Professional Documents
Culture Documents
HALREV
Volume 1 Issue 3, December 2015: pp. 337-349. Copyright © 2015
HALREV. Faculty of Law, Hasanuddin University, Makassar, South
Sulawesi, Indonesia. ISSN: 2442-9880 | e-ISSN: 2442-9899.
Open Access at: http://pasca.unhas.ac.id/ojs/index.php/halrev
Hasanuddin Law Review is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License,
which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original
work is properly cited.
Maret Priyanta
Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran
Jln. Imam Bonjol No. 21, Bandung, 40132, Jawa Barat, Indonesia.
Tel./Fax. +62-22-2508514 E-mail: maret.priyanta@unpad.ac.id
Submitted: Oct 19, 2015; Reviewed: Nov 16, 2015; Accepted: Nov 21, 2015
Abstrak: Dalam upaya untuk mencapai tujuan negara, pembangunan nasional dilakukan
oleh semua komponen bangsa. Pembangunan nasional dirumuskan dan ditetapkan
oleh pemerintah melalui suatu sistem perencanaan pembangunan nasional. Dalam
pelaksanaan kegiatan pembangunan yang memanfaatkan sumber daya alam, peraturan
perundang-undangan di bidang lingkungan dan penataan ruang menjadi aspek penting
337
Hasanuddin Law Review Vol. 1 Issue 3, December (2015)
sebagai landasan hukum, di mana materi muatan serta tujuan peraturan tersebut tidak
hanya bersumber dari ilmu hukum, namun juga bersumber dari ilmu-ilmu pengetahuan
bidang lingkungan dan tata ruang. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis
normatif, melalui metode pendekatan perundang-undangan, pendekatan konseptual
dan pendekatan analitis. Ruang lingkup penelitian yuridis normatif ini mencakup
penelitian terhadap asas-asas hukum, penelitian terhadap inventarisasi hukum positif
dan penelitian terhadap sistematika hukum. Permasalahan pengaturan dalam bidang
lingkungan dan tata ruang di Indonesia dalam rangka pembangunan berkelanjutan pada
awalnya bersumber pada proses pembentukan peraturan perundang-undangan. Dalam
hal materi muatan yang diatur memiliki kecenderungan tidak lagi bersumber pada ilmu-
ilmu pengetahuan yang melandasi undang-undang bidang lingkungan dan tata ruang.
Konsep pembaruan dan harmonisasi peraturan perundang-undangan bidang lingkungan
dan tata ruang di Indonesia dalam rangka pembangunan berkelanjutan harus dikaji dari
segi keilmuan dengan pendekatan utuh menyeluruh, inter dan multidisipliner serta lintas
sektoral dengan mengharmoniskan ilmu terkait lingkungan dan tata ruang dengan asas,
teori dan filsafat dalam ilmu hukum.
Kata Kunci: Pembangunan Berkelanjutan; Hukum Lingkungan; Hukum Tata Ruang
338
Hasanuddin Law Review Vol. 1 Issue 3, December (2015)
hukum lainnya seperti hukum kebiasaan dan struksi Presiden Tahun 19709 dan Keputusan
hukum adat, hukum traktat, hukum yurispru- Presiden Tahun 199810 menekankan bahwa
densi, dan hukum ilmu (pandangan ahli).5 persetujuan Presiden memegang peranan
Peraturan perundang-undangan men- penting dalam proses pembentukan per-
jadi faktor penting dalam rangka menjamin aturan perundang-undangan (Lihat Gambar
tercapainya tujuan pembangunan nasional. 1). Hal penting terkait lainnya adalah proses
Peraturan Perundang-undangan adalah per- tanggapan Menteri Kehakiman untuk mem-
aturan tertulis yang memuat norma hukum berikan tanggapan dari segi hukum serta
yang mengikat secara umum dan dibentuk rangka pengharmonian, pembulatan dan pe-
atau ditetapkan oleh lembaga negara atau mantapan yang akan mengonsultasikan ter-
pejabat yang berwenang melalui prosedur lebih dahulu konsep tersebut dengan Menteri
yang ditetapkan dalam Peraturan�������
Perun-
������ Kehakiman serta Pimpinan Lembaga lain-
dang-undangan. 6
nya yang terkait. Kedua aturan dalam proses
Dalam sejarah perkembangan proses pembentukan undang-undang, menunjukan
pembentukan perundang-undangan di In- peran Menteri yang membidangi hukum dan
donesia, berbagai prosedur dalam mempra- peraturan perundang-undangan untuk mem-
karsai sebuah undang-undang sebagai syarat berikan arahan, tanggapan dan konsultasi
formil dan pelimpahan kewenangan melalui dalam proses pembentukan sebuah undang-
atribusi dan delegasi7 dalam materi muatan undang.
peraturan perundang-undangan, berdam- Dalam perkembangannya, pada tahun
pak secara tidak langsung menyebabkan 2004 dan tahun 201112, undang-undang ten-
11
339
Hasanuddin Law Review Vol. 1 Issue 3, December (2015)
Gambar 1.
