini adalah transaksi sewa menyewa antara pemilik
objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa
yang disediakannya dengan opsi perpindahan hak milik pada saat tertentu
sesuai dengan akad sewa. Berbeda dengan transaksi Ijarah, pada transaksi
ini memberi hak pilih pada penyewa untuk memiliki barang yang disewa.
18
Transaksi yang penanaman dana dari pemilik modal dengan pengelola
untuk melakukan usaha tertentu yang sesuai syariah, dengan pembagian
hasil antara kedua belah pihak berdasarkan perjanjian yang telah
disepakati.
Produk pembiayaan syariah yang didasarkan pada prinsip bagi hasil
adalah:
a. Musyarakah
Musyarakah adalah semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak
atau lebih dimana secara bersama – sama memadukan seluruh bentuk
sumber daya baik yang berwujud maupun tidak berwujud.
b. Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak
dimana pemilik modal mempercayakan seju7mlah modal kepada
pengelola dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan.
BAB III
19
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan yang telah penulis bahas diatas. Maka penulis menarik
kesimpulan bahwa terdapat perbedaan antara bank konvensional dan bank
syraiah terkait sistem yang digunakan. Pada bank konvensional menganut
sistem bunga sedangkan pada bank syariah menggunakan sistem bagi hasil
yang mana lebih meringankan beban nasabah. Selain itu juga produk yang
ditawarkan oleh perbankan syariah lebih mengadopsi kepada produk yang
ditawarkan oleh perbankan konvensional hanya saja berbeda dalam
pelaksanaan serta proses terkait adanya akad yang digunakan. Dalam
perbankan syariah pembagian akad di dasarkan pada pola tujuan dari
pendanaan, pembiayaan, maupun jasa bank lainnya.
B. Saran
Berdasarkan uraian diatas maka penulis menyarankan kepada pembaca
agar dapat mengambil sisi positif dari pembahasan mengenai perbedaan antara
Perbankan Konvensional dengan Perbankan Syariah, dan sisi negatif dari
pembahasan diatas bisa di jadikan sebagai bahan pembelajaran untuk menjadi
lebih baik lagi. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
20
DAFTAR PUSTAKA
Andri Soemitra. 2009. Bank dan lembaga keuangan syariah. Jakarta : Kencana.
Ascarya, 2008. Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Hasibuan, Malayu S.P, 2005. Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: PT. Bumi Aksara
Karim, Adiwarman, 2006. Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Soemitra, Andri. (2016). Bank & Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta. Balebat
Dedikasi Prima.
21
PERBANKAN KONVENSIONAL DAN PERBANKAN
SYARIAH
Disusun Oleh :
RENI DAMAIYANTI
NPM 1616109492
PRODI PERBANKAN SYARIAH
SEMESTER 6 UNIT A
22
DAFTAR ISI
23