Sejarah Pengaturan tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan di Indonesia
serta minimnya peran akademisi dalam pro- harmonisasi yang layak dalam perumusan
ses pembentukan sebuah undang-undang. norma dalam pembentukan suatu undang-
Salah satu permasalahan dalam undang.
peraturan bidang perencanaan pembangunan, Pada saat terjadinya pertentangan,
ketidakharmonisan secara jelas terlihat pada tumpang tindih dalam tataran undang-un-
tingkatan undang-undang yaitu pengaturan dang, pemaknaan asas-asas dalam peraturan
tentang bentuk penetapan RPJMD.13 perundang-undangan menjadi sangat pen-
Ketidakharmonisan tersebut terlihat dalam ting untuk menentukan aturan mana yang
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 harus dijadikan dasar dan diacu. Pada saat
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan aturan tidak lagi memberikan kepastian un-
Nasional (UU SPPN) dengan Undang- tuk menentukan sesuatu hal benar atau salah,
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang maka ajaran-ajaran hukum (asas, teori dan
Pemerintahan Daerah (UU Pemda). Dalam filsafat) memiliki peran yang penting seba-
UU SPPN, Pasal 19 ayat (3) menyatakan gai alat analisis. Hal tersebut menunjukkan
bahwa RPJM Daerah ditetapkan dengan bahwa hukum sebagai aturan (peraturan per-
Peraturan Kepala Daerah paling lambat 3 undang-undangan) harus berlandaskan hu-
(tiga) bulan setelah Kepala Daerah dilantik, kum sebagai ajaran dalam pembentukan dan
sedangkan UU Pemda, Pasal 264 ayat (4) pelaksanaannya.
menyatakan bahwa Perda tentang RPJMD Dalam pembentukan peraturan perun-
ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan dang-undangan bidang lingkungan dan tata
setelah kepala daerah terpilih dilantik. ruang, dipengaruhi pula oleh materi muatan
Bentuk penetapan melalui Perda dan serta tujuan yang tidak hanya bersumber
peraturan kepala daerah memiliki perbedaan dari ilmu hukum, namun juga bersumber
yang sangat prinsip dalam proses, waktu dari ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Dalam
dan kedudukannya dalam sistem hukum bidang lingkungan dilandasi oleh ilmu ling-
nasional sehingga pengaturan yang berbeda kungan dan bidang tata ruang dilandasi oleh
ini menunjukan tidak dilakukannya proses ilmu planologi (Gambar 2).
Pelaksanaan pembangunan dalam ka
13
RPJMD merupakan Rencana Pembangunan Jangka itannya dengan lingkungan dan tata ruang
Menengah Daerah untuk 5 (lima) tahun sebagai
bagian dari RPJP. yang selama ini cenderung tidak terencana
340
Hasanuddin Law Review Vol. 1 Issue 3, December (2015)
Gambar 2
Hubungan ilmu hukum dengan ilmu-ilmu pengetahuan lainnya dalam proses pembentukan
Peraturan Perundang-undangan
dan tidak berkelanjutan telah berdampak ngan, masih terjadinya kerusakan dan keba-
pada menurunnya kualitas dan fungsi ling- karan hutan, banjir, pencemaran lingkungan,
kungan termasuk sumber daya alam di dan konversi lahan produktif menjadi perun-
dalamnya. Ruang sebagai wadah�����������
yang meli- tukan lain15. Kedua, dalam bidang penataan
puti ruang darat, ruang laut, dan ruang uda- ruang pengaturan tata ruang belum optimal,
ra, termasuk ruang di dalam bumi sebagai banyaknya peraturan perundang-undangan
satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan terkait ruang yang perlu disinkronkan serta
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, rencana tata ruang belum dijadikan acuan
dan memelihara kelangsungan hidupnya14 pembangunan berbagai sektor.16 Ketiga,
belum dapat berfungsi secara optimal mewu dalam perencanaan pembangunan, kepen-
judkan keharmonisan antara lingkungan tingan-kepentingan ekonomi, politik men-
alam dan lingkungan buatan, keterpaduan jadi permasalahan yang dihadapi, sehingga
dalam penggunaan sumber daya alam dan rencana yang telah disusun tidak dapat
sumber daya buatan dengan memerhati- dilaksanakan secara konsisten yang meng-
kan sumber daya manusia dan terwujudnya akibatkan perencanaan pembangunan seba-
perlindungan fungsi ruang dan pencegahan gai proses untuk menentukan tindakan masa
dampak negatif terhadap lingkungan akibat depan yang tepat, melalui urutan pilihan,
pemanfaatan ruang. dengan memerhitungkan sumber daya yang
Beberapa permasalahan dalam kaitan- 15
Chay Asdak. (2012). Kajian Lingkungan Hidup
nya dengan pembangunan berkelanjutan Strategis: Jalan Menuju Pembangunan Berkelan-
jutan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
antara lain: Pertama, dalam bidang lingku- hlm.3.
16
Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas,
14
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Arah Kebijakan Penataan Ruang dan Pengelolaan
Penataan Ruang. Pertanahan Nasional 2015-2019, Jakarta, 2013.
341
Hasanuddin Law Review Vol. 1 Issue 3, December (2015)
342
Hasanuddin Law Review Vol. 1 Issue 3, December (2015)
setiap bidang hukum yang akan merupakan keseimbangan.22 Hukum yang mengatur se-
bagian dari sistem hukum nasional itu wajib gi-segi lingkungan hidup harus pula dipan-
bersumber pada Pancasila dan UUD 1945.19 dang sebagai suatu sistem. Sistem hukum23
Pembaruan dimaknai dari arti katanya sebagaimana dikemukakan oleh Sunaryati
merupakan proses, cara, perbuatan mem- Hartono24 terdiri atas subsistem-subsistem
barui.20 Pembaruan sistem hukum harus hukum, yang antara lain adalah subsistem
mengacu pada ciri sistem sebagai satu ke- hukum lingkungan. Subsistem Hukum Ling-
satuan. Adapun ciri-ciri sistem dari suatu ke- kungan terdiri dari asas-asas, kaidah-kaidah
satuan sistem, yaitu: Pertama, sistem adalah dan juga meliputi lembaga-lembaga dan
suatu kompleksitas elemen yang terben- proses-proses guna mewujudkannya dalam
tuk dalam satu kesatuan interaksi (proses); kenyataan.25 Hukum lingkungan merupakan
Kedua, masing-masing elemen terkait dalam bidang hukum yang memiliki ciri khusus
satu kesatuan hubungan satu sama lain sa- dalam wujud sebagai hukum yang berorien-
ling bergantung; Ketiga kesatuan elemen tasikan pada lingkungan, di mana sifat dan
yang kompleks itu membentuk satu kesatu- hakikatnya adalah utuh menyeluruh, maka
an yang lebih besar, yang meliputi keselu- hukum lingkungan merupakan hukum ber-
ruhan elemen pembentuknya itu; Keempat, wawasan lingkungan dan bermetode utuh
keseluruhan itu menentukan ciri dari setiap menyeluruh.26
bagian pembentuknya; Kelima, bagian dari Lingkungan terkait dengan unsur-un-
keseluruhan itu tidak dapat dipahami jika ia surnya mengandung arti adanya interaksi an-
dipisahkan, atau dipahami secara terpisah tar unsur-unsur di dalamnya, termasuk ma-
dari keseluruhan itu; Keenam, bagian-bagian nusia terhadap sumber daya lainnya. Dalam
itu bergerak secara dinamis secara mandiri pandangan ekosistem yang merupakan sa-
atau secara keseluruhan dalam keseluruhan tuan unsur-unsur fungsional di dalamnya
(sistem) itu.21 tercakup organisme dan lingkungan abiotik
Syarat mutlak suatu sistem harus me- yang satu terhadap yang lain, saling meme-
miliki suatu tujuan secara pasti, agar me- ngaruhi. Interaksi sebagai salah satu kaidah
miliki daya gerak menuju tujuan tersebut. dalam ekosistem di mana antar unsur-unsur
Dalam proses gerak suatu sistem menuju dalam suatu lingkungan saling memengaruhi
tujuannya pasti, maka terjadilah interaksi dan bersifat timbal balik. Interaksi tersebut
dan saling memengaruhi antara komponen dapat antara unsur biotik sendiri, unsur bio-
menurut aturan keserasian, keselarasan dan tik dengan abiotik, dan/atau unsur abiotik
dengan abiotik lainnya.27
19
Sunaryati Hartono, Idem, hlm. 54. Lihat juga, 22
Munadjat Danusaputro. (2001). Hukum Lingkungan
Kelsen, Hans. (1973). General Theory of Law and Buku I: Umum. Cetakan Ketiga. Bandung: Putra A.
State, Translated By Anders Wedberg, Russell and Bardin, hlm 7-8.
Russell, New York, hlm. 134. 23
Lili Rasjidi, Op.Cit, hlm 35 – 40.
20
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Offline. 24
Sunaryati Hartono, Op.Cit., hlm. 46.
Diunduh pada laman website: http://pusatbahasa. 25
Mochtar Kusumaatmadja. (1976). Pembinaan
diknas.go.id/kbbi/. Hukum dalam Rangka Pembangunan Nasional.
21
Lili Rasjidi dan I. B. Wyasa Putra. (2003). Hukum Bandung: Bina Cipta, hlm. 14.
Sebagai Suatu Sistem. Cetakan kedua. Bandung: 26
Munadjat Danusaputro, Op.Cit, hlm 87-88.
Mandar Maju, hlm 65. 27
Amiruddin A. Dajaan Imami. (2014). Hukum Pena-
343
Hasanuddin Law Review Vol. 1 Issue 3, December (2015)
344
Hasanuddin Law Review Vol. 1 Issue 3, December (2015)
dalam laporan Komisi Brundland “Our regulation the inferior norm. The legal
Common Future” pada tahun 1987.32 WCED order, especially the legal order the
personification of which is the state,
mendekati masalah lingkungan dan pemba-
is therefore not a system of norm
ngunan dari enam sudut pandang, antara lain: coordinated to each other, standing to
keterkaitan (interdependency), berkelanjutan speak side by side on the same level,
(sustainability), pemerataan (equity), seku- but hierarchy of different levels of
norms”.
riti dan resiko lingkungan, pendidikan dan
Hukum itu bersifat hierarkis, artinya
komunikasi, dan kerjasama internasional.33
ketentuan yang paling di bawah bersumber
Proses pembangunan berkelanjutan
dari ketentuan yang lebih atas derajatnya.35
bertumpu pada kondisi sumber daya alam,
Dalam teorinya tersebut, terdapat kaidah
kualitas lingkungan dan faktor kependu-
dasar dari suatu tata hukum nasional yang
dukan. Mengingat ketiga faktor di atas, maka
merupakan suatu kaidah fundamental. Kai-
upaya pembangunan berwawasan lingku-
dah dasar tersebut disebut grundnorm yang
ngan perlu memelihara keutuhan fungsi
merupakan asas-asas hukum yang bersifat
tatanan lingkungan agar lingkungan dapat
abstrak, bersifat umum atau hipotesis.36
secara berlanjut menopang proses pemba-
Beragam undang-undang yang me-
ngunan secara terus menerus dari generasi
ngatur berbagai persoalan, menuntut pema-
ke generasi untuk meningkatkan kualitas
haman dan kemampuan untuk mendudukkan
manusia Indonesia34.
undang-undang sesuai dengan tujuan dan
Sistem hukum lingkungan sebagai
fungsinya. Berkenaan dengan hal tersebut,
subsistem hukum nasional meliputi per-
asas-asas yang harus dapat dipahami dalam
aturan perundang-undangan yang secara
menentukan undang-undang yang digu-
hierarki terdiri atas Undang Undang Dasar
nakan apabila terdapat indikasi ketidakhar-
1945, Undang-Undang/Peraturan Pemerin-
monisan. Purnadi Purbacaraka dan Soerjono
tah Pengganti Undang-Undang, Peraturan
Soekanto, berpandangan bahwa pada asas-
Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan
nya, Pertama, bahwa undang-undang tidak
Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Ka-
berlaku surut, asas ini bertujuan agar ter-
bupaten/Kota. Sejalan dengan hal tersebut,
wujudnya kepastian hukum. Kedua,bahwa
“Stufen bau des Recht Theory” yang dike-
undang-undang yang dibuat oleh penguasa
mukakan Adolf Merkel dan Hans Kelsen
yang lebih tinggi mempunyai kedudukan
yang menyatakan bahwa:
yang lebih tinggi, atau yang dikenal seba-
“The norm determining the creation gai asas hirarki, sebagaimana pandangan
of an other norm is the superior,
the norm created according to this Amiroedidin Syarif. Ketiga, bahwa undang-
undang yang bersifat khusus menyamping-
32
Bandingkan Koesnadi Hardjasoemantri, Kuliah
Umum Program Pascasarjana Ilmu Hukum
kan undang-undang yang bersifat umum (lex
Universitas Lambung Mangkurat, 31 Mei 2004.
33
Bandingkan Koesnadi Hardjasoemantri, Op.Cit, 35
Bandingkan dengan Hans Kelsen, Op.Cit, hlm. 134.
hlm 14. diterjemahkan oleh penulis.
34
Surna T. Djajadiningrat. (1994). Artikel: Pembangu- 36
Rosjidi Ranggawidjaja. (1998). Pengantar Ilmu
nan Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan, Perundang-undangan Indonesia. Bandung: Mandar
Jurnal Hukum Lingkungan, ICEL. Maju, hlm.26.
345
Hasanuddin Law Review Vol. 1 Issue 3, December (2015)
specialis derogat legi generali). Dalam im- sarana dalam perubahan masyarakat, makna
plementasinya, asas ini masih menimbulkan sarana yang dimaksud Mochtar adalah per-
banyak perdebatan atau perbedaan pendapat aturan perundang-undangan.
berkenaan dengan makna khusus, apakah Pandangan Mochtar dalam tulisan
makna khusus ini dimaknai khusus dari ke- beliau pada tahun 1972, dinyatakan bahwa
wenangan, judul undang-undang atau khu- berkenaan dengan perubahan maupun ke-
sus dari kompetensi materi muatan dalam tertiban (atau keteraturan) merupakan tujuan
undang-undang yang merujuk pada uru- kembar daripada masyarakat yang sedang
san yang menjadi kewenangan suatu organ membangun maka hukum menjadi suatu alat
negara37 dalam arti luas. Keempat, bahwa yang tak dapat diabaikan dalam proses pem-
Undang-undang yang berlaku belakangan bangunan. Dalam paparan konsep, beliau
membatalkan undang-undang yang berlaku memperkenalkan mengenai definisi hukum
sebelumnya (Lex posterior derogate legi pri- sebagaimana dinyatakan bahwa hukum tidak
ori), hal yang penting dalam asas ini adalah saja merupakan keseluruhan asas-asas dan
judul ataupun materi muatannya harus sama, kaidah-kaidah yang mengatur kehidupan
dalam arti membatalkan materi muatan manusia dalam masyarakat, melainkan me-
aturan yang sebelumnya.38 liputi pula lembaga-lembaga (institutions)
Berkenaan dengan fungsi hukum dan proses-proses (process) yang mewujud-
dalam pembangunan, Mochtar Kusuma- kan berlakunya kaidah-kaidah itu dalam ke-
atmadja menyatakan bahwa hukum harus nyataan.40
berfungsi dalam masyarakat yang sedang Berkenaan dengan pandangan terse-
membangun, sehingga hukum harus dapat but, Otje Salman menjabarkan bahwa dalam
membantu proses perubahan masyarakat. definisi hukum Mochtar Kusumaatmadja,
Pandangan bahwa dengan ahli hukum tak asas dan kaidah mencerminkan pengaruh
dapat membuat revolusi, dapat dibantah den- aliran positivism hukum. Istilah asas ber-
gan perkembangan konsep Law as a tool of arti nilai moral tertinggi, sedangkan kaidah
Social Engineering yang dikembangkan oleh merupakan patokan tentang perilaku yang
Roscoe Pound di Amerika Serikat dimana seharusnya, yang berisi perintah, larangan
hukum dijadikan alat untuk perubahan-per- dan kebolehan. Sedangkan istilah lembaga
ubahan masyarakat.39 Mochtar Kusumaat- dan proses mencerminkan pengaruh aliran
madja terinspirasi dengan konsep tersebut sosiological jurisprudence dan pragmatic
dan khusus di Indonesia, hukum sebagai legal realism. Pengertian lembaga dan pro-
ses mengandung makna, baik dalam bidang
37
Dalam ketentuan UUD 1945, terdapat subjek
jabatan atau subjek hukum kelembagaan yang pengadilan maupun di luar pengadilan.41
dapat dikaitkan dengan pengertian lembaga atau
organ negara dalam arti yang luas dalam Jimly Dalam konsep bekerjanya hukum,
Asshiddiqie, Lembaga-Lembaga Negara, Organ guna mewujudkannya dalam kenyataan.
Konstitusional Menurut UUD 1945 dalam www.
jimly.com
38
Rosjidi Ranggawidjaja, Loc.Cit, Mandar Maju, 40
Ibid, hlm.11.
1998 41
Otje Salman. (2009). Filsafat Hukum: Perkem-
39
Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Perkemban- bangan dan Dinamika Masalah. Bandung: Refika
gan…, Op.Cit, hlm.11. Aditama, hlm.26-27.
346
Hasanuddin Law Review Vol. 1 Issue 3, December (2015)
347
Hasanuddin Law Review Vol. 1 Issue 3, December (2015)
348
Hasanuddin Law Review Vol. 1 Issue 3, December (2015)
***
349